SKRIPSI
Oleh
Salah satu fungsi dari kadar hemoglobin dalam darah adalah menjaga
kondisi kesehatan. Kadar hemoglobin yang cenderung normal akan
memungkinkan seseorang mempunyai ketahanan dalam berkonsentrasi pada
sesuatu hal, termasuk berkonsentrasi dalam belajar. Dengan demikian, kadar
hemoglobin dalam darah mempunyai peran terhadap keberhasilan seseorang
dalam belajar, yang tercermin dari prestasi belajarnya. Ada beberapa siswi yang
mempunyai prestasi belajar rendah dan ada pula yang mempunyai prestasi belajar
tinggi. Masalahnya adalah apakah ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan
prestasi belajar siswi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang tahun
pelajaran 2004/2005.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 25 Semarang, dengan populasi
penelitian seluruh siswi sekolah. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
sampling purposive, yang menghasilkan jumlah sampel sebanyak 48 siswi.
Variabel bebas (X) penelitian adalah kadar hemoglobin darah, variabel terikat (Y)
penelitian adalah prestasi belajar dan variabel penganggu dalam penelitian ini
adalah bakat, minat dan motivasi, cara belajar, kesehatan, inteligensi, menstruasi,
penyakit kronik, perdarahan kronis, keluarga, sekolah, masyarakat, dan
lingkungan sekitar. Teknik pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan
kadar hemoglobin dengan cara cyanmethemoglobin dan dokumentasi. Analisis
data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman Rank.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin darah
siswi adalah 12,27 gram %. Sebanyak 73% siswi mempunyai kadar hemoglobin
darah yang normal, sedangkan 27% mengindikasikan anemia. Hasil analisis data
dengan teknik Spearman Rank memperoleh koefisiensi korelasi sebesar +0,329.
Pada taraf signifikansi 0,05 korelasi variabel kadar hemoglobin dengan prestasi
belajar di dapat angka probabilitas 0,023. Oleh karena angka tersebut di bawah
0,05, maka Ho di tolak dan Ha di terima, artinya ada hubungan antara kadar
hemoglobin dengan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang. Tanda ‘+’
menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar hemoglobin(dalam batas normal) maka
semakin tinggi prestasi belajar. Koefisien korelasi +0,329 menunjukkan kurang
kuatnya korelasi antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar (di bawah 0,5).
Disarankan kepada sekolah hendaknya melakukan sosialisasi pentingnya
kesehatan terutama menjaga agar kadar hemoglobin tetap tinggi melalui program-
program UKS dan PMR di sekolah. Siswi hendaknya menjaga kondisi
kesehatannya dengan jalan mengkonsumsi makanan sehat bergizi dan
mengandung zat besi untuk menghindari anemia. Juga kepada orang tua siswi
hendaknya berusaha selalu menghidangkan makanan sehat bergizi kepada putri-
putrinya, terutama makanan yang mengandung zat besi.
Kata Kunci : Kadar Hemoglobin, Prestasi Belajar
PERSETUJUAN
Pada hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Pada hari :
Tanggal :
Panitia Ujian
Dewan Penguji,
MOTTO :
PERSEMBAHAN:
telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis dan berkat bimbingan ibu dosen,
Negeri Semarang.
Perlu disadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ibu dr. Oktia Woro K.H, Mkes
penelitian.
4. Pembimbing II, Ibu dr. Yuni Wijayanti yang telah memberikan bimbingan,
5. Kepala Sekolah SMP Negeri 25 Semarang, Bapak Drs. Kardi yang telah
pelaksanaan penelitian.
penelitian.
