Anda di halaman 1dari 38

PENATALAKSANAAN TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE

STIMULATION, ULTRASOUND DAN EXERCISE PADA KASUS


OSTEOARTHRITIS GENU BILLATERAL

Diajukan Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma III
Fisioterapi Fakultas Psikologi dan Kesehatan
Universitas Widya Dharma Klaten

Heanry Herlambang

1762100003

Program Studi DIII Fisioterapi Fakultas Psikologi Dan Kesehatan


Universitas Widya Dharma Klaten

2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN
Nama: Heanry Herlambang
NIM: 1762100003
Fakultas: Psikologi Dan kesehatan
Prodi: DIII Fisioterapi
Judul: Penatalaksanaan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation,
Ultrasound dan Exercise pada kasus Osteoarthritis Genu Billateral.
DISETUJUI UNTUK MENGIKUTI SIDANG KARYA TULIS ILMIAH

Klaten, 19 Agustus 2020

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Amalia Solichati Rizqi, SSt.Ft,M.Si Yudha Wahyu Putra, SSt.Ft, M.Or,AIFO


NIK. 690 817379 NIK. 690 619386

Disahkan Oleh :
Program Studi DIII Fisioterapi
Ketua

Amalia Solichati Rizqi, SSt.Ft,M.Si


NIK. 690 817379

ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENATALAKSANAAN TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE
STIMULATION, ULTRASOUND DAN EXERCISE PADA KASUS
OSTEOARTHRITIS GENU BILLATERAL

Diterima dan disetujui oleh Dewan Penguji Seminar KTI Program studi DIII
Fisioterapi Fakultas Psikologi Daan kesehatan Universitas Widya Dharma Klaten.
Pada
Hari / Tanggal : Senin / 31 Agustus 2020
Tempat : Ruang Dosen
Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah

Ketua Sekretaris

Winarno Heru Murjito, S.Psi, M.Psi. Zuyina Luklukahningsih, S.Psi, M.Psi


NIK. 690 811 318 NIK. 690 619 386

Penguji Utama Penguji Pendamping

Amalia Solichati Rizqi, SSt.Ft,M.Si Yudha Wahyu Putra, SSt.Ft, M.Or,AIFO


NIK. 690 817 379 NIK. 690 619 386

Dekan Fakultas Psikologi dan Kesehatan


Universitas Widya Dharma Klaten

Winarno Heru Murjito, S.Psi, M.Psi.


NIK. 690 811 318

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Diploma III di
suatau perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara
tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Klaten, 14 juni 2020

Penulis

HEANRY HERLAMBANG

1762100003

iv
ABSTRACT
Background of Osteoarthritis is a non-inflammatory degenerative joint disorder
that occurs in movable joints and weight-bearing joints and with a characterustic
picture of worsening of cartilage. Problems that arise due to osteoarthritis
include joint nausea, morning stiffness, limited joint motion (ROM), crepitus,
joint swelling, signs of inflammation, and changes in gait. The purpose of this
study was to determine Tens, Ultrasound, and Exercise Physiotherapy in cases of
Osteoarthritis Genu Billateral. This research method is a case study conducted
by RS PKU Muhammadyah Yogyakarta, in february-march 2020. In this case
study the problem boundaries to be discussed are ppain, spasm, limitations of
LGS, and decreased muscle strength. The modalities to be applied are Tens,
Ultrasound, and Exercise therapy in the form of the Quadriceps setting, the
Hamstring setting, and the Gluteus Medius setting. The result of this case study
show that Ultrasound can reduce pain and spasm with the Tens modality. And
Exercise therapy in the form of the Quadriceps setting, the Hamstring setting, and
the Gluteus Medius setting can increase muscle strength and increase range of
motion in cases of Osteoarthritis Genu Billateral. Conclusion tens, ultrasound,
and exercise can reduce pain, can increase the range of motion of the joints, can
increase muscle strength in cases of Osteoarthritis Genu Billateral.
Keywords : Osteoarthritis, Physiotherapy, Exercise, Tens, Ultrasound.

v
ABSTRAK

Latar Belakang Osteoarthritis merupakan kelainan sendi degenerasi non


inflamasi yang terjadi pada sendi yang dapat digerakan dan sendi penopang berat
badan dengan gambaran khas memburuknya rawan sendi. Masalah yang muncul
akibat Osteoarthritis di anataranya adalah nyeri sendi, kaku dipagi hari,
terbatasnya gerak sendi(rom), krepitasi, pembengkakan sendi sendi, tanda tanda
peradangan, dan perubahan gaya berjalan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui Tens, Ultrasound, dan Exercise fisioterapi pada kasus Osteoarthritis
Genu Billateral. Metode Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di
RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan februari-maret tahun 2020.
Dalam studi kasus ini batasan permasalahan yang akan dibahas yaitu nyeri,
spasme, keterbatasan LGS, dan penurunan kekuatan otot. Modalitas yang akan
diterapkan yaitu Tens, Ultrasound, dan terapi latihan berupa Quadriceps setting,
Hamstring setting, dan Gluteus Medius setting. Hasil studi kasus ini menunjukan
dengan modalitas Tens, Ultrasound mampu menurunkan nyeri dan spasme. Dan
terapi latihan Quadriceps setting, Hamstring Setting, Dan Gluteus Medius setting
exercise mampu meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan range of motion
pada kasus Osteoarthritis Genu Billateral. Kesimpulan Tens, Ultrasound, dan
Exercise dapat mengurangi nyeri, meningkatkan Lingkup Gerak Sendi, dan dapat
meningkatkan kekuatan otot pada kasus Osteoarthritis Genu Billateral

Kata Kunci: Osteoarthritis, fisioterapi, Exercise, Tens, Ultrasound.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, serta kedua orang tua yang senantiasa
melimpahkan segala curahan kasih sayang dan dorongan sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah tentang “PENATALAKSANAAN
TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION,
ULTRASOUND DAN EXERCISE PADA KASUS OSTEOARTHRITIS GENU
BILLATERAL”

