Anda di halaman 1dari 105

SKRIPSI

PENGARUH DIET SHOF TERHADAP INDEKS MASSA


TUBUH PADA REMAJA OVERWEIGHT

PENELITIAN KUANTITATIF

OLEH :
RIA ASTRIANI
NIM: 7315051

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2019
SKRIPSI

PENGARUH DIET SHOF TERHADAP INDEKS MASSA


TUBUH PADA REMAJA OVERWEIGHT

PENELITIAN PRE-EKSPERIMENTAL

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang

OLEH:
RIA ASTRIANI
NIM: 7315051

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2019

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ria Astriani

NIM : 7315051

Tempat & tanggal lahir : Poka, 23 Agustus 1997

Institusi : S1 Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh


Diet SHOF terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja Overweight” adalah
bukan skripsi milik orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam
bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Dan


apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik.

Jombang, Juli 2019


Yang Menyatakan

Ria Astriani
NIM : 7315051

iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Pada


Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum
Pada Tanggal: 25 Juli 2019

Mengesahkan :

Tim Penguji Tanda Tangan

Ketua : Dr. dr. H. M. Zulfikar As’ad., MMR (………………)

Anggota I : Andi Yudianto S.Kep, Ns., M.Kes (………………)

Anggota II : Khotimah, S.Kep, Ns., M.Kes (………………)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

Khotimah, S.Kep, Ns., M.Kes


NIPY : 11 010901063

v
MOTO
“Yakinlah kau bisa dan kau sudah separuh jalan menuju kesana”

Saat kamu sedang berusaha, janganlah menyerah. Jika kamu merasa lelah
istirahtalah, kemudian lanjutkan kembali usahamu. Yakinlah Kamu sudah berjalan
setengan perjalanan, sehingga membuatmu enggan untuk kembali atau menyerah.

vi
PERSEMBAHAN

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, saya persembahkan karya tulis

yang sederhana ini kepada yang terkasih:

1. Yang utama dari segalanya, sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT

yang telah memberikanku kekuatan. Atas karunia serta kemudahan yang

engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan,

sholawat serta salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad

SAW.

2. Untuk kedua orang tua ku, Ibu dan Bapak Tercinta. Sebagai tanda bakti,

hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahakan karya

kecil ini kepada ibu “Erma Suriyani Sitania” dan Bapak “Miskan” yang telah

memberikan kasih sayang, segala dukungan dan cinta kasih yang tidak

mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang tertuliskan di kata

persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ibu dan

bapak bahagia, karena saya sadar selama ini belum bisa berbuat yang lebih.

Untuk ibu dan bapak yang selalu memberikan motivasi dan selalu

mendoakan, menasehati saya menjadi lebih baik. Terima Kasih Ibu… Terima

Bapak

3. Untuk Saudara-saudaraku, Kedua kakakku “Zainudin Surkan Hadisaputra”,

“Dwi Surkan Darmawan” dan Adikku “Agil Surkan Asahri” terima kasih

telah memberikan semangat, mendoakan serta telah membantu berpartisipasi

dalam pengerjaan skripsi ini.

4. Ibu Khotimah, S.Kep., Ns. M.Kes dan Ibu Indah Mukarromah, S. Kep., Ns.,

M.Kep selaku Pembimbing I dan Pembimbing II, terima kasih atas

vii
pengorbanan waktunya selama ini dalam membimbing dan menasehati saya

untuk menyelesaikan Skripsi ini.

5. Keluarga 73150 S1 Keperawatan yang saling memberikan motivasi,

semangat, terima kasih untuk beberapa tahun kita menjadi keluarga.

6. Partner Tugas akhir saya “Baiq H Bariyah”, “Ariyanti” dan “Nur” yang selalu

membantu dan memberikan semangat kepada saya, senang berkerja sama

dengan kalian.

7. Keluarga Asrama Asrama 3 Nusantra dan khususnya kamar F30 “Dwi

Lestari”, “Mbak Wardah”, “Nurul” dan “Dian”, yang selalu memberikan

semangat kepada saya.

8. Teman-teman, saudara, keluarga yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

yang telah memberi semangat, menasehati dan memberi memotivasi

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan Rido-

Nya, sehingga dapat menyelesaikan Skripsi penelitian ini dengan judul:

“Pengaruh Diet SHOF terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja Overweight”.

Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan S1 Keperawatan. Mengingat

dalam membuat skripsi ini tidak dapat lepas dari berbagai pihak yang membantu

dalam memberikan dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. DR. H. Ahmad Zahro, MA. Selaku Rektor Universitas Pesantren Tinggi

Darul ‘Ulum Jombang.

2. Pujiani, S.Kep, Ns., M.Kes Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang.

3. Khotimah, S.Kep, Ns. M.Kes Selaku Kaprodi Sarjana Keperawatan

Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang dan Selaku Pembimbing I.

4. Indah Mukarromah, S. Kep, Ns., selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam membuat Skripsi ini.

5. Dr. dr. H.M. Zulfikar As’ad., MMR dan Andi Yudianto S.Kep, Ns., M.Kes

Selaku Penguji Skripsi.

6. Seluruh Responden yang siap di teliti dalam Penelitian saya ini.

7. Kedua orang tuaku dan seluruh keluargaku yang telah memotivasi dan

membantu baik materil maupun spiritual.

8. Semua pihak yang telah mendukung atas memfasilitasi penyusunan Skripsi ini.

ix
9. Semua temanku angkatan 2015 Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas

Ilmu Kesehatan UNIPDU yang selalu membantu dalam rangka penyusunan

Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi

kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karenanya penulis sangat mengahapkan kritik dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan proposal ini. Akhirnya penulis brharap semoga proposal ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembacanya.

Jombang, Juli 2019

Penulis

x
PENGARUH DIET SHOF TERHADAP INDEKS MASSA
TUBUH PADA REMAJA OVERWEIGHT
Ria Astriani1, Khotimah2, Indah Mukarromah3
Mahasiswa Program Studi Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang
Dosen Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Unipdu Jombang

E-mail: astriyanirhya@gmail.com

Abstrak
Prevelensi overweight di Indonesia masih tinggi. Khususnya pada remaja dari
1,4% tahun 2010 menjadi 7,3% tahun 2013. Overweight ditandai dengan IMT 23-
24,9 kg/m2. Overweight akan menyebabkan obesitas dan penyakit degeneratif,
seperti jantung dan kanker. Penyebab overweight salah satunya adalah pola
makan. Diet SHOF merupakan salah satu cara untuk menurunkan IMT.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh diet SHOF terhadap
IMT.

Metode yang digunakan adalah Pre eksperimental one group pre-post test design,
polulasinya adalah mahasiswi yang mengalami overweight berjumlah 25 orang,
sampel sebanyak 10 responden, menggunakan teknik porposif sampling.
Instrumentnya adalah, standart operasional prosedur IMT dan diet SHOF serta
lembar observasi. Data yang dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dengan nilai
α≤0,05 menggunakan SPSS 23.

Hasil Analisis menunjukan bahwa P value 0,400 p≥α (0,400≥0,05). Hal tersebut
menunjukan H0 diterma, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh diet
SHOF terhadap IMT pada remaja overweight.

Diet SHOF memiliki kekuatan lebih besar, tetapi harus dipadukan dengan diet
rendah-karbohidrat untuk mendapatkan efek terbaik. Penurunan IMT pada
panduan ini cenderung lambat, jadi dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa
menurunkan IMT.

Kata Kunci: Overweight, Diet SHOF, Indeks Massa tubuh

xi
THE EFFECT OF DIETS SHOF ON THE BODY MASS INDEX
IN ADOLESCENT OVERWEIGHT

Ria Astriani1, Khotimah2, Indah Mukarromah3


Student of Bachelor Nursing Programe Health Scince Faculty Unipdu
Lecturer of Bachelor Nursing Programe Health Science Faculty Unipdu

E-mail: astriyanirhya@gmail.com

Abstract

The prevalence of overweight in Indonesia is still high. Especially in adolescents


from 1.4% in 2010 to 7.3% in 2013. Overweight is characterized by a IMT of 23-
24.9 kg / m2. Being overweight will cause obesity and degenerative diseases, such
as heart disease and cancer. Causes of excess weight One of them is diet. The
SHOF diet is one way to reduce IMT. This study aims to
determine the effect of the SHOF diet on IMT.

The method used was a pre-experimental one group pre-post test design, the
pollination was a farm that spent 25 people overweight, a sample of 10
respondents, using a porposive sampling technique. The instruments in this study
were IMT standard operating procedures diet SHOF and observation sheets. Data
were analyzed using the Wilcoxon test with a value of α≤0.05 using SPSS 23.
The results of the analysis show that the P value is 0,400 p≥α (0,400>0,05). This
shows that H0 was received, so it concluded that there was for IMT in overweight
adolescents.

The SHOF diet has more power than a 12-hour fast, but it must be
combined with a low-bucket diet to get the best effect. Weight loss and IMT in
this guide are slower, so it takes longer to be able to lose weight and IMT.

Keywords: Overweight, Diet SHOF, Body Mass Index

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR...............................................................................i


HALAMAN SAMPUL DALAM..........................................................................ii
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................v
MOTO....................................................................................................................vi
PERSEMBAHAN................................................................................................vii
KATA PENGANTAR.........................................................................................viii
ABSTRAK..............................................................................................................x
ABSTRACT...........................................................................................................xi
DAFTAR ISI.........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................3
1.3.1 Tujuan umum...............................................................................3
1.3.2 Tujuan khusus..............................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................4
1.4.1 Manfaat teoritis............................................................................4
1.4.2 Manfaat Praktis............................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Overweight....................................................................................5
2.1.1 Definisi Overweight..................................................................5
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi Overweight...................................7
2.2 Indeks Massa Tubuh (IMT)....................................................................9
2.2.1 Defenisi IMT................................................................................9
2.2.2 Cara Menghitung IMT...............................................................10

xiii
2.2.3 Klasifikasi IMT..........................................................................11
2.2.4 IMT Kategori Kurus...................................................................11
2.2.5 IMT Kategori Normal................................................................11
2.2.6 IMT Katorogi Gemuk ................................................................12
2.2.7 Faktor-Faktor Indeks Massa Tubuh (IMT) ...............................12
2.3 Konsep Diet SHOF...............................................................................13
2.3.1 Konsep Diet 16:8........................................................................15
2.3.2 Tips Puasa 16 Jam......................................................................16
2.3.3 Metabolisme Tubuh....................................................................16
2.3.4 Manfaat Ketika Berpuasa...........................................................18
2.3.5 Tahap Detoks Selama Berpuasa ................................................21
2.3.6 Pola Makan ................................................................................22
2.3.7 Pengaruh Diet SHOF Terhadap IMT.........................................22
2.4 Kerangka Teori.....................................................................................25
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual...........................................................................26
3.2 Hipotsis Penelitian................................................................................27
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian..................................................................................28
4.2 Kerangka Kerja ...................................................................................29
4.3 Populasi dan Sampel............................................................................31
4.3.1 Populasi.......................................................................................31
4.3.2 Sampel ........................................................................................31
4.3.3 Sampling.....................................................................................33
4.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional....................................34
4.4.1 Variabel Independen..................................................................34
4.4.2 Variabel Dependen.....................................................................34
4.4.3 Definisi Operasional...................................................................35
4.5 Instrumen Penelitian ............................................................................35
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................37
4.7 Prosedur Pengambilan Data dan Pengumpulan Data...........................38
4.8 Pengolahan Data...................................................................................39

xiv
4.9 Analisa Data.........................................................................................40
4.9.1 Analisis Univariat.......................................................................40
4.9.2 Analisis Bivariat.........................................................................40
4.10 Etika Penelitian ..........................................................................41
4.10.1 Informend Consent ..................................................................41
4.10.2 Anonimity (Tanpa Nama) dan Confidentially (Kerahasiaan). .41
4.10.3 Keadilan dan Keterbukaan ......................................................42
4.11 Keterbatasan Penelitian .....................................................................42
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian.....................................................................................43
5.1.1 Gambaran Umum Terhadap Penelitian......................................43
5.1.2 Data Umum................................................................................44
5.1.3 Data Khusus ..............................................................................45
5.2 Pembahasan..........................................................................................48
........................................................................................................................
5.2.1 Indeks Massa tubuh pada mahasiswi sebelum dan sesudah
diberikan Diet SHOF.................................................................48
.......................................................................................................
5.2.2 Pengaruh Diet SHOF Terhadap Indeks Massa Tubuh Remaja
Overweight.................................................................................49
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan...........................................................................................54
6.2 Saran.....................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................56
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................60

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)....................................................10


Tabel 4.1 Definisi Operasional Pengaruh Diet SHOF Terhadap IMT..................35
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan di Fakultas Ilmu
Kesehatan Unipdu Jombang, April 2019..............................................44
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Badan Responden di Fakultas
Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang pada, April 2019 …………. 44
Tabel 5.3 Distribusi Responden Sebelum dilakukan Diet SHOF
Berdasarkan IMT Responden di Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu
Jombang , April 2019............................................................................45
Tabel 5.4 Distribusi Responden Sesudah dilakukan Diet SHOF Berdasarkan
IMT Responden di Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang,
April 2019.............................................................................................46
Tabel 5.5 Penyajian hasil Rata-Rata Indeks Massa Tubuh Sebelum dan
Sesudah dilakukan Diet SHOF, April 2019..........................................46

16
17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Teori ....................................................................25

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konseptual ...........................................................26

Gambar 4.1 Bagan Kerangka kerja Pengaruh Diet SHOF terhadap Indeks
Massa Tubuh pada Mahasiwi FIK Unipdu ....................................30

17
18

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pengantar Riset............................................................ 60


Lampiran 2 : Surat Balasan ....................................................................... 61
Lampiran 3 : Informed Concent Diet SHOF Terhadap IMT.................... 62
Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden............................. 63
Lampiran 5 : Standart Operasional Prosedur (SOP) Diet SHOF.............. 64
Lampiran 6 : Standart Operasional Prosedur (SOP) Indeks Massa Tubuh 66

Lampiran 7 : Lembar Data Responden ..................................................... 67

Lampiran 8 : Data Observasi Indeks Massa Tubuh .................................. 68

Lampiran 9 : Data Observasi Makan pada Responden Diet SHOF .......... 69

Lampiran 10 : Tabulasi Data........................................................................ 70

Lampiran 11 : Hasil SPSS............................................................................ 71

Lampiran 12 : Lembar Konsultasi................................................................ 73

Lampiran 13 : Uji Etik................................................................................. 79

18
19

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Overweight merupakan suatu penyakit multifactorial yang terjadi

akibat akumulasi lemak berlebihan di dalam tubuh yang dapat mengganggu

kesehatan secara keseluruhan yang disebabkan oleh adanya

ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar

(Cindi, Hadi dan Sutriningsih, 2017). Overweight dapat terjadi apabila sel dan

jumlah lemak bertambah pada tubuh seseorang. Ukuran dan jumlah sel lemak

akan bertambah besar dan bertambah banyak apabila berat badan seseorang

itu bertambah besar. Hal itulah yang dapat menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar. Energi

yang masuk lebih banyak dari energi yang dikeluarkan, hal ini dapat

menyebabkan terjadinya obesitas (Hengkengbala dkk., 2013). Overweight

menjadi permasalahan di dunia termasuk Indonesia, yang diakibatkan oleh

pola hidup masyarakat yang tidak sehat dapat dilihat dengan menggunakan

indeks massa tubuh (IMT), orang yang menderita ovrweight yaitu dengan

jumlah IMT >23-24,9 kg/m2 (Watulingas dkk., 2013).