9. Ayah, Ibu, Adik Dewi, Adik Fajar dan Semua Keluarga tercinta atas segala
10. Sahabatku Tika, Naning, Cholidah, Ita, Dewi yang telah membantu proses
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
saran dan kritik selalu penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini. Semoga
amal baik dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT,
dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Semarang , 2005
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL……………..……………………………………………………………...i
SARI……….…………………………………………………………………….. ii
PENGESAHAN.…………………………………………………………………iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….vii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….....x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………....xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul..……………………………………………1
1.2 Permasalahan..………………………………………………………4
2.1.2 Anemia.………………..…………………………………………13
2.1.4 Belajar……………………………………………………………23
2.3 Hipotesis…………………………………………………………...40
4.4 Pembahasan………………………………………………………..52
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...57
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
2.Batasan Anemia 14
Halaman
1. Pembentukan Hemoglobin 8
3. Kerangka Berfikir 40
4. Kerangka Konsep 42
5. Frequencies
6. Frequency Table
7. Histogram
8. Nonparametric Correlation
10. Surat Ijin Penelitian dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang untuk Kepala Kesatuan
Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang
11. Surat Ijin Penelitian dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang untuk Kepala
Laboratorium Prima
12. Surat Ijin Penelitian dari Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
Kota Semarang
15. Surat Keterangan dari Kepala Sekolah SMP Negeri 25 Semarang bahwa
telah melakukan penelitian di sekolah tersebut
16. Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang Tentang Penunjukan/ Pengangkatan Penguji Skripsi Dekan
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Pembangunan Kesehatan. Visi baru yaitu Indonesia Sehat 2010, akan dicapai
(Propenas).
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau; serta memelihara dan
Pada era globalisasi saat ini yang intinya adalah pasar bebas, pemenangan
persaingan sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Tanpa kualitas
sumber daya manusia yang baik, suatu negara tidak akan memenangkan
persaingan pasar bebas tersebut. Oleh karena itu untuk menyongsong era
mewujudkan keadaan tersebut diperlukan tingkat kesehatan dan gizi yang optimal.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, yaitu peningkatan status gizi masyarakat. Suatu status gizi yang baik
akan mempengaruhi status kesehatan dan prestasi belajar seseorang. Masalah gizi
perlu perhatian yang lebih khusus untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Masalah gizi di Indonesia ada empat yaitu Kurang Energi Protein
(KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Yodium (GAKY), dan
gizi besi. Penyebab anemia gizi besi adalah karena jumlah zat besi yang
dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu berbagai
faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi besi, antara lain kebiasaan
makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia status gizi. Akibat anemia gizi besi
anemia pada usia sekolah menurut hasil SKRT tahun 1995 yaitu 57,1 %
banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak-anak sekolah telah ditunjukkan adanya
korelasi antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan
bahwa pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun
Remaja berisiko tinggi menderita anemia, khususnya kurang zat besi, pada
saat mengalami pertumbuhan yang sangat cepat yaitu masa puber (Thompson,
banyak dari zat besi. Bila zat besi yang dipakai untuk pertumbuhan kurang dari
yang diproduksi tubuh, maka terjadilah anemia. Remaja putri berisiko lebih tinggi
dengan jumlah sampel 83 siswi menunjukkan bahwa kejadian anemia gizi remaja
kegiatan UKS, didapat tiga informasi yaitu pada tahun 2004 dilakukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan oleh guru pada kegiatan UKS,
Bulu Lor bahwa murid sekolah tersebut hampir 40 % dari 7 kelas yang di
periksa, mempunyai tekanan darah yang rendah; dan sekolah tersebut juga
Dari hasil ujian nasional pada tahun 2003 sekolah SMP Negeri 25 Semarang
1.2 Permasalahan
Hubungan antara Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Belajar Siswi SMP Negeri
25 Semarang ?
1.3 Tujuan Penelitian
perlu ditegaskan istilah-istilah dalam skripsi ini. Beberapa istilah perlu ditegaskan
2001:145).
1996: 164). Pada penelitian ini prestasi belajar tidak diambil dari nilai
IPA, IPS, Bahasa Inggris) pada rapot semester 1 karena nilai-nilai ini
1.4.3 Siswi
Semarang.
Kesehatan Masyarakat UNNES, serta sebagai salah satu upaya dalam rangka
sekolah dan pentingnya menjaga agar kadar hemoglobin tetap normal sehingga
anak sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1.1 Hemoglobin
Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4
subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan
suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi.
Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan
Nyoman, 2001:145).
