Anda di halaman 1dari 111

PENGARUH LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA


LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN
BUNULREJO MALANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fisioterapi

OLEH :
KUNSTIARINI
201510490311027

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
PENGARUH LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN
BUNULREJO MALANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fisioterapi

OLEH
KUNSTIARINI
201510490311027

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF


TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN
BUNULREJO MALANG

SKRIPSI

Disusun Oleh:

KUNSTIARINI
201510490311027

Skripsi Telah Disetujui dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji

Pada Maret 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Nungki Marlian Y, SST.FT, M.Kes Ali Multazam, S.Ft.Physio.M.Sc


NIDN. 0706078706 NIDN. 0714049101

Mengetahui,
Ketua Program Studi Fisioterapi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

Atika Yulianti, SST.Ft.,M.Fis


NIP. 11414100531
ii
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF


TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN
BUNULREJO MALANG

SKRIPSI

Disusun oleh :

KUNSTIARINI
NIM. 201510490311027

Diujikan pada Maret 2019

Penguji I Penguji II

Nungki Marlian Y, SST.FT, M.Kes Ali Multazam, S.Ft.Physio.M.Sc


NIDN. 0706078706 NIDN. 0714049101

Penguji III Penguji IV

Kurnia Putri Utami, S.Ft, M. Biomed Atika Yulianti, SST.Ft.,M.Fis


NIDN. 070110002 NIP. 11414100531

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

Faqih Ruhyanudin, M.Kes,Sp.Kep.MB


NIP. 11414100531

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya, yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Kunstiarini

NIM : 201510490311027

Judul Penelitian : Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap

Penurunan Tekanan Darah pada Lanjut Usia dengan

Hipertensi di Kelurahan Bunulrejo Malang

Dengan ini menyatakan bahwa telah menyelesaikan Tugas Akhir Mahasiswa

Program Studi S-1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiya

Malang dalam bentuk penulisan skripsi. Penulisan ini benar adanya hasil karya

sendiri tanpa adanya pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain .

Apabila dikemudian hari penelitian ini dianggap telah melakukan plagiasi

karya tulis, maka saya bersedia menerima konsekuensi atas perbuatan tersebut.

Demikian surat pernyataan ini dibuat, atas perhatiannya saya sampaikan

terimakasih.

Malang, 27 Februari 2019

Yang membuat pernyataan,

Kunstiarini

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Pengaruh

Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lanjut

Usia dengan Hipertensi di Kelurahan Bunulrejo Malang”. Shalawat serta salam tak

lupa dihaturkan kepada rasulullah SAW, sebagai suri tauladan yang baik bagi umat

manusia.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Fisioterapi di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh

dari sempurna, dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun dalam

pembahasan materi, hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis.

Sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun mudah-

mudahan dikemudian hari dapat memperbaiki segala kekuranganya.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis

menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama kepada :

1. Drs. H. Fauzan, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Faqih Ruhyanudin, M. Kep., Sp. Kep.MB, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Ibu Nungki Marlian Yuliadarwati, SST.Ft., M.Kes selaku Dosen Pembimbing

I dan Bapak Ali Multazam S.Ft.Physio.M.Sc selaku Dosen Pembimbing II,

yang telah sabar membimbing dan membantu penulis dalam penyusunan

Skripsi ini.

v
4. Seluruh Dosen Program Studi Fisioterapi yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu, terimakasih atas bimbingan berupa ilmu dan nasehat-nasehat yang

telah disampaikan.

5. Staf Tata Usaha Prodi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang yang

telah banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan dan penulisan

skripsi ini.

6. Kepala Desa Bunulrejo Malang serta ketua RW 11 yang telah melapangkan

hatinya untuk memberikan izin dalam melakukan penelitian di Kelurahan

Bunulrejo Malang.

7. Lansia di Kelurahan Bunulrejo Malang selaku responden penelitian yang

telah bersabar dan dapat meluangkan waktunya dalam kegiatan penelitian ini

serta banyak memberikan pelajaran hidup, semoga selalu diberikan kesehatan

oleh Allah SWT

8. Bapa dan Mama saya, serta adik saya yang telah mencurahkan segenap cinta

dan kasih sayang serta perhatian moril maupun materi dan seluruh keluarga

tersayang yang telah banyak memberikan semangat dan do’a kepada saya.

9. Sahabat Seperskripsian saya Nur Hikmah, Dita Latifah dan Sri Fitria yang

sangat sabar membantu dari tebentuknya judul skripsi hingga terselsaikannya

penulisan skripsi ini, Terimakasih atas kerjasamanya, bantuan, serta waktu

yang telah kalian luangkan untuk saya

10. Sahabat-sahabat saya yang jauh disana Icha, Upeh, Dara, Yuni, Kiki, Ria

terimakasih atas dorongan motivasi serta semangat yang diberikan kepada

saya.

vi
11. Teman-teman seperjuangan GNO, Physioset, kelompok 1 dan 2 serta seluruh

teman-teman fisioterapi 2015 A yang telah membatu dalam jalannya

penulisan skripsi dari awal hingga akhir

12. Rekan-rekan fisioterapi UMM seluruh angkatan tanpa terkecuali yang telah

memberikan bantuan, motivasi dan do’a dalam penyusunan skripsi ini.

13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas do’a dan telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua

dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Malang, 27 Februari 2019

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .............................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
C. Tujuan............................................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................................ 6
E. Keaslian Penelitian ........................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 11
A. Tekanan Darah ............................................................................................... 11
1. Definisi Tekanan Darah ............................................................................... 11
2. Cara Mengukur Tekanan darah ................................................................... 11
3. Klasifikasi Tekanan Darah .......................................................................... 12
B. Hipertensi ....................................................................................................... 13
1. Definisi Hipertensi ...................................................................................... 13
2. Etiologi dan Faktor Resiko Hipertensi ........................................................ 14
3. Patofisiologi Hipertensi ............................................................................... 16
4. Klasifikasi Hipertensi .................................................................................. 17
5. Hipertensi pada Lanjut Usia ........................................................................ 18
C. Lanjut Usia ..................................................................................................... 19
1. Definisi Lanjut Usia .................................................................................... 19
2. Batasan-Batasan Lanjut Usia....................................................................... 19
3. Proses penuaan ............................................................................................ 20
4. Teori-Teori Proses Penuaan ........................................................................ 20
5. Perubahan Fungsi Pada Lanjut Usia ............................................................ 22
6. Problematika pada Lanjut Usia ................................................................... 25
D. Relaksasi Otot Progresif ................................................................................. 26

viii
1. Definisi Relaksasi Otot Progresif ................................................................ 26
2. Manfaat Relaksasi Otot Progresif ................................................................ 27
3. Indikasi dan Kontraindikasi Latihan Relaksasi Otot Progresif ................... 28
4. Langkah-langkah latihan relaksasi progresif ............................................... 29
5. Mekanisme reaksasi otot progresif terhadap penurunan darah tinggi ......... 41
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ................................................ 42
A. Kerangka Konsep ........................................................................................... 42
B. Hipotesis ......................................................................................................... 43
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 44
A. Desain Peneitian ............................................................................................. 44
B. Kerangka Penelitian ....................................................................................... 45
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ........................................................ 46
1. Populasi ....................................................................................................... 46
2. Sampel ......................................................................................................... 46
3. Teknik Sampling ......................................................................................... 46
D. Variabel Penelitian ......................................................................................... 47
1. Variabel Independen (Bebas) ...................................................................... 48
2. Variabel Dependen (Terikat) ....................................................................... 48
E. Definisi Operasional ....................................................................................... 48
F. Tempat Penelitian ........................................................................................... 49
G. Waktu Penelitian ............................................................................................ 49
H. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 49
I. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................................... 50
1. Tahap Persiapan .......................................................................................... 50
2. Tahap Pelaksanaan ...................................................................................... 50
3. Tahap Pengolahan Data ............................................................................... 51
J. Analisa Data ................................................................................................... 52
1. Analisa Univariat ......................................................................................... 52
2. Analisa Bivariat ........................................................................................... 53
K. Etika Penelitian .............................................................................................. 54
1. Lembar Persetujuan (Informed Concent) .................................................... 54
2. Tanpa Nama (Anonimity) ............................................................................ 54
3. Kerahasiaan (Confidentiality)...................................................................... 55
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA .......................................... 56
A. Karateristik Responden .................................................................................. 56
1. Karaterikstik responden berdasarkan usia ................................................... 56
2. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin ...................................... 57

ix
3. Tekanan darah responden sebelum intervensi ............................................. 57
4. Tekanan darah responden setelah intervensi ............................................... 58
B. Uji Analisis Data ............................................................................................ 58
1. Uji normalitas .............................................................................................. 58
2. Uji wilcoxon ................................................................................................ 59
BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 60
A. Intepretasi dan Hasil Penelitian ...................................................................... 60
B. Keterbatasan penelitian .................................................................................. 65
C. Implikasi terhadap pelayanan fisioterapi ........................................................ 65
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 67
A. Kesimpulan..................................................................................................... 67
B. Saran ............................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 69
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian penelitian .............................................................................................. 7


Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi ......................................................................................... 18
Tabel 4.1 Definisi operasional ........................................................................................... 49
Tabel 5.1 Karateristik responden berdasarkan usia ........................................................ 57
Tabel 5.2 Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin ........................................ 57
Tabel 5.3 Tekanan darah lansia sebelum intervensi ....................................................... 57
Tabel 5.4 Tekanan darah lansia setelah intevensi ........................................................... 58
Tabel 5.5 Hasil uji normalitas data ................................................................................... 59
Tabel 5.6 Hasil uji Wilcoxon ............................................................................................. 59

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat pengukur tekanan darah ....................................................................... 14


Gambar 2.2 Gerakan mengepalkan tangan dan nafas panjang ...................................... 30
Gambar 2.3 Gerakan dorso fleksi dan nafas dalam ........................................................ 31
Gambar 2.4 Gerakan lengan kebahu ................................................................................. 32
Gambar 2.5 Gerakan elevasi shoulder .............................................................................. 33
Gambar 2.6 Gerakan menarik dahi ................................................................................... 34
Gambar 2.7 Gerakan mengerutkan mata dan dahi .......................................................... 35
Gambar 2.8 Gerakan tersenyum lebar .............................................................................. 35
Gambar 2.9 Gerakan meniup terompet ............................................................................ 36
Gambar 2.10 Gerakan kontraksi otot leher ..................................................................... 37
Gambar 2.11 Gerakan fleksi neek .................................................................................... 38
Gambar 2.12 Gerakan ekstensi vertebra........................................................................... 38
Gambar 2.13 Gerakan nafas dada ..................................................................................... 39
Gambar 2.14 Gerakan nafas perut ..................................................................................... 40
Gambar 2.15 Gerakan mengangkat kaki .......................................................................... 41
Gambaar 2.16 Gerakan dorso fleksi kaki ......................................................................... 41

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka konsep .............................................................................................. 43


Bagan 4.1 Desain penelitian .............................................................................................. 45
Bagan 4.2 Kerangka penelitian.......................................................................................... 46

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kesediaan Menjadi Responden


Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Alat Ukur
Lampiran 4 SOP Latihan Relaksasi Otot Progresif
Lampiran 5 Tabulasi Data
Lampiran 6 Hasil SPSS
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 8 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 9 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi
Lampiran 10 Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Lampiran 11 Hasil Deteksi Plagiasi
Lampiran 12 Angket Persetujuan Seminar Proposal dan Revisi Seminar Proposal
Lampiran 13 Angket Persetujuan Seminar Hasil dan Revisi Seminar Hasil

xiv
DAFTAR SINGKATAN

WHO : Word Health Organization


Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional
Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
ACTH : Adrenocorticotropic Hormone
CRH : Corticotropin Releasing Hormone
PNS : Pegawai Negri Sipil
AHA : American Health Association
ACC : American College Cardiology
HDL : High Density Lipoprotein
LDL : Low Density Lipoprotein

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses manusia secara umum yaitu tumbuh dan berkembang, dari

lahir hingga lanjut usia. Masa tua yaitu fase terakhir kehidupan yang

ditempuh oleh manusia. Organisasi kesehatan dunia (WHO)

mengkategorikan umur lansia dimulai sejak usia pertengahan (middle age)

45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia (old) 75-90 tahun,

usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun, seiring dengan bertambah nya usia

maka akan mengalami berbagai hal permasalahan seperti menurunnya mental

sosial, psikologis, ekonomi dan biologis.

Perubahan struktural dan fungsional merupakan hal yang krusial yang

akan terjadi pada lansia seiring dengan bertambahnya usia, hal tersebut akan

berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan terutama dalam aspek

kesehatan. Perubahan yang terjadi pada lansia salah satunya yaitu penurunan

elastisitas pembuluh darah terutama pada dinding pembuluh darah aorta,

kelenturannya pun menurun dan menjadi kaku sehingga ketika jantung

memompa darah melalui arteri tersebut pembuluh darah pada aorta tidak

dapat mengembang seperti biasanya, dan disamping itu kerja dari jantung

jauh lebih berat karena pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui

pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya dan meyebabkan naiknya

tekanan dari darah sehingga hipertensi akan lebih rentan terjadi pada lansia

(Kozier, 2010).

1
2

Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya masalah-masalah pada

organ lain didalam tubuh, serta dapat memunculkan berbagai macam

penyakit lain seperti jantung koroner, kerusakan pembuluh darah pada otak

yang akan menyebabkan kelumpuhan. Hipertensi berada pada nomor urut

ketiga teratas sebagai penyebab kematian yang ada di Indonesia (Triyanto,

2014).

Data Riskesdas tahun 2013 menyatakan, penyakit terbanyak yang

dialami oleh lanjut usia ialah hipertensi (57,6%), artritis (51,9%), stroke

(41,1%), masalah gigi dan mulut (19,1%), penyakit paru obstruktif menahun

(8,6%), dan diabetes mellitus (4,8%), sebanyak 972 juta orang yang ada di

dunia mengalami hipertensi, 333 juta orang berada di Negara maju dan

sisanya sebanyak 639 juta berada di Negara berkembang salah satunya yaitu

di Indonesia (Yonata, 2016). Data Kemenkes RI tahun 2016 menyatakan,

hipertensi pada lanjut usia dengan umur 55-64 tahun sebanyak 45,9%, lanjut

usia dengan umur 65-74 tahun sebanyak 57,6%, dan 63,8% pada kelompok

lanjut usia dengan umur 75 tahun keatas . Prevalensi penyakit hipertensi yang

ada di Indonesia meningkat hingga 9,3%, pada tahun 2013 prevalensi

penyakit hipertensi di Jawa Timur yaitu sebanyak 26,2% (Riskesdas, 2013).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Malang tahun 2014

menyatakan, hipertensi merupakan penyakit terbanyak nomor dua di Kota

Malang, sebanyak 58.046 jiwa penderitanya, hal ini merupakan suatu

permasalahan kesehatan yang mana dapat diketahui bahwasanya lansia sangat

rentan terhadap hipertensi, oleh karena itu kualitas hidup lansia harus sangat

diperhatikan dengan baik.