Penyusun karya tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Triyono, M.Pd. selaku Rektor Universitas Widya
Dharma Klaten.
2. Bapak Winarno Heru M, S.Psi., M.Psi. selaku dekan Universitas
Widya Dharma Klaten.
3. Ibu Amalia Solichati Rizqi Sst. Ft. M.Si Selaku kepala prodi fisioterapi
Universitas Widya Dharma Klaten. Dan selaku Pebimbing 1 saya yang
selalu membantu dan menyemangati saya.
4. Bapak Yudha Wahyu Putra Sst. Ft. M.Or. AIFO Selaku Pembimbing 2
saya yang salalu membantu dan menyemangati saya.
5. Ibu Zuyina Luklukaningsih, S.Psi., M.Psi. Selaku Dosen Fisioterapi
Universitas Widya Dharma Klaten.
6. Bapak Sutarto Amd.Ft selaku pembimbing saya di Rs.PKU
Yogyakarta.
7. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan semangat dan
memberikan motivasi pada saya
8. Teman-teman yang selalu menemani dan menyemangati saya.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Iilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan . Oleh karena itu, segala saran dan kritik atas Karya Tulis
Ilmiah ini masih akan sangat membantu. Akhir kata saya selaku penulis
mengucapkan banyak terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR...................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1. Latar Belakang.......................................................................... 1
2. Rumusan Masalah..................................................................... 3
3. Tujuan Masalah......................................................................... 3
4. Manfaat Penelitian.................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI............................................................................... 4
1. Definisi....................................................................................... 4
2. Anatomi Fisiologi....................................................................... 5
3. Biomekanika .............................................................................. 6
4. Deskripsi..................................................................................... 8
A. Etiologi................................................................................. 8
B. Patofisiologi.......................................................................... 9
C. Manifestasi Klinis................................................................. 9
5. Pemeriksaan dan Pengukuran Kasus.......................................... 11
6. Teknologi Fisioterapi.................................................................. 13
7. Hipotesis .................................................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 17
1. Desain Penelitian......................................................................... 17
.....................................................................................................
2. Populasi Sampel.......................................................................... 17
3. Tempat dan Waktu...................................................................... 17
4. Analisis Data............................................................................... 17
5. Definisi Operasional.................................................................... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 20
1. HASIL........................................................................................ 20
2. PEMBAHASAN........................................................................ 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 26
1. KESIMPULAN........................................................................... 26

viii
2. SARAN........................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 27

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Osteoarthritis adalah penyakit kronis jangka panjang yang ditandai
dengan menipisnya tulang rawan pada sendi, sehingga terjadi gesekan
antar tulang. Gesekan antar tulang tersebut dapat menyebabkan nyeri,
kekakuan sendi, dan gangguan gerak.
Sendi yang sering terkena osteoarthritis yaitu pada lutut, pinggul,
dan tulang belakang. Penyakit osteoarthritis disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah penuaan, obesitas, kurang olahraga,
kecenderungan genetik, cedera akibat pekerjaan, trauma, dan jenis
kelamin. Pada lansia osteoarthritis sering terjadi karena menipisnya
bantalan sendi, menurunnya kualitas tulang karena proses penuan yang
terjadi (Man & Mologhianu, 2014).
Osteoarhritis merupakan salah satu jenis dari penyakit arthritis
yang sering terjadi. Osteoarthirtis lutut dapat menyebabkan beberapa
gangguan di tingkat impairment, functional limitation, dan disability.
Impairment yang muncul antara lain adalah nyeri pada kedua lutut,
kekakuan sendi, keterbatasan lingkup gerak sendi. Functional limitation
berupa gangguan dalam melaksanakan fungsional dasar seperti bangkit
dari duduk, jongok, jalan jauh, dan naik turun tangga atau aktivitas yang
membebani lutut. Disability berupa ketidakmampuan melaksanakan
kegiatan tertentu pada lingkungan aktivitas seperti gotong royong dan
sebagainya (Aditya,2019).

x
Penelitian pravelansi Osteoarthritis Genu terhadap 7.577 responden
diamerika dikatakan bahwa pravelansi Osteoarhrtitis genu 12,2%,
perempuan (14,9%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (8,7%) diikuti
peningkatan usia. Adapun pravelansi di Indonesia, mencapai 5% Pada usia
40-60 tahun (Lewis,2018).
Tens dalam intervensi pada kasus Osteoarthritis Genu Billateral
dapat mengurangi nyeri pada lutut. Penelitian selama 3 kali TENS yang
digunakan mampu menghilangkan nyeri dan meningkatkan kinerja fisik
pada penderita Osteoarthritis Genu Billateral (Aditya,2019).
Ultrasound mekanismenya dapat mengurangi nyeri dan spasme
penelitian intervensi menggunakan Ultrasound dengan mode continous
pada titik nyeri pada sekitar lutut untuk meningkatkan aliran darah pada
otot yang mengalami spasme dan dapat meningkatkan temperatur lokal
yang mana dapat memberikan efek relaksasi dan dapat mengurangi nyeri
pada Osteoarhtritis Genu Billateral (Aditya,2019).
Mekanisme Exercise dengan Quadriceps Setting, Hamstring
Setting, dan Gluteus Medius Setting dengan latihan selama 3 set dengan
konraksi otot selama 5 detik mampu meningkatkan kekuatan otot
Quadriceps, Hamstring, dan Gluteus Medius dan memperbaiki status
fungsional (Anwer and Alghadir, 2014).
Berdasarkan masalah yang ditimbulkan, penanganan kasus
Osteoarhthritis lutut dapat menggunakan modalitas fisioterapi berupa
Tens(Transcutaneous electrical stimulation), Ultrasound dan Exercise
fisioterapi pada kasus Osteoarthritis Genu Billateral.

