Disusun Oleh :
RIA ISLAMIATI
2016 51 037
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun Oleh:
RIA ISLAMIATI
2016 51 037
Dewan Penguji
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
RIA ISLAMIATI
2016 51 037
Telah Diuji Pada Hari Rabu, Tanggal 04 September 2019
dan Dinyatakan Lulus dengan Susunan Tim Penguji
Menyetujui :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
iii
Tanggal : 04 September 2019 Tanggal : 04 September
2019
SURAT PERNYATAAN
Ria Islamiati
iv
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi
Program Studi DIII Fisioterapi
KTI, September 2019
v
The college of Health Sciences Baiturrahim
DIII Physiotherapy Study Program
KTI, September 2019
vi
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT
Tuhan Yang Maha Esa pengayom segenap alam yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini saya tidak
mengalami kendala yang berarti hingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini
yang berjudul “Penatalaksaan Fisioterapi Pada Kondisi Capsulitis Adhesiva
Shoulder Sinistra Dengan Menggunakan Modalitas Transcutaneus Electrical
Nerve Stimulation (TENS) Dan Terapi Manipulasi.
Dalam pembuatan karya tulis Ilmia ini penulis mendapat bimbingan serta
petunjuk dari banyak pihak sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini. Selanjutnya melalui tulisan ini peneliti ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. Filius Chandra, SE, MM selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Baiturrahim Jambi.
2. Bapak Ariyanto, SKM, M,Kes, Selaku wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Baiturrahim Jambi.
3. Ibu Salvita Fitrianti, SKM, MKM selaku wakil ketua II sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Baiturrahim Jambi
4. Bapak Ucu Suherman, SST.FT.,S.Pd Selaku Ketua Program Studi DIII
Fisioterapi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi.
5. Ibu Wanti Hasmar, S.Ftr.,M.Or selaku pembimbing I yang bersedia
memberikan masukan dan saran untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Bapak Ucu Suherman, SST. FT.,S.Pd Selaku pembimbing II yang bersedia
memberikan masukan dan saran untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Kedua Orang Tua yang Selalu Memberikan Dukungan kepada saya baik itu
Berupa Dukungan Moril Maupun Dukungan Material.
8. Semua Dosen Dan Staf Prodi Prodi DIII Fisioterapi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesahatan Baiturahim Jambi.
vii
9. Teman- Teman Seperjuangan yang telah memberikan motivasi baik berupa
sharing, pendapat dan hal- hal lainya dalam rangka pembuatan Karya Tulis
Ilmiah.
10. Pihak- pihak terkait lainya yang juga turut serta membantu saya dalam
pembuatan karya tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak.
Semogah tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan Ilmu.
Penulis
DAFTAR ISI
viii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN.............................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
ABSTRACK........................................................................................... vi
DAFTAR ISI.......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xi
HALAMAN MOTO.............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
2.1.1 Defenisi.......................................................................... 6
2.1.3 Biomekanik.................................................................... 11
2.1.4 Etiologi.......................................................................... 12
ix
2.1.5 Patofisiologi................................................................... 14
2.1.8 Komplikasi..................................................................... 17
4.1 Hasil......................................................................................... 43
4.2 Pembahasan............................................................................. 43
BAB V PENUTUP................................................................................. 48
5.1 Kesimpulan.............................................................................. 48
5.2 Saran........................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 2.2 Tulang Clavicula................................................................. 8
DAFTAR TABEL
xi
Tabel 2.2 Lingkup Gerak Sendi.............................................................. 21
DAFTAR GRAFIK
xii
Grafik 4.2 Evaluasi Lingkup Gerak Sendi.............................................. 45
xiii
DAFTAR SINGKATAN
UU : Undang-Undang
RI : Republik Indonesia
IR : Infra Red
US : Ultra Sound
OA : Osteoarthritis
xiv
MOTTO
xv
1. Data Pribadi
Nama : Ria Islamiati
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 Tahun
Tempat Tanggal lahir : Jembatan Mas 25 Juli 1999
Tinggi, Berat Badan : 155 cm, 55 kg
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Rasau RT/RW 018/004 kel. Jembatan Mas
kec. Pemayung kab. Batang Hari
2. Riwayat Pendidikan
a. Tk Seroja Jembatan Mas
b. SD N 158/1 Ds Rasau
c. SMP N 17 Batang Hari
d. SMA N 8 Batang Hari
e. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi
3. Pengalaman Magang
a. RS Stroke Nasional Bukit Tinggi
b. RS Jiwa Daerah Provinsi Jambi
c. RS Baiturrahim Jambi
d. RSUD Arifin Ahmad Pekan Baru
PERSEMBAHAN
xvi
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk :
xvii
Teman-teman komprehensif Ammigita Juniardini, Ajeng Septiani, Annisa
Amelia KH, Diky Ifvan Danu, Endah Sari, Ade Fitriah, Dana Tria Monica
S, Rachmi Aulia Chairunnisa & Andika Jaya Putra
Kepada seseorang yang special terimakasih sudah mau menyemangati
ketika saya putus asa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini
Kepada semua pihak yang turut dalam membantu.