Menurut World Health Organization (WHO) bahwa di tahun 2015

yakni masing-masing sejumlah 2,3 miliar individu dewasa mengalami

overweight (Astuti dan Dwipayana, 2018). Prevelensi overweight di

Indonesia sendiri juga masih tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan dasar

(Riskesdas) pada tahun 2013 menujukan peningkatan prevelensi kegemukan

pada remaja dari 1,4% pada tahun 2010 menjadi 7,3 pada tahun 2013

19
(Fairudz dan Nisa, 2015 ).

Overweight dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantranya yaitu,

lingkungan, remaja lebih suka makan-makanan yang berlemak dan ngemil

seperti makanan yang manis dan cepat saji, kurangnya konsumsi sayuran dan

buah (vitamin dan serat), kurangnya aktifitas dan olahraga yang dimana pola

aktivitas remaja seperti jalan kaki, bersepeda, melakukan kegiatan yang

mengeluarkan keringat dan berolahraga saat minim, faktor genetik juga

berpengaruh terjadinya overweight (Wulandari dan Mardiyanti, 2017).

Overweight dapat mengakibatkan peningkatan penderita penyakit

degeneratife, bertambahnya jumlah obesitas, diabetes militus, penyakit

jantung, stroke dan kanker, kekurangan aktivitas fisik menyumbang 30%

resiko terjadinya kanker (Depkes, 2009 dalam Putra, 2017). Penyakit

degenaratif lainya yang dapat timbul karena overweight yang tidak segera

ditangani yaitu stroke, serangan jantung, osteoatritis, dan hipertensi. Selain

penyakit degeneratife, overweight juga akan mempengaruhi psikologis karena

merasa kurang percaya diri dan merasa berbeda (Misnadierly, 2007 dalam

Susilowati dkk., 2017).

Upaya yang dapat dilakukan pada penderita overweight yaitu dengan

cara mengurangi jumlah makanan yang berlebihan yaitu dengan cara

menerapkan pola hidup sehat seperti mengatur pola makan atau mengurangi

konsumsi karbohidrat dan lemak (Wulandari dan Mardiyanti, 2017).

Pengaturan pola makan tersebut dapat dilakukan dengan berpuasa. Puasa

disisni adalah puasa 16 jam atau diet SHOF (Sixten Hour OF Fasting), diet

SHOF yaitu melakukan diet atau berpuasa selama 16 jam dan berbuka atau

5
6

jendela makan selama 8 jam. Puasa yang dimksud disini adalah tidak makan

kalori apapun ketika melakukan program ini. Pelaku program ini tidak

dianjurkan untuk sarapan pagi, tidak boleh mengkonsumsi buah, sayur dan

lainya selama berpuasa. Akan tetapi masih diperbolehkan minum air putih

tanpa gula. Puasa dapat menyebabkan metabolisme pada tubuh. Pada keadaan

normal glukosa akan diubah menjadi glikogen dalam hati, akan tetapi karena

puasa seluruh glukosa akan digunakan untuk menghasilakn energi. Sehingga

tubuh akan beradaptasi terhadap perubahan pola konsumsi makan saat puasa

dan sering ditemui beberapa kasus terjadi penurunan berat badan dan status

kesehatan (Wijayanti, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, adapun rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pemberian diet

SHOF terhadap Indeks Massa tubuh (IMT) ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi Pengaruh Diet SHOF Terhadap Indekas Massa

Tubuh

1.3.2 Tujuan khusus


1. Mengidentifikasi Indeks Massa Tubuh Sebelum Diet SHOF

2. Mengidentifikasi Indeks Massa Tubuh Sesudah Diet SHOF

3. Menganalisis Pengaruh Diet SHOF Terhadap Indeks Massa Tubuh

6
7

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

Diketahuinya manfaat pemberian Diet SHOF terhadap indeks

massa tubuh, sehingga dapat memperkaya pengetahuan dibidang

keperawatan dan berbagai ilmu lainya.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Industri Pendidikan

Hasil penelitain ini dapat menjadi tambahan sumber perpustakaan

dibidang kesehatan diperpustakaan khususnya tentang Pengaruh Diet

SHOF terhadap Indeks Massa Tubuh.

2. Bagi Peneliti

Mengetahui pengaruh Diet SHOF terhadap Indeks Massa Tubuh

3. Bagi responden

Sebagai masukan yang dapat digunakan untuk penambahan ilmu

pengetahuan dan informasi tentang Diet SHOF Terhadap Indeks Massa

Tubuh

7
8

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Overweight


2.1.1 Definisi Overweight
Overweight adalah kondisi perbandingan berat badan dan tinggi

badan melebihi standar yang ditentukan yang dimana permulaan dari

timbulnya obesitas. Overweight disebabkan oleh timbunan lemak, otot

maupun tulang yang menyebabkan berat badan melebihi berat badan rata-

rata. Konsumsi makanan yang berlebihan akan memberikan pengaruh

positif terhadap kenaikan berat badan tubuh, tetapi berpengaruh negatif

terhadap tingkat kesehatan seseorang. Berat tubuh melampaui kondisi

ideal dapat digunakan sebagai petunjuk bahwa orang tersebut dalam

kondisi berat badan lebih (overweight). Bila kelebihan berat badan tersebut

melebihi 20% dari berat badan ideal, orang tersebut sudah dikategorikan

kegemukan (Ardiani dan Wijatmadi, 2016).

Overweight adalah berat badan yang melebihi berat badan normal,

sedangkan obesitas adalah kelebihan akumulasi lemak dalam tubuh. Tetapi

karena lemak tubuh sulit diukur, berat badan tubuh yang belebihan

dianggap akumulasi lemak. Kelebihan berat badan dapat menimbulkan

dampak negatif bagi penderitanya. Menurut WHO kelebihan berat badan

menyebabkan efek metabolik buruk pada tekanan darah, trigliserda,

resistensi insulin dan kolesterol. Resiko penyakit yang akan timbul yaitu,

diabetes, stroke dan jantung koroner dan dapat terjadi

8
9

dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh yang tinggi juga

akan meningkatkan resiko kanker, prostat, endometrium,usus besar, ginjal

dan kandung empedu. Dampak lain yang sering diabaikan adalah perasaan

merasa dirinya berbeda atau dibedakan dari keluarga, teman dan

kelompoknya yang akan membuat individu dengan kelebihan berat badan

rentan terhadap masalah psikologis (Wati dan Sumarmi, 2017).

Overweight dapat dimulai pada usia berapapun. Beberapa periode

usia menujukan kemunginan yang besar terhadap terjadinya overweight.

Overweight sejak usia belia cenderung lebih berat dan beresiko tinggi

menjadi obesitas di masa dewasa. Karena itu, pencegahan overweight dan

obesitas pada masa anak sangat penting. Pada wanita dewasa, kehamilan

dan menopause merupakan faktor yang dapat memicu terajdinya

overweight dan obesitas (Ardiani dan Wijatmadi, 2016).

Remaja merupakan periode peralihan dari masa anak-anak ketahap

dewasa. Banyak perubahan yang terjadi pada remaja termasuk perubahan

sikap, perubahan cara berfikir dan pertambahan fisik yang pesat selain

periode awal kelahiran. Perubahan sikap dan cara berfikir pada remaja

akan membentuk harga diri remaja (self-esteem). Self-esteem berhubungan

dengan ketidakpuasan terhadap citra tubuh pada remaja dan pola makan.

Remaja yang sangat tidak puas terhadap citra tubuh dan pola makannya

diketahui memiliki harga diri yang rendah dan secara umum sangat tidak

puas terhadap aspek kehidupannya. Permasalahan mengenai citra tubuh ini

menjadi perhatian khusus pada remaja, hal ini karena dari penelitian-

penelitian sebelumnya segala hal permasalahan akibat persepsi yang salah


10

mengenai citra tubuh yang terjadi massa remaja akan terus berlanjut

hingga ke usia dewasa. Di daerah perkotaan remaja lebih banyak terkena

paparan media yang semakin berkembang. Media massa berkontribusi

terhadap kejadian overweight (Haslinda., dkk 2015). Perempuan dengan

status berat badan overweight cenderung memiliki ketidakpuasan body

image yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan normal.

Ketidakpuasan terhadap bentuk dan ukuran tubuh menjadi salah satu hal

yang endemic bagi perempuan (Wardani., dkk 2015).

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Overweight


Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya overweight, diantaranya
adalah:
1. Pola Makan
Remaja seringkali tidak menjaga pola makan dengan mengkonsumsi

makanan yang salah, lebih memilih makanan cepat saji dan

mengkonsumsi makanan diluar rumah. kebiasaan ini membuat remaja

menkonsumsi makanan padat energi dan rendah nilai gizi yang

berpotensi timbulnya overweight (Agusanty, Kandarina dan Gunawan,

2014). Peran karbohidrat didalam tubuh adalah menyediakan glukosa

bagi sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Kelebihan

glukosa akan disimpan dihati dalam bentuk glukogen dan diperlukan

karena adanya kegiatan yang berat, jika seseorang terus menerus

kelebihan asupan karbohidrat maka akan terjadi penumpukan lemak

jaringan adipose bawah kulit dan apabila tidak digunakan akan

menumpuk sehingga menyebabkan overweight. Lemak merupakan

simpan sumber zat gizi essensial. Fungsi utama dari lemak adalah
11

sebagai sumber energi paling padat yang menghasilkan 9 kkal tiap

gramnya. Asupan lemak yang melebihi kebutuhan dalam jangka watu

lama dapat memicu timbulnya overweight (Wulandari dan Mardiyati,

2017).

2. Genetik

Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi

berikutnya di dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita sering

menjumpai orang tua yang gemuk cenderung memiliki anak yang

gemuk pula. Hal ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas

sedang hamil, unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi

ukuran normal secara otomatis akan diturunkan kepada bayi selama

dalam kandungan (Cahyono, 2008).

3. Kurang aktivitas dan olahraga

Kekurangan aktivitas gerak akan menyebabkan suatu siklus

metabolisme tubuh yang hebat. Kurangnya olahraga secara tidak

langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme tubuh orang

yang gemuk. Jadi, olahraga sangat penting dalam penurunan berat

badan, tidak hanya membakar kalori tetapi juga dapat membantu

mengatur fungsi metabolisme tubuh (Cahyono, 2008).

4. Lingkungan

Faktor lingkungan juga bisa mempengaruhi orang menjadi gemuk.

Jika orang yang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap

gemuk adalah sebagian dari simbol kemakmuran dan keindahan,


12

maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk (Cahyono,

2008).

5. Kejiwaan
Dalam upaya mengkompensasi perubahan kebiasaan-kebiasaan

terdahulu, orang-orang biasanya melakukan kebiasaan untuk

memenuhi tuntutan organ tubuh, yaitu dengan ngemil dan makan saat

orang tersebut stress. Kebiasaan ini tidak disadari akan mempercepat

penambahan berat badan (Cahyono, 2008).

2.2 Indeks Massa Tubuh (IMT)


2.2.1 Definisi IMT
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah pengukuran antropometri yang

ditetapkan oleh WHO untuk menilai apakah komponen tubuh tersebut

sesuai dengan standar normal atau ideal. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan

tinggi badan (TB). IMT dipercaya dapat menjadi indikator atau

menggambarkan kadar adipositasi dalam tubuh seseorang. IMT

merupakan alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh (Sudargo

dkk., 2014). Badan yang sehat antara lain ditandai dengan kemampuan

tubuh untuk mempertahankan berat badan ideal. Berat badan ideal adalah

berat badan yang serasi dengan tinggi badan menurut rumus tertentu

kemudian hasilnya disesuaikan dengan standar yang telah ditentukan. Bila

berat badan dalam kisaran normal, sirkulasi darah dalam tubuh lebih

efektif, level cairan akan lebih mudah di kelola dan penyakit seperti

Diabetes Mellitus, jantung, penyakit kanker tertentu tidak akan mudah

berkembang. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan


13

BB ideal yaitu menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT)

(Heriansyah, 2014).