3

Penggunaan obat-obatan dapat menurunkan tekanan darah pada

dengan hipertensi, tetapi penggunaan obat-obatan dalam jangka waktu yang

panjang dapat memiliki efek samping terhadap ginjal yang dapat

menyebabkan gagal ginjal, kerusakan hati dan organ penglihatan (Kowalski,

2010). Penelitian yang dilakukakan oleh Sulistyarini tahun 2013 menyatakan,

banyak terapi pendamping non farmakologi yang dapat dilakukan sehingga

tidak hanya memilih obat sebagai alternatif satu-satunya untuk suatu

penyakit. Peranan fisioterapi dapat digunakan untuk dengan hipertensi.

Penanganan hipertensi secara non farmakologi dari segi fisioterapi dapat

dilakukan dengan cara latihan dan aktivitas secara rutin guna untuk

meningkatkan kebugaran dari lansia, mengoptimalkan sistem jantung serta

meningkatkan kekuatan otot. Latihan-latihan yang bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah pada lanjut usia dengan hipertensi antara lain

ialah senam, walking exercise, latihan isometrik, dan relaksasi otot progresif

(Kozier, 2010).

Latihan relaksasi otot progresif merupakan suatu latihan yang

dilakukan untuk mencapai relaksasi otot maksimal yang mana ketika tubuh

dalam keadaan relaks akan adanya pengeluaran hormon endorphin yang

membuat bahagia sehingga adanya penurunan stress dan tekanan darah

(Wiria, 2015).

Latihan relaksasi otot progresif terdapat keterlibatan gerakan

peregangan otot-otot dan tidak hanya arahan secara visual, sehingga hal

tersebut dapat menjadi acuan untuk mempercepat proses penurunan tekanan

darah (Jones, 2013). Relaksasi otot progresif dapat menurunkan tingkat

stress, insomnia, ketegangan otot dan penurunan tekanan darah pada lansia
4

(Kumutha, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Kurniawati tahun 2016

meyatakan, untuk mendapatkan hasil yang baik maka relaksasi otot progresif

untuk menurunkan tekanan darah pada dengan hipertensi dilakukakan selama

20-30 menit.

Studi pendahuluan yang dilakukakan pada tanggal 19-20 September

2018 di Kelurahan Bunulrejo Malang didapatkan jumlah populasi lansia di

RW 11 sebanyak 70 orang, dengan keluhan hipertensi sebanyak 50 orang,

yang mana disebabkan beberapa faktor seperti kurang bergerak dan kurang

beraktivitas, karena mayoritas penduduk lanjut usia di Kelurahan Bunulrejo

ialah pegawai negri sipil (PNS) yang kemudian pada masa lanjut usia tidak

bekerja lagi dan tidak melakukakan aktivitas apapun, serta keadaan tempat

yang jauh dari puskesmas yang kemudian membuat penduduk lansia di

Kelurahan Bunulrejo Malang kurang kesadaran terhadap masalah kesehatan

yang ada pada diri mereka.

Hasil dari masalah yang telah dijabarkan, peneliti tertarik untuk

memberikan edukasi serta penanganan yang mudah tetapi memberikan hasil

yang baik terhadap penduduk lanjut usia dengan hipertensi di Kelurahan

Bunulrejo Malang, hal yang menarik dari penelitian ini yaitu tempat yang

jarang sekali diperhatikan oleh pihak puskesmas sekitar dan jarang diadakan

penyuluhan-penyuluhan serta penanganan secara non farmakologis terhadap

penyakit hipertensi serta latihan yang diberikan yaitu untuk semua jenis

klasifikasi hipertensi untuk semua jenis kelamin pada penduduk lansia

dengan hipertensi yang ada di Kelurahan Bunulrejo Malang, oleh sebab itu

peneliti mengangkat judul penelitian tentang “Pengaruh latihan relaksasi otot


5

progresif terhadap penurunan tekanan darah pada lanjut usia dengan

Hipertensi di Kelurahan Bunulrejo Malang”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap

penurunan tekanan darah pada lanjut usia dengan hipertensi di Kelurahan

Bunulrejo Malang ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan

tekanan darah pada lanjut usia dengan hipertensi di Kelurahan Bunulrejo

Malang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tekanan darah sebelum diberikan latihan relaksasi

otot progresif pada lanjut usia dengan hipertensi di Kelurahan

Bunulrejo Malang.

b. Mengidentifikasi tekanan darah sesudah diberikan latihan relaksasi

otot progresif pada lanjut usia dengan hipertensi di Kelurahan

Bunulrejo Malang.

c. Menganalisis pengaruh latihan reaksasi otot progresif pada lanjut usia

dengan hipertensi di Kelurahan Bunulrejo Malang.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan fisioterapi, khususnya fisioterapi bidang geriatri.

2. Aspek Praktis

a. Bagi Institusi Pelayanan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan

rekomendasi bagi tenaga kesehatan dalam menangani kasus hipertensi

dengan cara non farmakologi.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai masukan bagi peserta didik

fisioterapi untuk menangani kasus hipertensi pada lanjut usia.

c. Bagi Respoden

Memberikan edukasi tentang penyakit hipertensi serta

memberikan penanganan secara non farmakologis berupa relaksasi

otot progresif terhadap kasus hipertensi pada lanjut usia di Kelurahan

Bunulrejo Malang.

d. Bagi Pembaca

Menambah wawasan pembaca tentang relaksasi otot progresif

yang dapat digunakan untuk kasus hipertensi selain dengan teknik

farmakologi.

e. Bagi Penulis

Menambah ilmu pengetahuan baru serta menambah wawasan

mengenai kasus hipertensi dan penanganan kasus tersebut.


7

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama Judul Instrumen, Hasil Perbedaan


peneliti dan Penelitian Variabel, Penelitian dengan
tahun Sampel penelitian
penelitian Penelitian dan yang akan
Analisis Data dilakukan

1 Dini Afriani Efektifitas Instrumen Nilai p Perbedaan


Khasanah progressive sphygmomanom value 0,003, dengan
dan Isnaeni muscle eter p value < penelitian yang
Herawati, relaxsation sig 0,05, akan dilakukan
2018 therapy Variabel maka yaitu tempat
terhadap independen terdapat penelitian,
penurunan muscle pengaruh jenis tekanan
tekanan darah relaxsation progressive darah dan jenis
sistolik pada therapy muscle kelamin, pada
wanita lanjut relaxation penelitian ini
usia dengan Variabel therapy tempat
hipertensi dependent terhadap penelitian
primer penurunan penurunan berada di
tekanan darah. tekanan Kelurahan
darah Bunulrejo
Sampel 19 sistolik Malang, jenis
orang, perlakuan pada tekanan darah
diberikan kelompok sistol diastol,
selama 3 hari kontrol dan dan responden
berturut-turut perlakuan dengan
keseluruhan
Desain jenis kelamin
penelitian quasi perempuan dan
experimental laki-laki
dengan
pendekatan
pretest-posttest
with control
grup design

Hasil analisis
uji mann
whitney

2 Siti Nur Pengaruh Instrumen P value Perbedaan


Azizah, 2015 latihan sphygmomanom 0,008 pada dengan
relaksasi otot eter digital merk tekanan penelitian yang
progresif Omron Hem- darah akan dilakukan
8

terhadap 7203 sistolik dan yaitu tempat


penurunan p value dan responden
tekanan darah Variabel 0,077 pada penlitian, pada
pada dengan independen tekanan penelitian ini
hipertensi relaksasi otot darah tempat
primer di progresif diastolik penelitian di
Dusun maka Kelurahan
Gondang Variabel terdapat Bunulrejo
dependent pengaruh Malang dan
Penurunan latihan responden
tekanan darah relaksasi penelitian
otot yaitu lanjut
Sampel 20 orang progresif usia dengan
dengan terhadap hipertensi
perlakuan penurunan
selama 7 hari tekanan
berturut-turut darah sistol
pada
Desain dengan
penelitian quasi hipertensi
experimental dan tidak
dengan ada
pendekatan one pengaruh
grup pretest- pada
posttest design tekanan
darah
Analisis data diastol
uji wilxocon
signed rank test

3 Lenny Pengaruh Instrumen P value Perbedaan


Khairani dan relaksasi otot sphygmomanom 0,051 maka dengan
Eka Fadhila, progresif eter aneroid,ada penelitian yang
2015 terhadap stetoskop dan pengaruh akan dilakukan
penurunan lembar relaksasi yaitu tempat
tekanan darah observasi otot dan desain
pada lansia progresif penelitian,
dengan Variabel terhadap pada penelitian
hipertensi di independent penurunan ini tempat
Yayasan relaksasi otot tekanan penelitian di
Babus Salam progresif darah Kelurahan
Nurul Bunulrejo
Hikmah Variabel Malang dan
tahun 2015 dependent desain
penurunan penelitian pre
tekanan darah experimental
dengan
Sampel 30 pendekatan
orang, 15 one grup
kelompok pretest posttest
9

perlakuan, 15 group desain,


orang kelompok tidak
kontrol menggunakan
dilakukaan kelompok
selama 6 hari kontrol
berturut-turut
satu kali per hari
selama 20 menit

Desain
penelitian quasi
experimental
dengan
pendekatan the
non randomized
control grup
pretest-posttest
design

Analisis data
t-independent
4 Dwi Pengaruh Instrumen P value Perbedaan
Kurniawati, relaksasi otot Sphygmomanom 0,001 maka dengan
2016 progresif eter terdapat penelitian yang
pada dengan pengaruh akan dilakukan
hipertensi Variabel relaksasi yaitu tempat,
grade 2 di independen otot jenis dan
posyandu relaksasi otot progresif klasifikasi
Dusun progresif pada hipertensi serta
Dagaran dengan responden
Bantul Variabel hipertensi penelitian,
dependent grade 2 di pada penelitian
hipertensi posyandu ini tempat
Dusun penelitian di
Sampel 15 Dagaran Kelurahan
orang, intervensi Bantul Bunulrejo
dilakukakan Malang,
selama tujuh keseluruhan
hari berturut- jenis dan
turut satu kali klasifikasi
per hari selama hipertensi, dan
20 menit responden
lanjut usia
Desain dengan
penelitian quasi hipertensi
experimental
dengan
pendekatan one
grup pretest-
posttest design
10

Analisis data
uji wilxocon

5 Salvita Pemberian Instrumen P value Perbedaan


Fitriani, relaksasi otot Sphygmomanom 0,000 dengan
Miko Eka progresif eter air raksa terdapat penelitian yang
Putri, 2018 pada lansia pengaruh akan dilakukan
dengan Variabel relaksasi yaitu tempat
hipertensi independen otot penelitian dan
essensial di relaksasi otot progresif dosis latihan,
Kota Jambi porgresif pada lansia pada penelitian
dengan ini tempat
Variabel hipertensi penelitian di
dependen essensial di Kelurahan
hipertensi Kota jambi Bunulrejo
essensial Malang
dengan dosis
Sampel 20 latihan 2
responden minggu 7 kali
lansia, perlakuan pertemuan
diberikan satu
kali per hari
selama 20 menit
dalam waktu
seminggu

Desain
penelitian
pre
experimental
dengan
pendekatan one
grup pretest-
posttest design

Hasil analisi
uji paired t-test
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tekanan Darah

1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan gaya yang dialami oleh dinding arteri

ketika terdapat dorongan darah kedinding arteri saat darah dipompa

jantung keluar untuk disalurkan keseluruh tubuh (Palmer & Williams,

2007). Tekanan darah yang ditimbulkan pada dinding arteri ketika

mencapai puncaknya, saat otot-otot jantung berkontraksi disebut tekanan

sistolik. Tekanan darah diastol ialah tekanan darah terendah ketika

jantung relaksasi (Yulianti, Rokhanawati, Isnaeni, 2010).

Hipertensi dapat dikendalikan dengan melakukan aktivitas secara

rutin. Latihan fisik akan memberikan efek kepada tubuh yang akan

mempengaruhi sistem otot, sistem peredaran darah, sistem hormonal,dan

sistem pernafasan. Olahraga yang dilakukan secara rutin dapat

menghasilkan suatu respon kardiovaskuler yakni penurunan tekanan

darah (Darmojo, 2015).

2. Cara Mengukur Tekanan darah

Tekanan darah dapat diukur menggunakan alat yang dinamakan

sphygmomanometer, dengan jenis yang bermacam-macam seperti air

raksa ataupun digital. Alat tensimeter sebagai alat pengukuran tekanan

darah terdapat beberapa komponen berupa manset, manometer untuk

menunjukan tekanan sistol dan diastol, pompa dan selang karet serta

ventil putar. Teknik pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter

11
12

ialah dengan auskultasi yaitu mendengarkan tekanan darah sistol dan

diastol menggunakan stetoskop (Gain, 2013).

Tekanan darah dapat diukur ketika keadaan rileks, jangan dilakukan

dalam kondisi nafas masih tersenggal-senggal, lebih baik dilakukan ketika

pagi hari karena tubuh lebih cukup segar dibandingkan dengan malam

hari, pengaplikasiannya dapat dilakukan dalam keadaan duduk maupun

berbaring, kemudian posisikan lengan sejajar dengan jantung, manset

dipasang pada lengan pasien dekitar dua jari diatas lipatan siku dalam,

kemudian stetoskop diletakan pada arteri brakialis, pompa sampai suara

sudah samar untuk terdengar, kemudian tekanan pada tensimeter

diturunkan secara perlahan-lahan kemudian dapat didengar suara sistol

dengan suara ketupan pertama dan perlahan-lahan melemah dengan

ketupan terakhir disebut diastol (Suri, 2017)

Gambar 2.1 Alat pengukur tekanan darah


Sumber : Mathew, 2018

3. Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan darah dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu

tekanan darah rendah, tekanan darah normal, tekanan darah tinggi

(Huwaidah, Ari, Basyar, 2017).


13

a. Tekanan darah rendah (Hipotensi)

Hipotensi yaitu seseorang dengan ukuran darah sistol < dari

100 MmHg, sehingga organ-organ di dalam tubuh tidak mendapatkan

aliran darah yang cukup, seseorang dengan tekanan darah rendah

tidak memperlihatkan gejala, dan dapat diketahui ketika tekanan darah

diukur (Davis, Testaverde, 2012).

b. Tekanan darah normal (Normotensi)

Tekanan darah yang berada pada nilai 120 untuk sistol dan 80

untuk diastol (Blonsky, Pohl, Nally, dkk, 2018)

c. Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Tekanan darah tinggi yaitu tekanan darah sistol ≥ 130 mmHg

dan tekanan darah diastol diatas 80 mmHg (Blonsky, Pohl, Nally,

dkk, 2018)

B. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan yaitu terdapat peningkatan dari

tekanan darah, menurut Kemenkes RI tahun 2013, dikatakan hipertensi

apabila tekanna darah sistolik berada pada angka diatas 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg. Peningkatan tekanan darah

terjadi karena vasokonstruksi pembuluh darah di jantung yang kemudian

menyebabkan curah jantung meningkat dan tekanan darah pun meningkat.