xi
2. RUMUSAN MASALAH
A. Apakah Tens, Ultrasound, dan Exercise dapat menurunkan nyeri pada
kasus Osteoartrhitis Genu?
B. Apakah Tens, Ultrasound, dan Exercise dapat meningkatkan LGS pada
kasus Osteoarthritis Genu?
C. Apakah Tens, Ultrasound dan Exercise dapat meningkatkan kekuatan
otot pada kasus Osteoarthritis Genu?
3. TUJUAN MASALAH
A. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dalam mempelajari,
mengidentifikasikan masalah masalah, menganalisa dan mengambil suatu
kesimpulan pada kasus Osteoarthritis Genu Billateral.
B. Tujuan Khusus
Untuk Mengetahui penatalaksanaan Tens, Ultrasound, Dan
Exercise pada kasus Osteoarthritis Genu Billateral untuk mengurangi
nyeri, meningkatkan Lingkup Gerak Sendi, dan meningkatkan kekuatan
Otot.
4. MANFAAT PENELITIAN
A. Bagi Institusi
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
institusi pendidikan sebagai sarana pendidikan untuk mempersiapkan
peserta didik di lingkungan fisioterapi untuk memahami proses fisioterapi
dengan modalitas Tens, Ultrasound, dan Exercise untuk kasus
Osteoarthritis Genu Billateral.
B. Bagi Masyarakat
Memberikan penjelasan, pengetahuan dan penyuluhan tentang
nyeri lutut dikarenakan Osteoarthritis Genu Billateral dan tindakan medis
dan juga fisioterapi yang bisa diberikan untuk mengatasi kasus nyeri lutut.

xii
BAB II
KAJIAN TEORI

1. DEFINISI
Osteoarthritis menurut American college of rheumatology
merupakan kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala
sendi. Osteoarthritis merupakan kelainan sendi degenerasi non imflamasi
yang terjadi pada sendi yang dapat digerakan dan sendi penopangan berat
badan dengan gambaran khas memburuknya rawan sendi serta
terbentuknya tulang-tulang baru pada tepi tulang(osteofit) sebagai akibat
perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis, dan patofisiologis pada
rawan sendi dan tulang sub kondral.Osteoarthritis ialah penyakit kronis
yang ditandai menipisnya tulang rawan yang bergesekan yang
menyebabkan nyeri, kekakuan sendi, dan gangguan gerak (Man &
Mologhianu 2014).
Penyebab primer dari Osteoarthritis masih belum dapat diketahui
secara pasti, namun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan yaitu
usia, jenis kelamin, genetik, obesitas, dan penyakit metabolik serta faktor
lainnya (Aditya,2019). Berat badan biasanya dikaitkan dengan pemicu
timbulnya Osteoarthritis Genu Billateral. Obesitas meningkatkan beban
sendi bertambah sehingga resultan gaya akan bergeser ke medial. Gejala
dan tanda Osteoarhtritis adalah nyeri sendi, hambatan gerak sendi, kaku,
krepitasi, deformitas, pembengkakan sendi dan perubahan gaya berjalan
(Aditya,2019). Gejala yang ditimbulkan ialah membuat aktivitas
fungsional seseorang terganggu, maka dari itu tugas fisioterapi untuk
membantu mengembalikan fungsional dan mengurangi masalah yang
disebabkan Osteoarhtritis. Seperti penjelasan diatas, fisioterapi dapat
mengembangkan dan memulihkan pasien pada kasus tersebut dengan
menggunakan modalitas TENS, ULTRASOUND, Dan EXERCISE.

xiii
2. ANATOMI FISIOLOGI
Sendi adalah tempat pertemuan dua lebih tulang. Sendi genu
merupakan bagian ekstremitas inferior yang menghubungkan tungkai atas
dengan tungkai bawah. Sendi genu adalah sendi yang paling besar dalam
tubuh, sangat komplek mempunyai otot fleksor dan ekstensor yang kuat
serta mempunyai ligament yang kuat. Fungsi dari sendi genu ini adalah
untuk mengatur pergerakan dari kaki. Tulang-tulang dipadukan dengan
berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi,pita fibrosis, ligament,
tendon, fasia, atau otot.

Sumber: Aditya,2019

xiv
3. BIOMEKANIKA
Biomekanika pada sendi genu di bentuk oleh epephysis distalis
tulang femur, proksimalis, tulang tibia dan ftulang pattela, serta
mempunyai beberapa sendi yang terbentuk dari tulang yang berhubungan,
yaitu antar tulang femur dan pattela disebut articulation tibio femoral dan
antara tulang tibia dengan tulang fibula proksimal. Sendi genu terdiri dari
hubungan antara: Os femur, dan os tibia (tibiofemoral joint), os femur dan
os patella (patelllofemoral joint) os tibia dan os fibula (tibiofibular
proksimal joint).
Tibiofemoral joint dibentuk oleh condylus femoralis lateralis dan
medialis dan tibia plateu. Pada prinsipnya gerak meniscus mengikuti gerak
condylus femoralis, sehingga waktu fleksi maka bagian Posterior dari
kedua meniscus tertekan yang memberikan regangan kearah posterior
sepanjang 6 mm untuk meniscus medialis dan sepanjang 12 mm untuk
meniscus lateralis.
Patellofemoral joint facet sendi ini terdiri dari tiga permukaan pada
bagian medial. M. Vastus laterlis menarik patella kearah proximal
sedangkan vastus medial menarik patella kearah medial, sehingga posisi
patella stabil.
Tibiofiburalis proksimal joint hubungan tulang tibia dan fibula
merupakan syndesmosis yang ikut memperkuat beban yang diterima sendi
genu sebesar 1/16 dari berat badan.
Osteokinematik merupakan gerakan yang terjadi antara kedua
tulang. Osteokinematik ditinjau dari mekanika sendi terdiri atas dua bagian
yaitu swing dan spin. Swing adalah suatu gerak ayunansehingga terjadi
perubahan sudut diantara axis panjang dan tulang-tulang pembentuknya.
Sedangkan spin adalah suatu gerakan dimana tulang bergerak tetapi axis
mekanik sendi tidak bergerak.

xv
Arthokinematik sendi genu ialah pergerakan pada sendi genu
meliputi gerakan fleksi, ekstensi, dan sedikit rotasi
Ekstensi dilaksanakan oleh M.quadriceps, ekstensi sendi genu
lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan tibia serta ligament
collaterla medial dan lateral menjadi tegang serta serat serat posterior
ligamentum cruciatum posterior juga dieratkan.
Sebelum fleksi sendi genu dapat berlangsung, ligament-ligament
utama harus dalam keadaan kendur untuk memungkinkan terjadinya
gerakan di antara permukaan sendi (Aditya, 2019).