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
mobilisasi atau manipulasi jaringan lunak dan sendi, memodulasi nyeri serta
mengurangi keterbatasan ( Donatelli, 2012).
Menurut Astuti 2018 TENS dan terapi manipulasi lebih baik
dibandingkan TENS dan hold relax dalam peningkatan LGS bahu pada
penderita frozen shoulder.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan pada
karya tulis ilimiah ini penulis tertarik untuk mengambil judul
“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS
ADHESIVE SHOULDER SINISTRA DENGAN MODALITAS
TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATIOM (TENS)
DAN TERAPI MANIPULASI”.
6
7
2.1.2.2 Sendi
Menurut S, Lynn, 2011 sendi pada shoulder terbagi menjadi:
1. Sendi Sternoclavicular
Sendi sternoclavicular merupakan sendi sinovial yang
menghubungkan ujung meidal clavicula dengan sternum dan
tulang rusuk pertama. Sendi ini memiliki fungsi dalam
membantu pergerakkan gelang bahu.
2. Sendi Cromioclavicular
Sendi Cromioclavicular merupakan menghubungkan
scapula dangan clavicula. Permukaan dari sendi clavicularis
merupakan cekung yang terletak di acromion.
3. Sendi Glenohumeral
jenis sendi ball and socket dimana caput humeri yang
berbentuk seperti bola bersendi dengan cavitas glenoidalis yang
merupakan bagian dari os scapula. Sendi ini merupakan sendi
paling mobile, namun salah satu sendi yang kurang stabil.
4. Scapulathoracic Articulation
Tidak bisa dikatakan murni salah satu persendian.
Scapula dan thorak tidak memiliki titik fiksasi. Scapulathoraci
articulation tidak bergerak namun fleksibel terhadap gerakan
tubuh .
2.1.2.3 Otot
Otot-otot di daerah gelang bahu berfungsi sebagai penggerak
juga berfungsi sebagai stabilisator dan pengontrol hubungan antara
tulang scapula dan humeri. Terdapat 15 otot yang menggerakkan
sendi glenohumeralis ini, secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian:
10
N
Otot Origo Insertio Fungsi
o
1 Deltoideus Pars clavicilaris: Tuberositas Adduksi,
sepertiga acromil deltoidea rotasi medial
clavicula Abduksi,
Pars acromialis: rotas lateral
acromion pinggir All part:
bawah spina menanggung
scapula berat lengan
2 Supraspinatus Fossa Permukaan Abduksi di
supraspinata, proximal bidan
Fascia tuberculum scapular
supraspinata majus sampai
horizontal,
rotasi lateral
3 Infraspinatus Tepi caudal spina Permukaan Rotas lateral,
scapulae, fossa tengah abduksi pada
infraspinata, fascia tuberculum bidang
infraspinata majus scapular
bagian
caudal: rotasi
lateral,
abduksi pada
bidang
scapular
4 Subscapularis Fossa Tuberculum Medial rotasi,
subscapularis minus bagian abduksi pada
crista bidang
tuberculi scapula
minoris di (bagian
dekatnya cranial),
abduksi pada
bidang
scapular
(bagian
caudal)
5 Teres minor Bagian caudal Permukaan Rotasi lateral,
fossa infraspinata, posterior adduksi pada
sepertiga medial distal bidang
margo radialis tuberculum scapular
majus
6 Latisimus dorsi Proc. Spinosus Dengan Adduksi,
11
2.1.3 Biomekanik
1. Gerakan arthokinematika
Pada sendi glenohumeral gerakan fleksi-ekstensi dan abduksi-adduksi
terjadi karena rolling dan sliding caput humerus pada fossa glenoid. Arah
slide berlawana arah dengan shaft humerus. Pada gerakkan fleksi shoulder
12
caput humerus slide ke arah posterior dan inferior, pada gerakan ekstensi
slide ke arah anterior dan superior. (A Charles, 2009). Sumber jurnal harus
5 tahun belakang
2. Gerakan osteokinematika
Gerakan fleksi yaitu pada bidang sagital dengan axis pusat caput
humeri. Otot penggerak utama adalah m.deltoid anterior dan m.