(Syamsudin, 2011). Peningkatan tekanan darah tinggi sebaiknya jangan

diremehkan dan di biarkan dalam jangka waktu yang panjang karena

dapat berpotensi untuk merusak organ-organ lain didalam tubuh seperti


14

ginjal, jantung, pecah nya pembuluh darah yang ada diotak (Kemenkes

RI, 2013).

Hipertensi dapat terjadi pada semua orang yang memiliki faktor resiko

terjadinya hipertensi antara lain faktor usia, keturunan dan jenis kelamin.

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang sering disebut sebagai sillent

killer dikarenakan pada dengan hipertensi cinderung tidak mengalami

tanda dan gejala khusus sehingga seseorang yang menderita hipertensi

tidak menyadarinya (Kemenkes RI, 2013)

2. Etiologi dan Faktor Resiko Hipertensi

Etiologi hipertensi tidak dapat diketahui secara pasti karena hipertensi

seringkali muncul tanpa disadari penyebabnya terlebih dahulu, dan dapat

juga disebabkan karena penyakit lain seperti gagal ginjal, ataupun

kelainan hormonal (Syamsudin, 2011).

Etiologi dari hipertensi dapat dibagi menjadi dua yaitu hipertensi

primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder merupakan keadaan

dimana tekanan darah tinggi yang muncul disebabkan oleh suatu obat

atau penyakit tertentu seperti penyakit sleep apnea disorder, tumor dan

ginjal (Robinson, 2014). Hipertensi primer merupakan suatu keadaan

dimana terjadi peningkatan resistensi perifer karena adanya kelainan

hemodinamika, beberapa faktor resiko dari hipertensi yang menunjang

hipertensi primer ialah faktor genetik serta kebiasan-kebiasan buruk yang

dilakukakan seperti kebiasaan merokok, konsumsi garam berlebih,

konsumsi alkohol, stress, gaya hidup yang kurang sehat seperti sering

mengkonsumsi makanan jung food, jarang melakukakan aktivitas dan

kurang berolahraga (Priyanto & Batubara, 2010).


15

Dampak negatif yang terjadi dari gaya hidup modern pada era ini

khusus nya dalam aspek kesehatan yaitu timbulnya suatu penyakit-

penyakit salah satunya adalah hipertensi, hal ini didasari karena makanan

instan yang umumnya mengandung natrium (garam) merupakan salah

satu faktor resiko dari hipertensi. Natrium dalam takaran yang tepat

sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga kesimbangan cairan,

berbeda hal nya jika natrium didalam tubuh berlebihan maka ginjal sulit

untuk mengeluarkan natrium karena natrium sifatnya mengikat banyak air

karena adanya resistensi cairan menyebabkan tekanan darah meningkat

(Sutomo & Budi 2009).

Faktor resiko lainnya berkaitan dengan umur, jenis kelamin dan faktor

genetik. Umur menjadi bagian yang tidak bisa dihindari untuk menjadi

faktor resiko dari berbagai penyakit dikarenakan semakin bertambahnya

umur, fungsional serta struktural mengalami penurunan sehingga lebih

rentan dengan berbagai macam penyakit, salah satunya hipertensi yang

dikarenakan oleh penurunan elastisitas pembuluh darah jantung sehingga

pembuluh darah tersebut menjadi kaku dan curah jantung meningkat

(Kozier, 2010). Hipertensi lebih rentan diderita oleh wanita khususnya

wanita yang sudah menopause karena pengaruh hormon estrogen yang

menurun menyebabkan sel-sel endotel rusak dan menyebabkan plak

didarah serta merangsang tekanan darah meningkat. Faktor genetik

memegang peranan pada faktor resiko hipertensi, sebagian besar orang

tua dengan hipertensi akan menurunkan kepada anaknya, sehingga anak

dengan orang tua hipertensi akan lebih beresiko, dikarenakan pewarisan

sifat dari suatu gen (Racun, 2013).


16

3. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme pengaturan kontraksi serta relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor pada sistem otak. Pusat vasomotor bermula

dari saraf simpatis yang berlanjut menuju korda spinalis dan keluar

melalui kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis yang berada di

abdomen dan ditorak. Rangsangan dari pusat vasomotor yang berupa

implus bergerak melalui saraf simpatis kebawah ganglia simpatis, yang

mana pada kondisi ini preganglion melepaskan asetilkolin yang

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah dengan

dilepaskannya noefrinefril yang bermanisfestasi pada kontraksi pembuluh

darah. Respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstruksi dapat

dipengaruhi oleh rasa cemas, takut serta emosi (Handayani, 2014).

Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi seperti keadaan stress

akan menimbulkan vasokonstruksi dikarenakan adanya sekresi dari

epinefril, terjadinyanya vasokonstruksi akan meningkatkan volume darah,

sehingga jantung bekerja lebih cepat dari biasanya, curah jantung naik

dan menyebabkan hipertensi (Karen, 2012).

Etiologi hipertensi seperti stress meyebabkan sekresi dari renin. Renin

yang ada diginjal dapat mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II

kemudian mengubahnya menjadi angiotensin III yang mana angiotensin

II dan III menyebabkan lepasnya aldoesteron serta dapat meningkatkan

volume intravaskular dan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah.

Angiotensin II dan angiotensin III dapat menyebabkan hambatan pada

sekresi natrium yang menyebabkan kenaikan tekanan darah (Udjianti,

2010).
17

4. Klasifikasi Hipertensi

American Health Association (AHA) dan American College

Cardiology (ACC) tahun 2017 menyatakan klasifikasi tingkat hipertensi

ialah tekanan darah sistol ≥ 140 mmHg, tekanan darah diastol ≥ 90

mmHg.

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi


(Sumber : Whelton, 2017)

Bp Category Systolic BP Diastolic BP

Normal < 120mmHg And <80mmHg

Elevated 120-129 mmHg And <80 mmHg

Hypertension

Stage 1 130-139 mmHg Or 80-89 mmHg

Stage 2 ≥140 mmHg Or ≥90 mmHg

Kemenkes RI tahun 2013 menyatakan, klasifikasi hipertensi dibagi

berdasarkan penyebab dan bentuk hipertensi.

a. Hipertensi berdasarkan penyebab

Hipertensi primer dan hipertensi sekunder merupakan bagian

dari penyebab hipertensi secara umum. Hipertensi primer tidak dapat

diketahui secara pasti penyebabnya, 90% kasus hipertensi merupakan

jenis hipertensi primer, hal ini dikaitkan dengan life style, dengan

kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan seperti merokok,

kurangnya aktivitas fisik, obesitas, konsumsi jung food yang

berlebihan (Pusdatin RI, 2014).

Hipertensi sekunder terjadi karena adanya penyakit lain yang

kemudian menyebabkan tekanan darah meningkat, penyakit-penyakit


18

yang dimaksut ialah gagal ginjal, konsumsi obat-obatan tertentu,

kelainan hormonal (Pusdatin RI, 2014).

b. Hipertensi berdasarkan bentuk

Kemenkes RI 2017 menyatakan hipertensi berdasarkan

bentuknya ialah hipertensi diastolik dimana tekanan darah arteri

sistemik meningkat, hipertensi sistolik, serta hipertensi campuran

yang mana diastole dan sistol meningkat.

5. Hipertensi pada Lanjut Usia

Tekanan darah akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya

usia, peningkatan tekanan darah terus meningkat setelah umur 60 tahun,

peningkatan tekanan darah yang kerap disebut dengan penyakit hipertensi

merupakan suatu penyakit yang tidak memiliki tanda dan gejala dan

disebut sebagai ”the silent disease”, oleh karena itu lansia dianjurkan

untuk memeriksakan diri secara rutin karena lansia sangat rentan

mengalami berbagai macam penyakit terutama hipertensi (Junita, 2014)

Perubahan anatomi dan fisiologi pada lanjut usia akan mempengaruhi

sistem yang ada pada tubuh lansia. Kekakuan dinding arteri besar, asupan

sodium yeang terlalu tinggi dan peningkatan konsentrasi renin yang akan

menyebabkan berbagai penyakit yang akan dialami oleh lansia, salah

satunya ialah gangguan kardiovaskuler yang lebih spesifik terhadap

hipertensi (Darmojo, 2015).


19

C. Lanjut Usia

1. Definisi Lanjut Usia

Lanjut usia merupakan suatu fase pada siklus kehidupan manusia

yang terakhir, pada tahapan dan fase ini manusia mengalami kemunduran

dan menurunnya berbagai macam fungsi tubuh yang akan berdampak

pada aspek-aspek sosial, ekonomi, mental serta aspek kesehatan,

dikarenakan daya tahan tubuh manusia pada lanjut usia akan menurun,

sehingga pada masa lanjut usia sangat rentan oleh berbagai macam

penyakit (Ratmini dan Arifin, 2011).

Keterbatasan fungsi yang dialami lansia membuat ketidakmampuan

unyuk memenuhi kebutuhan-kebutuha secara jasmani maupun rohani.

Individu dikatakan lansia ketika berumur 60 tahun atau lebih (Nugroho,

2012).

2. Batasan-Batasan Lanjut Usia

Penelitian yang dilakukan oleh aspiani tahun 2014

menyatakan,batasan-batasan lansia adalah sebagai berikut :

a. Usia 55-59 tahun yaitu masa virilitas (prasenium) yang mana pada

masa ini lansia mepersiapkan diri untuk memaksimalkan jiwa dan

raga untuk perubahan fungsi yang ada pada diri lansia.

b. Usia 60-64 tahun yaitu masa usia lanju dini (senescen) yang man

apada masa ini merupakan proses dan kondisi dari penurunan fungsi

pada lansia.

c. Usia 65 tahun keatas yaitu keadaan dimana lansia mengalami

penurunan sistem imun serta fungsi yang ada didalam tubuh sehingga
20

pada usia ini lansia sangat beresiko menderita berbagai macam

penyakit degeneratif.

3. Proses penuaan

Penuaan yaitu proses yang tidak dapat dihindari oleh makluk hidup

yang dikaruniai umur panjang, pada proses penuaan terjadinya perubahan

fungsi yang ada didalam tubuh, dari segi penurunan jaringan-jaringan

didalam tubuh, sehingga jaringan-jaringan tidak mampu untuk

memperbaiki diri. Lanjut usia merupakan tahapan terakhir pada proses

penuaan (Darmojo, 2015).

4. Teori-Teori Proses Penuaan

Teori penuaan terdiri dari teori penuaan biologis dan teori penuaan

psikososial.

a. Teori penuaan biologis

Teori yang merupakan teori biologis yaitu :

1) Teori Seluler

Sel akan terus tumbuh dan membelah untuk mempebaiki diri,

tetapi ketika proses penuaan terjadi sel-sel tersebut akan

mengalami pembelaha dengan jumlah yang sedikit pada bagian-

bagian dari organ tubuh seperti pada jantung, saraf, sistem

muskuloskletal, sehingga sel tidak dapat diganti dan akan

mengalami kerusakan dan akhirnya sel akan mengalami kematian,

sehingga regenerasi dari sel tidak terjadi (Azizah, 2011).


21

2) Teori Imunologi

Fungsi sistem imun untuk mempertahankan diri menurun

dikarenakan adanya zat khusus yang diproduksi pada saat

metabolisme didalam tubuh (Hidayat, 2011).

3) Sintesis Protein

Perubahan kimiawi yang terjadi pada protein yang ada

dijaringan tertentu akan mengakibatkan kolagen dan kartilago

yang ada dikulit menurun elastisitasnya, beberapa protein yang

ada pada lansia (kolagen, elastin kulit serta kartilago) dibentuk

beberapa fungsi serta strukturnya dengan protein pada usia muda,

oleh karena itu pada masa lansia elastisitas dari kulit ataupun

organ lain menurun (Azizah, 2011).

4) Teori Genetik dan Mutasi

Penuaan sudah terprogram pada suatu genetic, dan kemudian

penuaan tersebut terjadi dikarenakan sel-sel mengalami deteriorasi

dan perubahan molekul merupakan mutasi yang akan dialami

seiring dengan pertambahan usia. (Hidayat, 2011).

5) Teori Radikal Bebas

Radikal bebas menyebabkan stress oksidatif pada karbohidrat

dan protein sehingga sel-sel tidak dapat meregenerasi dengan baik.

b. Teori Psikososial

1) Teori aktivitas

Aktivitas mental dan fisik dapat memelihara kesehatan

seseorang sepanjang rentang kehidupan. Lansia dengan masa

mudanya selalu melakukan aktivitas akan merasakan adaptasi,


22

sehingga hal tersebut akan tetap dipertahankan sampai usia lanjut

(Azizah, 2011).

2) Teori Pembebasan

Teori ini mengungkapkan bahwa lansia cenderung menarik

diri dari lingkungan sekitar, serta rasa sosial yang menurun

dikarenakan beberapa faktor seperti malu untuk menunjukan diri,

berfikir telah lepas tanggung jawabdan dilimpahkan kepada

generasi selanjutnya (Azizah, 2011).

5. Perubahan Fungsi Pada Lanjut Usia

Fungsi struktural dan fisiologis akan menurun seiring dengan proses

penuaan (Mauk, 2010). Perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia

akibat dari proses penuaan antara lain:

a. Sistem Muskuloskletal

Penurunan masa otot sehingga otot menjadi atrofi dikarenakan

kurangnya aktivitas yang dilakukan oleh lansia. Massa tulang

menurun dan pembentukan tulang melambat dikarenakan menurunnya

beberapa hormon seperti parathormon, kalsitonin serta hormone

estrogen pada wanita, serta disebabkan oleh usia yang semakin

menua, dan pada wanita penuaan ini di percepat oleh faktor

menopause (Darmojo, 2015).

b. Sistem Respirasi

Umur yang bertambah akan mengakibatkan penurunan fungsi-

fungsi pernafasan dikarenakan beberapa faktor seperti otot-otot

pernafasan yang sudah berkurang kerjanya di sebabkan oleh

penurunan masa otot serta tulang iga yang menurun elastisitasnya


23

membuat laju ekspirasi terganggu, lansia lebih beresiko menderita

penyakit-penyakit yang menyerang pernafasan seperti asma, kanker

paru, penyakit paru obstruktif menahun (Ebersol, 2010).

c. Sistem Kardiovaskuler

Umur yang bertambah menyebabkan terjadinya penurunan

kekuatan untuk kontraksi, kecepatan kontraksi dan isi sekuncup serta

penebalan dinding pembuluh darah besar sehingga lansia rentan untuk

mengalami gangguan kardiovaskuler (Darmojo, 2015). Elastisitas

pembuluh darah pada jantung menurun sehingga pembuluh darah

tersebut menjadi kaku yang membuat kerja jantung berlebihan ketika

memompa darah (Kozier, 2010).

d. Sistem Persarafan

1) Sistem Saraf Pusat

Otak memiliki 100 juta sel dengan berbagai macam fungsi,

salah satunya untuk menghantarkana implus ke tubuh ketika

proses penuaan terjadi maka sel otak akan menurun 100 juta

pertahunnya. Susunan saraf akan mengalami atrofi sehingga tidak

terjadi regenerasi dengan baik akhirnya menyebabkan kematian

saraf (Azizah, 2011).