Pengertian lain hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi.
membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini
1999:134).
sel sampai sekitar 34 gm/dl sel. Konsentrasi ini tidak pernah meningkat lebih dari
hemoglobin hampir selalu mendekati maksimum dalam setiap sel. Namun bila
hemoglobin dalam darah merah juga menurun karena hemoglobin untuk mengisi
sel kurang.
dan jumlah hemoglobin dalam masing-masing sel nilainya normal, maka seluruh
darah seorang pria rata-rata mengandung 16 gram/dl hemoglobin, dan pada wanita
Setelah inti sel dikeluarkan, hilang juga RNA dari dalam sitoplasma, sehingga
dalam sel darah merah tersebut tidak dapat dibentuk protein lagi, begitu juga
berbagai enzim yang sebelumnya terdapat dalam sel darah merah dan protein
meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit
A P
C C
2 sulsinil-KoA + 2 gilsin HC CH
4 pirol protoporfirin IX N
protoporfirin IX + Fe heme H
heme + polipeptida rantai hemoglobin (α atau β) (pirol)
2 rantai α + 2 rantai β hemoglobin A
kedokteran dan tes darah yang paling sering dilakukan (Isbister, James P dan
• Hb >10 gram % : Gejala terjadi jika system transpor oksigen mengalami stres
1999:39).
gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini
Cara
sebelah luar ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu dimasukkan ke dalam
sianmethemoglobin.
Catatan
Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk
yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Kesalahan cara ini
dapat mencapai ± 2 %.
reagens ini dalam botol coklat dan perbaruilah tiap bulan. Meskipun larutan
Drabkin berisi sianida, tetapi ia tidak dianggap racun dalam pengertian sehari-hari
macroglobulinemia.
(digit) di belakang tanda desimal; melaporkan dua digit sesudah angka desimal
melampaui ketelitian dan ketepatan yang dapat dicapai dengan metode ini.
Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna
yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam alat itu (R.
Gandasoebrata, 2001:13).
Cara
2. Isaplah darah (kapiler, EDTA, atau oxalat) dengan pipet hemoglobin sampai
4. Catatlah waktunya dan segeralah alirkan darah dari pipet ke dalam dasar
tabung pengencer yang berisi HCl itu. Hati-hati jangan sampai terjadi
gelembung udara.
5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCl yang jernih itu ke dalam pipet 2
atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet.
6. Campurkan isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa; warna campuran
7. Tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang pengaduk
yang tersedia. Persamaan warna campuran dan batang standard harus dicapai
dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan HCl dicampur. Pada usaha
Catatan
kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hematin asam itu bukan
merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat distandardkan. Cara ini
juga kurang baik karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin
ditentukan dengan cara Sahli dan cara-cara kolorimetri visual lain hanya patut
11,11½, 12, 12½, 13 g/dl. Janganlah melaporkan hasil dengan memakai angka
desimal seperti 8,8; 14; 15,5 g/dl ketelitian dan ketepatan cara sahli yang kurang
Sahli dibuat oleh banyak pabrik. Perhatikanlah bahwa bagian-bagian alat yang
berasal dari pabrik yang berlainan biasanya tidak dapat saling dipertukarkan:
Selain cara sahli ada pula cara-cara lain yang berdasarkan kolorimetri
yang lain.
c. Cara pemeriksaan:
2.1.2 Anemia
normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Gejala
yaitu lemah, lesu, letih, mudah mengantuk, nafas pendek, nafsu makan berkurang,
bibir tampak pucat, susah buang air besar, denyut jantung meningkat, kadang-
Pengertian lain anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas
hemoglobin dan volume sel pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah
Tabel 1
Nilai ambang batas penentuan status Anemia menurut WHO adalah
Kelompok Batas Normal
Hemoglobin
1 2
Bayi / Balita 11 gram %
Usia sekolah 12 gram %
Ibu hamil 11 gram %
Pria dewasa 13 gram %
Wanita dewasa 12 gram %
Sumber : I Dewa Nyoman (2001:169)
Tabel 2
Batasan Anemia ( menurut Departemen Kesehatan )
Kelompok Batas Normal Hemoglobin
1 2
Anak Balita 11 gram %
Anak Usia Sekolah 12 gram %
Wanita Dewasa 12 gram %
Laki-laki Dewasa 13 gram %
Ibu Hamil 11 gram %
Ibu menyusui > 3 bulan 12 gram %
Sumber : I Dewa Nyoman (2001:169)
Anemia dibagi menjadi 3 yaitu anemia ringan bila kadar hemoglobin diatas
10 gram % tetapi dibawah batas ketentuan, anemia sedang jika kadar hemoglobin
di antara 7 dan 10 gram %, dan anemia berat kalau kadar hemoglobin dibawah 7
Anemia terjadi bila jumlah yang diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh
terlalu sedikit.