Supraspinatus rentang 00-900, untuk rentang 900-1800 dibantu oleh m.
Pectoralis mayor, m. Corachobracialis dan m. Biceps brachii. Gerakan
ekstensi yaitu gerakan pada bidang sagital menjahui posisi anatomis. Otot
penggerak utama adalah m. Latissimus dorsi dan m. teres mayor.
Sedangkan pada gerakan hiper ekstensi, fungsi m. Teres mayor digantikan
m. Deltoid posterior. Gerakan abduksi yaitu gerakan menjahui midline
tubuh. Bergerak pada bidang frontal. Otot penggerak utama m. Pectoralis
mayor dan m. Latissimus dorsi. Gerakkan adduksi yaitu gerakkan lengan
ke medial mendekati midline tubuh. Otot penggerak utama m. Pectoralis
mayor, m. Teres mayor, m. Latissimus dorsi. (A Charles, 2009). Sumber
jurnal harus 5 tahun belakang
3. Gerakan rotasi internal
Gerakan rotasi internal dengan arah gerakan searah axis longitudinal
yang mendekati midline tubuh. Oto penggerak utama m. Subscapularis, m.
pectoralis mayor, m. teres mayor, m. latissimus dorsi, m. Deltoid anterior.
Gerakkan rotasi ekternal adalah gerakan rotasi lengan searah axis
longitudinal yang menjahui midline tubuh. Otot penggerak utama m.
Infraspinatus, m. Teres minor, m. Deltoid posterior. (A, Charles, 2009).
Sumber jurnal harus 5 tahun belakang
2.1.4 Etiologi
Menurut Z, Viale, 2014 etiologi untuk shoulder yaitu:
1. Usia
Kebanyakan kasus terjadi pada pasien dengan usia 40-60 tahun.
2. Diabetes melitus
13
dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan
sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam
bulan.
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang
menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di
luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak
dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Meski
nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa
sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis
biasanya menjadi masalah dengan sendirinya.
2.1.6.2 Keterbatasan lingkup gerak sendi
Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan
luas gerak sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif
maupun pasif.Ini adalah suatu gambaran klinis yang dapat
menyertai tendonitis, infark miokard, diabetus mellitus, fraktur
immobilisasi lama, atau redukulus cervicalis (Kuntono, 2004).
2.1.7.3 Gangguan Aktivitas Fungsional
Dengan beberapa adanya tanda dan gejala klinis yang
ditemukan pada pasien frozen shoulder seperti adanya nyeri,
keterbatasan LGS, penurunan kekuatan otot maka secara
langsung akan memengaruhi aktifitas fungsional yang dijalani.
2.1.7 Diagnosa banding
Kondisi yang mempunyai gejala yang mirp dengan capsulitis
adhesive adalah :
2.1.8.1 Bursitis subacromialis, tidak dapat mengangkat lengan
kesamping (abduksi aktif) tetapi sebelumnya sudah pernah
meraskan pegal pegal di bahu. Lokasi nyeri yang dirasakan
yaitu pada lengan atas atau tepatnya pada insertio otot
deltoideus di tuberositas deltoidea humeri. Nyeri ini
17
SKALA NYERI
0= TIDAK NYERI------------------------------10 = SANGAT NYERI
No Aktifitas Hasil
1 Saat konisi paling buruk (paling nyeri)
2 Saat berbaring pada sisi lesi
3 Mengambil benda di atas atau di tempat
yang tinggi
4 Menyentuh bagian belakang leher
5 Saat mendorong dengan lengan sisi nyeri
JUMLAH
SKALA KESULITAN
0 = tidak ada kesulitan------------------10 = sangat sulit dan harus
dibantu
6 Mencuci rambut (keramas)
7 Menggosok punggung saat mandi
8 Memakai dan melepas kaos dalam
9 Memakai kemeja berkancing
10 Memakai celana
11 Saat menaruh benda di tempat yang tinggi
12 Mengangkat benda berat 5 kg ( lebih dari 10
pounds)
13 Mengambil benda di saku belakang celana
JUMLAH
2.2.1 Impairment
Impairment adalah ketidakmampuan pasien dalam merawat dirinya
yang mengakibatkan oleh beberapa hal pada kondisi capsulitis adhesive
permasalahan yang ditimbulkan antara lain nyeri, adanya keterbatasan
lingkup gerak sendi dan penurunan aktivitas fungsional.