2) Sistem Saraf Perifer

Susunan saraf mengalami banyak perubahan, dari perubahan

anatomi serta fisiologi pada serabut saraf mengalami atrofi yang

progresif, akson dendrit dan badan sel banyak mengalami

kematian karena kurangnya protein serta lemak dan asupan nutrisi


24

pada saraf, oleh karena itu kondisi yang akan diterima tubuh ialah

penurunan fungsi kognitif, postur dan reflek (Sherwood, 2009).

e. Sistem Pendengaran

Tulang-tulang yang ada dibagian telinga mengalami

penurunan masa tulang sehingga tulang menjadi mudah rapuh,

kekuatan dari otot-otot sekitar telinga mengalami penebalan rambut

serta kulit telinga menjadi tipis, menurunnya fungsi struktur dan

fungsional sistem pendengaran dapat mengakibatkan terbentuknya

serumen didalamnya yang mana berdampak pada gangguan konduksi

suara sehingga pendengaran menurun (Miller, 2009). Atrofi dari

membran timpani menyebabkan gangguan pendengaran (Ebersol,

2010).

f. Sistem Gastrointestinal

Perubahan gastrointestinal pada lansia dapat terlihat nyata

pada bagian mulut, rahang, gigi. Proses penuaan memberikan

perubahan pada bagian-bagian mulut, esofagus, lambung, usus sampai

anus (Nugroho, 2012).

g. Sistem Sensoris

Penurunan korpus free nerve ending yang ada pada kulit

menyebabkan sistem sensoris mengalami perubahan dan kulit

mengalami penurunan kepekaan dalam merasakan sesuatu, sehingga

sistem somatosensoris mengalami penurunan. Faktor-faktor yang

digunakan untuk menjaga posisi tubuh berada pada tempatnya akan

menurun fungsinya, dikarenakan faktor lanjut usia (Dewi & Sofia

2015)
25

h. Sistem Perkemihan

Atrofi di otot-otot kandung kemih menyebabkan berbagai

macam masalah kesehatan pada lansia, yaitu inkontinensia (Suhartin,

2010). Menurunnya fungsi ginjal menyebabkan metabolisme yang

tidak sempurna, sehingga pengaturan pada perkemihan akan

kehilangan control ketika berkemih, sehingga terjadilah inkontinensia

pada lanjut usia (Stuart, 2009).

6. Problematika pada Lanjut Usia

Penuaan pada lanjut usia menyebabkan berbagai masalah pada

anatomi dan fisiologi lansia yang menyebabkan tubuh akan mengalami

berbagai masalah kesehatan, menurut Wahyunita dan Fitrah (2010)

penyakit degeneratif yang sering diderita oleh lansia antara lain ialah :

a. Osteoarthtritis (OA)

Osteoartrhritis merupakan peradangan pada sendi disertai

kerusakan pada tulang rawan dan perlunakan permukaan sendi secara

progresif dan pertumbuhan tulang rawan sendi (osteofit) di tepi

tulang.

b. Kencing Manis

Lansia dengan berat badan berlebih (obesitas), pola makan

yang kurang benar, serta aktivitas fisik yang cinderung menurun

menyababkan lansia lebih rentan terkena diabetes mellitus.

c. Kolesterol

Kadar kolesterol yang tinggi didalam tubuh akan

memunculkan berbagai macam penyakit lainnya seperti tekanan darah

tinggi, stroke, penyakit jantung.


26

d. Osteoporosis

Osteoporosis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan

berkurangnya masa tulang yang menyebabkan menurun kekuatan

tulang serta meningkatkan kerapuhan tulang (Anna & Quratul, 2013).

e. Tekanan Darah Tinggi

Kebanyakan dari lansia menderita penyakit tekanan darah

tinggi yang tidak disadari keberadaannya, tekanan darah tinggi

merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg

tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Pembuluh darah pada lansia

cinderung tebal dan kaku sehingga menyebabkankemampuan jantung

untuk memompa darah ke seluruh tubuh menurun dan kerja jantung

semakin meningkat, sehingga tekanan darah menjadi lebih tinggi,

apabila penyakit hipertensi.

D. Relaksasi Otot Progresif

1. Definisi Relaksasi Otot Progresif

Relaksasi otot progresif merupakan suatu terapi yang memusatkan

pada otot-otot agar otot menjafi relaks, metodenya dengan cara

peregangan-peregangan diotot dengan berfokuskan pada ketenangan,

seluruh otot anggota gerak pertama-tama di kontraksikan terlebih dahulu

kemudian diikuti oleh relaksasi (Herawati, 2016).

Relaksasi otot progresif merupakan metode yang mudah untuk

dilakukan dan tidak ada efek samping yang ditimbulkan. Relaksasi otot

progresif efektif untuk mengatasi berbagai macam masalah kesehatan

serta masalah psikologis, relaksasi otot progresif antara lain dapat


27

menurukan tingkat stress, gangguan tidur, mengalihkan rasa nyeri serta

dapat menurunkan tekanan darah tinggi (Solehati dan Kosasih, 2015).

2. Manfaat Relaksasi Otot Progresif

a. Menurunkan tingkat kecemasan

Relaksasi otot progresif menimbulkan sensasi relaks dan

tenang sehingga menurunkan aktivitas dari saraf simpatis, sehingga

rasa tegang yang berlebihan dapat menurun (Sitralita, 2010).

b. Menurunkan tingkat stress

Relaksasi otot progresif akan menurunkan aktivitas dari saraf

parasimpatis, yang mana akan menyebabkan penurunan hormon stress

sehingga anggota tubuh lebih nyaman dan stress menurun dan tubuh

berfungsi untuk penyembuhan serta penguatan (Furqon, 2017).

c. Manangani gangguan tidur

Relaksasi otot progresif menstimulus hormon CFR

(corticotropin releasing factor) yang mempengaruhi B endorfin untuk

membuat suasana hati menjadi bahagia sehingga dengan keadaan

releks dan bahagia membuat kualitas tidur menjadi baik, relaksasi otot

progresif dapat menurunkan insomnia (Solehati dan Kosasi, 2015).

d. Menurunkan ketegangan otot

Mekanisme kerja dari relaksasi otot progresif ialah aktivitas

difokuskan pada otot-otot anggota tubuh dengan kontraksi secara

isometric kemudian merelaksasikannya, sehingga ketegangan otot

berkurang (Sherwood, 2011).


28

e. Menurunkan tekanan darah tinggi

Otot-otot tubuh yang relaks karena latihan relaksasi otot

progresif akan mensekresi hormon CRH (corticotropin releasing

hormone) dan ACTH (adrenocorticotropic hormone), yang akan

menyebabkan aktivitas dari saraf simpatis menurun menyebabkan

pengeluaran adrenalin dan nonadrenalin berkurang, menyebabkan

pelebaran pembuluh darah, sehingga darah menjadi lancar sehingga

tekanan darah arterial jantung menurun (Sherwood, 2011).

f. Membangun emosi positif dan menurunkan emosi negatif

Relaksasi otot progresif dilakukan pada otot-otot seluruh tubuh

dengan kontraksi isometrik, diikuti dengan peregangan dan relaksasi

maksimal membuat tubuh menjadi nyaman, sehingga dapat berfikir

dengan baik oleh karena itu akan terbentuknya emosi positif.

3. Indikasi dan Kontraindikasi Latihan Relaksasi Otot Progresif

Indikasi dari latihan relaksasi otot progresif antara lain :

a. Ketegangan otot

b. Kondisi stress

c. Gangguan tidur

d. Nyeri punggung miogenik

e. Kondisi hipertensi

f. Kecemasan

Penelitian Fritz tahun 2013 menyatakan bahwa kontraindikasi dari

relaksasi otot progresif adalah penyakit jantung kronik, peningkatan

tekanan intrakranial, cidera akut musculoskletal.


29

4. Langkah-langkah latihan relaksasi progresif

Latihan relaksasi otot progresif dapat dilakukan selama 20-30 menit,

lebih baik dilakukan ditempat yang nyaman agar hasilnya menjadi lebih

baik, Langkah-langkah melakukan terapi relaksasi progresif terdapat 15

langkah yang dilakukan secara berurutan (Edmund, 2015). langkah-

langkah latihan relaksasi otot progresif pada penelitian ini merupakan

modifikasi dari penelitian eva tahun 2016, modifikasi yang dilakukan

yaitu setiap gerakan yang dilakukan menggunakan nafas dalam.

a. Langkah pertama

Gerakan dilakukan untuk mengkontraksikan dan melatih otot-

otot fleksor sepanjang lengan bawah dan lengan atas.

Gambar 2.2 Gerakan mengepalkan tangan dan nafas dalam


Sumber : Data Primer, 2018

1) Posisi duduk dengan keadaan relaks, posisi badan tegak dengan

pandangan lurus kedepan, posisi tangan lurus kedepan sejajar

dengan bahu
30

2) Genggam kedua tangan sehingga membuat kepalan pada jari-jari

tangan

3) Otot-otot tangan dikontraksikan dan tangan diangkat keatas

disertai dengan nafas panjang

4) Kepalan jari-jari tangan perlahan-lahan dibuka dan tangan

diturunkan secara perlahan-lahan seiring dengan menghembuskan

nafas

5) Gerakan ini dilakukan 6-8 kali pengulangan

b. Langkah kedua

Gerakan dilakukan untuk melatih otot-otot lengan bagian

dorsal.

Gambar 2.3 Gerakan dorso fleksi dan nafas dalam


Sumber : Data primer, 2018

1) Posisi duduk dalam keadaan relaks, postur tubuh tegak dengan

pandangan lurus kedepan, posisi tangan dorso fleksi.

2) Tangan diangkat keatas disertai dengan nafas panjang


31

3) Tangan diturunkan secara perlahan-lahan diiringi dengan

menghembuskan nafas

4) Gerakan ini dapat dilakukan 6-8 kali pengulangan

c. Langkah ketiga

Gerakan dilakukan untuk melatih otot-otot trisep serta otot-

otot ekstensor pada lengan.

Gambar 2.4 Gerakan lengan ke bahu


Sumber : Data primer, 2018

1) Duduk dalam keadaan relaks

2) Genggam kedua tangan sehingga membuat kepalan pada jari-jari

tangan

3) Posisi lengan tangan menekuk ke bahu dengan membawa kepalan

tangan ke bahu sehingga otot-otot bahu menjadi tegang (kontraksi)

4) Gerakan ini dilakukan ≤ 8 detik

5) Tangan direlaksasikan dengan meluruskan dan menurunkan secara

perlahan-lahan

6) Gerakan ini dapat dilakukan 6-8 kali pengulangan


32

d. Langkah keempat

Gerakan untuk mengkontraksikan otot-otot bagian shoulder

kemudian mengendurkan agar otot menjadi relaks.

Gambar 2.5 Gerakan elevasi shoulder


Sumber : Data primer, 2018

1) Posisi duduk relaks, postur tegak dengan pandangan lurus ke

depan

2) Bahu diangkat keatas

3) mengkontraksikan otot-otot bahu

4) Gerakan ini dilakukan ≤ 8 detik

5) Bahu di relaksasikan dengan menurunkan bahu secara perlahan-

lahan

6) Gerakan ini dilakukan 6-8 kali pengulangan

e. Langkah kelima

Gerakan dilakukan dengan tujuan untuk merelaksasikan otot-

otot wajah bagian atas.


33

Gambar 2.6 Gerakan menarik dahi


Sumber : Data primer, 2018

1) Posisi duduk dengan keadaan relaks, posisi tegak dan pandangan

lurus kedepan, tangan diletakan diatas paha.

2) Otot-otot dahi dan alis ditarik keatas kemudian dikontraksikan

3) Gerakan ini dilakukan ≤ 8 detik

4) Otot-otot dahi dan alis direlaksasikan dengan meregangkan secara

perlahan-lahan

5) Gerakan ini dilakukan 6-8 kali pengulangan

f. Langkah keenam

Gerakan dilakukan dengan tujuan untuk merelaksasikan otot-

otot wajah pada daerah mata.


34

Gambar 2.7 Gerakan mengerutkan mata dan dahi


Sumber : Data primer, 2018

1) Posisi duduk dengan keadaan relaks dan postur tegak dengan

pandangan lurus kedepan, posisi tangan diatas paha

2) Otot-otot dahi dan otot-otot mata dikerutkan

3) Gerakan ini dilakukan ≤ 8 detik

4) Otot-otot dahi dan otot-otot mata direlaksasikan dengan

mengendurkan secara perlahan-lahan

5) Gerakan ini dilakukan 6-8 kali pengulangan

g. Langkah ketujuh

Gerakan dilakukan dengan tujuan untuk merelaksasikan otot-

otot wajah bagian bawah terutama otot-otot sekitar mulut.

Gambar 2.8 Gerakan tersenyum lebar


Sumber : Data primer, 2018
35

1) Posisi duduk dalam keadaan relaks, postur tegak dengan

pandangan lurus kedepan, tangan diatas paha

2) Otot-otot pipi dikontraksikan dengan cara tersenyum lebar hingga

terasa otot-otot rahang terangkat

3) Gerakan ini dilakukan ≤ 8 detik

4) Otot-otot pipi direlaksasikan dengan mengendurkan secara

perlahan-lahan

5) Gerakan ini dilakukan 6-8 kali pengulangan

h. Langkah kedelapan

Gerakan dilakukan dengan tujuan untuk merelaksasikan otot-

otot wajah bagian pipi.

Gambar 2.9 Gerakan meniup terompet


Sumber : Data primer, 2018

1) Posisi duduk dalam keaadaan relaks, postur tubuh tegak dengan

pandangan lurus kedepan, tangan berada diatas paha

2) Pipi diarahkan kedalam hingga terasa ketegangan dari otot pipi

3) Mulut dimajukan kedepan seperti meniup terompet

4) Gerakan ini dilakukan ≤ 8 detik


36

5) Otot-otot pipi direlaksasikan secara perlahan-lahan

6) Gerakan ini dilakukan 6-8 kali pengulangan

i. Langkah kesembilan

Gerakan dilakukan dengan tujuan untuk mengkontraksikan

serta merelaksasikan otot trapezius.