2. Anemia Megaloblastik
Sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritroblas yang besar yang
terjadi akibat gangguan maturasi inti sel tersebut. Sel tersebut dinamakan
megaloblas.
3. Anemia Aplastik
Anemia yang terjadi apabila kreatinin serum lebih dari 3,5mg/dl atau GFR
2002:27):
1) Anemia dapat disebabkan oleh cacat atau masalah yang ada pada faktor
bahan yang berasal dari luar, yaitu makanan, yang diperlukan untuk
3) Anemia dapat disebabkan oleh kehilangan SDM yang baik dan sehat, yang
4) Adanya reaksi imunitas (otoimun) dari sistem imun seseorang terhadap sel
saja.
Zat besi merupakan micro elemen yang esensial bagi tubuh, yang sangat
diperlukan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin (Hb). Zat besi
juga diperlukan enzim sebagai penggiat. Zat besi lebih mudah diserap oleh usus
yang diatur oleh kadar Ferritin yang terdapat dalam sel-sel mukosa usus. Ekskresi
zat besi dilakukan melalui kulit, di dalam bagian-bagian tubuh yang aus dan
dilepaskan oleh permukaan tubuh yang jumlahnya sangat kecil sekali. Sedang
pada wanita ekskresi zat besi lebih banyak melalui menstruasi (Soekidjo
akibat defisiensi besi dalam gizi atau hilangnya darah secara lambat dan kronik.
kebutuhan akan zat besi atau kehilangan darah yang kronis (DeMaeyer, E.M,
1995:1).
Pada wanita terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah
yang keluar selama menstruasi sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi zat
besi.
Kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti
Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang
Faktor makanan
- Vitamin C
- PH rendah
2. Faktor yang menghambat penyerapan zat besi bukan heme;
- Polifenol
(Arisman,MB, 2004:149)
2004:145).
Anak akan tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit
kepala, iritabel. Mereka tidak tampak sakit karena perjalanan penyakitnya bersifat
menahun. Tampak pucat terutama pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan
dan dasar kuku, konjungtiva okular berwarna kebiruan atau putih mutiara. Jantung
agak membesar dan terdengar murmur sistolik yang fungsional (Rusepno Hassan
Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat besi yang
hilang melalui tinja, air kencing dan kulit. Kehilangan basal ini kira-kira 14 μg per
kilogram berat badan per hari, atau hampir sama dengan 0,9 mg zat besi pada laki-
laki dewasa dan 0,8 mg bagi wanita dewasa ( DeMaeyer, E.M, 1995:8).
Tabel 3
Kebutuhan zat besi dari 97,5 % individu berdasarkan zat besi yang
diterapkan, menurut usia dan jenis.
Usia/jenis kelamin μg/kg/hari mg/hari
usus halus, kemudian masuk ke dalam plasma darah. Selain itu, ada sejumlah zat
besi yang keluar dari tubuh bersama tinja. Didalam plasma berlangsung proses
turn over, yaitu sel-sel darah yang lama diganti dengan sel-sel darah baru. Jumlah
zat besi yang mengalami turn over setiap harinya kira-kira 35 mg, berasal dari
makanan, hemoglobin, dan sel-sel darah merah yang sudah tua yang diproses oleh
Cadangan besi disimpan dalam bentuk ferritin dan hemosiderin didalam hati atau
limpa.
Pengeluaran besi dari jaringan melalui kulit, saluran pencernaan, atau urine,
berjumlah 1 mg setiap harinya. Zat besi yang keluar melalui cara ini disebut
kehilangan besi basal (iron basal losses). Sedangkan pengeluaran besi melalui
(Emma, 1999:13).
Gambar 2
hemoglobin yang merupakan alat transport O2 yang diperlukan pada banyak reaksi
metabolic tubuh. Pada anak-anak sekolah telah ditunjukan adanya korelasi antara
kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan bahwa pada
kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun (Achmad Djaeni
, 2004:70).
2.1.3.7.2 Wanita :
- Menurunkan kebugaran.
bayinya.