xvi
(Aditya,2019)

4. DEKSRIPSI
A. ETIOLOGI
Terjadinya Osteoarthirtis dpengaruhi oleh beberapa faktor resiko
yaitu umur (proses penuaan), jenis kelamin, genetik, berat badan,
cedera sendi dan olahraga (Aditya,2019).
1) Usia pravelansi dari insiden Osteoarthtitis radiografi dan gejala
sangat meningkat dengan usia. Hubungan antara usia dan
resiko Osteoarthritis kemungkinan banyak faktor, yaitu
penipisan kartilago dan melemahnya otot.
2) Jenis Kelamin insiden Osteoarthritis Genu lebih tinggi pada
wanita dibandingkn dengan pria dan pada wanita meningkat
secara drastis saat menoupose datang. Temuan terakhir ini telah
menyebabkan peneliti untuk berhipotesis bahwa faktor

xvii
hormonal mungkin memegang peran besar pengembangan
Osteoarthritis.
3) Genetik faktor genetik diduga juga berperan pada kejadin
Osteoarthritis Genu Billateral. Dan berat badan yang berlebihan
ternyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya Osteoarhrtitis baik pada wanita maupun pria.
4) Cedera sendi Trauma Genu akut termasuk robekan pada
ligamentum crusiatum dan meniskus merupakan faktor resiko
timbulnya Osteoarthritis Genu Billateral.
5) Obesitas dapat memproses terjadinya osteoarthritis. Oleh
karena itu menurunkan berat badan dapat mencegah terjadinya
Osteoarthritis Genu Billateral.

B. PATOFISIOLOGI
Osteoarhritis adalah penyakit degeneratif progresif sendi yang
menyebabkan nyeri, kekakuan, dan berbagi gerakan terbatas. Nyeri
adalah gejala utama pada penderita Osteoarhtritis. Osteoarthritis telah
diliat sebagai akibat dari cedera akut atau kronis yang menyebabkan
“kehausan” pada sendi. Kekakuan sendi yang dihasilkan dari proses
inflamasi ringan biasanya terjadi pada pada pagi hari dan berlangsung
kurang dari 30 menit. Krepitasi berbagai gerakan terbatas dan
deformitas terjadi dari hasil pembentukan osteofit, remodeling tulang
dan kehilangan tulang rawan. Terjadinya Osteoarhritis tergantung
interaksi antara beberapa faktor, osteoarhritis dapat terjadi karena
faktor usia lanjut, trauma, dan beban sendi karena obesitas
(Aditya,2019).

xviii
C. MANIFESTASI KLINIS
1) Nyeri

Keluhan yang dirasakan pasien Osteoarthritis adalah nyeri pada


sendi, yang menyangga berat tubuh, biasanya merasakan nyeri sendi
yang semakin memburuk setelah latihan atau meletakkan bebas diatas
genu ini disebabkan karena menipisnya bantalan sendi. Rasa sakit yang
bertambah dan memburuk ketika memulai aktivitas setelah jangka
waktu tidak ada aktivitas, dengan seiringnya waktu nyeri timbul
meskipun saat istirahat, sering timbul krepitasi saat melakukan
gerakan, sendi mengalami pembengkakan, bengkak dan hangat adalah
gejala dari setiap jenis arthritis, pembengkakan sendi dapat timbul
dikarenakan adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi
berubah, lingkup gerak sendi terbatas serta gejala lain yang
menyebabkan otot otot sendi genu menjadi lemah dan genu tidak
bergerak bebas. Nyeri sendi merupakan hal yang yang paling di
keluhkan, nyeri akan bertambah jika ada pergerakan sendi yang tekena
Osteorthritis Genu Billateral dan sedikit berkurang pada saat istirahat
(Aditya,2019).

2) Penurunan LGS

Lingkup Gerak Sendi pada pasien Osteoarthritis sangat terbatas


dan menurunnya LGS penderita berusaha menghindari gerakan yang
menyebabkan nyeri pada lutut ini yang menyebabkan penurunan
Lingkup Gerak Sendi terbatas sehinnga menyebabkan rasa sakit ketika
pasien menggerakan lututnya ketika beraktifitas dan hambatan
pergerakan sendi ini berat ketika digerakan dikarenakan adanya
penderita ketika menggerakan terasa sakit sehingga penderita
menghindari gerakan pada sendi lutut sehinga penderita Osteoarthritis
Genu Billateral tidak bergerak bebas (Dimas&Irine,2019).

3) Kelemahan Kekuatan Otot

xix
Kelemahan otot pada kondisi Osteoarthritis genu lutut sering
mengalami kelemahan otot akibat tidak aktif. Ketidakaktifan tersebut
akibat adanya rasa sakit sehingga penderita merasa kesaktitan saat
menggerakan lututnya, kelemahan otot semakin melemah ketika
penderita Osteoarthritis Genu Billateral ini sangat takut menggerakan
lututnya sehingga terjadi penurunan kekuatan otot pada kasus
penderita Osteoarthritus Genu Billateral (Dimas&Irine,2019). Menurut
aditya 2019 sendi lutut yang mengalami Osteoarthritis Genu Billateral
karena adanya timbul osteofit dapat mengalami kelemahan otot pada
otot-otot sendi Genu.

5. PEMERIKSAAN DAN PENGUKURAN KASUS


A. Diagnosis Osteoarthritis

Diagnosis Osteoarthritis dilakukan dengan mencari tahu riwayat


penyakit pasien lewat anamnesa, pemeriksaan fisik dan temuan radiologi.
Informasi yang dibutuhkan untuk membantu mendiagnosa Osteoarthritis
(Aditya,2019).

B. Ballotament Test

Test ini dilakukan untuk mengetahui adanya kelebihan ciaran


sinofial dalam sendi (Iman dkk,2017).