Gambar 2.10 Gerakan kontraksi otot leher


Sumber : Data primer, 2018

1) Posisi duduk dalam keadaan relaks, postur tubuh tegak, posisi

tangan berada diatas paha

2) Leher diarahkan kebelakang sehingga terasa ketegangan dari otot-

otot belakang leher

3) Gerakan ini dilakukan ≤ 8 detik

4) Otot-otot leher direlaksasikan dengan mengendurkan secara

perlahan-lahan

5) Gerakan ini dapat dilakaukan 6-8 kali pengulangan

j. Langkah kesepuluh

Gerakan dilakukan dengan tujuan untuk merelaksasikan otot-

otot sekitar leher.


37

Gambar 2.11 gerakan fleksi neek


Sumber : Data primer, 2018

1) Posisi duduk dalam keadaan relaks, postur tegak, posisi tangan

berada diatas paha

2) Leher diarahkan menunduk kebawah posisi fleksi neek

3) Gerakan ini dilakukan ≤ 8 detik

4) Leher direlaksasikan dengan mengangkat kepala pada posisi lurus

kedepan secara perlahan-lahan

5) Gerakan ini dapat dilakukan 6-8 kali pengulangan

k. Langkah kesebelas

Gerakan dilakukan dengan tujuan untuk merelaksasi otot-otot

erector spine, latissimus dorsi, trapezius.

Gambar 2.12 Gerakan sedikit ekstensi vertebra


Sumber : Data primer, 2018
38

1) Posisi duduk dalam keadaan relaks dan pandangan lurus kedepan

2) Otot punggung belakang dikontraksikan dengan posisi sedikit

ekstensi punggung belakang

3) Gerakan ini dilakukan ≤ 8 detik

4) Otot punggung belakang direlaksasikan secara perlahan-lahan

5) Gerakan ini dapat dilakukan 6-8 kali pengulangan

l. Langkah keduabelas

Gerakan dilakukan dengan tujuan untuk merelaksasikan otot-

otot bagian dada yaitu pectoralis dan seratus anterior.

Gambar 2.13 Nafas dada


Sumber : Data primer, 2018

1) Posisi duduk dalam keadaan relaks

2) Tarik nafas dalam menggunakan diafragma

3) Otot-otot yang ada pada bagian dada dikontraksikan

4) Gerakan ini dapat ditahan beberapa saat

5) Hembuskan perlahan-lahan

6) Dapat dilakukan 6-8 kali pengulangan


39

m. Langkah ketigabelas

Gerakan dilakukan dengan tujuan untuk mengkontraksi serta

merelaksasikan otot-otot abdominal.

Gambar 2.14 Nafas perut


Sumber : Data primer, 2018

1) Duduk dalam keadaan relaks, posisi badan tegak dan pandangan

kedepan

2) Tarik nafas dalam menggunakan nafas perut

3) Otot-otot perut dikontraksikan

4) Gerakan ini dapat ditahan beberapa saat

5) Otot-otot perut direlaksasikan disertai dengan menghembuskan

nafas secara perlahan-lahan

6) Gerakan ini dilakukan 6-8 kali pengulangan

n. Langkah keempatbelas

Gerakan dilakukan untuk merelaksasikan otot-otot tibialis

anterior, gastrocnemius, quadrisep dan hamstring


40

Gambar 2.15 Gerakan mengangkat kaki


Sumber : Data primer, 2018

1) Posisi duduk dengan keadaan relaks, postur tegak pandangan lurus

kedepan

2) Kaki diangkat hingga posisi semi fleksi hip hingga terasa

ketegangan dari otot-otot kaki

3) Gerakan ini dilakukan ≤ 8 detik

4) Otot-otot direlaksasikan dengan menurunkan kaki secara perlahan-

lahan

5) Gerakan ini dilakukan 6-8 kali pengulangan

o. Langkah kelimabelas

Gerakan yang dilakukan dengan tujuan untuk relaksasi dari

otot tibialis dan gastroknimius.

Gambar 2.16 Gerakan dorso fleksi


Sumber : Data primer, 2018
41

1) Posisi duduk rilek, pandangan lurus kedepan

2) Posisi kaki dorso fleksi

3) Gerakan ini dilakukan ≤ 8 detik

4) Posisi kaki diturunkan hingga terasa rileksasi yang terjadi

5) Gerakan ini dilakukan 6-8 kali pengulangan

5. Mekanisme reaksasi otot progresif terhadap penurunan darah tinggi

Relaksasi otot progresif dilakukan dengan mengkontraksikan otot-otot

seluruh tubuh kemudian merelaksasikannya, kontraksi isometrik

memberikan pengaruh stimulus golgi tendon dan muscle spindle hal

tersebut menyebabkan pelepasan adhesi pada jaringan otot, sehingga

menyebabkan nyeri berkurang serta otot menjadi relaks, ketika otot dalam

keadaan relaks maka respon yang diterima adalah aktif nya sistem saraf

parasimpatis sehingga dapat menurunkan kerja dari jantung dan tekanan

darah menurun (Sherwood, 2011)

Relaksasi otot progresif dapat meningkatkan elastisitas dari pembuluh

darah, peregangannya menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah

sehingga peredaran darah menjadi lancar (Sucipto, 2014). Otot tubuh

yang relaks menyebabkan sekresi hormon ACTH dan CRH menurun

sehingga aktivitas saraf simpatis menurun menyebabkan kerja jantung

tidak lagi meningkat sehingga tekanan darah menurun (Sherwood, 2011).


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Lanjut Usia

Input
Gangguan
Kardiovaskuler
Farmakologi

Aterosklerosis Hipertensi

Non farmakologi

Latihan relaksasi otot progresif Yoga


Proses

Stimulus muscle spindel dan golgi tendon

Pelepasan adhesi jaringan otot

Otot rileks

Menurunkan aktivitas Vasodilatasi


saraf simpatis pembuluh darah

Output
Penurunan tekanan darah

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti
: Tidak diteliti

42
43

B. Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap

penurunan tekanan darah pada lanjut usia dengan hipertensi di Kelurahan

Bunulrejo Malang.

H1 : Ada pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap penurunan

tekanan darah pada lanjut usia dengan hipertensi di Kelurahan Bunulrejo

Malang.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Peneitian

Desain penelitian merupakan suatu cara dan rancangan yang dibentuk

untuk pedoman penelitian yang akan dilakukan (Sugiyono, 2012). Penelitian

ini menggunakan desain penelitian pre eksperimental dengan pendekatan one

grup pretest-posttest. Desain penelitian ini dilakukan dengan observasi

pengukuran pertama untuk pretest kemudian diberikan perlakukan dan

diukur kembali untuk posttest, dari hal ini peneliti dapat mengetahui

perubahan-perubahan yang terjadi pada responden sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

ialah purposive sampling, pemilihan sampel berdasarkan tujuan tertentu yang

berkarateristik dengan kriteria inklusi. Penelitian ini akan menganalisa

tentang pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah

pada lanjut usia dengan hipertensi di Kelurahan Bunulrejo Malang.

P S O I O1

Bagan 4.1 Desain Penelitian

Keterangan :

P : Populasi
S : Sampel
I : Perlakuan berupa latihan relaksasi otot progresif
O : Pre test pengukuran tekanan darah dengan spyghmomanometer
O1 : Post test pengukuran tekanan darah dengan spyghmomanometer

44
45

B. Kerangka Penelitian

Desain penelitian pre eksperimental


dengan pendekatan one grup pretest
posttest

Populasi : Lanjut usia di Kelurahan bunulrejo Malang

Teknik Sampling : Purposive sampling

Sampel : Lanjut usia dengan hipertensi di Kelurahan


bunulrejo Malang yang memenuhi kriteria inklusi

Variabel Independent Variabel Dependent

Latihan Relaksasi Otot Progressif Tekanan Darah

Instrumen : SOP Instrumen : Spyghmomanometer

Analisis Data

Hasil tekanan darah pada lanjut usia di Kelurahan bunulrejo


Malang

H0 : Tidak ada pengaruh H1 : Ada pengaruh latihan


latihan relaksasi otot progresif relaksasi otot progresif terhadap
terhadap penurunan tekanan penurunan tekanan darah pada
darah pada lanjut usia dengan lanjut usia dengan hipertensi di
hipertensi di Kelurahan Kelurahan bunulrejo Malang
bunulrejo Malang

Bagan 4.2 Kerangka Penelitian


46

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subyek yang akan diteliti berdasarkan

karakteristik yang ditentukan oleh peneliti (Riyanto, 2011). Populasi

dalam penelitian ini adalah lanjut usia di RW 11 Kelurahan Bunulrejo

Malang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian subyek yang terdapat pada populasi yang

mana sampel akan mewakili populasi dalam suatu penelitian. Sampel

merupakan kriteria yang dikehendaki dengan memenuhi kriteria inklusi

dan ekslusi. Sampel adalah subyek yang akan diteliti langsung (Riyanto,

2011). Sampel dalam penelitian ini adalah lanjut usia dengan hipertensi di

kelurahan Bunulrejo Malang yang memenuhi kriteria inklusi.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini ialah purposive

sampling, pemilihan sampel berdasarkan tujuan tertentu yang dianggap

memiliki hubungan karakteristik dengan kriteria inklusi, adapun dalam

teknik sampling terdapat beberapa pertimbangan dalam penuntuan

sampel, yaitu :

a. Kriteria Inklusi

1) Lanjut usia yang bertempat tinggal RW 11 Kelurahan Bunulrejo

Malang.

2) Usia 60-85 tahun.

3) Tidak mengkonsumsi obat hipertensi pada saat penelitian

berlangsung.
47

4) Lanjut usia di Kelurahan Bunulrejo dengan tekanan darah ≥

130/80

5) Lanjut usia yang mampu berkomunikasi dengan baik, tidak bisu

ataupun tuli.

6) Bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

1) Lanjut usia dengan hipertensi dengan tekanan darah ≥ 180/110

mmHg.

2) Responden dalam keadaan tirah baring seperti post stroke.

3) Pasien dengan penyakit jantung kronik.

4) Denyut jantung meningkat pada saat latihan ditandai dengan

wajah pucat.

5) Tidak bersedia menjadi responden dengan suatu alasan tertentu

seperti sakit yang tidak dapat bangkit kembali.

c. Kriteria Drop out

1) Responden tidak mengikuti latihan ≥ 3 kali berturut-turut

2) Responden tidak menyelesaikan latihan yang telah ditetapkan oleh

peneliti

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ialah suatu hal berupa objek yang akan diamati dan

merupakan suatu fenomena yang nantinya akan diobservasi serta di ukur oleh

peneliti, kemudian dipelajari untuk menemukan informasi serta dapat

menarik kesimpulan dari penelitian tersebut (Sugiyono, 2013), adapun jenis-

jenis variabel penelitian antara lain :


48

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

lain, apabila variabel independen berubah maka perubahannya akan

mempengaruhi variabel dependen. Variable independen dalam penelitian

ini ialah latihan relaksasi otot progresif.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain, yang artinya variabel dependen akan berubah apabila

adanya perubahan pada variabel independen. Variabel dependen pada

penelitian ialah tekanan darah.

E. Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Instrumen Skala

1 Variabel Latihan yang SOP (Standar -


Independent : memfokuskan kinerja Operasional
Latihan otot agar otot menjadi Prosedur)
relaksasi otot rileks. Latihan
progresif relaksasi otot
progresif dilakukan
selama 2 minggu,
dengan pertemuan 7
kali durasi 30 menit
setiap pertemuannya
49

2 Variabel Tekanan darah Sphygmomanometer Rasio


Dependen : merupakan gaya
tekanan dorongan yang terjadi
darah pada arteri saat darah
dipompa keluar dari
jantung Pengukuran
tekanan darah dapat
menggunakan alat
berupa
spyghmomanometer
untuk mengukur
tekanan darah sistol
dan diastol

F. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RW 11 Kelurahan Bunulrejo Malang.

G. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan 2 minggu dengan 7 kali pertemuan pada bulan

Desember 2018.

H. Instrumen Penelitian

1. Sphygmomanometer

Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur

tekanan darah. Cara yang digunakan dalam mengukur tekanan darah

menggunakan sphygmomanometer ialah auskultasi, yaitu mendengarkan

tekanan darah sistol dan tekanan darah diastol. Prosedur pengukuran

tekanan darah ialah mempersiapkan alat-alat terlebih dahulu, yaitu

sphygmomanometer serta stetoskop kemudian persiapan pasien yaitu

berada dalam posisi relaks dalam keadaan tidur terlentang maupun duduk,

kemudian posisikan lengan agar sejajar dengan jantung, ukur tekanan

darah sistol dan diastol. Klasifikasi tekanan darah menurut American


50

Health Association (AHA) dan American College Cardiology (ACC)

tahun 2017 ialah, tekanan darah normal berada pada angka 120/80

mmHg, pre hipertensi > 120 mmHg untuk sistol dan > 80 mmHg untuk

diastole, hipertensi derajat satu 130-139 mmHg untuk sistol dan 80-90

mmHg untuk diastol, hipertensi derajat dua ≥ 140 mmHg untuk sistol dan

≥ 90 mmHg untuk diastol.

I. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

a. Membuat proposal penelitian.

b. Melakukan studi pendahuluan ke Kelurahan Bunulrejo Malang.

c. Mempersiapkan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala

Kaprodi Fisioterapi yang ditujukan untuk Kelurahan Bunulrejo

Malang.

d. Mempersiapkan instrument penelitian yaitu spygmomanometer yang

akan digunakan peneliti untuk mengumpulkan data responden yang

dibutuhkan.

e. Mempersiapkan lembar observasi untuk menulis data yang yang

diperoleh dari responden. Data tersebut berupa nama, umur, jenis

kelamin, alamat, tekanan darah serta penanganan tekanan darah

tinggi.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Kordinasi dengan ketua lanjut usia di Kelurahan Bunulrejo dengan

tujuan untuk menentukan waktu dan tempat penelitian.

b. Memastikan bahwa sampel bersedia menjadi responden dalam

penelitian dengan memberikan surat persetujuan, jika responden


51

setuju selanjutnya peneliti menjelaskan prosedur penelitian, serta

menjaga dan menjamin kerahasian data dari responden tersebut.

c. Mengumpulkan responden dalam satu ruangan.

d. Menyiapkan instrument penelitian berupa alat sphygmomanometer

untuk mendapatkan data tekanan darah pada lanjut usia di Kelurahan

Bunulrejo Malang.

e. Menyiapkan lembar observasi yang berisi nama, umur, alamat, serta

tekanan darah.

f. Mengukur tekanan darah responden sebelum diberikan intervensi

berupa relaksasi otot progresif.

g. Mencatat hasil pretest responden.

h. Mengaplikasikan intervensi berupa latihan relaksasi otot progresif.

i. Mengukur tekanan darah responden setelah diberikan intervensi

berupa relaksasi otot progresif.

j. Mencatat hasil posttest responden.

k. Menyiapkan lembar observasi pengukuran tekanan darah sebelum

diberikan latihan relaksasi otot progresif dan sesudah diberikan

latihan relaksasi otot progresif.

l. Menganalisis pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap

penurunan tekanan darah setelah diberikan intervensi relaksasi otot

progresif.