2.2.2 Cara Menghitung IMT

Berdasarkan kategorinya, menurut WHO IMT terbagi menjadi

underweight atau berat badan kurang, normal, overweight atau berat badan

lebih dan obeseitas. Semakin tinggi nilai Indeks Massa Tubuh merupakan

faktor risiko utama terjadinya berbagai macam penyakit. Di Indonesia

khususnya, cara pemantauan dan batasan berat badan normal orang

dewasa digunakan cara perhitungan berat badan normal berdasarkan

Indeks Massa Tubuh (IMT). Penggunaan IMT ini hanya berlaku untuk

orang dewasa yang berumur di atas 18 tahun. IMT didapat dengan cara

membagi berat badan (BB) dengan kuadrat dari tinggi badan (TB). Nilai

IMT yang didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin. IMT

dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat

terkena resiko penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya

(Heriansyah, 2014).

Untuk Mengetahui nial IMT dapat dihitung dengan menggunakan

rumus (Irwan, 2018)

Berat Badan (kg)


IMT = = 59 =
21, 45
(Tinggi badan (m)) 2 (1,66)2

Contoh: Jika anda Memiliki berat badan (BB) 59 kg dengan tinggi badan

(TB) 1,66 m maka IMT adalah 21, 45. IMT ini adalah masuk kategori

normal atau ideal. Hasil dari perhitungan IMT tersebut, kemudian


14

dikategorikan untuk menentukan status gizi. Pengukuran IMT dapat

dilakukan pada anak-anak, remaja, maupun orang dewasa (Sutomo, 2008).

2.2.3 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh terhadap umur adalah sebagai

berikut: < persentil ke-5 adalah berat badan kurang, persentil ke-85 adalah

overweight dan persentil ke-95 adalah obesitas.

Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) (Irwan, 2018).


Indeks Massa Tubuh (IMT) Kategori
<18,5 Underweight (Berat badan kurang)
18,5-22,9 Normal
23,0-24,9 Overweight (Berat badan lebih)
25,0-29,9 Obese I
≥30 Obese II

2.2.4 Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori Kurus

Indeks massa tubuh dikategorikan kurus apabila berat perkuadrat

tingginya <18kg/m2. Penyebabnya rata-rata dikarenakan konsumsi energi

lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan

energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan. Kerugiannya adalah,

penampilan kurang menarik, mudah letih, resiko saki tinggi, wanita hamil

kalau kurus mempunyai resiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan

lahir rendah, kurang mampu bekerja keras (Priasmara, 2014).

2.2.5 Indeks Massa Tubuh (IMT) katerogi Normal

Indeks Massa Tubuh kategori normal jika pembagian berat

perkuadrat tinggi anatra 18-22 kg/m.2 kategori ini bisa diwujudkan dengan

mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh.

Sehingga tidak terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak, maupun

penggunaan lemak sebagai sumber energi. Keuntungan dari IMT yang


15

normal yaitu, penampilan menarik. Adapun cara untuk mempertahankan

IMT dengan cara, mempertahankan kebiasaan makan sehari-hari dengan

susunan menu gizi seimbang, perlu kebiasaan olah raga yang teratur, tetap

melakukan kebiasaan fisik sehari-hari (Priasmara, 2014).

2.2.6 Indeks Massa Tubuh (IMT) Kategori Berlebihan (Kegemukan)

Kegemukan digolongkan menjadi dua kategori, berat badan tingkat

ringan dan tingkat berat. Kerugian atau resiko adalah penampilan kurang

menarik, gerakan tidak gesit dan lamat, merupakan faktor resiko resiko

penyakit Jantung, diabetes, kanker, gangguan fungsi ginjal (Priasmara,

2014).

2.2.7 Faktor-faktor Indeks Massa Tubuh (IMT)

Menurut (Kusuma dan Punandita, 2011) faktor-kator yang

berhubungan dengan Indeks Massa tubuh yaitu:

1. Pola Makan
Pola makan adalah penanggulangan susunan makanan yang dapat

dilihat ketika makanan itu dimakan. Terutama sekali berkenaan dengan

jenis dan porsinya dan kombinasi makanan yang dimakan oleh

individu, masyarakat atau sekelompok populasi. IMT berhubungan

dengan seberapa jumlah makanan yang dimakan, banyak atau

sedikitnya makan.

2. Genetik

Faktor genetik dapat mempengaruhi berat badan seseorang.

Diperkirakan lebih dari 40% variasi IMT dijelaskan oleh faktor genetik.

IMT sangat berhubungan erat dengan generasi pertama keluarga.


16

3. Usia
Prevelensi IMT lebih meningkat secara terus menerus dari usia 20-60

tahun.

4. Aktivitas fisik

Rendahnya aktifitas fisik merupakan faktor resiko untuk peningkatan

berat badan dan sekali atau dua kali jalan–jalan pendek setiap hari

minggu tidak cukup untuk mengompensasinya. Aktivitas fisik

mencerminkan gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot

menghasilkan energi ekspenditur. Berjalan kaki, bertanam, menaiki

tangga, bermain bola, menari, merupakan aktivitas fisik yang baik

untuk dilakukan.

2.3 Konsep Diet SHOF (Sixteen Hour Of Fasting)

SHOF (Sixteen Hour Of Fasting) atau yang disebut juga puasa 16

jam, yang dimana puasa 16 jam yaitu untuk mempermudah orang awam

untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan SHOF (Sixteen Hour Of

Fasting). SHOF (Sixteen Hour Of Fasting) atau puasa 16 jam adalah

metode untuk mengatur pola makan dengan cara berpuasa selama beberapa

waktu, namun masih diperbolehkan untuk minum air putih (air mineral).

Dibandingkan dengan istilah diet yang biasanya merujuk pada pengaturan

atau pembatasan pola makan, metode SHOF ini lebih ke mengatur

pebiasaan makan. SHOF atau Puasa 16 jam adalah suatu panduan yang

dapat memasukkan periode puasa ke dalam jadwal makan harian. Misalnya,

dapat berpuasa sejak pukul 8 malam sampai dengan pukul 12 siang setiap

hari. Bisa juga dikatakan bahwa berpuasa selama 16 jam dan mempunyai

kesempatan makan selama 8 jam setiap hari. Pengaturan jam untuk memulai
17

puasa bisa dirubah-ruba (flexible) sesuai dengan jadwal yang diinginkan,

dengan mengacu pada total jam puasa yang tidak boleh dikurangi (minimal

16 jam) (Ganesan., dkk 2018).

Puasa 16 jam ini disebut sebagai makan batas-waktu. Pada jadwal

ini, sebagian besar orang melewatkan makan pagi setiap hari. Namun,

berapa kali akan makan dalam kesempatan delapan jam itu merupakan

pilihan bagi setiap orang. Namun sebagian orang memilih makan dua kali

selama kesempatan itu, sebagian yang lain makan tiga kali seperti biasanya.

Satu kelebihan utama puasa enam belas jam adalah sangat mudah

dimasukkan ke dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kebanyakan orang puasa

ini hanya berarti melewatkan sarapan serta makan siang dan makan malam

dalam rentang delapan jam. Banyak orang tidak merasa lapar pada waktu

pagi meski melewatkan sarapan dan merasa metode ini sangat mudah

diterapkan. Puasa harian 16 jam memiliki kekuatan lebih besar

dibandingkan puasa 12 jam, tetapi harus dipadukan dengan diet rendah-

karbohidrat untuk mendapatkan efek terbaik. penurunan berat badan pada

panduan ini cenderung lambat (Moode dan Fung, 2017).

Lama berpuasa akan berpengaruh terhadap adaptasi fisiologis tubuh

selama puasa. Pada saat berpuasa sesungguhnya tubuh akan memberikan

sinyal rasa lapar dan merangsang rasa ingin makan. Namun dengan

kesadaran seseorang akan menahan rasa laparnya, sehingga proses adaptasi

terhadap kekurangan sumber energi di atas akan terjadi dan kebutuhan

energi tetap akan terpenuhi (Fauziyati, 2008). Ketika berpuasa, sel dan

organ pencernaan tubuh bekerja lebih ringan bahkan amat ringan pada siang
18

hari. Dalam kondisi berpuasa sel dan jaringan tubuh melakukan

metabolisme zat di dalam tubuh dan membersihkan serta mengeluarkan zat

tak berguna dan toksin. Bila puasa dilakukan dengan pengaturan makanan

dan minuman yang baik untuk detoks, maka akan mendapatkan manfaat

tambahan yaitu untuk detoks dan kesehatan (Hardiansyah, 2011).

2.3.1 Konsep Diet 16:8

Istilah SHOF juga bisa disebut dengan Diet 16:8 yang dimana diet

16:8 adalah melakukan diet atau berpuasa selama 16 jam dan berbuka atau

jendela makan selama 8 jam. Salah satu keunikan dari diet ini adalah istilah

jendela makan. Jendela makan adalah kegiatan yang harus dilakukan seperti

kita melakukan puasa. Pada teknik diet ini berpuasa selama 16 jam, namun

pada waktu tiba makan, pelaku diet hanya boleh makan apapun, tetapi harus

dalam porsi normal. Misalnya, memulai jendela makan dari pukul 12 siang

sampai pukul 8 malam, selama 8 jam tersebut diperbolehkan makan apapun.

Namun, setelah pukul 8 malam sampai pukul 12 siang keesokan harinya

pelaku diet harus berpuasa. Puasa yang dimksud disini adalah tidak makan

kalori apapun ketika melakukan program ini. Pelaku program ini tidak

dianjurkan untuk sarapan pagi, tidak boleh mengkonsumsi buah, sayur dan

lainya selama berpuasa. Akan tetapi masih diperbolehkan minum air putih

tanpa gula. Ini merupakan syarat mutlak untuk program diet 16:8

(Semarayasa, 2013). Puasa 16 jam merupakan pendekatan diet yang

semakin populer digunakan untuk menurunkan berat badan dan kesehatan

secara keseluruhan. Sementara ada semakin banyak bukti yang

menunjukkan efek menguntungkan puasa enam belas jam pada lipid darah
19

dan hasil kesehatan lainnya pada kelebihan berat badan dan obesitas (Moro.,

dkk 2016).

Manfaat potensial dari diet 16:8 adalah bisa menurunkan berat

badan. Karena sering kali makan berlebihan di malam hari menjadi faktor

besar kenaikan berat badan. Berpuasa 16 jam dapat membuat tubuh dalam

kondisi ketosis, yang berarti tubuh mulai membakar lemak untuk energi.

Ketosis bisa terjadi apabila sedang diet rendah karbohidrat dan puasa, untuk

menurunkan berat badan (Hiefte-de Jong., dkk 2014).

2.3.2 Tips Puasa 16 Jam

Berikut adalah tips untuk memudahkan untuk adaptasi dengan puasa

enam belas jam (Ganesan., dkk 2018).

1. Perbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi sehingga tubuh

lebih mudah melewati peroide puasa

2. Lakukan periode berhenti makan saat malam hari, waktu tidur akan

memudahkan anda melewati waktu tanpa makan

3. Jangan berpikir bahwa periode berpuasa adalah waktu untuk merasa

kelaparan atau kekurangan makanan, melainkan waktu waktu untuk

beristirahat tubuh untuk sejenak dari kegiatan makan.

4. Iringilah dengan aktifitas fisik, cukup dengan intensitas sedang atau

aktif bergerak namun teratur untuk dilaksanakan dalam dua atau tiga

kali perminggu.

2.3.2 Metabolisme Tubuh


Metabolism pada tubuh selama priode diet 16:8 atau puasa 16 jam

yaitu tubuh tidak memperoleh asupan glukosa yang merupakan bahan

utama dalam metabolisme. Pada keadaan normal glukosa akan diubah


20

menjadi glikogen dalam hati, akan tetapi karena puasa seluruh glukosa

akan digunakan untuk menghasilkan energi. Sekresi insulin yang berperan

dalam penyimpanan glukosa darah pada otot dan hati dipicu adanya

makanan yang dikonsumsi oleh individu yang sehat. Selama puasa, kadar

glukosa darah cenderung menurun sehingga menyebabkan sekresi insulin

menurun. Disisi lain, tingkat glukagon dan katekolamin meningkat,

merangsang pemecahan glikogen, dan pada saat yang sama juga terjadi

glukoneogenesis (Handayani dkk., 2018 ).

Karena berlangsung hingga beberapa jam, hal ini menyebabkan

cadangan glikogen menurun drastis dan rendahnya kadar insulin

menyebabkan pelepasan asam lemak dari jaringan lemak. Asam lemak

kemudian dioksidasi dan menghasilkan keton yang bisa digunakan sebagai

bahan bakaran atau penghasil energi untuk otot, jantung, hati, ginjal dan

jaringan lemak. Pembentukan keton ini sangat bermanfaat bagi tubuh,

karena tubuh bisa menghemat glukosa darah yang bisa digunkan untuk

menghasilkan energi bagi tubuh, namun lebih diutamakan untuk

menghasilkan energi bagi otak dan sel darah merah. Pada seseorang yang

mengalami kekurangan insulin dalam jangka waktu yang lama, kemudian

melakukan puasa, maka kondisi kekurangan insulin tersebut

mengakibatkan peningkatan pemecahan glikogen, akan tetapi kondisi

tersebut tergantung dengan berapa banyak ketersediaan insulin di dalam

tubuh (Handayani dkk., 2018).

Metabolisme saat puasa adalah ketika otak sangat tergantung pada

glukosa sebagai energi metabolik dan sel darah merah tidak bisa
21

memanfaatkan energi metabolik selain glukosa. Oleh karena itu, cadangan

glukosa hanya digunakan untuk otak dan sel-sel darah merah saja

sedangkan zat gizi selain glukosa digunakan oleh jaringan lain. Segala

metabolik yang dapat digunakan untuk glukogenesis akan digunakan

untuk melengkapi jumalah glukosa yang relative kecil yang tersedia dari

cadangan glikogen. Semua cadangan glikogen di otot dan hati hanya akan

memenuhi kebutuhan energi untuk 12-18 jam. Substrat utama untuk

glukoneogenesis adalah asam amino dan gliserol dari trigliserida. Asam

lemak tidak pernah bisa menjadi substrat untuk glukoneogenesis

(Wijayanti, 2017).