C. Anterior Drawer Test

xx
Test positif ini untuk menilai integritas ligament crutiatum anterior,
positif test mengindikasi ligament crutiatum anterior pada lutut
(Gabriela,2017).

D. Posterior Drawer Test

Test ini memiliki tujuan untuk menilai intregritas ligament


crutiatum posterior, Positifnya hilangnya endfeel normal sendi
(Gabriela,2017).

E. Nyeri

Nyeri lutut adalah rasa nyeri yang terjadi pada bagian depan lutut
atau didalam sendi lutut itu sendiri. Nyeri ini dapat berasal dari struktur
tulang lutut maupun sendir lutut, atau ligament dan tulang rawan.
Penelitian nyeri dapat diukur dengan VAS (Visual Analogue Scale)
dengan cara menanyakan kepada pasien (Dimas&Irine,2019).

F. Kekuatan Otot

Pada kondisi OA lutut sering mengalami kelemahan otot akibat


tidak aktif. Ketidakaktifkan tersebut akibat adanya rasa nyeri sakit
sehingga penderita merasa sungkan untuk menggerakan lututnya. Apabila
hal ini berlangsung lama, maka kekuatan dari otot penggerak sendi lutut
akan berkurang. Penelitian kekuatan otot bisa diukur dengan MMT
(Manual Muscle Test) (Dimas&Irini,2019).

G. LGS

Lingkup Gerak Sendi merupakan jarak yang ditempuh sendi saat


bergerak penurunan LGS disebabkan penderita yang berusaha

xxi
menghindari gerakan yang menyebab nyeri pada lutut. Penelitian ini dapat
diukur dengan Goneometer (Dimas&Irine,2019).

6. TEKNOLOGI FISIOTERAPI

Tujuan jangka pendek yaitu mengurangi nyeri, meningkatkan LGS,


meningkatkan kekuatan otot. Tujuan jangka panjang adalah
mengembalikan aktivitas fungsional.

INTERVENSI FISIOTERAPI:

A. Tens
TENS dalam intervensi pada kasus Osteoarthritis Genu
Billateral dapat mengurangi nyeri pada lutut. Penelitian selama 3
kali TENS yang digunakan mampu menghilangkan nyeri dan
meningkatkan kinerja fisik pada penderita Osteoarthritis Genu

xxii
Billateral (Aditya,2019). Menurut Amalia (2018) terapi Tens
berdampak pada peningkatan ambang nyeri dimana dengan
peningkatan ambang nyeri maka nyeri yang dialami penderita akan
menurun dan pengaruh yang terjadi adalah dengan pemberian
TENS maka ambang nyeri seseorang akan meningkat nyeri bisa
berkurang dengan aplikasi penggunaan TENS. TENS adalah
sebuah modalitas yang bertenaga listrik yang dialirkan lewat kulit
melewati elektroda yang diletakan pada area yang mengalami nyeri
sehingga pada kasus Osteoarhtritis Genu Billateral dengan
pemberian TENS dapat mengurangi nyeri dan memberikan efek
rilaksasi pada kasus tersebut (Iman,Dkk,2018). Modalitas Tens
dapat mengurangi nyeri pada kasus Osteoarthritis Genu Billateral,
Tens merupakan suatu metode nonfarmakologi yang dapat
menurunkan rasa sakit dan rasa nyeri pada lutut dengan kasus
Osteoarthritis Genu Billateral. Hal ini Tens menghasilkan efek
stimulasi yang lebih baik untuk penurunan intesitas nyeri pada
penderita Osteoarthritis Genu Billateral (Setyawan,2019).

B. Ultrasound
Tujuannya adalah untuk memperbaiki jaringan tulang
rawan karena US dapat menstimulasi poliferasi kondrosit dan
pruduksi matriks tulang rawan. Ultrasound dapat menghilangkan
nyeri pada titik yang nyeri disekitaran lutut yang dapat
memberikan efek relaksasi, meningkatkan aliran darah pada otot
yang nyeri dan spasme untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
penderita Osteoarthritis Genu. Ultrasound juga dapat
menghilangkan nyeri dan memberikan efek relaksasi pada kasus
Osteoarthritis Genu Billateral (Aditya,2019). Ultrasound pada
Osteoarthritis Genu Billateral dapat membantu memberikan

xxiii
penurunan nyeri yang dirasakan pasien, dan terbukti dapat
memfasilitasi menurunkan keluhan yang dirasakan penderita
Osteoarthritis Genu Billateral (I Putu dkk,2019). Ultrasound
merupakan gelombang suara yang memerlukan gel. Frekuensi yang
digunakan biasanya 1 – 3 MHz. Dengan efek micromassage dan
heating dapat mengurangi nyeri, dimana efek panas yang
dihasilkan dapat membantu peningkatan sirkulasi darah sehingga
nyeri berkurang dan memberikan efek rilaksasi pada penderita
Osteoarthritis Genu Billateral (Eddy&Jaryanto, 2018). Menurut
levent 2017 hasil menunjukan bahwa ultrasound adalah metode
yang efektif dalam menghilangkan rasa sakit dan peningkatan
fungsional pada penderita Osteoarhtritis Genu Billateral. Menurut
penelitian Armagan 2011 Ultrasound dapat memperbaiki jaringan
tulang rawan sehingga dapat mengurangi rasa nyeri pada penderita
Osteoarthritis Genu Billateral.