Makanan yang adekuat. Sulfas ferosus 3x10 mg/kgbb/hari. Obat ini murah
dari kenaikan hitung retikulosit dan kenaikan kadar hemoglobin 1-2 gram
%/minggu. Disamping itu dapat pula diberikan preparat besi parental. Obat ini
lebih mahal harganya dan penyuntikannya harus intramuskular dalam atau ada
pula yang dapat diberikan secara intravena. Preparat besi parenteral hanya
Tranfusi darah diberikan bila kadar hemoglobin kurang dari 7 gram % dan
disertai dengan keadaan umum yang tidak baik, misalnya gagal jantung,
bronkopneumonia.
(umur) dalam tiap kapsul, diberikan 3 kapsul dengan selang waktu 1 jam,
semalam sebelumnya anak dipuasakan dan diberikan laksan setelah 1 jam kapsul
diberikan bila terdapat infeksi (Rusepno Hassan dan Husein Alatas, 2002:436).
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok (disamping anak usia pra
sekolah, anak usia sekolah, serta bayi) yang diprioritaskan dalam program
suplementasi. Dosis suplementatif yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua
tablet yang dimakan selama paruh kedua kehamilan karena pada saat tersebut
2.1.3.9.2 Pendidikan
Pemberian tablet zat besi ini dapat menimbulkan efek samping yang
mereka memerlukan tambahan zat besi. Agar mengerti, para wanita hamil harus
diberi pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat
anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah
memerlukan perlakuan pemberian tablet atau suntikan zat besi seperti pada wanita
hamil, namun tetap memerlukan pendidikan tentang bahaya anemia bagi dirinya,
Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui dua cara :
makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat
besi.
Fortifikasi makanan dengan zat besi secara teknis lebih sulit jika
dibandingkan dengan fortifikasi dengan zat lain, karena zat besi yang tersedia
Contohnya, garam ferrous yang dapat larut, ternyata sering mengubah warna
substansi lain.
gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung, dan
produk susu seperti susu formula bayi dan makanan sapihan (Arisman, M.B,
2004:151).
2.1.4 Belajar
2.1.4.1. Pengertian
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan
pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
mengalami perubahan dalam perilakunya. Perilaku dalam arti yang luas dapat
dalam segi kognitif, afektif dan dalam segi psikomotor (Bimo Walgito, 2004:168).
dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
siswa.
f) Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar diri
individu.
dipecahkan.
mempelajari sesuatu adalah lebih baik kalau pertama-tama kita pelajari dulu
materi atau bahan yang ada secara keseluruhan dan baru setelah itu dipelajari
dengan lebih seksama bagian-bagiannya. Tetapi untuk dapat melakukan hal ini,
keseluruhan.
maka kita harus mengerti apa yang kita pelajari itu. Tanpa pengertian, maka
usaha belajar kita akan menemui banyak kesulitan. Misalnya, dua orang
bahasa inggris, sedangkan orang yang kedua tidak dapat berbahasa inggris
maka bahan yang sama akan dihafalkan jauh lebih cepat oleh orang yang
pertama.
4. Pengetahuan akan prestasi sendiri : Kalau tiap kali kita dapat mengetahui hasil
akan prestasi sendiri atau umpan balik akan mempercepat kita dalam
mempelajari sesuatu.
kita lakukan sekarang. Pengaruh ini disebut transfer. Transfer dapat bersifat
positif, yaitu kalau hal yang lalu mempermudah proses belajar yang sekarang,
atau dapat juga bersifat negatif, yaitu kalau hal yang lalu justru mempersukar
menyebut yang satu cenderung untuk ingat kepada yang lain. Misalnya : ayah
jari yang sama digunakan secara tetap untuk mengetik huruf tertentu, tetapi
urutan huruf dan jaraknya bergantung pada apa yang sedang diketik.
4. Belajar Konseptual adalah gambaran mental secara umum dan abstrak tentang
Belajar tentang cita-cita dan sikap sedang diteliti dengan penuh perhatian.
Suatu masalah dunia yang besar adalah sulitnya orang-orang dari kebudayaan
yang berbeda memiliki saling pengertian antara yang satu dengan yang lainnya.