Jaringan selain sel darah merah dapat memanfaatkan asam lemak

sebagai bahan bakar metabolisme, tetapi hanya sampai batas tertentu, dan

tidak cukup untuk untuk memenuhi kebutuhan energi sepenuhnya.

Sebaliknya, hati memiliki kapasitas yang lebih besar untuk oksidasi asam

lemak dari pada yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi. Oleh

karena itu, dalam keadaan itu, hati dapat membentuk asam lemak dari

keton, yang kemudian di kirim ke jaringan lain untuk digunakan sebagai

energi metabolisme (Wijayanti, 2017).

2.3.3 Manfaat ketika Puasa

Manfaat puasa yang paling nyata adalah dapat menurunkan berat

badan. Namun, sebenarnya ada banyak sekali manfaat selain ini, banyak

diantaranya sudah dikenal lama sebelum zaman moderen. Dulu, orang-

orang berpuasa selama priode waktu tertentu untuk memperoleh manfaat


22

kesehatan. Priode puasa sering disebut dengan pembersihan/detoksifikasi.

berbagai macam manfaatnya seperti:

1. Meningkatkan kejernihan mental dan konsentrasi

Orang yang berpuasa akan merasakan ketenangan. Ketenangan inilah

yang akan membuat bisa berpikir jernih. Ketenangan hati adalah kunci

kecerdasan otak kita dan puasa adalah media ampuh memperoleh

ketenangan itu. Otak adalah oragan paling penting bagi proses berpikir.

Sewatu perut kekenyangan, banyak darah yang disalurkan ke

pencernaan. Ketika seseorang berpuasa, darah yang didistribusika akan

dikurangi untuk dipakai organ lain, termasuk otak. Kemudian, perut

yang terlalu kenyang akan mengakibatkan rasa kantuk, malas, dan letih.

Akhirnya konsentrasi menjadi berkurang (Pedek, 2011).

2. Menyebabkan penurunan berat badan dan hilangnya lemak tubuh

Mengontrol berat badan berpuasa adalah dapat membuat tubuh untuk

lebih mudah menurunkan berat badan tidak perlu melakukan diet yang

berlebihan untuk menurunkan berat badan. Dengan makan-makanan

secukupnya dan tepat mengkonsumsi makanan yang sehat selama

berpuasa (Kemenses, 2015).

3. Menurunkan kadar gula darah

Mencegah diabetes dapat disebabkan karena tingginya kadar gula dan

kolesterol yang dapat dalam tubuh. Dengan kegiatan berpuasa konsumsi

gula dan makanan yang berlemak akan dapat terkonstrol sehingga pada

akhirnya dapat mencegah diabetes dan penyakit turunan (Kemenses,

2015).
23

4. Meningkatkan kekebalan tubuh

Ketika seseorang berpuasa, memasuki hari ke tujuh, jumlah sel darah

putih akan meningkat. Denngan peningkatan ini, berarti berarti akan

lebih mudah sembuh dari sakit dan mudah terserang penyakit.

Peningkatan kekebalan tubuh ini ditunjukan dengan peningkatan fungsi

sel limfa yang memproduksi sel limfosit T, secara nyata bertambah

setelah melakukan puasa (Pedek, 2011).

5. Meningkatkan energi

Salah satu hikmah puasa bagi tubuh adalah mendapatkan energi yang

berasal dari dalam tubuh yang disebut dengan autolitis. Caranya melalui

pembakaran sel-sel tubuh yang dikenali sebagai sumber makanan.

Dalam kondisi normal, tubuh mendapatkan energi dan nutrisi yang

berasal dari luar tubuh, yaitu melalui makanan dan minuman. Namun,

saat puasa, program yang aktif dan memberi manfaat yang dibutuhkan

makhluk hidup. Ketika seseorang merasa lapar, akan ada sinyal yang

memberitahu pusat lapar yang ada didalam hipotalamus. Begitu pula

jika kita kenyang, akan ada sinyal yang dikirim ke pusat kenyang yang

juga ada di dalam hipotalamus (Pedek, 2011).

6. Menurunkan kolesterol dalam darah

Puasa akan menyebabkan penurunan kadar lemak. Artinya puasa dapat

memperbaiki kolesterol darah. Kolesterol darah yang tinggi dalam

jangka panjang akan menyebabkan penyumbatan saluran pembuluh

darah dalam bentuk aterosklerosis (pengapuran atau pengerasan

pembuluh darah). Apabila itu terjadi di otak, akan mengakibatkan


24

stroke. Jika terjadi didaerah jantung, akan menyebabkan penyakit

jantung. Dengan berpuasa kita akan mengurangi konsumsi lemak, berat

badan, menstabilkan tekanan darah tinggi (Pedek, 2011).

7. Bermanfaat untuk menjaga berat badan tubuh dan mengurangi

kecendrungan obesitas seperti diabetes mellitus dan

hiperkholesterolemia (Moode dan Fung, 2017).

2.3.4 Tahap Detoks Selama Puasa

Ada dua mekanisme yang dilakukan liver untuk mengeluarkan

toksin. Tahap pertama adalah detoksifikasi, yaitu proses ketika toksin

menjadi bentuk larut lemak. Toksin memang harus dilepaskan terlebih

dahulu dari jaringan lemak, karena toksin cenderung mengikatkan diri

pada lemak. Tahap kedua, ketika toksin yang sudah larut dari lemak tadi

sudah menjadi bentukyang laut air, sehingga toksin bisa dikeluarkan

melalui saluran pembuangan, baik berupa urin maupun feses atau keringat.

Pada saat yang sama, toksin yang melekat pada sel-sel atau jaringan di

seluruh tubuh pun mulai luruh, dan keluar secara perlahan-lahan melalui

aliran darah. Selanjutlnya sistem imuniats akan melakukan mekanisme

kerja yang sering disebut masa penyembuhan. Proses pembersihan tubuh

saat itu tubuh saat puasa biasanya baru terjadi sesudah hari keua atau hari

ke tiga. Pada saat itu tubuh mulai mengalami proses autolisis. Inilah saat

tubuh mulai secara bertahap mengeluarkan ampas metabolisme dan

mencerna zat-zat yang tak berguna (Hardiansyah, 2011). Manfaat dari

detoksifikasi sendiri adalah:


25

1. Mengoptimalkan kerja lambung, usus, hati, jantung dan ginjal


sehingga lebih sehat.
2. Meremajakan sel dan melancarkan pembuangan toksin.

3. Melancarkan peredaran darah dan kelenjar getah bening

4. Mencegah pusing, kulit kusam, dan bau keringat tak sedap

5. Meningkatkan stamina dan imunitas

6. Mencegah atau mengatasi kegemukan

7. Mencerah dan mengatasi peradangan

8. Memperbaiki daya ingat

9. Mencegah dan mengatasi alergi

10. Memperbaiki kadar gula darah, tekanan darah dan kolesterol

11. Memperbaiki fungsi hati (SGOT, SGPT) dan ginjal (Kreatin)

2.3.5 Pola Makan

Pada keadaan berpuasa terjadi perubahan pola makanan, waktu

makan dan asupan makanan berupa karbohidrat, lemak dan protein. Hal

tersebut memungkinkan tejadinya perubahan keseimbangan glukosa dalam

darah. Dalam mempertahankan keseimbangan tersebut, tubuh akan

memecah berbagai simpanan energi baik secara glikogenolisis,

glukoneogenesis maupun lipolisis (Guyton dan Hall, 2011 ).

2.3.6 Pengaruh Diet SHOF Terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT)

Dari penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Semarayasa diperoleh

data bahwa rata-rata mereka berhasil melakukan diet SHOF atau diet 16:8

dalam waktu 2 bulan, penelitian yang dilakukan bisa turun sebanyak 8

kilo. Bahkan ada yang selama 2 minggu turun sebanyak 4 kilo. Bagi yang

sudah terbiasa melakukan puasa dan melaksanakan program diet


26

sebelumnya, teknik diet ini dirasa tidak begitu berat, mereka hanya butuh

konsisten melakukan dan menaati prinsip jendela makan yang ada, dengan

secara bertahap mengurangi waktu makan atau melebihkan waktu puasa.

Akan tetapi bagi mereka yang awam, pola diet ini terasa menentang dan

berat (Semarayasa, 2013).

Manfaat puasa dari segi medis atau ilmiah adalah puasa yang

berorientasi pada kesehatan. Hal tersebut bertujuan untuk detoksifikasi

tubuh. Selain itu, puasa juga memberikan kesempatan kepada organ

pencernaan untuk istirahat. Menurut penelitian yang di lakukan Valter D.

Longo dan Mark P. Mattson tahun 2014 tentang aplikasi klinis puasa pada

tubuh manusia bahwa puasa bermanfaat dalam kontrol gula darah serta

insulin, mencegah stres oksidatif dan penyakit neurodegneratif, dan

kontrol profil lipid pada subjek penelitian dengan resiko penyakit

kardiovaskular (Longo dan Mattson, 2014).

Puasa sebagai terapi pengobatan untuk berbagai penyembuhan

berbagai penyakit dan dimana saat makanan yang di konsumsi secara terus

menerus, dan tanpa memberikan ruang jeda untuk merasakan lapar.

Artinya bahwa perut adalah sumber serta sarang segala macam penyakit.

Banyak penyakit pada hakekatnya berhubungan dengan perut yang berisi

racun dan merusak pencernaan, menyebar keseluruh tubuh. Kondisi ini

bisa terjadi selama tidak mengendalikan pola makan dan minumnya.

Pengobatan yang harus dilakukan yaitu membersihkan alat pencernaan

(perut) dari kontaminasi dari racun yang terakumulasi hal itu bisa

dilakukan dengan cara melakukan puasa yang merupakan cara paling


27

efektif. Ketika berpuasa, apabila cadangan glikogen telah habis, maka

tubuh akan melakukan pembongkaran lemak (lipolisis) untuk memenuhi

kebutuhan energi. Apabila seseorang yang sedang berpuasa mengkonsumsi

lemak dalam jumlah dibawah kebutuhannya, maka tubuh akan cenderung

menggunakan lemak di dalam tubuhnya untuk memenuhi cadangan energi

(Helwany, 2008).

Selama diet SHOF, frekuensi makan cenderung berkurang.

Frekuensi dan konsumsi pangan saat puasa akan berpengaruh terhadap

tingkat konsumsi energi dan zat gizi makro. Pengurangan konsumsi

pangan sering berdampak pada berkurangnya asupan enegi serta

kehilangan lemak dan otot tubuh. Hal ini disebabkan oleh katabolisme

lemak yang berasal dari jaringan adiposa dan asam amino dari otot yang

digunakan sebagai sumber energi saat tubuh dalam kondisi puasa (tidak

ada asupan makanan). Saat berpuasa tubuh mengganti sumber energi dari

glukosa ke asam lemak. Asam lemak dilepaskan dari adiposit, sehingga

cadangan lemak yang disimpan dalam tubuh berkurang. Hal ini

menyebabkan terjadinya penurunan lemak tubuh, terutama lemak viseral

(Syam dkk., 2016).


28

2.4 Kerangka Teori

Overweight Diet SHOF

Glukosa darah
IMT (Indeks menurun
Massa Tubuh)
Glukagon dan kadar insulin
katelomin

Pelepasan asam
Pemecahan glikogen
lemak dari jaringan
lemak
Cadangan glikogen
Asam lemak di
oksidasi

Cadangan lemak yang di


simpan berkurang

Menghasilkan keton

Di gunakan sebagai
bahan bakar/ Energi
untuk tubuh

Otot, jantung, hati,


ginjal dan jaringan
lemak

Gambar 2.2 Pengaruh Puasa Enam Belas Jam Terhadap Indeks Massa Tubuh
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antara variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti).

Kerangka knsep akan membantu penelitian menghubungkan hasil penelitian

(Nursalam, 2016).

Variabel Independen Variabel Dependen


Diet SHOF Indeks Massa Tubuh (IMT)

Variabel Confounding
Faktor yang mempengaruhi
Indeks Massa Tubuh (IMT)
1. Pola makan
2. Genetik
3. Usia
4. Kurang Aktivita/Olahraga

Keterangan

Diteliti :

Tidak Diteliti :

Gambar 3.1 Kerangka konseptual Pengaruh Puasa Enam Belas Jam Terhadap
Indeks Massa Tubuh pada Remaja Overweight

28
29

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah sutu asumsi pernyataan tentang hubungan antara dua

atau variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam

penelitian (Nursalam, 2016). Hipotesis Dalam penelitian ini adalah adanya

pengaruh diet SHOF terhadap penurunan indeks massa tubuh pada remaja

overweight.
30

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran


ilmu pengetahuan atau peranan suatu masalah dalam menggunakan metode ilmiah
(Notoatmodjo, 2010).

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan,

mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian

dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuannya

(Nursalam, 2013). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah desain pre eksperimental dengan rancangan penelitian one group pre

test and post test design adalah rancangan penelitian yang menggunakan satu

kelompok subyek dengan cara melakukan pengukuran sebelum dan setelah

perlakuan. Pada tahap pre-test yang dilakukan penelitian ini responden

dilakukan pengambilan data Indeks Massa Tubuh (IMT) dan pengukuran

kembali IMT pada tahap post-test setelah diberi perlakuan Diet SHOF atau

Puasa enam belas jam selama 10 hari. Perbedaan kedua hasil pengukuran

dianggap sebagai efek perlakuan.

O1 X O2

Gambar 4.1 Desain Penelitian

Keterangan :

X : Perlakuan (Diet SHOF selama 10 hari)


31

O1 :Pemeriksaan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum dilakukan Diet

SHOF dalam 10 hari

O2 : Pemerikasaan Indeks Massa Tubuh (IMT) setelah dilakukan Diet

SHOF dalam 10 hari

4.2 Kerangka Kerja

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang lain atau diukur melalui penelitian-penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).