C. Exercise
Latihan ini disebut juga adalah latihan kontraksi yang
terjadi untuk meningkatkan tonus otot namun tidak disertai oleh
pemanjangan ataupun pemendekan otot. Kontraksi ini bersifat
statis meskipun tanpa pemendekan otot kontraksi otot isometrik
(Arrody dkk. 2015).
Penguatan isometrik adalah bentuk latihan statik, otot
berkontraksi, dan menghasilkan force tanpa perubahan panjang
otot dan sedikit/tanpa gerakan sendi. Latihan isometrik ini
digunakan untuk pasien tidak dapat mentoleransi gerakan sendi

xxiv
berulang, misalnya pada sendi yang terasa nyeri atau inflamasi.
Latihan isometrik atau statik kontraksi mudah dipelajari dan bisa
menguatkan otot dengan cepat. Apabila otot seemakin kuat
membaik maka stabilisasi sendi ikut membaik akibat latihan
isometrik/statik kontraksi (Nugraha&Kambayan,2017).
Dalam Pembahasan ini Quadriceps, Hamstring dan Gluteus
Medius exercise dapat memperbaiki fungsi sendi, meningkatkan
kekuatan sendi. Latihan yang diberikan terfokus pada quadriceps,
hamstring dan gluteus medius dikarenakan otot-otot tersebut
adalah penggerak sendi genu yang mengalami kelemahan otot
sehingga dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan stabilisasi
sendi lutut (Ismaningsih&Iit Selviani, 2018).

7. HIPOTESIS
A. Tens, Ultrasound, dan Exercise dapat mengurangi nyeri pada kasus
Osteoarthritis Genu Billateral.
B. Tens, Ultrasound dan Exercise dapat meningkatkan Lingkup Gerak
Sendi pada kasus Osteoarthritis Genu Billateral.
C. Tens, Ultrasound, dan Exercise dapat meningkatkan kekuatan otot
pada kasus Osteoarthritis Genu Billateral.

xxv
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian
Penelitian Ini menggunakan Penelitian Pendekatan penelitian
Eksperimental dengan pengukuran variabel data untuk mengetahui
Efek intervensi TENS, ULTRASOUND, Dan EXERCISE pada
Osteoarthritis Genu Billateral di RS. PKU. Muhammadiyah
Yogyakarta.
2. Populasi sampel

xxvi
A. Populasi dari penelitian ini adalah Pasien yang datang dengan
klinis Osteoarthritis Genu Billateral yang datang ke RS. PKU.
Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis secara
klinis Osteoarthritis lutut
3. Tempat dan Waktu
Kasus penelian karya tulis ilmiah ini diambil dari RS. PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, Jawa Tengah di ruang fisioterapi pada
tanggal 20 februari 2020.
4. Analisis Data
Anamnesis merupakan pengumpulan data yaitu pasien datang ke
RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan februari – maret
2020 dengan jalan tanya jawab kepada pasien tentang identitas pasien
seperti nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pekerjaan.
Dalam hal yang berkaitan dengan keadaan atau penyakit penderita
seperti keluhan utama, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
sekarang, dan riwayat penyakit keluarga. Kemudian dilanjutkan
pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan Vital Sign, Inspeksi,
Palpasi, Perkusi, Auskultasi, pemeriksaan gerak dasar, pemeriksaan
mmt, pemeriksaan antropometri, pemerksaan rom test dan
pemeriksaan spesifik.
5. Definisi Operasional
A. Osteoarthritis

Osteoarhtritis menurut American College of Rheumatology


merupakan sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada
tanda dan gejala sendi. Osteoarthritis merupakan kelainan sendi
degenerasi non inflamasi yang terjadi pada sendi yang dapat
digerakan dan sendi penopang berat badan.

B. Tens

xxvii
Penatalaksanaannya Tens yaitu Panaskan alat, kemudian basahkan
Pad dengan air, kemudian tempelkan Pad ke lutut, lalu atur waktu
selama 15 menit atur arus TENS dan naikan intesitas senyaman
pasien atau sampai pasien mengatakan stop.

C. Ultrasound

Penatalaksanaan hidupkan alat kemudian panaskan lalu siapkan jell


dan siapkan tranduser, atur waktu selama 3 menit dan atur intesitas
1Mhz, lalu oleskan jell pada area yang akan di Ultrasound,
kemudian tempelkan tranduser area yang sudah dikasih jell, lalu
tekan tombol start.

D. Exercise

Latihan ini adalah Quadriceps Setting, Hamstring Setting Dan


Gluteus setting.

Quadriceps Setting: Pasien tidur terlentang, Posisi terapis


disamping pasien, lalu terapis memberikan handuk dan diletakkan
dibawah lutut kemudia terapis mengarahkan pasien untuk menekan
handuk tersebut selama hitungan 5 kali.

xxviii
Hamstring Setting: Pasien tidur terlentang posisi kaki satu
menekuk dan kaki satunya lagi lurus, posisi terapis berada
disamping pasien lalu terapis mengarahkan pasien untuk menekan
tumit di bed dengan kaki yang ditekuk selama hitungan 5 kali.

Gluteus Medius Setting: Pasien tidur posisi miring, posisi terapis


berada disamping pasien lalu terapis mengarahkan pasien untuk
mengangkat kaki nya lurus lalu tahan selama hitungan 5 kali.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Nyeri

xxix
8

5
Nyeri Diam
4
Nyeri Tekan
Nyeri Gerak
3

0
T1 T2

Grafik Nyeri

A. Pengaruh Tens, Ultrasound, dan Exercise selama 2 kali terapi


didapatkan hasil:
1. Nyeri diam T1= 0, T2= 0
2. Nyeri tekan Menghasilkan T1= 7, T2= 5, setelah dilakukan terapi 2
kali adanya penurunan nyeri tekan pada kasus Osteoarthritis Genu
Bilateral.
3. Nyeri gerak menghasilkan T1= 5, T2= 5, setelah dilakukan terapi 2
kali adanya penurunan nyeri gerak pada kasus Osteoarthritis Genu
Bilateral.

2. Evaluasi Kekuatan Otot

xxx
6

3 Fleksor Knee
Ekstensor Knee
2

0
T1 T2

Grafik MMT (Kekuatan Otot Sinestra)

3 Fleksor Knee
Ekstensor Knee
2

0
T1 T2

Grafik MMT (Kekuatan Otot Dextra)

A. Pengaruh Tens, Ultrasound dan Exercise selama 2 kali terapi


didapatkan hasil:
1. Kekuatan otot sinestra T1= 4, T2= 5 didapatkan adanya
peningkatan kekuatan otot sinestra pada kasus Osteoarthritis Genu
Bilateral.
2. Kekuatan otot dextra T1= 4, T2= 5 didapatkan adanya peningkatan
kekuatan otot dextra pada kasus Osteoarthritis Genu Bilateral.