Masalah sikap antara lain berhubungan dengan masalah senang dan tidak
atau objek tertentu dalam situasi yang menyenangkan. Apabila kontak pertama
Pemecahan masalah dipandang oleh beberapa ahli sebagai tipe yang tertinggi
dari belajar karena respons tidak bergantung pada kemampuan manipulasi ide-ide
sendiri ke masa yang akan datang. Pemecahan masalah membutuhkan kreasi dan
adalah:
1) Mendengarkan
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di
apa yang guru (dosen) sampaikan. Menjadi pendengar yang baik dituntut dari
mereka. Di sela-sela ceramah itu, ada aktivitas mencatat hal-hal yang dianggap
penting.
2) Memandang
Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas
matalah yang memegang peranan penting. Tanpa mata tidak mungkin terjadi
aktivitas memandang dapat dilakukan. Orang buta pasti tidak dapat melihat. Maka
Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang dapat
belajar. Tentu saja aktivitas harus disadari oleh suatu tujuan. Dengan demikian,
semua aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan
Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas
isi ceramah, namun dia tidak bisa mengabaikan masalah mencatat hal-hal yang
pelajaran. Demikian juga dalam hal memilih pokok-pokok pikiran yang dianggap
penting. Hal ini disebabkan ilmu pengetahuan yang seseorang miliki berbeda-
5) Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar
di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca di sini tidak mesti menbaca buku
belaka, tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian,
catatan hasil belajar atau kuliah, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan
kebutuhan studi.
ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang dapat
membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk
membaca, pada hal-hal yang penting perlu diberi garis bawah. Hal ini sangat
membantu dalam usaha menemukan kembali materi itu dikemudian hari, bila
diperlukan.
ataupun bagan-bagan. Materi non verbal semacam ini sangat berguna bagi
gambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu
Bila pembicaraan ini memasalahkan penyusunan paper, maka hal ini berhubungan
erat dengan masalah tulis menulis. Penulisan yang baik sesuai dengan prosedur
ilmiah dituntut dalam penulisan paper ini. Penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar menurut ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
9) Mengingat
sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya. Perbuatan
dipunyai.
10) Berpikir
penemuan baru, setidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu,
Berpikir bukanlah sembarangan berpikir, tetapi ada taraf tertentu, dari taraf
dalam hal ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk
atau rumus Bahasa Inggris. Kemungkinan besar rumus-rumus itu akan mudah
optimal.
2.1.5 Prestasi Belajar
2.1.5.1 Pengertian
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1990:56).
2003).
Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri orang yang belajar maupun dari luar
1. Kesehatan
belajar.
2002 : 89).
Inteligensi dapat diukur dengan tes inteligensi, yang dapat
Scale for Children) untuk anak disamping Tes Binet Simon (Bimo
hubungan dan edukasi korelasi. Tes SPM terdiri atas 60 buah soal
Ratna M (1975).
dapat terjadi karena daya tarik dari luar dan juga datang dari
sanubari. Sedangkan motivasi adalah daya penggerak atau
suatu pekerjaan.
4. Cara belajar
yang kurang memuaskan. Cara belajar yang baik harus ada istirahat
1. Keluarga
tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, semuanya itu turut
2. Sekolah
3. Masyarakat
bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak
4. Lingkungan sekitar
Tes subjektif yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah
Kebaikan-kebaikannya :
5. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
Keburukan-keburukannya :
1. Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana
2. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang
5. Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang disajikan jauh lebih banyak
daripada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit
Kebaikan-kebaikannya :
mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya
unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
2. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci
Kelemahan-kelemahannya :
1. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena soalnya
kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
4. “Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
Anemia
Gambar 3
Kerangka Berfikir
2.3 Hipotesis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian
(Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79). Populasi pada penelitian ini adalah siswi SMP
3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 orang. Dalam penelitian ini teknik yang
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
1. Responden tidak menderita penyakit kronik dan perdarahan kronis, juga tidak
sedang menstruasi.
5. Responden tinggal di sekitar sekolah yang suasana lingkungan sosial dan fisik
3.3 Variabel
Variabel merupakan gajala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati
variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
Kerangka Konsep
Bakat, Penganggu
ariabel Minat dan
Motivasi, Cara belajar
Inteligensi, kesehatan,
menstruasi, penyakit
kronik, perdarahan
kronis, keluarga,
sekolah, masyarakat,
lingkungan sekitar.