30

Populasi
Seluruh mahasiswi FIK yang mengalami
overweight berjumlah 25 orang

Sampel
Mahasiswi yang berjumlah 10
orang

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampling
Purposif sampling

Pengumpulan data
Angket

Pengambilan Data Indeks Massa


Tubuh Sebelum dilakukan Diet
SHOF

Diet SHOF

Pengambilan data Indeks Massa


Tubuh sesudah dilakukan Diet
SHOF

Pengolahan data

Ada Pengaruh p < Tidak ada Pengaruh p


0,05 >0,05
Penyajian data

Penyusunan Laporan
Analisa Data Akhir
Menggunakan UJi Paired T-
31

Gambar 4.2 Kerangka kerja Pengaruh Diet SHOF Terhadap Indeks Massa
Tubuh pada Mahasiwi FIK Unipdu.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu

ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan (Winarno, 2013). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi yang mengalami

overweight, yang berjumlah 25 orang di FIK (Fakultas Ilmu Kesehatan)

Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.

4.3.1 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi menjadi pusat perhatian

penelitian, dalam ruang lingkup dan waktu yang di tentukan (Winarno,

2013). Syarat sampel terdiri dari representatif (mewakili) dan sampel

harus cukup banyak (Nursalam, 2016). Sesuai dengan tujuan dari

penelitian ini untuk melihat Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum Diet

SHOF dan setelah Diet SHOF dan sesudah intervensi, maka besar sampel

dihitung dengan rumus : (Madiyono dkk., dalam Anam, 2010).


32

n= (Zα + Zβ). Sd 2
d

n= (1, 645+0,842). 2
0,855

n= 2,487 2
0,855

n= 2,90877192982

n= 8,4609541396

n=9 Orang

Dengan nilai a = 0,05 (Zα = 1,96), power 80% (Zβ= 0,842), selisih

rerata yang diinginkan (d) = 0,855, dan simpang baku rerata selisih (Sd) =

1, maka didapatkan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah

10,74 atau kurang lebih 11 orang. Dengan pertimbangan angka dropout

sebesar 15% (f = 0.15), perkiraan subyek penelitian dihitung berdasarkan

rumus : (Madiyono dkk., 2008)

n’ = n

(1-Xf)

n’ = 9

(1- 0,15)

n’ = 9

0,85
33

n’ = 10,58823529411765

n’ = 11

Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 11 orang.

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

d = presisi

Z = tingkat kepercayaan

α = standar deviasi

β = power of test

4.3.3 Sampling

Sampling atau teknik pengambilan sampel merupakan sebuah proses

penyeleksian jumlah dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik

pengambilan sampel adalah berbagai cara yang ditempuh untuk

pengambilan sampel agar mendapatkan sampel yang benar-benar sesuai

dengan seluruh subjek penelitian tersebut (Nursalam, 2016).

Sampel yang diambil harus bisa mewakili populasi yang ada.


Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan non
probability sampling yaitu purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016). Berdasarkan hasi purposive

sampling maka didapati hasil 10 orang mahasiswi yang akan diambil menjadi

responden Adapun kriteria sampel harus meliputi :


34

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel

1. Bersedia menjadi responden dan bekerja sama selama proses

penelitian berlangsung

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian, seperti halnya adanya hambatan etis, menolak menjadi

responden atau suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan

penelitian:

1. Menderita sakit berat yang membutuhkan perawatan rumah sakit

2. Menderita atau mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi

komposisi tubuh, seperti pada sindrom cushing, DM tipe 1,

hipertiroid.

4.4 Identifikasi variabel dan definisi operasional

Variabel adalah karakteristik yang dimiliki oleh subyek (orang,

benda, situasi). Semua variabel yang diteliti harus diidentifikasi, mana yang

termasuk variabel bebas (independent variabel), variabel tergantung

(dependent variabel), dan variabel pengontrol serta variabel pemicu. Untuk

itu dirancang bangun penelitian atau diagram kerangka konsep sangat

membantu dalam identifikasi variabel. Identifikasi variabel merupakan hal


35

yang sangat penting yang menyangkut seluruh bagian penelitian, terutama

dalam manajemen dan analisa data (Yudianto dkk., 2018)

4.4.1 Variabel Independent ( bebas)

Variabel Independent atau variabel bebas merupakan variabel yang

dapat mempengaruhi perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat)

(Hidayat, 2017). Variabel independent dari penelitian ini adalah puasa enam

belas jam.

4.4.2 Variabel Dependent (Tergantung)

Variabel dependent adalah variabel yang diperngaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016). Variabel

dependent dalam penelitian ini adalah kestabilan gula darah.

4.4.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karkteristik-karakteristik variabel yang fapat

diamati (Sugiyono, 2016).

Tabel 4.1 Definisi Operasional Diet SHOF terhadap Indeks Massa Tubuh
(IMT).

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala


operasional
Variabel Diet SHOF - Puasa dimulai pukul SOP -
36

independent yaitu Puasa 20.00-12-00 wib, hanya


: selama 16 boleh minum mineral
Diet SHOF jam dan non-kalori
(Sixteen memiliki - Jendela makan dimulai
Hour OF jendela pukul 12.00-20.00 wib,
Fasting) makan dan makan seperti
selama 8 biasanya, tetapi tidak
jam berlebihan.
- Diet SHOF dilakukan
selama 10 hari.
Variabel Indeks Timbangan Rasio
dependent : Massa Berat Badan (kg) berat badan
Indeks Tubuh IMT = analog,
MassaTubuh (IMT) Tinggi Badan2 (meter) Microtoice
(IMT) Adalah nilai dan Alat
yang Tulis
diambil dari
perhitunga
n antara
berat
badan (BB)
dan tinggi
badan (TB)

4.5 Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah

dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah (Arikunto, 2010). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu :

1 Panduan/SOP Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh merupakan alat sederhana untuk

menentukan status gizi yang berkaitan dengan kekurangan dan


37

kelebihan berat badan. Tujuannyasebagai acuan penerapan dalam

pengukuran satatus gizi dewasa yaitu diatas 18 tahun. Alat dan bahan

untuk menghitung IMT adalah timbangan berat badan analog,

microtoice dan alat tulis.

Langkah-langkah dalam pengukuran IMT adalah melakukan

pembangan berat badan dan tinggi badan menghitung IMT dengan

menggunakan rumus IMT. Mengklasifikasi hasil IMT, dan mencatat

hasil perhitungan di lembar observasi.

2 Panduan SOP Diet SHOF (Sixteen Hour OF Fasting)

Berpuasa dilakukan selama enam belas jam dengan jendela

makan delapan jam untuk makan (berbuka) yang dilakukan selama 10

hari. Tujuannya agar terjadi perubahan indeks massa tubuh. Manfaat

puasa untuk menurunkan kolesterol, berat badan, mengobati diabetes,

meningkatkan kekuatan otak, memperlambat penuaan dan

detoksifikasi tubuh.

Dampak dan solusi dari puasa yaitu, perut mules/perih solusinya

hindari makanan pedas dan kafein, sakit kepala solusinya jangan

terpapar matahari langsung, dehidrasi solusinya minum air secukupnya

selama puasa, lemas solusinyahindari minum kafein tidur yang cukup

dan dalam batas wajar, badan gemetar solusinya konsumsi

makanan/minuman manis yang cukup. Alat yang dibutuhkan sebelum

dilakukan puasa adalah informond consent, prosedur penelitian dan

lembar persetujuan. Kemudian menjaga privasi responden.


38

Prosedur diet SHOF atau puasa enam belas jam dilakukan mulai

pukul 20.00-12.00 WIB, periode jendela makan atau buka puasa

dimulai pukul 12.00-20.00 WIB. SHOF dilakukan selama 10 hari

berturut-turut. Berbuka mengkonsumsi makanan dan minuman dalam

batas wajar/tidak berlebihan. Menu makan ketika jendela makan

sebaiknya seimbang antara karbohidrat, protein, lemak, serat dan

cairan. Selama puasa diperbolehkan minum air putih non-kalori.

Responden mengisi lembar observasi makanan selama 10 hari, yang

terdiri dari karbohidrat, lauk-pauk dan makanan tambahan.

3 Lembar Observasi pengukuran indeks massa tubuh sebelum dilakukan

diet SHOF dan sesudah dilakukan diet SHOF, yang dilihat dari klasifikasi

indeks massa tubuh yang terdiri dari berat badan Kurang (<18,50

kg/m2), Normal (18,5-22,9 kg/m2), Overweight (≥23-24,9 kg/m2),

Obesitas Kelas 1 (25-29,9 kg/m2) , Obesitas Kelas 2 ( ≥30,00 kg/m2).

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian pengambilan data Indeks Massa Tubuh (IMT) dilakukan di

kampus Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum

Jombang. Penelitian dimulai pada tanggal 18 April 2019 sampai 27 April

2019.

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalan suatu


39

penelitian (Nursalam, 2016). Pengambilan dan pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah pengambilan data Indeks Massa Tubuh (IMT) mahasiswi

FIK Unipdu yang mengalami overweight.

Langkah awal dalam penelitian ini adalah mengobservasi seluruh

mahasiswi yang ada di FIK Unipdu yang mengalami berat badan lebih

(overweight). Selanjutnya menyeleksi responden dengan berpedoman pada

kriteria inklusi yang sudah ditentukan dan menghitung besar sampelnya

dengan menggunkan rumus. Setelah mendapatkan responden yang

dikehendaki maka langkah selanjutnya adalah meminta persetujuan dari

responden dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden

(Informed consent). Setelah mendapatkan persetujuan dari responden,

selanjutnya peneliti mengambil data IMT yang berupa berat badan (BB) dan

tinggi badan (TB) H-1 sebelum diet SHOF atau puasa enam belas jam kepada

seluruh responden dan dijumlahkan dengan rumus IMT. Dilanjutkan dengan

Intervensi diat SHOF yang dimulai dari jam 20:00-12:00 WIB, yang dilakukan

selama 10 hari berturut-turut. Setelah intervensi diet SHOF ini dilakukan

langkah selanjutnya adalah pengambilan data IMT berupa berat badan (BB)

dan tinggi badan (TB) pada hari ke 11 setelah dilakuakan diet SHOF,

kemudian dicatat dibuku catatan yang sudah disiapkan oleh peneliti.

4.8 Pengolahan Data


40

Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan, maka data

diolah melalui tahapan Editing, Coding, Entry Data, dan Tabulating. Dalam

suatu pengolahan data merupakan suatu langkah yang penting. Hal ini

disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih

mentah, belum memberikan informasi apa-apa, dan belum siap untuk

disajikan (Notoatmodjo, 2010).

1) Editing (Penyuntingan data)

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan

melalui kuisioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih

ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan

wawancara ulang, maka kuisioner tersebut dikeluarkan (drop out)

(Notoatmodjo, 2010). Salah satu responden yang di keluarkan (drop out)

adalah responden yang tidak memenuhi kreteria Ekslusi.

2) Membuat lembaran kode (Coding Sheet )

Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom

untuk mereka data secara manual. Lemabar atau kartu kode berisi nomor

responden, dan nomor-nomor pertanyaan.

3) Memasukkan Data (Data Entry )

Merupakan proses memasukkan data dari jawaban masing- masing

responden ke dalam program atau software komputer (Lestari, 2017).

4) Tabulasi

Merupakan proses penyajian data dalam bentuk tabel untuk

mempermudah pada saat pembacaan data (Lestari, 2017).

4.9 Analisa data


41

4.9.1 Analisa Univariat

Analisis univariat adalah anaisis yang dilakukan terhadap masing-

masing variabel dan hasil penelitian dan dianalisis untuk mengetahui

distribusi dan persentase dari tiap variabel. Kemudian hasil yang

didapatkan dimasukan dalam tabel frekuensi. Analisis univariat dilakukan

menggunakan rumus berikut (Notoatmodjo, 2010). Data selanjutnya dientri

ke dalam komputer dan deskriptif analisa data dengan menggunakan

komputer. Pada analisa data deskriftif, data akan dideskripsikan sebagai

rerata dengan simpang buku dan median. Dalam penelitian ini analisa

univariat untuk mengetahui proporsi dari variabel penelitian yaitu variabel

terkait yang dilakukan uji mean dan presentase.

4.9.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan untuk mencari

korelasi atau pengaruh antara 2 variabel atau lebih yang diteliti. Pada

penelitian ini sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas data untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang ada.

(Notoatmodjo, 2010). Bila data yang diuji berdistribusi normal atau

mendekati distribusi normal, maka untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh

pada setiap perlakuan puasa enam belas jam di analisis dengan uji T

(paired t-test). Karena dalam penelitian, pengaruh perlakuan di analisis

dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perubahan yang

signifikan pada grup eksperimen maka perlakuan yang diberikan

berpengaruh secara signifikan (Suryabrata, 2011). Pada taraf signifikansi 5


42

% (α=0,05) dengan dk=n-1, apabila p value < maka H 0 ditolak yang berarti

ada pengaruh Diet SHOF (Sixteen Hour Of Fasting) yang diberikan

sedangkan apabila p value > α berarti H0 diterima yang berarti tidak ada

pengaruh Diet SHOF (Sixteen Hour OF Fasting) yang diberikan terhadap

variabel dependen.

4.10 Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

diteliti dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian

tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika menjadi subjek

penelitian adalah manusia, maka harus memahami hak dasar manusia.

Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga

penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi

kebebasan manusia (Hidayat, 2017).

4.10.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan subyek yang akan diteliti, peneliti

menjelaskan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi sebelum

dan sesudah pengumoulan data, jika subyek menolak untuk diteliti tidak

akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak.

4.10.2 Anonimity (Tanpa Nama) dan Confidentially (Kerahasiaan)


43

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan

memberi nomer pada masing-masing lembar tersebut.