3. Tahap Pengolahan Data

a. Editing

Editing merupakan suatu proses yang dilakukan untuk

memeriksa kembali kebenaran data yang sudah diterima oleh peneliti,


52

sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengolahan data. Lembar

observasi yang berisi data responden serta pertanyaan yang penting

dapat diperiksa kembali pada tahap editing.

b. Coding

Coding ialah pemerian kode pada beberapa data, data-data

yang bersifat tulisan huruf akan dirubah menjadi suatu kode agar

dapat mempermudah entry data dan analisa data.

c. Entry Data / Membuat Tabulensi

Entry data ialah proses yang dilakukan untuk memasukan data.

Tabulensi ialah proses memasukan data pada tabel-tabel. Peneliti

melakukan entry data dengan memasukan inisial nama responden,

usia, jenis kelamin, pekerjaan, serta pengukuran tekanan darah

sebelum dan sesudah diberikan latihan relaksasi otot progresif.

J. Analisa Data

Analisis data yaitu proses menyusun data secara sistematis dengan tujuan

agar data tersebut mudah untuk dipahami oleh peneliti maupun pembaca

(Sugiyono, 2016). Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis melalui

tahapan-tahahapan :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan suatu cara yang digunakan untuk

mendeskripsikan karakteristik pada suatu penelitian yang berupa

karateristik dari setiap variabel yang berupa distribusi jenis kelamin,

umur, pekerjaan, tingkat pendidikan (Notoadmojo, 2012). Penlitian ini

menggunakan analisa univariat yang digunakan untuk mengetahui


53

karakteritas responden, dengan distribusi berupa umur, jenis kelamin,

tekanan darah.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah adalah cara yang digunakan untuk melihat

hubungan antara dua variabel. Analisa bivariate dilakukan dengan cara :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat sebaran data, apakah

data tersebut normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan

Shapiro-Wilk untuk sampel dengan jumlah < 50, dan uji Kolmogorov-

Smirnov digunakan untuk sampel dengan jumlah > 50 sampel. Hasil

analisa data berdistribusi normal jika nilai p>0,05, dan tidak

berdistribusi normal jika nilai p<0,05.

b. Uji statistika

Analisa bivariat yang dilakukan ketika data berdistribusi

normal yaitu paired t-test, digunakan untuk menganalisa pengaruh

latihan relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah

pada lanjut usia dengan hipertensi di Kelurahan Bunulrejo Malang.

Paired t-test merupakan uji statistik yang bertujuan untuk melihat

pengaruh dari suatu kelompok. Hasil analisa data dapat dilihat melalui

SPSS dengan membandingkan nilai P (sig 2 tailed), dengan nilai α

(0,05). H0 diterima apabila nilai P (sig 2 tailed) > 0,005 dalam artian

tidak terdapat pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap

penurunan tekanan darah pada lanjut usia dengan hipertensi di

Kelurahan Bunulrejo Malang. H1 diterima apabila nilai P (sig 2 tailed)

≤ 0,05 dalam artian terdapat pengaruh latihan relaksasi otot progresif


54

terhadap penurunan tekanan darah pada lanjut usia dengan hipertensi

di Kelurahan Bunulrejo Malang. Apabila data tidak berdistribusi

normal maka uji statistik yang digunakan ialah uji wilxocon.

K. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan hal yang harus diperhatikan dalam suatu

penelitian agar studi ilmiah benar-benar telaksana serta peneliti tidak

mendapat persoalan masalah etik (Dwi, Saryono, 2011), hal-hal yang perlu

dilakukan yaitu :

1. Lembar Persetujuan (Informed Concent)

Informed concent merupakan suatu lembar persetujuan yang diberikan

peneliti kepada responden. Informed concent diberikan kepada responden

sebelum penelitian berlangsung, yang berisi tentang penjelasan tujuan

penelitian, manfaat penelitian, teknik penelitian serta prosedur penelitian,

penjelasan mengenai keadaan sampel serta resiko dan manfaat yang akan

diterima oleh responden melalui penelitian yang akan dilakukan serta

berisi persetujuan tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh peneliti

kepada responden berupa pertanyaan-pertanyaan serta intervensi yang

diberikan kepada responden. Kesediaan responden terhadap penelitian

yang akan dilakukan akan di setujui dengan menandatangani informed

concent yang dibuat oleh peneliti (Dwi, Saryono, 2011).

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Anonimity yaitu upaya yang dilakukan oleh peneliti dengan tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data. Nama

responden pada lembar pengumpulan data akan diganti menjadi suatu

kode tertentu pada responden. (Dwi Saryono, 2011).


55

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality merupakan hal yang harus dijaga oleh peneliti selama

atau sesudah penelitian dilakukan, hal-hal pribadi responden akan

digunakan hanya dalam kepentingan penelitian, tidak digunakan untuk

hal-hal diluar penelitian (Dwi, Saryono, 2011).


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA


Hasil penelitian mengenai pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap

penurunan tekanan darah pada lanjut usia dengan hipertensi di Kelurahan Bunulrejo

Malang akan di bahas pada bab ini. Pengambilan data dimulai dari bulan Oktober

2018 hingga bulan Desember 2018. Responden penelitian berjumlah 34 orang lanjut

usia yang memenuhi kriteria inklusi, dengan 4 orang dropout dikarenakan responden

penelitian tidak menyelesaikan latihan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan

oleh peneliti, sehingga total akhir responden penelitian berjumlah 30 orang.

Penelitian tentang latihan relaksasi otot progresif dilakukan pada tanggal 17 - 29

Desember 2018, selama 2 minggu dengan 7 kali pertemuan dan durasi 30 menit

setiap pertemuannya, sebelum diberi perlakuan responden melakukan pretest

terlebih dahulu untuk mengetahui tekanan darah sebelum diberi latihan relaksasi otot

progresif, kemudian diukur posttest untuk mengetahui perubahan tekanan darah

setelah diberikan latihan relaksasi otot progresif. Hasil penelitian ini di bagi menjadi

3 bagian, yaitu: menjelaskan tentang karakteristik responden penelitian, memaparkan

normalitas data untuk menentukan distribusi data normal atau tidak, menganalisis

pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada

lanjut usia dengan hipertensi di Kelurahan Bunulrejo Malang.

A. Karateristik Responden

1. Karaterikstik responden berdasarkan usia

Jumlah responden sebanyak 30 orang lanjut usia yang memenuhi kriteria

inklusi diberikan latihan relaksasi otot progresif dengan karateristik responden

yang telah ditetapkan peneliti ialah usia 60 tahun hingga 85 tahun.

56
57

Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia yang mengalami hipertensi di


Kelurahan Bunulrejo Malang

No Usia (tahun) Jumlah orang Persentase (%)


1 60-64 15 50.0
2 ≥ 65 15 50.0
Jumlah 30 100

Sumber : Data primer, 2019

Tabel 5.1 menggambarkan karateristik responden berdasarkan usia, dimulai

dari 60-64 tahun sebanyak 15 orang, ≥ 65 tahun sebanyak 15 orang.

2. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin

Data karateristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

diagram berikut :

Tabel 5.2 Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin yang mengalami


hipertensi di Kelurahan Bunulrejo Malang

No Jenis kelamin Jumlah orang Persentase (100%)


1 Laki-laki 5 16.7
2 Perempuan 25 83.3
Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2019

Tabel 5.2 menjabarkan distribusi jenis kelamin yang mengalami hipertensi di

Desa Bunulrejo sebanyak 5 orang laki-laki dan 25 orang perempuan.

3. Tekanan darah responden sebelum intervensi

Data tekanan darah pada responden sebelum diberikan latihan relaksasi otot

progresif pada lanjut usia dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.3 Tekanan darah lansia dalam MmHg sebelum intervensi

Sistol pretest Diastol pretest


Mean 138.1667 91.3333
Nilai maksimum 160.00 100.00
Nilai minimum 130.00 80.00
Standart deviasi 9.60274 7.30297
N 30 30

Sumber : Data primer 2019


58

Tabel 5.3 menjelaskan nilai rata-rata tekanan darah sistol ialah 138.1667,

dengan standart deviasi 9.60274 dan nilai rata-rata diastol 91.333 dengan standart

deviasi 7.302296.

4. Tekanan darah responden setelah intervensi

Tekanan darah sistol maupun diastol pada responden penelitian diukur setelah

diberikan latihan relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada

lanjut usia dengan hipertensi di Kelurahan Bunulrejo Malang, hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.4 Tekanan darah lansia dalam MmHg setelah intervensi

Sistol posttest Diastol posttest


Mean 132.0000 85.8333
Nilai maksimum 160.00 100.00
Nilai minimum 120.00 80.00
Standart deviasi 10.30567 6.17047
N 30 30

Sumber : Data primer, 2019

Tabel 5.4 menjelaskan nilai rata-rata tekanan darah sistol posttest ialah

132.0000 dengan standart deviasi 10.30567 dan nilai rata-rata tekanan darah

diastol posttest ialah 85.8333 dengan standar deviasi.

B. Uji Analisis Data

1. Uji normalitas

Uji normalitas yang dilakukan peneliti ialah uji statistik dengan menggunakan

program SPSS dengan pembacaan uji normalitas pada bagian shapphiro-wilk. Uji

normalitas ini dilakukan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak.
59

Tabel 5.3 Hasil uji normalitas tekanan darah lansia dalam MmHg

Shapiro-Wilk
Df Sign.
Sistol pretest 30 0.000
Diastol pretest 30 0.000
Sistol posttest 30 0.004
Diastol posttest 30 0.000
Sumber : Data primer, 2019

Hasil uji normalitas menunjukan nilai sistol pretest 0.000 (p <0,005), diastol

pretest 0.000 (p <0,000), sistol posttest 0.004 (p <0,005), diastol posttest 0.000 (p

<0,005). Kesimpulan dari uji normalitas menunjukan nilai p <0,005 yang artinya

data tidak berdistribusi normal.

2. Uji wilcoxon

Uji statistik wilcoxon dilakukan untuk mengetahui hasil perubahan tekanan

darah sebelum dan sesudah diberikan latihan relaksasi otot progresif pada lanjut

usia dengan hipertensi di Kelurahan Bunulrejo Malang, hasil uji wilcoxon dapat

dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Hasil uji Wilcoxon tekanan darah pada lansia dalam MmHg

Sistol pretest-posttest Diastol pretest-posttest


Sig 0.000 0.000

Sumber : Data primer 2019

Hasil uji wilcoxon menunjukan nilai p pada pretest dan posttest tekanan

darah sistol ialah 0.000 (p <0,005), dan pada pretest posttest tekanan darah diastol

ialah 0.000 (p <0,005). Kesimpulan dari uji wilcoxon menunjukan nilai p <0,005

yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima sehingga terdapat pengaruh latihan

relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada lanjut usia dengan

hipertensi di Kelurahan Bunulrejo Malang.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Intepretasi dan Hasil Penelitian

1. Karateristik Responden

a. Karateristik responden berdasarkan usia

Responden penelitian yang memenuhi kriteria inklusi

sebanyak 30 orang, dimulai dari usia 60 tahun hingga 84 tahun dan

untuk rata-rata tekanan darah pada responden dapat dilihat pada tabel

5.1. Tingginya tekanan darah pada responden dikarenakan faktor usia

yang semakin bertambah yang menyebabkan penurunan fungsi

anatomis dan fisiologis dan menurunnya kemampuan tubuh untuk

menghindari penyakit, sehingga rentang terkena berbagai penyakit

salah satunya ialah hipertensi (Ester, Kandao, Desi, 2018). Penelitian

yang dilakukan oleh Hasuruan dan Rahajeng tahun 2009 menjelaskan

bahwa rentang usia 60-64 tahun akan mengingkatkan resiko hipertensi

2,18 kali dibandingkan usia 55-59 tahun.

Penelitian yang telah dilakukan ini sejalan dengan pernyataan

Majid, Usman, Hilda, Dkk tahun 2019 bahwa pada lanjut usia

mengalami penurunan fungsi fisiologis pada tubuh dan sangat

mempengaruhi tekanan darah, disebabkan karena menurunnya

sensitifitas dari baroreseptor (pengatur tekanan darah) dan peran dari

ginjal. Bertambahnya usia akan menyebabkan dinding arteri akan

menebal dikarenakan penumpukan dari kolagen pada otot sehingga

pembuluh darah akan menyempit dan darah dipaksakan untuk

melewati pembuluh darah yang sempit sehingga tekanan darah

60
61

cenderung meningkat (Novitaningtyas, 2014). Penurunan fungsi tubuh

pada lanjut usia khusus nya pada bagian kardiovaskular yaitu terdapat

perubahan pada katup dan ventrikel jantung dan adanya kekakuan dari

pembuluh darah sehingga secara progresif akan mempengaruhi aliran

darah yang dipompa oleh jantung melewati pembuluh darah untuk di

distribusikan ke tubuh (Watiyah, Rasni, Bagus, 2018). Sejalan dengan

penelitian Suryani, Hariyawati, Abdulrachim Rijanti tahun 2016

bahwa lanjut usia akan berpeluang besar terkena penyakit hipertensi,

yaitu sekitar 40 persen dapat menyebabkan kematian.

b. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang akan

mempengaruhi tekanan darah. Perempuan akan cenderung lebih

banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki.

Peningkatan tekanan darah tinggi pada perempuan karena hormon

estrogen yang sudah menurun, hormon estrogen salah satunya

berfungsi untuk meningkatkan high density lipoprotein (HDL) sebagai

kolesterol baik, sehingga lemak didalam tubuh dapat diangkut dan

dibersihkan oleh HDL, ketika HDL menurun dan LDL meningkat

maka akan meningkatkan terjadinya arterosklerosis didalam tubuh,

yaitu adanya penyumbatan dipembuluh dalah sehingga darah

dipaksakan untuk melewati pembuluh darah yang sempit, sehingga

tekanan darah cinderung meningkat (Prayitno, Hendra, 2013).