Gambar 4
Kerangka Konsep
Keterangan
-------------- = dikendalikan
= tidak diteliti
3.4 Rancangan Penelitian
adalah dengan survei menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana data yang
tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-
gambar.
Data Primer
Data yang diperoleh dengan melihat nilai 4 mata pelajaran semester satu pada
rapot.
1. Penyusunan Proposal
saat diambil darah untuk diperiksa kadar hemoglobinnya siswi sedang menstruasi,
Analisis Univariate yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Pada umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan korelasi Spearman Rank yaitu
sumber data untuk kedua variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari
sumber yang tidak sama, jenis data yang dikorelasikan adalah ordinal (Sugiyono,
6∑ D 2
ρ = 1−
N ( N − 1)
Keterangan :
untuk memperoleh data rata-rata prestasi belajar dan teknik test kadar hemoglobin
diketahui bahwa dari 48 anggota sampel, kadar hemoglobin tertinggi adalah 14,25
hemoglobin darah responden adalah sekitar 12,2746 gram % dan standar deviasi
diketahui bahwa dari 48 anggota sampel, nilai tertinggi yang diperoleh siswi
adalah 30,90 dan nilai terendah adalah 21. Setelah dilakukan perhitungan,
diketahui bahwa rata-rata prestasi belajar responden adalah 24,9896 dan standar
responden. Dalam penyajian data ini akan diungkap tentang gambaran kadar
hemoglobin darah seluruh sampel penelitian, serta tingkat prestasi belajar yang
serta prosentase dari masing-masing data. Berikut ini adalah uraian penyajian data
untuk kedua variabel penelitian, yaitu kadar hemoglobin dan prestasi belajar.
responden, dapat diketahui bahwa kadar hemoglobin yang terendah adalah 9,00
gram %, sedangkan kadar hemoglobin tertinggi yang terdata adalah 14,25 gram
Tabel 4
Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, akan diperoleh visualisasi grafik sebagai
berikut:
Gambar 5
Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa dari seluruh
mempunyai gejala anemia, yang ditunjukkan dari kadar hemoglobin darah mereka
sampel penelitian adalah 12,27 gram %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Kondisi ini merupakan salah satu modal kesehatan yang utama bagi para siswa,
lebih tinggi.
Prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang yang dijadikan sebagai data dalam
penelitian ini diperoleh dari rata-rata nilai ulangan dari mata pelajaran
matematika, IPA, IPS dan Bahasa Inggris. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diperoleh, dapat diketahui bahwa nilai prestasi belajar terendah yang dicapai oleh
responden adalah 21 dan nilai tertinggi adalah 30,90. Penyajian data untuk
variabel prestasi belajar siswi akan diuraikan berikut ini dalam bentuk daftar
= 30,90 – 21 = 9,90
= 9,90 : 3 = 3,3
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar
Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, akan diperoleh visualisasi grafik sebagai
berikut:
Gambar 6
Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa dari seluruh
prestasi belajar pada kategori tinggi, 24 orang (50%) mempunyai nilai prestasi
belajar pada kategori sedang dan 20 orang (41,67%) mempunyai nilai prestasi
Rata-rata nilai prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang yang menjadi
anggota sampel penelitian adalah 24,9896. Rata-rata nilai prestasi belajar tersebut
angka acuan ketuntasan belajar, maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
Analisis pada tahap ini dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian yang
adanya arah yang berlawanan dan tanda + (positif) menunjukkan arah yang sama.
Untuk signifikansinya jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan jika
Tabel 6
Signifikansi
0,023. Oleh karena angka tersebut di bawah 0,05, maka Ho di tolak dan Ha di
terima, artinya ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar
adalah +0,329. Tanda ‘+’ menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar hemoglobin
(dalam batas normal) maka semakin tinggi prestasi belajar. Demikian sebaliknya,
4.4 Pembahasan
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara kadar hemoglobin
dokumentasi.