2.2.2 Fungsional Limitation
Fungsional limitation merupakan aktifitas seseorang dalam
melakukan aktifitas fungsional yang berhubungan dengan kemandirian
yang disebabkan adanya gangguan musculoskeletal sehingga seseorang
tersebut tidak dapat melakukan aktifitas fungsional secara mandiri.
Dilihat dari impairment maka penderita merasakan ketidaknyamanan
dan mengalami gangguan dalam aktifitas sehari-hari seperti
mengangkat barang, menyisir rambut dan lain-lain.
2.2.3 Disability
Disability adalah keterbatasan seseorang dalam melakukan aktifitas
fungsional yang berhubungan dengan individu lain atau suatu
komunikasi, hal tersebut dikarenakan gangguan dari impairment dan
fungsional limitation.
2.3 Teknologi intervrensi fisioterapi
( Setiap alat intervensi sebaiknya di berikan gambar)
2.3.1 Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
2.3.1.1 Defenisi
TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik
untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit. Dalam
hubungannya dengan modulasi nyeri. Dalam kasus ini
menggunakan metode umum dengan pemasangan elektroda
pada atau sekitar nyeri. Cara ini merupakan cara yang paling
mudah dan paling sering digunakan sebab metode ini dapat
langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan
karakter nyeri atau pun letak yang paling optimal yang
hubungannya dengan jaringan penyebab nyeri (Agung, 2019).
24
Penempatan Elektroda :
1) Disekitar lokasi nyeri : cara ini paling mudah dan paling
sering digunakan, sebab metode ini dapat langsung
diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan
karakter dan letak yang paling optimal dalam hubungan
nya dengan jaringan penyebab nyeri.
2) Dermatome : penempatan pada area dermatome yang
terlibat, penempatan pada lokasi spesifik dalam area
dermatome, penempatan pada dua tempat yaitu, dianterior
dan diposterior dari suatu area dermatome tertentu
3) Area trigger point dan motor point
Prosedur Tens :
1) Tingkat analgesia untuk rasa nyeri : frekuensi 150 Hz,
durasi pulsa >150 mikrodetik
2) Persiapan pasien (kulit harus bersih dan bebas dari lemak,
lotion, krim dll), periksa sensasi kulit, lepaskan semua
metal di area terapi, jangan menstimulasi pada area dekat
langsung di atas fraktur yang baru/non-union, diatas
jaringan parut baru,kulit baru.
Dosis Tens :
1) Intensitas : Amplitudo untuk TENS harus berupa
sensasi yang nyaman dibawah ambang batas motoric.
2) Durasi : Untuk sebagian besar kondisi nyeri, waktu
stimulasi berkisar dari 30 sampai 60 menit. Aturan
umum untuk waktu penggunaan jumlah waktu stimulasi
minimal untuk jumlah penurunan nyeri maksimal.
Beberapa pasien mungkin memerlukan stimulasi 24 jam
sehari (mis, pasien pascaoperasi).
3) Frekuensi : Umumnya TENS digunakan setiap hari, dua
kali sehari, atau sesering mungkin sesuai kebutuhan.
26
2. Kontra indikasi
a. Tumor maligna
b. Osteoporosis
c. Penyakit infeksi pada spina
d. Fraktur pada daerah yang bersangkutan
e. Radang akut
f. Traksi latero ventro cranial
Posisi pasien berbaring terlentang, posisi terapis berdiri di
samping sisi yang akan diterapi. Pelaksanaannya kedua tangan
terapis memegang humerus sedekat mungkin dengan sendi
27
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
3.1 Pengkajian fisioterapi
Proses pemecahan masalah yang harus dihadapi oleh fisioterapi pada
kondisi Frozen Shoulder Capsulitis Adhesive yaitu meliputi pengkajian
fisioterapi, problema fisioterapi, tujuan/rencana fisioterapi, pelaksanaan
fisioterapi, dan evaluasi terhadap hasil terapi.