Perempuan lebih banyak menderita hipertensi dikarenakan

sistem tubuh yang sulit terkontrol, perempuan lebih mudah terkena

hipertensi dikarenakan stress yang akan mempengaruhi keseimbangan


62

hormon didalam tubuh, sehingga tekanan darah dapat meningkat,

perempuan dengan umur > 50 tahun akan memiliki peluang yang

tinggi untuk menderita hipertensi (Hanafi, Ridwan, Adi, 2017), selain

itu beberapa faktor lain seperti penggunaan pil kontrasepsi yang

berkepanjangan dan juga faktor menopause akan menyebabkan

ketidakseimbangan hormon estrogen pada tubuh yang mempengaruhi

sistem renin yang mana renin akan mengubah angiotensin I menjadi

angiotensin II yang akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh

darah dan meningkatkan sekresi aldosteron, ketika aldosterone

meningkat maka pengeluaran Nacl didalam tubuh terhambat, sehingga

mengingkatkan cairan extraseluler yang akibatkanya akan

meningkatkan tekanan darah (Udiyono, Sakundarno, Dian, dkk,

2017).

c. Pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah

Data tekanan darah pada responden setelah diberikan

intervensi latihan relaksasi otot progresif dapat dilihat pada tabel 5.4,

berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa terdapat penurunan

tekanan darah sistol maupun diastol, Latihan atau yang sering disebut

pergerakan pada anggota tubuh yang mana ketika otot tubuh bergerak

maka otot memerlukan kadar oksigen yang tinggi yang mana oksigen

tersebut yang dibawa oleh aliran darah dari jantung, sehingga kerja

jantung meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigenisasi pada otot

yang menyebabkan tekanan darah meningkat pada saat latihan,

kemudia terdapat sistem yang dinamakan baroreseptor yang terdapat

didalam tubuh yang akan merangsang sistem saraf parasimpatis yang


63

menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan darah

menjadi lancar dan terjadinya penurunan tekanan darah (Sherwod,

2011).

Relaksasi yang dilakukan pada otot-otot tubuh menyebabkan

sekresi hormon ACTH (adrenocorticotropic hormone) dan CRH

(corticotropin releasing hormone) dihipotalamus menurun dan

menyebabkan aktivitas dari saraf simpatis menurun sehingga

berkurangnya pengeluaran adrenalin dan noradrenalin yang

menyebabkan pembuluh darah menjadi melebar, tahanan pembuluh

darah berkurang penurunan denyut jantung dan penurunan pompa

jantug sehingga tekanan darah arterial jantung menurun (Etty,

Nurviyandari, Fitri, 2017).

Fase relaksasi maksimal pada latihan relaksasi otot progresif

akan mempengaruhi tendon golgi dan muscle spindel yang

memberikan efek pelepasan adhesi yang membuat otot menjadi relaks

yang kemudian akan menstimulasi hormon vasodilator seperti

bradikinin dan serotonin, yang menyebabkan pelebaran pembuluh

darah yang apabila terjadi terus menerus akan menyebabkan

penurunan tekana darah, sejalan dengan penelitian Rahmawati Anita

tahun 2016 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh latihan

relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada lansia.

Penelitian ini didukung oleh pernyataan Rahayu, Santoso

(2018) yang menyatakan bahwa lansia dengan tekanan darah tinggi

selain menjalankan pola hidup sehat untuk mengontrol tekanan darah

juga dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan relaksasi dan


64

pernafasan secara rutin guna mengatur oksigen yang diterima oleh

tubuh, mengatur kestabilan emosi, memberikan rasa nyaman, dan

mengurangi penggunaan obat-obatan.

Latihan ini dapat memanipulasi pada hipotalamus untuk

memfokuskan pada fikiran untuk memunculkan rasa nyaman dan hal

hal yang positif guna menstimulasi dari aktivitas sistem saraf

parasimpatis yang disebut tropotropic yang menyebabkan dilatasi

pembuluh darah sehingga tekanan darah cinderung menurun Sucipto,

2014). Teori tersebut sejalan dengan penelitian Eka, Fitriani tahun

2018 yang berjudul “Pemberian Relaksasi Otot Progresif pada Lansia

dengan Hipertensi Essensial di Kota Jambi.

Gerakan yang dilakukan merupakan gerakan yang sederhana

tidak memerlukan tenaga yang besar dan beban yang berat dan dapat

dilakukan dirumah, sehingga lansia dapat melakukan latihan untuk

meningkatkan fisik lansia dan ketahanan tubuh serta peningkatan

oksigenasi yang baik untuk seluruh tubuh lansia, dan pelebaran serta

relaksasi pada pembuluh darah efek relaksasi pada tubuh baik secara

fungsional maupun emosional dan banyak manfaat lainnya, yang

salah satunya untuk menurunkan tekanan darah dengan cara relaksasi

otot tersebut (Ultariningrum, 2018). Latihan relaksasi otot progresif

apabila dilakukan secara berkelanjutan akan memberikan hasil yang

baik pada tubuh, karena dengan latihan dan olahraga akan mengurangi

resiko penumpukan lemak pada pembuluh darah (Suri, 2017).


65

B. Keterbatasan penelitian

1. Peneliti tidak mampu sepenuhnya mengontrol aktivitas yang dilakukan

responden selama penelitian berlangsung sehingga hal-hal yang akan

membuat rancu pada penelitian ini tidak dapat terkontrol, sehingga

pengukuran kurang optimal.

2. Tempat penelitian yang kurang memadai untuk latihan sehingga

responden tidak leluasa dalam melakukan gerakan-gerakan yang

dianjurkan peneliti.

C. Implikasi terhadap pelayanan fisioterapi

1. Implikasi bagi penelitian fisioterapi

Hasil penelitian latihan relaksasi otot progresif terhadap penurunan

tekanan darah pada lanjut usia dengan hipertensi di Kelurahan Bunulrejo

Malang dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya,

dikarenakan latihan-latihan yang dilakukan merujuk pada fungsi

fisioterapi sebagai pengembalian gerak dan fungsi tubuh dengan latihan.

2. Implikasi bagi profesi fisioterapi

Manfaat latihan relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan

darah pada lanjut usia dengan hipertensi d jiKelurahan Bunulrejo Malang

dapat dijadikan acuan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan

materi serta praktek untuk pembelajaran fisioterapi, dikarenakan latihan

ini dilakukan dengan gerakan yang sederhana sehingga semua kalangan

umur dapat melakukan latihan tersebut.

3. Implikasi bagi komunitas lansia di tempat penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pegetahuan baru bagi

lanjut usia di Kelurahan Bunulrejo Malang, bahwasannya untuk


66

penanganan tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan latihan-latihan

salah satunya ialah latihan relaksasi otot progresif.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Lansia yang mengalami tekanan darah tinggi sebanyak 14 orang untuk

hipertensi derajat 1, dan untuk hipertensi derajat 2 sebanyak 16 orang

2. Latihan ini menunjukan bahwa adanya penurunan tekanan darah pada

responden

3. Hasil data menunjukan terdapat pengaruh latihan yang diberikan kepada

lanjut usia di Kelurahan Bunulrejo Malang

B. Saran

1. Bagi Tenaga kesehatan

Hasil penelitian yang menunjukan adanya pengaruh latihan terhadap

penurunan tekanan darah pada lanjut usia dapat diterapkan bagi petugas

kesehatan untuk memberi tindakan dan pengetahuan baru bagi lanjut usai

dalam mengatasi hipertensi.

2. Bagi Kelimuan Bidang Fisioterapi

Menjadi tambahan ilmu pengetahuan baru bagi dosen-dosen

fisioterapi agar ada di kembangkan pada media pembelajaran mahasiswa.

3. Bagi Komunitas Lansia

Latihan relaksasi otot progresif merupakan latihan yang sederhana

sehingga dapat diterapkan oleh semua rentang usia, khususnya bagi lansia

melakukan latihan ini secara rutin agar dapat membantu menurunkan

tekanan darah.

67
68

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti lain sebaiknya dapat mengembangkan penelitian ini dengan

memperluas populasi agar dapat menambah sampel, membandingkan

latihan relaksasi otot progresif dengan latihan lain yang dapat

menurunkan tekanan darah, dapat mengontrol keadaan sampel selama

penelitian dan meningkatkan frekuensi latihan agar mendapatkan hasil

yang lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Anna Sri, Quratul Avliya. (2013). Hubungan antara Pola Konsumsi Pangan dan
Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteoporosis pada Lansia di Panti werda
Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan, 8(2)
Agus, Riyanto. (2011). Buku Ajar Metotologi Penelitian. Jakarta. EGC
Aspiani, R.Y. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info
Media
Azizah, L.M. (2011). Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Blonsky Rebecca, Pohl Marc, Nally Josept. (2018). 2017 ACC/AHA Hypertension
Guidelines: Toward Tighter Control. Journal of Medicine, 8(10)
Darmojo, Boedhi. (2015). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta.
Balai Penerbit FK UI
Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Geriatrik. Yogyakarta.
Deepublish
Ebersole, P. (2010). Gerontological nursing and helath aging. USA, Philadelpia :
Mosby, inc
Ester Jaini, Kandao Grace, Desti Christi. (2018). Hubungan antara Umur dan
Aktivitas Fisik dengan Derajat Hipertensi di Kota Bitung Sulawesi Utara.
Jurnal Kesmas 7(5)
Fritz, Z. (2017). Sport and exercise massage: Comprehensive in athletics, fitness,
and rehabilitation, St. Louis, Missouri Mosby. Inc.
Furqan, Ahmad. (2017). Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif terhadapStress pada
Remaja Penghuni Lembaga Permasyarakatan Kota Samarinda. eJournal
Psikologi, 5(2)
Hanafi Mog, Ridwan Moh, Adi Galih. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Tentang Hipertensi terhadap Tingkat Kecemasan pada Penderita Hipertensi di
Kabupaten Magelang. Jurnal Keperawatan Soedirman 12(1)
Herawati, Isnaeni, Azizah. (2016). Effect of Progressive Muscle Relaxation Exercise
to Descrease Blood Preasure with Patient Primary Hypertension.
International Conference on Health And Well Being.
Huwaida Nina, Ari A, Basyar Edwin. (2017). Kesesuaian Tipe TensimeterAir Raksa
dan Tensimeter Digital terhadap Pengukuran Tekanan Darah pada Usia
Dewasa. Jurnal Kedokteran. 6(2)
Indahria, Sulistyarini. (2013). Terapi Relaksasi untuk Menurunkan Tekanan darah
dan Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien Hipertensi. Jurnal Psikologi. 40 (1)

69
70

Junita, Miratina dkk (2014). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Lansia di Panti Werda Usia “Bethany” Semarang. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes R
Kowalski. (2010). Terapi hipertensi: program 8 minggu menurunkan tekanan darah
tinggi dan mengurangi risiko serangan jantung dan stroke secara alami.
Bandung: Qanita.
Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC
Kumutha, V., Aruna, S. & Poongodi, R. (2014). Effectiveness Of Progressive Muscle
Relaxation Technique on Stress and Blood Pressure among Eldery with
Hypertension. IOSR Journal of nursing And Health Science. 3(4)
Majid, Makhrajani, Usman, Hilda Yuli Sari, Wahyuni Sari Rasidah (2019). Faktor-
faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Hipertensi pada Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Maiwa Kab. Enrekang. Jurnal Ilmiah Manusia dan
Kesehatan. 2(1)
Mauk, K.L. (2010). Gerontological Nursing Competencies for Care. Sudbury : Janes
and Barlet Publisher
Mekar Dewi Anggraini, Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam
Bidang Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika
Mathew, Nick. (2018). What is a Sphygmomanometer : Definition & History of
Invention. http://www.medinstrum.com. (diakses pada 20 Oktober 2018)
Miller, E. (2009). The Prefrontal Cortex and Cognitive Control. Nature Review
Neuoro Science. 1, 59-65
Novitaningtyas Tri. 2014. Hubungan Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin, Tingkat
Pendidikan) dan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Lansia di
Kelurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukorhajo. Naskah
Publikasi
Nugroho. (2012). Keperawatan Geronetik & Geriatri. Jakarta : EGC
Palmer, A. dan Williams, B. (2007). Simple Guides Tekanan Darah Tinggi. EGC.
Jakarta
Priyanto, Batubara L. (2010). Farmakologi Dasar. Leskonfi. Jakarta
Quratul Avliya, Anna Sri (2013). Hubungan Antara Pola Konsumsi Pangan dan
Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteoporosis pada Lansia di Panti Wedha
Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan. 8(2)
Rahayu Dwi, Santoso Puguh (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Pernafasan terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan.
10(3)
71

Rahmawati Anita. (2016). Pengaruh Relaksasi Progresif terhadap Penurunan


Tekanan Darah Tinggi pada Lansia. Nursing Journal of STIKES Insan
Cendekia Medika Jombang. 12(1)
Ratmini, dan arifin. (2011). Hubungan Kesehatan Mulut dengan Kuaitas Hidup
Lansia. Jurnal Ilmu Gizi. 2(2)
Robinson, J.M., & Saputra, L. (2014). Buku Ajar Visula Nursing Medika Bedah.
Jakarta : Binarupa Aksara
Sherwood, Laura lee. (2011). Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC
Sirtalita, (2010). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur
pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar.
http:// repository.unand.ac.id/18338. (diperoleh 25 Oktober 2018)
Sucipto. (2014). Perbedaan Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap
Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Desa Karangbedo Banguntapan
Bantul Yogyakarta. Jurnal Keperawatan
Sucipto, Cecep. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakata : Gosyen
Publishing
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Suri Atika. (2017). Efektivitas Senam Tai Chi Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Lanjut Usia Dengan Riwayat Hipertensi Di Puskesmas Junrejo Kota
Batu. Naskah Publikasi
Suryani Nany, Hariyawati Indah, Abdurrachim Rijanti. (2016). Hubungan Asupan
Natrium, Frekuensi dan Durasi Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Darah
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera dan Bina Laras Budi
Luhur Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Journal of the Indonesian
Nutrition Association.
Sutomo Budi (2009). Diet DASH Natrium untuk Dengan hipertensi. (Diperoleh
tanggal 20 Oktober 2018)
Solehati, Tetti dan Cecep Eli Kosasih. (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Meteritas. Bandung : PT Refika Aditama
Riskesdas. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan. Jakarta : Republik Indonesia
Stuart dan Sundeen. (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 5. Jakarta : EGC
Syamsudin. (2011). Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskuler dan renal. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika pp 31
Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Dengan hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu
72

Udiyono Ali, Sakundarno Mateus, Dian Lintang, Ardiningsih Umi. (2017).


Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada
Akseptor Kontrasepsi Pil. Jurnal Kesehatan Masyarakat 5 (1)
Udjianti, W. J. (2010). Penyakit Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika
Ultariningrum, Septidina. (2018). Penaruh Senam Yoga Hatha terhadap Penurunan
Tekanan Darah Sistolik pada Lanjut Usia dengan Riwayat Hipertensi.
Naskah Publikasi
United Nations Population Division (2015) : Word Population Prospects. The 2015
Revision. New York: United Nations
Prayitno Nanang, Haendra Febby. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Jawa Barat 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan 5(1)
Wahyunita, Vita Dewi & Fitrah. (2010). Memahami Kesehatan pada Lansia. Jakarta:
Trans Info Media
Watiyah, Rasni Hanny, Bagus Yogie. (2018). Pengaruh Bekam Kering terhadap
Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi di PSTW Jember. The
Indonesian Journal of Health Science.
Whelton PK, Carey RM, Aronow WS, et al. (2017) ACC/AHA/AAPA/
ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ASPC/NMA/PCNA guideline for the
prevention, detection, evaluation, and management of high blood pressure in
adults: a report of the American College of Cardiology/ American Heart
Association Task Force on Clinical Practice Guidelines. J Am Coll Cardiol
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kesediaan Menjadi Responden

Permohonan Kesediaan Menjadi Responden Penelitian

Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Kunstiarini

Nim : 201510490311027

Instansi : Jurusan Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas


Muhammadiyah Malang

Judul Penelitian : Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan


Tekanan Darah pada Lanjut Usia dengan Hipetensi di
Kelurahan Bunulrejo Malang

Kepada Yth,

Calon Responden Penelitian

Anggota

Sebagai Persyaratan tugas akhir mahasiswa Program Studi Fisioterapi , Fakultas


Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, peneliti akan melakukan
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif
terhadap penurunan tekanan darah pada lanjut usia dengan Hipertensi di Kelurahan
Bunulrejo Malang.