4.10.3 Keadilan dan keterbukaan

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian

perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan prosedur penelitian (Notoatmodjo, 2010).

4.11 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu: waktu yang kurang lama,

kurangnya pengkajian penelitian terhadap responden mengenai

makanan/minuman yang dikonsumsi responden. Keterbatasan lainnya

adalah jumlah sampel yang sedikit sehingga didapatkan hasil yang kurang

maksimal, desain penelitian ini menggunakan pra eksperiment dengan

desain One group pritest-postst design, sedangkan sampel dari penelitian

ini sebanayk 10 responden.


44
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilakukan di Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang dan bahasan

tentang Pengaruh Diet SHOF terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja

Overweight. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 18 April 2019 sampai

27 April 19 dilakukan di Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang dengan

penentuan responden secara purposive sampling didapatkan sampel 10 responden.

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang intervensi Pengaruh Diet SHOF

terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja Overweight dengan menggunakan

perhitungan uji Wilcoxon tingkat kemaknaan p≤0,05. Dari hasil uji statistik

tesebut dapat diketahui ada tidaknya signifikasi terhadap variabel sebelum dan

sesudah diberikan intervensi diet SHOF yang didukung data kuantitatif. Tabulasi

dan dilakukan setelah data terkumpul untuk mengetahui Pengaruh Diet SHOF

terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja Overweight.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Terhadap Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang yang letaknya di jalan Tromol pos 10

Peterongan Jombang. Khususnya pada mahasiswi yang di Fakultas Ilmu

Kesehatan Prodi S1 Keperawatan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum

Jombang yang berjumlah 157 orang. Mahasiswi yang mengalami overweight

sebanyak 25 orang, dari mahasiswi yang mengalami overweight tersebut


44

terpilih 10 mahasiswi yang bersedia menjadi responden. Sampel tersebut

menjadi satu kelompok sesuai dengan desain penelitian.

Peneliti melakuakan dilokasi tersebut (Fakultas Ilmu Kesehatan

Unipdu Jombang) dan didapatkan sebanyak 10 responden yang dikelopokan

menjadi kelompok perlakuan.

5.1.2 Data Umum

Data umum ini menyajikan data hasil yang diperoleh tentang

karakteristik umum responden, berat badan, tinggi badan, indeks massa

tubuh.

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan di Fakultas


Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang, April 2019.

Berat Badan Frekuensi (f) Presentase(%)


55-60kg 7 70%
61-66kg 1 10%
67-72kg 2 20%
Total 10 orang 100%
Sumber : Data Primer, 2019

Karakteristik berdasarkan tabel 5.1 berat badan responden yang

dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dengan berat badan 55-60

kg sebanyak 7 responden (70%), hanya 1 responden (10%) yang

mempunyai berat badan 61-66kg dan 2 responden (20%) mempunyai berat

badan 70kg.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Badan Responden di


Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang, April 2019
45

Tinggi Badan Frekuensi (f) Presentase(%)


150-155 5 50%
156-160 4 40%
161-165 1 10%
Total 10 100%
Sumber : Data Primer, 2019

Karakteristik berdasarkan tabel 5.2 tinggi badan responden yang

dapat diketahui bahwa 5 orang responden (50%) memiliki tinggi badan

150-155 m dan 5 orang responden lagi (4%) memiliki tinggi badan 156-

160 m dan 1 (10%) memiliki tinggi badan 63 m.

5.1.3 Data Khusus

Data khusus ini menyajikan hasil yang diperoleh dari penelitian

dalam 10 hari yang dimulai pada tanggal 18 April 2019 tentang pengaruh

diet SHOF terhadap indeks massa tubuh pada remaja overweight, di

Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang. Sebelum diberi perlakuan pada

responden, terlebih dahulu melakukan pengukuran indeks massa tubuh

melalui pre test, data dimasukan dengan analisis univariat dan selanjutnya

di lakukan Uji Wilcoxon untuk mengetahui pengaruh diet SHOF terhadap

indeks massa tubuh pada remaja overweight di Fakultas Ilmu Kesehatan

Unipdu Jombang, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Menganalisis Indeks Massa Tubuh Sebelum dilakukan Diet SHOF pada


Remaja Overweight di FIK Unipdu Jombang
Tabel 5.3 Distribusi Responden Sebelum dilakukan Diet SHOF
Berdasarkan IMT (Indeks Massa tubuh) Responden di
Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang , April 2019.
46

No IMT Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. 23-24,9 kg/m2 8 70%

2 >25 kg/m2 2 20%


Total 10 100%
Sumber : Data Primer, 2019

Karakteristik berdasarkan 5.3 diatas dapat diketahui berdasarkan

IMT dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang memiliki

indeks massa tubuh 23-24,9 kg/m2 sebanyak 8 responden (80%) dan

IMT yang >25 kg/m2 sebanyak 2 responden (20%).

b. Menganalisis Indeks Massa Tubuh Sesudah dilakukan Puasa Enam


Belas Jam pada Remaja Overweight di FIK Unipdu Jombang
Tabel 5.4 Distribusi Responden Sesudah dilakukan Diet SHOF
Berdasarkan IMT (Indeks Massa tubuh) Responden di
Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang, April 2019.
No IMT Frekuensi (f) Presentase(%)
1 22,9 kg/m2 1 10%
2 23-24,9 kg/m2 7 70%
3 >25 kg/m2 2 20%
Total 10 100%

Sumber: Data Primer, 2019

Karakteristik berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui indeks

massa tubuh (IMT) 22,9 kg/m2 ada 1 responden (10%), 23-24,9 kg/m2

sebanyak 7 responden (70%) dan IMT yang >25 kg/m2 yaitu 2

responden (20%). Dan disimpulkan bahwa setelah dilakukan puasa


47

enam belas jam terdapat 1 responden yang mengalami Indeks massa

tubuh normal.

c. Menganalisis Pengaruh Diet SHOF Terhadap Indeks Massa Tubuh pada


Remaja Overweight di FIK Unipdu Jombang
Tabel 5.5 Penyajian Hasil Nilai Rata-Rata Indeks Massa Tubuh Sebelum
dan Sesudah dilakukan Diet SHOF, April 2019.

Mean Minim Maximum Std.Deviasi


um
Pre 248.50 232 286 19.979
Post 246.60 226 286 20.705

Std. Deviasi 0,95


Mean
Uji PValue=0,400
Wilcoxon
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.5 diatas nilai mean sebelum dilakukan diet

SHOF adalah 248.50 dengan Std.Deviasi 19.979 dan sesudah dilakukan

diet SHOF mengalami penurunan yaitu dengan nilai mean 246.60 dengan

Std.Deviasi 20.705. Secara klinis nilai mean pre adalah 248.50 dan post

adalah 246.60 yang berarti ada penurunan antara pre dan post. Tetapi

Secara uji statistik tidak ada pengaruh karena pada hasil uji wilcoxcon

adalah PValue=0,400 yang artinya p>α, yang dimana pada uji wilcoxon

dikatakan signifikan apabila p<α. kemudian mencarai nilai Std Deviasi

mean dengan menggunakan rumus standar deviasi mean didapatkan hasil

adalah 0,95, yang berarti tidak ada pengaruh diet SHOF terhadap indeks

massa tubuh pada remaja overweight.


48

Berdasarkan dari tabel 5.5 diatas sebelum dilakukan uji statistik

menggunakan uji wilcoxon sebelumnya dikakukan uji normalitas untuk

menentukan Uji Paired T-Test dengan menggunakan Descriptive

Statistic uji normalitis Shapiro-Wilk dan didapatkan hasil pre 0,003 dan

post 0,001, yang dimana ≤0,005 (p<α), yang artinya uji normalitas tidak

normal. Frekuensi yang memperoleh uji distribusi tidak normal maka

dilanjutkan menggunakan uji Statistic Wilcoxon.

Hasil uji statistik wilcoxon pada kelompok perlakuan dengan

membandingkan tingat indeks massa tubuh sebelum dan sesudah

diberikan diet SHOF diperoleh PValue=0,400, yang berarti P>0,005

sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, yang artinya tidak ada

pengaruh intervensi diet SHOF terhadap indeks massa tubuh pada remaja

overweight.

5.2 Pembahasan

Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian sesuai dengan penelitian

yang telah dilakukan peneliti. Setelah dilakukan analisa data dan melihat

hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelompok perlakuan dan sesuai

tujuan penelitian yang ditetapkan yaitu peneliti ingin mengetahui pengaruh

diet SHOF terhadap indeks massa tubuh pada remaja overweight. Dengan

hasil penelitian pengaruh diet SHOF terhadap indeks massa tubuh pada

remaja overweight, maka didapatkan pembahasan sebagai berikut:

5.2.1 Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswi Sebelum dan Sesudah Diberikan
Diet SHOF (Sixteen Hour OF Fasting)
49

Jumlah responden sebanyak 10 orang. Sebelum dilakuakan

intervensi diet SHOF semua mahasiswi mengalami overweight.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 sebelum diberikan intervensi

diet SHOF, hampir seluruh mengalami Indeks Massa Tubuh yang berlebihan

atau overweight. Setelah dilakukan diet SHOF pada responden,

berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa responden yang mengalami

penurunan indeks massa tubuh hanya sebesar 10% pada mahasiswi yang

mengalami overweight di FIK Unipdu Jombang. Sebagian responden

mengalai indeks massa tubuh yang tetap atau tidak ada perubahan.

Overweight dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor yang

berkaitan dengan indeks massa tubuh anatara lain adalah pola makan,

pola makan yang salah akan menyebabkan IMT tidak terkontrol,

overweight sangat berkaitan dengan pola makan, konsumsi makanan

tinggi lemak, makan makanan cepat saji dan minuman manis. Selain pola

makan faktor genetik, usia dan aktivitas fisik atau kurangnya olahraga

dan rendahnya aktivitas fisik, aktivitas yang kurang menyebabkan resiko

peningkatan berat badan. (Kusuma dan Punandita, 2011).

Usaha untuk memepertahankan indeks massa tubuh adalah dengan

menjaga pola makan, kemudian seseorang yang mempunyai genetik dari

keluarga yang overweight/obesitas, lebih sering melakukan

aktivitas/olahraga yang dimana setiap gerakan tubuh yang dihasilakan oleh

otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik juga


50

berfungsi untuk meningkatkan kelenturan tubuh, keseimbangan, kegesitan,

koordinasi yang baik, dan menguatkan tulang individu (Widajanti, 2017).

Berpuasa dapat digunakan sebagai terapi pengobatan untuk

berbagai tubuh penyembuhan penyakit, yang dimana makanan yang

dikonsumsi secara terus menerus dan tanpa memberikan ruang jeda untuk

merasakan lapar. Artinya bahwa perut adalah sumber serta serangan

segala macam penyakit. Pengurangan jumlah asupan makanan saat puasa

terjadi karena seseorang yang biasanya mengkonsumsi makanan sehari

tiga kali menjadi dua kali saja, jika hal ini terjadi terus menerus akan

mempengaruhi keseimbangan energi dan penerunan konsumsi lemak

tubuh serta akan menurunkan jumlah asupan zat gizi yang masuk ke

dalam tubuh. Perubahan pola makan saat berpuasa dapat mengakibatkan

beberapa perubahan metabolisme tubuh (Widajanti, 2017).

5.2.2 Pengaruh Diet SHOF Terhadap Indeks Massa Tubuh Remaja


Overweight

Untuk mengetahui diet SHOF atau puasa enam belas jam terhadap

indeks massa tubuh penderita overweight di Fakultas Ilmu Kesehatan

Unipdu Jombang maka peneliti melakukan uji komputasi menggunakan

uji UJi Paired T-Test. Hasil dari uji normalitas data menggunakan

Shapiro-Wilk data yang diperoleh hasil pre 0,003 dan post 0,001 yang

berate tidak normal yaitu ≤0,005 maka di lakukan uji Wilcoxon yang

terdapat pada tabel 5.4 yang dimana uji Wilcoxon di peroleh hasi

p=0,400 ≥ α=0,05 yang artinya H0 diterima yang menunjukan tidak ada


51

pengaruh puasa enam belas jam terhadap indeks massa tubuh penderita

overweight pada penelitian ini.

Dari penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Semarayasa diperoleh

data bahwa rata-rata mereka berhasil melakukan diet SHOF atau puasa

selama 16 jam dalam waktu 2 bulan, penelitian yang dilakukan bisa turun

sebanyak 8 kilo. Bahkan ada yang selama 2 minggu turun sebanyak 4

kilo. Bagi yang sudah terbiasa melakukan puasa dan melaksanakan

program diet SHOF sebelumnya, teknik diet SHOF ini dirasa tidak begitu

berat, mereka hanya butuh konsisten melakukan dan menaati prinsip

jendela makan yang ada, dengan secara bertahap mengurangi waktu

makan atau melebihkan waktu puasa. Akan tetapi bagi mereka yang

awam, pola diet SHOF ini terasa menentang dan berat (Semarayasa,

2013).

Diet SHOF atau puasa selama 16 jam dan jendela makan selama 8

jam merupakan panduan yang dapat memasukkan periode puasa ke

dalam jadwal makan harian. Misalnya, dapat berpuasa sejak pukul 8

malam sampai 12 siang. Bisa juga dikatakan bahwa mempunyai

kesempatan makan 8 jam setiap hari. Pdiet SHOF atau puasa harian 16

jam memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan puasa 12 jam, tetapi

harus dipadukan dengan diet rendah-karbohidrat untuk mendapatkan efek

terbaik. Penurunan berat badan dan indeks massa tubuh. pada panduan

ini cenderung lambat (Moode dan Fung, 2017).