3 Evaluasi LGS

xxxi
140

135

130

125 Aktif
Pasif
120

115

110
T1 T2

Grafik LGS Lutut Sinistra

135
130
125
120
Aktif
115 Pasif
110
105
100
T1 T2

Grafik LGS Lutut Dextra

A. Pengaruh Tens, Ultrasound, dan Exercise selama 2 kali terapi


didapatkan hasil:
1. Lingkup Gerak Sendi pada gerak aktif T1= S= 0 - 0 – 120o, T2= S=
0 - 0 - 125o dan gerak pasif T1= S= 0 - 0 - 130 o, T2= S= 0 – 0 -
135o didapatkan hasil adanya peningkatan Lingkup Gerak Sendi
Sinistra pada kasus Osteoarthritis Genu Bilateral. Dan Lingkup
Gerak Sendi pada gerak aktif Dextra T1= S= 0 – 0 - 110 o, T2= S 0
- 0 - 120o dan Gerak pasif T1= 0 - 0 - 125o T2= S= 0 - 0 - 130o
didapatkan hasil peningkatan Lingkup Gerak Sendi

4. Pembahasan

xxxii
A. Tens, Ultrasound dan Exercise dapat menurunkan nyeri

Hal Diatas didapatkan Nyeri diam T1= 0, T2= 0 Nyeri tekan


Menghasilkan T1= 7, T2= 5, setelah dilakukan terapi 2 kali adanya penurunan
nyeri tekan pada kasus Osteoarthritis Genu Bilateral. Nyeri gerak
menghasilkan T1= 5, T2= 5, setelah dilakukan terapi 2 kali adanya penurunan
nyeri gerak pada kasus Osteoarthritis Genu Bilateral.

Menurut penelitian TENS dalam intervensi pada kasus Osteoarthritis


Genu Billateral dapat mengurangi nyeri pada lutut. Penelitian selama 3 kali
TENS yang digunakan mampu menghilangkan nyeri dan meningkatkan
kinerja fisik pada penderita Osteoarthritis Genu Billateral (Aditya,2019)
Dalam penelitian ini Tens efektif dalam menurunkan nyeri pada kasus
Osteoarthritis Genu Billateral. Menurut penelitian Armagan 2011 Ultrasound
dapat memperbaiki jaringan tulang rawan sehingga dapat mengurangi rasa
nyeri pada penderita Osteoarthritis Genu Billateral.

Nyeri lutut adalah rasa nyeri yang terjadi pada bagian depan lutut atau
didalam sendi lutut itu sendiri. Nyeri ini dapat berasal dari struktur tulang lutut
maupun sendir lutut, atau ligament dan tulang rawan. Penelitian nyeri dapat
diukur dengan VAS (Visual Analogue Scale) dengan cara menanyakan kepada
pasien (Dimas&Irine,2019). Nyeri sendi merupakan hal yang yang paling di
keluhkan, nyeri akan bertambah jika ada pergerakan sendi yang tekena
Osteorthritis Genu Billateral dan sedikit berkurang pada saat istirahat
(Aditya,2019).

B. Tens, Ultrasound dan Exercise dapat meningkatkan Kekuatan Otot

xxxiii
Hal diatas didapatkan Kekuatan otot sinestra T1= 4, T2= 5
didapatkan adanya peningkatan kekuatan otot sinestra pada kasus
Osteoarthritis Genu Bilateral. Kekuatan otot dextra T1= 4, T2= 5
didapatkan adanya peningkatan kekuatan otot dextra pada kasus
Osteoarthritis Genu Bilateral.

TENS yang digunakan mampu menghilangkan nyeri dan


meningkatkan kinerja fisik pada otot otot penderita Osteoarthritis Genu
Billateral (Aditya,2019).

Tujuannya adalah untuk memperbaiki jaringan tulang rawan


karena US dapat menstimulasi poliferasi kondrosit dan pruduksi matriks
tulang rawan. Ultrasound dapat menghilangkan nyeri pada titik yang nyeri
disekitaran lutut yang dapat memberikan efek relaksasi, meningkatkan
aliran darah pada otot yang nyeri dan spasme untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien penderita Osteoarthritis Genu. Ultrasound juga dapat
menghilangkan nyeri dan memberikan efek relaksasi pada otot otot pada
kasus Osteoarthritis Genu Billateral (Aditya,2019).

Pada kondisi OA lutut sering mengalami kelemahan otot akibat


tidak aktif. Ketidakaktifkan tersebut akibat adanya rasa nyeri sakit
sehingga penderita merasa sungkan untuk menggerakan lututnya. Apabila
hal ini berlangsung lama, maka kekuatan dari otot penggerak sendi lutut
akan berkurang. Penelitian kekuatan otot bisa diukur dengan MMT
(Manual Muscle Test) (Dimas&Irini,2019).

C. Tens, Ultrasound dan Exercise dapat meningkatkan Lingkup Gerak


Sendi pada kasus Osteoarthritis Genu Bilateral

xxxiv
Hal diatas didapatkan Lingkup Gerak Sendi pada gerak aktif T1=
S= 0 - 0 - 120o, T2= S= 0 - 0 - 125o dan gerak pasif T1= S= 0 - 0 - 130o,
T2= S= 0 – 0 - 135o didapatkan hasil adanya peningkatan Lingkup Gerak
Sendi Sinistra pada kasus Osteoarthritis Genu Bilateral. Dan Lingkup
Gerak Sendi pada gerak aktif Dextra T1= S= 0 – 0 - 110 o, T2= S 0 - 0 -
120o dan Gerak pasif T1= 0 - 0 - 125 o T2= S= 0 - 0 - 130 o didapatkan hasil
peningkatan Lingkup Gerak Sendi.

TENS adalah sebuah modalitas yang bertenaga listrik yang


dialirkan lewat kulit melewati elektroda yang diletakan pada area yang
mengalami nyeri sehingga pada kasus Osteoarhtritis Genu Billateral
dengan pemberian TENS dapat mengurangi nyeri dan memberikan efek
rilaksasi pada kasus tersebut (Iman,Dkk,2018).