Sehubung dengan hal tersebut, maka dengan ini peneliti memohon kesediaan
saudara/i untuk mengisi Informed consent yang telah disediakan. Dengan demikian
atas bantuan dan partisipasi saudara/i kami ucapkan terimakasih.

Peneliti,

Kunstiarini
Lampiran 2. Informed Concent
Lampiran 3. Alat Ukur

SPHYGMOMANOMETER

Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digunakan untuk

mengukur tekanan darah sistol dan diastol. Cara pelaksanaan pengukuran

tekanan darah dengan spyhmomanometer yaitu:

1. Tujuan: Mengukur tekanan darah sistol dan diastol

2. Perlengkapan:

a. Alat pengukur tekanan darah (Sphygmomanometer)

b. Stetoskop

c. Kertas sebagai lembar observasi

d. Alat tulis

e. Kursi

f. Meja

3. Waktu pengukuran : 3 menit – 5 menit.

4. Prosedur kerja

a. Persiapan

1) Menyiapkan ruangan untuk responden

2) Menyiapkan kursi dan meja

3) Menyiapkan alat-alat pengukuran tekanan darah

4) Menyiapkan lembar observasi

b. Persiapan peneliti

1) Membersihkan tangan sebelum melakukan pengukuran

2) Memakai pakaian yang bersih dan rapi


c. Persiapan pasien

1) Mengatur responden untuk duduk senyaman mungkin

2) Menggulung baju atau kain pada salah satu lengan responden

d. Pelaksanaan

1) Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan meminta

persetujuan

pasien secara lisan.

2) Menjelaskan kegunaan dari pengukuran tekanan darah.

3) Melakukan wawancara terhadap responden berupa riwayat

penyakit dan anamnesis umum.

4) Melakukan pemeriksaan tekanan darah.

5) Responden duduk dengan rileks dan tenang sekitar 5 menit

6) Pemeriksa menjelaskan manfaat dari rileks, agar nilai tekanan

darah saat pengukuran dihasilkan nilai yang stabil

7) Pasangkan manset pada salah satu lengan dengan jarak sisi manset

paling bawah 2,5 cm dari siku dan rekatkan dengan baik

8) Tangan responden diposisikan diatas meja telapak tangan terbuka

keatas dan sejajar dengan jantung

9) Lengan yang terpasang manset harus bebas dari lapisan apapun

10) Raba nadi pada lipatan lengan, pompa alat hingga denyut nadi

tidak teraba kemudian dipompa lagi sampai tekanan meningkat 30

mmHg
11) Tempelkan stetoskop pada perabaan denyut nadi, lepaskan

pemompa perlahan-lahan dan dengarkan bunyi denyut nadi

12) Catat tekanan darah sistolik yaitu nilai tekanan ketika denyut nadi

yang pertama terdengar dan tekanan darah diastolik ketika bunyi

denyut nadi tidak terdengar

13) Pengukuran sebaiknya dilakukan 2x dengan selang waktu 2 menit.

Jika terdapat perbedaan hasil pengukuran sebesar 10 mmHg atau

lebih lakukan pengukuran ke-3

14) Apabila responden tidak mampu duduk, pengukuran dapat

dilakukan dengan posisi baring dan catat kondisi tersebut di lembar

catatan.
Lampiran 4. SOP Latihan Relaksasi Otot Progresif

STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)

LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF

A. Persiapan Alat dan Bahan

1. Surat ijin penelitian

2. Tempat kegiatan

3. Alas utuk melakukan intervensi

4. Alat dalam pengukuran

5. Lembar pengukuran

6. Bulpoin

7. Kamera

8. Dokumentasi

B. Prosedur Pelaksanaan latihan relaksasi otot progresif adalah :

1) Fase Orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Memperkenalkan diri

c. Kontrak waktu

d. Menjelaskan tujuan

e. Menanyakan kesiapan pasien

2) Fase Kerja

a. Responden atau pasien dipersilahkan untuk bersiap-siap

b. Pemeriksaan tekanan darah menggunakan sphygmomanometer

c. Responden atau pasien diminta untuk mengintruksikan gerakan

terapis dari awal sampai akhir


d. Mengukur tekanan darah sesudah latihan relaksasi otot progresif

3) Melaksanakan latihan relaksasi otot progresif

Gerakan Keterangan Gambar

Gerakan mengepalkan Posisi duduk dengan keadaan relaks,


tangan dan nafas posisi badan tegak dengan
dalam pandangan lurus kedepan, posisi
tangan lurus kedepan sejajar dengan
bahu. Membuat kepalan pada jari-
jari tangan. Kontraksikan otot-otot
tangan dan angkat tangan keatas
disertai dengan nafas panjang. Buka
kepalan tangan dan turunkan tangan
secara perlahan-lahan seiring
dengan menghembuskan nafas.
Dapat dilakukan 6-8 kali
pengulangan

Gerakan dorso fleksi Posisi duduk dalam keadaan relaks,


dan nafas dalam postur tubuh tegak dengan
pandangan lurus kedepan, posisi
tangan dorso fleksi. Angkat tangan
keatas disertai dengan nafas
panjang. Tangan diturunkan secara
perlahan-lahan diiringi dengan
menghembuskan nafas. Dapat
dilakukan 6-8 kali pengulangan
Gerakan lengan ke Duduk dalam keadaan relaks.
bahu Membuat kepalan pada jari-jari
tangan. Posisi lengan tangan
menekuk ke bahu. Kontraksikan
otot-otot lengan atas. Lakukan ≤ 8
detik. Relaksasikan tangan dengan
meluruskan dan menurunkan secara
perlahan-lahan. Dapat dilakukan 6-8
kali pengulangan

Gerakan elevasi Posisi duduk relaks, postur tegak


shoulder dengan pandangan lurus ke depan.
Angkat bahu keatas .
Mengkontraksikan otot-otot bahu.
Tahan selama ≤ 8 detik.
Relaksasikan dengan meurunkan
bahu secara perlahan-lahan. Dapat
dilakukan 6-8 kali pengulangan

Gerakan menarik dahi Posisi duduk dengan keadaan relaks,


posisi tegak dan pandangan lurus
kedepan, tangan diletakan diatas
paha. Menarik otot dahi dan alis
keatas kemudian kontraksikan.
Tahan selama ≤ 8 detik.
Relaksasikan dengan meregangkan
secara perlahan-lahan. Dapat
dilakukan 6-8 kali pengulangan
Gerakan mengerutkan Posisi duduk dengan keadaan relaks
mata dan dahi dan postur tegak dengan pandangan
lurus kedepan, posisi tangan diatas
paha. Kerutkan otot-otot dahi dan
otot-otot mata. Rasakan
ketegangannya selama ≤ 8 detik.
Relaksasikan dengan mengendurkan
secara perlahan-lahan. Dapat
dilakukan 6-8 kali pengulangan

Gerakan tersenyum Posisi duduk dalam keadaan relaks,


lebar postur tegak dengan pandangan
lurus kedepan, tangan diatas paha.
Kontraksikan otot-otot pipi dengan
cara tersenyum lebar hingga terasa
otot-otot rahang terangkat. Tahan
selama ≤ 8 detik. Relaksasikan
dengan mengendurkan secara
perlahan-lahan. Dapat dilakukan 6-8
kali pengulangan

Gerakan meniup Posisi duduk dalam keaadaan relaks,


terompet postur tubuh tegak dengan
pandangan lurus kedepan, tangan
berada diatas paha. Arahkan pipi
kedalam hingga terasa ketegangan
dari otot pipi. Mulut dimajukan
kedepan seperti meniup terompet.
Tahan hingga ≤ 8 detik.
Relaksasikan secara perlahan-lahan.
Dapat dilakukan 6-8 kali
pengulangan
Gerakan kontraksi Posisi duduk dalam keadaan relaks,
otot leher postur tubuh tegak, posisi tangan
berada diatas paha. Arahkan leher
kebelakang. Konraksikan otot-otot
bagian leher. Tahan ≤ 8 detik.
Relaksasikan dengan mengendurkan
secara perlahan-lahan. Dapat
dilakukan 6-8 kali pengulangan

Gerakan fleksi neek Posisi duduk dalam keadaan relaks,


postur tegak, posisi tangan berada
diatas paha. Arahkan leher
menunduk kebawah posisi fleksi
neek . Tahan selama ≤ 8 detik.
Relaksasikan dengan mengangkat
kepala pada posisi lurus kedepan
secara perlahan-lahan. Dapat
dilakukan 6-8 kali pengulangan

Gerakan sedikit Posisi duduk dalam keadaan relaks


ekstensi vertebra dan pandangan lurus kedepan.
Kontraksikan otot punggung
belakang dengan posisi sedikit
ekstensi punggung belakang.Tahan
≤ 8 detik. Relaksasikan perlahan-
lahan. Dapat dilakukan 6-8 kali
pengulangan
Nafas dada Duduk dalam keadaan relaks.Tarik
nafas dalam menggunakan
diafragma. Kontraksikan otot-otot
yang ada pada bagian dada. Tahan
beberapa saat. Hembuskan perlahan-
lahan. Dapat dilakukan 6-8 kali
pengulangan

Nafas perut Duduk dalam keadaan relaks, posisi


badan tegak dan pandangan
kedepan. Tarik nafas dalam
menggunakan nafas perut.
Kontraksikan ootot-otot perut.
Tahan beberapa saat. Relaksasikan
disertai dengan menghembuskan
nafas secara perlahan-lahan. Dapat
dilakukan 6-8 kali pengulangan

Gerakan mengangkat Posisi duduk dengan keadaan relaks,


kaki postur tegak pandangan lurus
kedepan. Angkat kaki posisi semi
fleksi hip. Rasakan kontraksi dari
otot-otot kaki. Tahan ≤ 8 detik.
Relaksasikan dengan menurunkan
kaki secara perlahan-lahan. Dapat
dilakukan selama 6-8 kali
pengulangan
Gerakan dorso fleksi Posisi duduk rilek, pandangan lurus
kedepan, Posisi kaki dorso fleksi.
Tahan ≤ 8 detik. Relaksasikan dan
rasakan relaksasi yang terjadi. Dapat
dilakukan 6-8 kali pengulangan

4) Fase terminasi

a. Menyampaikan hasil anamnesis dan dokumentasi

b. Pemeriksaan tekanan darah dengan sphygmomanometer

c. Menyampaikan rencana tindak lanjut dan berpamitan

5) Penampilan selama tindakan

a. Ketenangan

b. Menjaga keamanan diri

c. Menjaga keamanan pasien


Lampiran 5. Tabulansi Data

TABULANSI KARAKTERISTIK RESPONDEN

JENIS SISTOL DIASTOL SISTOL DIASTOL


NO NAMA KELAMIN USIA PRETEST PRETEST POSTEST POSTEST
1 Tn. Ad laki-laki 67 160 100 160 100
2 Tn. An laki-laki 65 140 90 135 90
3 Ny. Bi perempuan 59 130 100 140 100
4 Ny. Ba perempuan 60 140 90 135 85
5 Tn. Dk laki-laki 85 150 100 140 90
6 Ny. Hi perempuan 82 130 90 130 90
7 Ny. Ji perempuan 60 145 90 130 80
8 Ny. Ji perempuan 60 130 100 120 90
9 Ny. Li perempuan 79 155 90 150 90
10 Ny. Mi perempuan 61 135 100 140 90
11 Ny. Mu perempuan 62 130 90 120 80
12 Tn. Mo laki-laki 75 140 90 130 80
13 Ny. Nk perempuan 60 140 90 130 80
14 Ny. Nn perempuan 68 160 100 150 90
15 Ny. Nh perempuan 60 130 100 130 90
16 Ny. Rd perempuan 61 130 80 130 80
17 Tn. Rm laki-laki 65 130 80 120 80
18 Ny. Ri perempuan 74 140 90 120 80
19 Ny. Ri perempuan 60 130 80 120 80
20 Ny. Sh perempuan 82 130 90 120 90
21 Ny. Sh perempuan 76 130 80 130 80
22 Ny. Si perempuan 60 130 80 130 80
23 Ny. Sk perempuan 67 130 90 120 80
24 Ny. Si perempuan 80 140 100 145 90
25 Ny. Ti perempuan 60 150 100 130 90
26 Ny. Ui perempuan 62 150 90 140 80
27 Ny. Um perempuan 65 140 90 130 80
28 Ny. Wp perempuan 64 130 80 135 80
29 Ny. Wh perempuan 63 140 100 130 90
30 Ny. Wi perempuan 65 130 90 120 90
Lampiran 6. Hasil SPSS

HASIL ANALISA DATA

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

60-64 15 50.0 50.0 50.0

65-69 7 23.3 23.3 73.3

70-74 1 3.3 3.3 76.7

Valid 75-79 3 10.0 10.0 86.7

80-84 3 10.0 10.0 96.7

85-89 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 5 16.7 16.7 16.7

Valid Perempuan 25 83.3 83.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sistol_pretest 30 130.00 160.00 138.1667 9.60274


Diastol_pretest 30 80.00 100.00 91.3333 7.30297
Valid N (listwise) 30

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sistol_posttest 30 120.00 160.00 132.0000 10.30567


Diastol_posttest 30 80.00 100.00 85.8333 6.17047
Valid N (listwise) 30
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Sistol_pretest .269 30 .000 .803 30 .000


Diastol_pretest .239 30 .000 .806 30 .000
Sistol_posttest .210 30 .002 .888 30 .004
Diastol_posttest .294 30 .000 .762 30 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Test Statisticsa

Sistol_pretest - Diastol_pretest -
Sistol_posttest Diastol_posttest

Z -3.700b -4.025b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 8. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 9. Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi
Lembar 10. Dokumentasi Penelitian

DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN

Pengambilan data responden

Pelaksanaan latihan relaksasi Otot progresif

Pelaksanaan latihan relaksasi otot progresif dan pengukuran tekanan darah responden
Lampiran 11. Hasil Deteksi Plagiasi
Lampiran 12. Angket Persetujuan Seminar Proposal & Revisi Seminar

Proposal
Lampiran 13. Angket Persetujuan Seminar Hasil & Revisi Seminar Hasil

Anda mungkin juga menyukai