3.1.1 Anamnesis
Anamnesis umum adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
dengan tanya jawab kepada pasien untuk memperoleh keterangan
sebanyak-banyaknya mengenai keadaan penyakit pasien. Dalam
anamnesis diperoleh informasi yang penting untuk menentukan
diagnosa.Pada kondisi ini secara langsung pada pasien sendiri. Data-
data yang diperoleh dari auto anamnesis pada tanggal 21 Juni 2019
meliputi :
1) Nama : Ny. M
2) Umur : 53 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Pekerjaan : Pensiun Guru
6) Alamat : Kasang Pudak
7) No. RM : 04.89.63
8) Tempat Perawatan : Poli Fisioterapi
3.1.2 Data-data rumah sakit
3.1.2.1 Diagnosa Medis : Frozen Shoulder capsulitis adhesive
sinistra
3.1.2.2 Terapi umum : Medika mentosa
29
30
6). Muscoloskeletal
a. Adanya nyeri tekan pada bahu sebelah kiri
b. Adanya keterbatasan lingkup gerak sendi pada bahu sebelah
kiri
7). Nervorum
Tidak ada rasa kebas dan nyeri menjalar pada bahu sebelah kiri
3.1.5 Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan tanda-tanda vital (dilihat dari rekam medis: 04.89.63)
1) Tekanan darah : 130/80 mmHg
2) Denyut nadi : 80x/menit
3) Pernapasan : 19x/menit
4) Temperatur : 36ᵒ C
5) Tinggi badan : 152 cm
6) Berat badan :56 kg
b) Inspeksi
1) Statis
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat dan
mengamati pasien dalam keadaan diam. Dari pemeriksaan pada
saat posisi duduk di dapat kan hasil yaitu : postur tubuh pasien
baik, bahu terlihat asimetris ke sebelah kiri dan tidak terdapat
oedem.
2)Dinamis
Pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat dan mengamati
pasien dalam keadaan bergerak. Dari pemeriksaan ini
didapatkan hasil pada saat mengangkat tangan dan memakai
baju pasien terlihat menahan nyeri.
c) Palpasi
1. Adanya nyeri tekan pada bahu sebelah kiri
d) Perkusi
Tidak dilakukan
33
e) Auskultasi
Tidak dilakukan
f) Pemeriksaan gerak dasar
1. Gerak aktif
Tabel 3.1 Gerak aktif
No Gerakan Nyeri ROM
1. Fleksi + Tidak full
2. Ekstensi + Tidak full
3. Abduksi + Tidak full
4. Adduksi + Tidak full
5. Eksorotasi + Tidak full
6. Endorotasi + Tidak full
2. Gerak Pasif
Tabel 3.2 Gerak pasif
No Gerakan Nyeri ROM End feel
1. Fleksi + Tidak full Firm
2. Ekstensi + Tidak full Firm
3. Abduksi + Tidak full Firm
4. Adduksi + Tidak full Firm
5. Eksorotasi + Tidak full Firm
6. Endorotasi + Tidak full Firm
Nyeri Nilai
Nyeri diam 0
Nyeri tekan 6
Nyeri gerak 4
( kotak kolom sehausnya sejajar dengan tulisan di atas)
3. Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi ( seharusnya sejajar
dengan nomor yang di atas)
Tabel 3.5 Pemeriksaan lingkup Gerak Sendi
Gerakan LGS LGS Normal
Ekstensi-Fleksi S : 350- 00- 1500 S : 500- 00- 1700
Abduksi-Adduksi F : 1550- 00- 600 F : 1700- 00- 750
Eksorotasi-Endorotasi R : 500- 00- 600 R : 900- 00- 800
( kotak kolom sehausnya sejajar dengan tulisan di atas)
4. Tes Kemampuan Fungsional
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya penurunan kemampuan fungsional dan aktifitas
kesehariannya karena adanya nyeri. Test fungsional pada
penderita frozen sholder capsulitis adhesiva dengan
menggunakan modified spadi test.
SKALA NYERI
0= TIDAK NYERI------------------------------10 = SANGAT
NYERI
No Aktifitas Hasil
1 Saat konisi paling buruk (paling nyeri) 6
2 Saat berbaring pada sisi lesi 2
36
T1 T2 T3 T4 T5
Nyeri
21-06-19 24-06-19 28-06-19 01-07-19 05-07-19
Nyeri diam 0 0 0 0 0
Nyeri tekan 6 6 6 5 5
Nyeri gerak 4 4 3 3 2
4.1 Hasil
Dalam studi kasus ini, seorang pasien yang bernama Ny. M
dengan usia 53 tahun dengan diagnose capsulitis adhesive shoulder
sinistra. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, maka penulis
menyimpulkan bahwa masalah utama dari pasien tersebut. Adanya
nyeri tekan dan nyeri gerak, adanya penurunan kekuatan otot, adanya
penurunan LGS dan adanya gangguan ADL.