Dalam Pembahasan ini Quadriceps, Hamstring dan Gluteus Medius


exercise dapat memperbaiki fungsi sendi, meningkatkan kekuatan sendi.
Latihan yang diberikan terfokus pada quadriceps, hamstring dan gluteus
medius dikarenakan otot-otot tersebut adalah penggerak sendi genu yang
mengalami kelemahan otot sehingga dapat mengurangi nyeri dan
meningkatkan stabilisasi sendi lutut (Ismaningsih&Iit Selviani, 2018).

Lingkup Gerak Sendi merupakan jarak yang ditempuh sendi saat


bergerak penurunan LGS disebabkan penderita yang berusaha
menghindari gerakan yang menyebab nyeri pada lutut. Penelitian ini dapat
diukur dengan Goneometer (Dimas&Irine,2019).

BAB V

xxxv
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tentang penatalaksanaan fisioterapi atas


nama Bp. Budi, Usia: 62 tahun, dengan diagnosa Osteoarthritis Genu
bilateral mengalami berbagai permasalahan yaitu: nyeri pada lutut,
penurunan lingkup gerak sendi, dan permasalahan penurunan kekuatan
otot.

Setelah diberikan 2 kali terapi fisioterapi dengan kasus


Osteoarhtritis Genu bilateral pada pasien atas nama Bp. Budi
didapatkan hasil sebagai berikut: Tens, Ultrasound dan exercise dapat
mengurangi nyeri, meningkatkan Lingkup Gerak Sendi dan
peningkatan kekuatan otot.

B. SARAN

Pada penanganan kasus Osteoartrhitis Genu Bilateral sangat


dibutuhkan kerja sama yang baik antara pasien dan fisioterapis agar
keberhasilan dalam rehabilitasi pada kasus ini dapat memperoleh hasil
yang maksimal, setelah melakukan terapi 2 kali kepada pasien
Osteoarthritis Genu Bilateral alangkah baiknya memberikan saran
kepada pasien hendaknya pasien melakukan fisioterapi secara rutin dan
melakukan home program yang diberikan fisioterapis adalah untuk
mengikuti senam lansia, olahraga bersepeda di pagi hari, melakukan
gerakan Quadriceps Setting, Hamstring Setting dan Gluteus medius
setting yang diajarkan terapis kepada pasien dan jalan santai serta
menjaga berat badan tetap ideal.

DAFTAR PUSTAKA

xxxvi
Aditya Denny Pratama. 2019. Intervensi Fisioterapi Osteoarthritis Genu
Billaterral. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, Vol 1 No.2, Januari-Juni
2019.

Amalia Solichati Rizqi. 2018. Transcutaneous Electrical Stimulation


Mempengaruhi Ambang Nyeri. Jurnal Link. 14 (2).Semarang.

Anwer S, Alghadir A. 2014. Effect of Isometric Quadricep and hamstring


Setting on muscle Strength, pain and functional in patients with knee
Osteoarthritis. J. Phys. Ther. Sci. 26: 745-748.

Armagan.2011. Short Effectiveness Of Ultrasound Therapy In Knee


Osteoarthritis. The journal of International Medical Research. 1233-
1242.

Arrody, Randika, Ruliando Hasea Purba, Rina Ambar Dewanti.(2015) Latihan


Isometrik terhadap peningkatan otot. Universitas Negri Jakarta

Dimas Adi&Irine Dwitasari.2019.Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Osteoarthritis


Knee Billateral Dengan Modalitas Tens, Laser, Dan Terapi Latihan. Jurnal
Pena Vol.33.No.2.Jakarta.

Eddy Triyono dan Jaryanto. 2018. Pemberian Ultrasound Dan My Ofascial


Release Technique Terhadap Penururnan Nyeri Pada Pasien Osteoarthritis.
Journal Gester Vol. XVI. No. 2.

Gabriela Intan Nggasi. 2017. Pemeriksaan Spesifik Regio Knee Dan Kasus
Fisioterapi Regio Knee.Makasar.

Iman Santoso.Ikke.kartika&Riza. 2018. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Post Op


Rekontruksi Anterior Cruciate Ligament Sinistra Grade III Akibat Ruptur.
Jurnal Vokasi Indonesia.Jakarta.

I Putu Yudi Pranama, Dewa Putu, Wahyudin, Luh, Irfan.2019. Intervensi


Ultrasound dan Perturbation Exercise Lebih Efektif Daripada Ultrasound

xxxvii
Mobilization With Movement Untuk Meningkatkan Fungsional Pada
Penderita Osteoarthritis Genu.Sport and Fitness Journal Volume 7,
No.1,Januari 2019: 68 – 77. Denpasar

Ismaningsih dan Iit Selviani. 2018. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus


Osteoarthritis Genu Billateral Dengan Intervensi Neuromuskular Taping
Dan Strengthening Exercise Untuk Meningkatkan Kapasitas Fungsional.
Journal Ilmiah Fisioterapi Vol 1 Nomer .

Kisner, C., & Colby, L. (2017). Terapi latihan dasar dan teknik.Ed 6. Vol I.
Jakarta. Buku Kedokteran.

Levent Ozgonenel.2017. Efektivitas Ultrasound Pada Osteoarthritis Lutut. Journal


Medis Ultrasound NCBI.

Man & Mologhianu. (2014). Osteoarthritis pathogenesis – a complex procces that


involves the entire joint. Journal of Medicine dan Life, 7(1), 37-41.

Nugraha, IB.Aditya, Gede Kambayana.(2017) Prinsip Penderita Osteoarthritis.


Jurnal Rheumatologi. Bagian Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta.

Setyawan Triwibowo,2019. Penatalaksanaan Fisioterapi Infra Red, Tens, dan


Terapi Latihan Pada Kasus Osteoarthritis Genu Billateral Di Rsud
Dr.Moewardi Surakarta..

Sharon Lewis, 2018. Medical Surgical Nursing Assasment And Management Of


Clinical Problem Eight Edition. USA.

xxxviii

Anda mungkin juga menyukai