52

Menjalankan puasa berdampak pada berat badan, indeks massa

tubuh, massa tubuh, massa lemak dan massa mineral. Selama puasa

terjadi penurunan terhadap berat badan dan Indeks massa tubuh. Karena

adanya perubahan frekuensi asupan makanan saat berpuasa (Latifah,

2016). Pengurangan jumlah asupan makanan saat puasa terjadi karena

seseorang yang biasanya mengkonsumsi makanan sehari tiga kali

menjadi dua kali saja. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus, akan

mempengaruhi keseimbangan energi dan penurunan komposisi lemak,

asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh serta indeks massa tubuh.

Namun sebagian kasus justru terjadi kenaikan berat badan atau indeks

massa tubuh (Riawanti, 2008).

Puasa menyebabkan berbagai perubahan pada tubuh, terutama

perubahan metabolisme pada tubuh. Selama puasa, kadar glukosa darah

cenderung menurun sehingga menyebabkan sekresi insulin menurun.

Disisi lain, tingkat glukagon dan katekolamin meningkat, merangsang

pemecahan glikogen, dan pada saat yang sama juga terjadi

glukoneogenesis (Handayani dkk., 2018). Karena berlangsung hingga

beberapa jam, hal ini menyebabkan cadangan glikogen menurun drastis

dan rendahnya kadar insulin menyebabkan pelepasan asam lemak dari

jaringan lemak. Asam lemak kemudian dioksidasi dan menghasilkan

keton yang bisa digunakan sebagai bahan bakaran atau penghasil energi

untuk otot, jantung, hati, ginjal dan jaringan lemak.

Setelah menjalankan puasa enam belas jam terhadap indeks massa

tubuh pada remaja overweight yang di lakukan selama 10 hari berturut-


53

turut, menunjukan hasil bahwa tidak ada pengaruh puasa enam belas jam

terhadap penurunan Indeks massa tubuh pada remaja overweight yang

dikarenakan waktu penelitian yang kurang. Hal ini dikerenakan pada

panduan puasa enam belas jam ini cenderung lambat padahal kekuatan

dari puasa enam belas jam lebih besar dibandingkan puasa dua belas

jam, tetapi harus dipadukan dengan diet rendah-karbohidrat untuk

mendapatkan efek terbaik untuk mendapatkan penurunan berat badan dan

indeks massa tubuh (Moode dan Fung, 2017).

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dyah Hafida

Laksmi, 2017 yakni dilakakukan puasa Ramadhan yang dilakuan selama

1 bulan, yang dapat menurunkan berat badan, yang diamana puasa dapat

memberi kesempatan organ tubuh untuk melakukan detoksifikasi. Gejela

lemas, pusing lamar mungkin terasa pada minggu pertama puasa. Minggu

pertama-kedua tubuh mulai beradaptasi, kerja pencernaan semakin ringan

untuk metabolisme makanan dan tubuh mulai memusatkan untuk

pengeluaran toksin. Minggu ke tiga toksi sudah mulai dikelaurkan akan

membuat tubuh lebih berenergi serta gejara lemas, lapar dan lain-lain

sudah tidak dirasakan lagi dan kondis puasa bukan alasan sebagai batasan

dalam melakukan aktivitas, dari aktivitas yang dipaduakan dengan puasa,

hal tersebut yang menyebabakan penurunan indeks massa tubuh.

Sedangkan penelitian puasa enam belas jam ini hanya dilakukan selama

10 hari, yang masih minggu pertama masuk minggu ke dua yang dimana

tubuh yang masih mulai beradaptasi, untuk melakukan puasa.


54

Selain waktu yang kurang dalam penelitian puasa enam belas jam.

Faktor yang menyebabkan tidak adanya pengaruh kemungkinan adalah

pola makan dan aktivitas yang dimana aktivitas responden dalam

penelitian ini hanyalah pada saat kuliah saja tidak ada aktivitas tambahan

seperti olahrga. Kemudian dikarenakan tidak adanya pengawasan selama

24 jam kepada responden. Pengawasan Pola makan responden, pola

makan sangat berpengaruh terhadap berat badan dan indeks massa tubuh

apabila di lakukan konsumsi makanan dan minuman yang salah dan

berlangsung terus menerus, akan mempengaruhi komposisi lemak.

Padahal panduan puasa harian 16 jam memiliki efek yang baik, tetapi

harus dipadukan dengan diet rendah-karbohidrat dan untuk mendapatkan

efek terbaik (Moode dan Fung, 2017).


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran hasil penelitian tentang

pengaruh Puasa 16 Jam terhadap indeks massa tubuh remaja overweight.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 18 April 2019

sampai dengan 27 April 2019 di Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang dapat

diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:

6.1 Kesimpulan

1. Indeks massa tubuh sebelum dilakukan diet SHOF di dapatkan 7

responden mengalami overweight dan 2 responden mengalami obesitas

tipe 1.

2. Setelah dilakukan diet SHOF terdapat 1 responden mengalami penurunan

IMT, 9 responden mengalami IMT tetap.

3. Tidak ada pengaruh Diet SHOF terhadap indeks massa tubuh pada remaja

overweight. Secara Klinis Terjadi perubahan pada nilai rata-rata setelah

dilakukan diet SHOF, tetapi secara statistik tidak ada pengaruh Diet SHOF

terhadap indeks massa tubun remaja yang overweight.

6.2 Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dikembangkan kembali lebih luas agar

dapat memanfaatkan ilmu yang ada.


lvi

2. Bagi peneliti

Bahan belajar dalam mengaplikasikan ilmu teori yang

didapatkan selama proses perkuliahan ke dalam praktek nyata di

lingkungan masyarakat, serta sebagai peningkatan daya fikir dalam

mengamati suatu permasalahan yang terjadi sehingga dapat memberikan

pengalamian nyata bagi peneliti dalam proses penelitian.

3. Bagi responden

Bapat bermanfaat bagi acuan dalam upaya meningkatkan ilmu

pengetahuan, teknik puasa enam belas jam ini dapat digunakan sebagai

pembelajaran.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih jauh

penelitian dalam hal pengaruh diet SHOF terhadap indeks massa tubuh

pada remaja overweight dan mengembangkan penelitian yang sudah

dilakukan peneliti dengan memperluas sampel, tambahnya waktu

penelitian, kontrolnya pola makan dan perlu adanya tambahan aktivitas

seperti olahraga dari responden untuk mengetahui pengaruh

penggunaan diet SHOF ini sehingga menentukan hasil penelitian yang

terbaik.

lvi
lvii

DAFTAR PUSTAKA

Agusanty, S. F., Kandarina, I., & Gunawan , M. A. (2014). Faktor Resiko


Sarapan Pagi Dan Makanan Seling Terhadap Kejadian Overweight
Pada Remaja Sekolah Menengah Atas. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 139-
149.
Anam, M. (2010). Pengaruh Intervensi Diet Olahraga Terhadap Indeks Massa
Tubuh, Kesegaran Jasmani, hsCPR dan Profil Lipid Pada Anak Obesitas.
Skripsi PascasarjanaIlmu Kesehatan Anak Universitas Diponegoro
Semarang.
Ardiani, M., & Wijatmadi, B. (2016). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta:
Kencana.
Arikunto, S. (2010). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Selamba Medika.
Astuti, A. P., & Dwipayana, P. M. (2018). Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Dengan Kadar Gula Darah Pusa Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri di wilayah Denpasar Utara. Jurnal Medika Udayana, 95-98.
Cahyono, S. B. (2008). Gaya Hidup Dan Penyakit Moderen. Yogyakarta
Indonesia: Kunisius.
Cindi, T., Hadi, S., & Sutriningsih, A. (2017). Perbedaan Kadar Glukosa Darah
Pada Anak Dengan Indekas Massa Tubuh Normal dan Overweight di
SDK sang Timur Malang. Jurnal Keperawatan Nursing News, 147155.
Fairudz, A., & Nisa , K. (2015). Pengaruh Serat Pangan Terhadap Kadar
Kolesterol Penderita Overweight. Jurnal Keperawatan Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung, 121-126.
Fauziyati, A. (2008). Adaptasi Fisiologi Selama Puasa. Jurnal Penelitian Dan
Pengabdian Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 1-9.
Guyton, & Hall.(2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.

lvii
lviii

Handayani, D., Kusumastuty, I., Harti, L. B., & Soeadmadjil, D. W (2018). Tetap
Sehat Berpuasa bagi Diabetes, Malang: Universitas Brawijaya Press.
Hardiansyah, H. (2011). Puasa Sambil Detoks. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Haslinda, L. Ernalia, Y. Wahyuni, S. (2015). Citra Tubuh, Perilaku Diet, dan
Kualitas Hidup Remaja Akhir Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Riau. Program Studi Ilmu Gizi. Universitas Riau
Helwany, A.W. (2008). Fasting A Great Medicine. Depok: Pustaka IIMAN.
Hengkengbala, G., Polii, H., & Wungouw, H. (2013). Pengaruh Latihan Fisik
Aerobik terhadap kolesterol Hight Density Lapopretein (HDL) Pria
Dengan Berat Badan Lebih (Overweight). Jurnal e-Biomedik, 284-290.
Heriansyah, T. (2014). Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Jumlah
Circulating Endothelial Cell. JurnalKedokteran Siyah Kuala, 1-5.
Hidayat, D. R. (2017). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Selamba Medika.
Irwan. (2018). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Depublish: Yogyakarta.
Kemenses, (2015). 12 Manfaat Bagi Kesehatan Tubuh. Kementrian Kesehtan
Republik Indonesia.
Kinanthi, M. (2017). Dahsyatnya 7 Puasa Wajib , Sunnah & Thibbun Nabawi.
Yogyakarta: Ide Segar Media
Kiefte-de Jong, C.J., Mathers, C.J., Franco, H, O. (2014). Nutrition and healthy
ageing. The Nutrition Society Annual Summer meeting was held at
Newcastle University on 15-18 Juli 2013.
Kusuma , B. J., & Punandita, T. (2011). Rancang Bangun Aplikasi Mobile
Perhitungan Indeks Massa Tubuh dan Berat Badan Ideal. Teknik
Informatika F.Teknik Universitas Muhamadiyah Purwakerto, 157-168.
Laksmi, H.D.(2017). Efikasi Puasa Ramadhan Terhadap Penurunan Berat
Badan dan Indeks Massa Tubuh pada Dewasa Muda. Depertemen Gizi
Masarakat. Fakultas Ekologi Bogor.
Latifah, N.F. (2016). Hubungan Asupan Makanan Selama Puasa Ramadhan
Dengan Kadar Leptin Pada Individu Overweight dan Obesitas. Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada.
Lestari, D. (2012). Kadar Kolesterol LDL Pada Pasien Diabetes Militus Type 2
Studi Kasus di Puskesmas Mojoagung Jombang. Skripsi Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Insan Candekia Medika Jombang.

lviii
lix

Longo, V D., & Mattson, M.P. (2014). Fasting: Muleculer Mechanisms and
Clinical Applications. NIH-PA Author Manuscript, 1-22.
Madiyono, B., Moeslichan S. Mz., SastroasmoroS,dkk. (2008). Pemikiran Besar
Sampel. Dalam: Sastroasmoro S dan Ismael S, Editor. Dasar-dasar
Melotologi Penelitian Klinis. Edisi Ke-3. Jakarta:CV Sagung Seto;302-
331.
Moode, J., & Fung, J. (2017). The Complete Guide to Fasting. Tangerang: PT
Bentara Aksara Cahaya.
Moro, T ,Tinsley, G., Bianco, A., Marcolin, G., Pacelli, F, Q., Battaglia, G.,
Palma, A ., Gentil, P., Neri, M., Paoli A. (2016). Effects of eight weeks
of time-restricted feeding (16/8) on basal metabolism, maximal strength,
body composition, inflammation, and cardiovascular risk factors
in resistance-trained males. Journal of Translational Medicine.

Nordestged, B.G. (2017). Lipid Proile, Fasting Versus Nonfasting. Journal of


American College of Cardilogy Vol. 70, No 13, 1637-1646).
Notoadmojo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Ranika Cipta.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Ranika


Cipta.

Pedek, M. (2011). Puasa Obat Dasyat. PT Wahyu Media. Cipedak, Jagakarsa,


Jakarta Selatan

Putra, M. N. (2017). Hubungan Pola Makan Aktivitas Fisik Dan Aktivitas


Sedentari Dengan Overweight Di SMA Negeri 5 Surabaya. Jurnal
Berkala Epidemologi Fakutlas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga Surabaya Jawa Timur Indonesia, 298-310.
Priasmara, Y.D. (2015). Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kadar Gula
Darah Pada Lansia di Kota Semarang. Jurusan Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang.
Riawati, L. (2008). Studi Tentang Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Aktivitas
Fisik Saat Puasa dan Tidak Puasa Pada Mahasiswa Putri Tingkat
Partisipan Bersama Institusi Pertania Bogor. Fakultas Pertaniam.
Institusi Pertanian Bogoe 2008.

lix
lx

Rohmat , S. A. (2016) 06-07. Pengaruh Puasa Ramadhan Terhadap Fungsi


Pencernaan. Media RSPP.
Sudargo, T. Freitag, H. Rosiyani, F. Kusmayanti, N., A. (2014). Pola Makan dan
Obesitas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Semarayasa, K.I. (2013). Perspektif “OCD” dikalangan Praktisi Kesehatan dan
Olahraga. Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha.
Sugiyono. (2016) Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif R & D. Bandung:
Alfabeta.
Suryabrata, S. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Susilowati, Malik, A. L., Tarigan , A., & Ariffah, T. N. (2017). Hubungan
Konsumsi Serat Dengan Kejadian Overweight Pada Siswa SMA N 3
Cimahi Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Kartika Program Studi Kesehatan
Masyarakat, 53-63.
Sutomo, B. (2008). Menu Sehat Penakluk Hipertensi. DeMedia Pustaka: Jakarta
Selatan.
Syam, A. F., Sobur, C. S., Abdullah, M., & Makmun, D. (2016). Ramadan Fasting
Decreases Body Fat but Not Protein Mass. Int J Endocrinol Metab, 1-6.
Wardani, A.D. Huriyanti, E. Mustikaningtyas. Hastuti, J. (2015). Obesitas, Body
Image, dan perasaan stres pada mahasiswia di Daerah Istimewa
Yogtakarta. Jurnal Gizi Klinis Indonesia.
Wati, D. K., & Sumarmi, S. (2017). Citra Tubuh Pada Remaja Perempuan
Gemuk Dan Tidak Gemuk. Research Study, 398-405.
Watulingas, I., Rampengan , J. J., & Polii, H. (2013 1 (2)). Pengaruh Latihan
Fisik Aerobik Terhadap V02 Max Pada Mahasiswa Pria Dengan Berat
Badan Lebih (Overweight). Jurnal e-Biomedik, 1064.
Wijayanti, N. (2017). Fisiologi Manusia & Metabolisme Zat Gizi. Malang
Indonesia: Universitas Brawijaya Press.
Winarno, E.M. (2013). Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Jasmani.
Universitas Negeri Malang (UM PRESS)
Wulandari , D. T., & Mardiyanti, N. L. (2017). Hubungan Antara Asupan
Karbohidrat Dan Lemak Dengan Kejadian Overweight Pada Remaja Di
SMAMuhammadiyah 4 Kaetasura Kabupaten Sukaharjo. Jurnal Riset
Kasehatan Jurusan Ilmu Gizi Fakultas ILmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 54-64.

lx
lxi

Yudianto,A., Rajin, M., Khusniah, Z., & Mukhoirotin, (2016). Buku Panduan
Penyusunan Proposal Skripsi Edisi 5. Jombang: Universitas Pesantren
Tinggi Darul Ulum Jombang.