setelah di lakukan tindakan fisioterapi T1-T5 dengan menggunakan
modalitas Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan
terapi manipulasi, di dapatkan hasil adanya penurunan nyeri,
peningkatan kekuatan otot, peningkatan LGS dan peningkatan LGS
pada shoulder. Hasil peningkatan tersebut dapat di lihat dari hasil
sebagai berikut.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil evaluasi nyeri dengan skala VAS
Pengukuran tingkat nyeri dapat dilihat dengan
menggunakan VAS perubahan tingkat atau derajat nyeri dari
evaluasi awal (T1) sampai evaluasi akhir (T5) yang hasilnya
dapat dilihat pada:
43
44
Skala Nyeri
6
0
Nyeri diam Nyeri tekan Nyeri gerak
T1 T2 T3 T4 T5
LGS
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Fleksi Ekstensi Abduksi Adduksi Eksorotasi Endorotasi
T1 T2 T3 T4 T5
Skala Nyeri
6
4
2
0
i i s g ri
er les ata an ye
ny is i di le ak i n
ng s d a sis
pali rin
g en d ib n
s i ba lb er ga
di r bi leh len
on Be g an uh an
K en ent ng
M y de
en ng
M ro
do
en
M
T1 T2 T3 T4 5
Skala Kesulitan
8
6
4
2
0
t di g na i
bu m
cin gg kg ng
a m m
an d ala n c ela tin t 5 aka
r a t ra l
ci at os rk ai pa be
e
cu sa ka be ak e m a nab
n g s a m t d a
e un pa ej M
e di en ce
l
M gg ele em da tb u
n m k n a k
pu ai be gk sa
ok i& ak u h an a di
s a m r g d
o ak e
en
a en en
gg em M M lb
en M M b i
M m
n ga
e
M
T1 T2 T3 T4 T5
5.1 Kesimpulan
Pasien yang bernama Ny. M dengan usia 53 tahun dengan diagnose
capsulitis adhesive sinistra dan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan,
maka penulis menyimpulkan bahwa masalah utama dari pasien tersebut
adalah adanya nyeri tekan dan nyeri gerak pada bahu sebelah kiri, adanya
keterbatasan LGS dan adanya gangguan ADL pada bahu sebelah kiri.
Sesuai dengan problematika terebut, maka fisioterapi berperan
memberikan modalitas Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
dan terapi manipulasi. Setelah dilakukan 5 kali terapi di dapatkan hasil
adanya penurunan nyeri, peningkatan kekuatan otot, peningkatan LGS dan
peningkatan LGS pada shoulder. Hasil tersebut mengalami perubahan baik
aktif maupun pasif. Pasien yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam
mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan lengan yang sakit menjadi
tidak ada kesulitan.
5.2 Saran
Capsulitis adhesive ini pelaksanannya sangat dibutuhkan kerjasama
antara terapis dengan penderita dan bekerjasama dengan tim medis lainnya
agar tercapai hasil pengobatan yang maksimal. Selain itu hal-hal lain harus
diperhatikan antara lain:
5.2.1 Saran bagi penderita
Disarankan melakukan fisioterapi tiga kali seminggu, serta
melakukan latihan-latihan yang dianjurkan dengan fisioterapis dan
dilarang untuk mengangkat beban yang berat.
5.2.2 Saran bagi keluarga pasien
Disarankan agar terus memberikan motivasi agar pasien tetap
melakukan latihan-latihan walaupun keadaannya sudah baik.
48
49
Aras, D. 2016. The New of Physical Therapist Test and Measurement. Cetakan 1.
Makassar
Morgan, W.E . 2012. Managing the Frozen Shoulder: Self-Care Manual for Those
Suffering From Frozen Shoulder. e-book, diakses tanggal 16/05/2016,
Available from http://drmorgan.info/ data/documents/ frozenshoulder-
ebook.pdf.
Rosas, dkk. 2017. Comparison Between The Visual Analog Scale And The
Numerical Rating Scale In The Perception Of Esthetics And Pain
Salim, JS. 2013. Penambahan Teknik Manual Therapy Pada Latihan Pendulum
Codman Lebih Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Pada Sendi
Glenohumeral Penderita Frozen Shoulder. Dempasar. Universitas
udayana.
1. Pemberian TENS