Lampiran 1

Nomor :

lxi
lxii

Hal : Pengantar/Riset

Kepada Yang Terhormat

Dekan FIK UNIPDU Jombang

di-
Jombang
Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur Kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya sehingga kami
dapat melaksanakan amanah dan tanggung jawab yang kami emban selama ini,
mudah-mudahan Ibu beserta staf demikian adanya.

Berkenaan dengan pelaksanaan Riset sebagai tugas akhir bagi mahasiswa Prodi S-
S1 Keperawatan FIK UNIPDU Jombang, dengan ini kami mohon bantuan untuk
dapat mengijinkan kami guna melaksanakan penelitian keperawatan di lingkup
institusi yang ibu pimpin. Adapun nama mahasiswa tersebut adalah:

No Nama NIM Tempat Judul Waktu


1 Ria 7315051 FIK Pengaruh 18 April
Astriani Diet SHOF 2019
terhadap
Indeks
Massa
Tubuh pada
Remaja
Overweight

Demikian harapan kami, atas perkenaan dan kerjasama yang baik kami ucapkan
termakasih
Wassalamu’alakim wr.wb

Jombang, 15 April 2019

lxii
lxiii

(Ria Astriani)

Lampiran 2

Lampiran 3

lxiii
lxiv

INFORMED CONCENT

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

DIET SHOF TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH

Nama peneliti : Ria Astriani


Nim : 7315051
Instutisi Pendidikan : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi
Darul’ulum Jombang

Saya, Mahasiswi Program Studi S1 Keperawatan angkatan 2015 sedang


melakuakn penelitian dengan judul “Pengaruh Diet SHOF terhadap Indeks Massa
Tubuh pada Remaja Overweight”. Saya meminta anda untuk ikut berpartisipasi
dalam penelitian yang saya lakukan. Proses pengambilan data dalam penelitian ini
melalui prosedur pengambilan data Indeks Massa Tubuh dengan cara megukur
Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) sebelum dan setelah anda melakukan
diet SHOF atau diet 16:8 yang dimana puasa selama 16 jam dan 8 jam jendela
makan. Dilakukan mulai jam 20:00 malam – 12:00 siang selama 10 hari berturut-
turut. Identitas dan catatan mengenai pemeriksaan yang anda lakukan akan
dirahasiakan. Kalaupun hasil penelitian ini akan dikaji oleh peneliti hanya akan
menggunakan nomor saja. Jika ada yang belum jelas, saudara boleh bertanya pada
peliti. Jika saudara sudah memehami penjelasan ini dan bersedia berpartisipasi
dalam penelitian ini, silahkan saudara menandatangani lembar persetujuan yang
akan dilampirkan.

Peneliti,

Ria Astriani

lxiv
Lampiran 4 lxv

LEMBAR PERSETUJUAN

DIET SHOF TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH PADA REMAJA


OVERWEIGHT

Untuk menentukan apkah anda sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi,
silahkan jawab pertanyaan dibawah ini!

Nama :

Prodi/ tingkat :

Umur :

Alamat :

Telepon :

Setelah mendapat keterangan secukupnya dan mengerti manfaat penelitian tersebut


di bawah ini dengan judul:

“Pengaruh Diet SHOF Terhadap Indekas Massa Tubuh pada Remaja


Overweight”

Saya mengerti tujuan penelitian ini dan saya Bersedia/Tidak Bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitin ini.

Saya mengerti bahwa keikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela.

Jombang,........................

Saksi Responden

lxv
lxvi

(.....................................) (.....................................)

Lampiran 5

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


DIET SHOF TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH PADA REMAJA
OVERWEIGHT

A. Definisi
Diet SHOF atau diet 16:8 yang dimana berpuuasa selama enam belas jam
dan delapan jam jendela makan. Jendela makan adalah waktu yang disediakan
untuk diperbolehkan makan dengan batas sewajarnya.

B. Tujuan
Setelah dilakukan intervensi diet SHOF selama 10 hari, terjadi perubahan
pada Indeks Massa Tubuh (IMT).

C. Manfaat Puasa secara umum:


a. Menurunkan kolesterol
b. Menurunkan berat badan
c. Mengobati diabetes type 2
d. Meningkatkan kekuatan otak

e. Memperlambat penuaan

f. Puasa untuk kesehatan Jantung

g. Detoksifikasi tubuh

D. Dampak dan Solusi


1) Perut mulas / perih , solusinya yaitu hindari makanan yang terlalu pedas
dan asupan kafein

lxvi
lxvii

2) Sakit kepala, solusinya yaitu jangan terpapar matahari langsung


3) Dehidrasi, solusinya yaitu minum air yang cukup selama berpuasa.
4) Lemas, solusinya yaitu hindari minuman kafein, tidur yang cukup dan
makan dalam batas wajar (tidak berlebihan)
5) Badan gemetar, solusinya yaitu konsumsi makanan/ minuman manis yang
cukup.
6)
E. Persiapan
a. Pasien
1) Memberikan salam perkenalan diri, menanyakan nama responden
dengan ramah dan senyum.
2) Memberi tahu kepada responden tentang tindakan, tujuan, manfaat,
dampak dan prosedur diet SHOF.
b. Alat
1) Informed consent, prosedur penelitian , dan lembar persetujuan.
c. Lingkungan
1) Menjaga privasi responden.
Prosedur Puasa Enam Belas Jam:

1. Periode diet SHOF atau diet 16:8 dimulai pukul 20.00-12.00 WIB.
2. Peride jendela makan (berbuka) selama 8 jam yang dimulai pukul 12.00-
20.00 wib.
3. Berbuka dengan mengkonsumsi makanan/minuman dalam batas wajar /
tidak berlebihan.
4. Dalam periode puasa enam belas jam masih diperbolehkan untuk minum
air putih non-kalori.
5. Dianjurkan untuk tidak mengonsumsi minum minuman kopi, susu, teh, air
dingin, segala macam es yang berlebihan ketika memasuki waktu jendela
makan (berbuka)
6. Menu makanan ketika jendela makan (berbuka) sebaiknya seimbang
antara karbohidrat, protein, lemak, serat dan cairan.
7. Puasa enam belas jam dilakukan selama 10 hari berturut-turut.

lxvii
lxviii

8. Responden mengisi data observasi makanan selama 10 hari.

Lampiran 6

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENGUKURAN INDEKS MASSA TUBUH

A. Defenisi
Menghitung IMT merupakan alat sederhana untuk menentukan status gizi
orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan.

B. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pengukuran status
gizi dewasa yaitu di atas 18 tahun

C. Alat dan Bahan


1. Timbangan berat badan analog
2. Microtoice
3. Alat tulis
D. Prosedur/ Langkah-langkah
1. Melakukan penimbangan berat badan analog
2. Melakukan pengkuran tinggi badan
3. Menghitung IMT dengan rumus yang ada

lxviii
lxix

4. Mengklasifikasi hasil IMT


a. Kekurangan berat badan <18,5
b. Normal 18,5-22,9
c. Overweight 23,0-24,9
d. Obesitas 25,0- ≥30
5. Petugas Mencatat hasil dari perhitungan di lembar obvsevasi yang
telah disediakan dan meberitahukan hasil klasifikasinya kepada
responden.

Lampiran 7

DATA RESPONDEN DIET SHOF TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH


PADA REMAJA OVERWEIGHT

DATA UMUM

1. Umur :

2. Berat badan : _________Kg

3. Tinggi badan : _________cm

4. Kebiasaan Makan :

5. IMT (Diisi Oleh Peneliti) :

lxix
lxx

Lampiran 8

LEMBAR OBSERVASI

PENGUKURAN INDEKS MASSA TUBUH

No IMT Sebelum dilakuakn Diet IMT Sesudah dilakukan Diet


SHOF SHOF

lxx
lxxi

Responden
Hasil Keterangan Hasil Keterangan

Klasifikasi IMT :

1. Kurang : < 18,50 kg/m2


2. Normal : 18,5 - 22,9 kg/m2
3. Overweight : ≥23,00-24,9 kg/m2
4. Obesitas kelas 1 : 25 - 29,9 kg/m2
5. Obesitas kelas II : ≥ 30,00 kg/m2

lxxi
Lampiran 9 lxxii

DATA OBSERVASI MAKANAN PADA RESPONDEN SELAMA DIET


SHOF DI FIK UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG

No. Responden :
Waktu Nasi Lauk Makanan tambahan
Sahur
Hari 1 Buka puasa

Sahur
Hari 2
Buka puasa

Sahur
Hari 3 Buka puasa

Sahur
Hari 4 Buka puasa

Sahur
Hari 5 Buka puasa

Sahur
Hari 6 Buka puasa

Sahur
Hari 7 Buka puasa

Sahur
Hari 8 Buka puasa

Sahur
Hari 9
Buka puasa

lxxii
lxxiii

Sahur
Hari 10 Buka puasa

Lampiran 10

TABULASI DATA INDEKS MASSA TUBUH

IM IMT IMT
No Responden Usia BB TB T Pre Ket Pre Post
1 3 2 1 2 24,9 Overweight 23,6
2 4 3 6 1 23,2 Overweight 24,1
3 2 2 3 1 23,3 Overweight 23,9
4 5 4 4 2 24,3 Overweight 23,9
5 3 5 7 1 23,7 Overweight 22,6
6 3 4 5 2 24,1 Overweight 23,9
7 3 6 2 4 28,6 Obes Kels 1 28,6
8 2 7 4 4 28,4 Obes Kels 1 28,4
9 1 1 2 1 23,5 Overweight 24,1
10 1 2 2 2 24,5 Overweight 23,5

Ket: Ket: Ket:


Ket: Usia BB TB IMT Ket:
1. 20 1. 55 1. 150 1. 23 IMT Normal : 18,5-22
2. 21 2. 56 2. 153 2. 24 Overweight : ≥23,00-2
3.22 3. 58 3. 155 3.28 Obesita Kelas 1 : 25-2
4. 23 4. 60 4. 157   Obesitas Kelas 2 : ≥30
5. 24 5. 63 5. 158  
  6. 67 6. 160  

lxxiii
lxxiv

  7. 70 7. 163  

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sebelum 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

Sesudah 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

Lampiran 11

NPar Test

Descriptives

Statistic Std. Error

Sebelum Mean 248.50 6.318

Lower Bound 234.21

lxxiv
lxxv

95% Confidence Interval for Upper Bound


262.79
Mean

5% Trimmed Mean 247.33

Median 242.00

Variance 399.167

Std. Deviation 19.979

Minimum 232

Maximum 286

Range 54

Interquartile Range 23

Skewness 1.474 .687

Kurtosis .801 1.334

Sesudah Mean 246.60 6.548

95% Confidence Interval for Lower Bound 231.79


Mean
Upper Bound 261.41

5% Trimmed Mean 245.56

Median 239.00

Variance 428.711

Std. Deviation 20.705

Minimum 226

Maximum 286

Range 60

Interquartile Range 16

Skewness 1.570 .687

Kurtosis 1.110 1.334

lxxv
lxxvi

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Sebelum .290 10 .017 .748 10 .003

Sesudah .407 10 .000 .697 10 .001

a. Lilliefors Significance Correction

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Sesudah – Sebelum Negative Ranks 5a 4.80 24.00

Positive Ranks 3b 4.00 12.00

Ties 2c

Total 10

a. Sesudah < Sebelum

b. Sesudah > Sebelum

c. Sesudah = Sebelum

Test Statisticsa

Sesudah –
Sebelum

Z -.841b

Asymp. Sig. (2-tailed) .400

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.

lxxvi
lxxvii

Lampiran 12

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI


PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG

Nama : Ria Astriani

NIM : 7315051

Nama Pembimbing 1 : Khotimah, S. Kep, Ners. M.Kes

Judul Skripsi : Pengaruh Diet SHOF Terhadap Indeks Massa Tubuh pada
Remaja Overweight

lxxvii
lxxviii

lxxviii
lxxix

lxxix
lxxx

lxxx
lxxxi

lxxxi
lxxxii

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI


PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG

Nama : Ria Astriani

NIM : 7315051

Nama Pembimbing 2 : Indah Mukarromah, S.Kep., Ns.,M..Kep

Judul Skripsi :Pengaruh Diet SHOF Terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja
Overweight

lxxxii
lxxxiii

lxxxiii
lxxxiv

lxxxiv
lxxxv
Lampiran 13

lxxxv

Anda mungkin juga menyukai