normal, maka siswi mempunyai modal kesehatan yang cukup baik untuk dapat
demikian, dari hasil penelitian menunjukkan masih ada sekitar 27% responden
Apabila kondisi seperti ini terus berlangsung, maka mereka akan mengalami
hambatan untuk melaksanakan proses belajar dan mengajar yang baik, karena
mendapatkan perhatian serius dari keluarga dan sekolah. Pihak sekolah hendaknya
berusaha untuk menanamkan pengertian dan pengetahuan kepada siswi dan
diperoleh keterangan bahwa rata-rata nilai prestasi belajar siswi (yang diperoleh
dari empat mata pelajaran: matematika, IPA, IPS dan Bahasa Inggris)
maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai responden masih di bawah target
ketuntasan belajar sebesar 6,50. Hal ini hendaknya menjadi catatan khusus bagi
sekolah dan guru, untuk dapat menyusun program akademik yang lebih baik.
Apabila dikaitkan dengan bidang penelitian ini, yaitu berkaitan dengan kadar
hemoglobin darah responden, kondisi ini dapat dimaklumi, karena masih cukup
belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang. Siswi yang kadar hemoglobinnya tinggi
(dalam batas normal), prestasi belajarnya lebih tinggi dari siswi yang kadar
seorang siswi. Bila seorang siswi mempunyai prestasi belajar rendah, padahal
hasil tes inteligensinya normal, maka dapat dilihat apakah siswi tersebut
menunjukkan gejala anemia, antara lain: lemah, lesu, mudah mengantuk, nafas
pendek. Bila seorang siswi menunjukkan gejala anemia maka cara mengatasinya
adalah dengan meminum vitamin penambah darah. Bila hasil tes inteligensinya
normal, dan tidak terlihat adanya gejala anemia, maka dapat ditelusuri penyebab-
hubungan antara kadar hemoglobin darah dengan prestasi belajar siswi. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metodologi seperti tercantum dalam bab III
tidak langsung yaitu bila kadar hemoglobin rendah, anak kurang mampu
tidak.
BAB V
Pada bab ini akan dijelaskan beberapa simpulan yang diperoleh dari
tujuan penelitian.
5.1. Simpulan
antara variabel kadar hemoglobin dan prestasi belajar, pada taraf signifikansi
0,05 diperoleh nilai probabilitas kurang dari 0,05, maka Ho ditolak yang artinya
ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi. Hubungan
yang terjadi pada kedua variabel bersifat positif. Semakin tinggi kadar
hemoglobin (dalam batas normal) maka prestasi belajar siswi pun semakin tinggi.
Dan sebaliknya, semakin rendah kadar hemoglobin darah siswi maka prestasi
belajar siswi pun semakin rendah. Besarnya koefisien korelasi di bawah 0,5 yang
5.2. Saran
beberapa saran terkait dengan tujuan dan manfaat penelitian, antara lain:
ditempuh misalnya dengan sosialisasi melalui mata pelajaran Olah Raga dan
kesehatan melalui mading berupa poster, artikel, leaflet dan petugas dari
3. Bagi orang tua siswi yang disampaikan melalui pertemuan orang tua,
nilai gizinya, terutama makanan yang mengandung zat besi, sehingga putri-
4. Bagi peneliti berikut yang akan melakukan penelitian yang sama tetapi dengan
Achmad Djaeni Sediaoetama. 2004. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid
II. Jakarta : Dian Rakyat
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati
Setiawan. Jakarta :EGC
I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Oemar Hamalik. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensindo
Oktia Woro KH. 1999. Pratikum dan Ketrampilan Pendidikan Kesehatan.
Semarang
Pearce, Evelyn C. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Terjemahan Sri
Yuliani Handoyo. Jakarta : Gramedia
Pusat Data dan Informasi Depkes. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan
Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten/ Kota Sehat.
Jakarta : Departemen Kesehatan R.I.
Rusepno Hassan dan Husein Alatas. 2002. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : Infomedika
Slamet Suyono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Sri Tiatri. 2003. Perbedaan Prestasi Belajar antara Mahasiswa yang bertipe
kepribadian introvert dan yang bertipe kepribadian ekstrovet.
Skripsi,Universitas Tarumanagara
: Rineka Cipta
Sugiyono. 2002. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Tri Ratna Murti. 1975. Hubungan antara Tingkat Inteligensi dengan Prestasi
Belajar. Skripsi.Universitas Gajah Mada Yogyakarta
Lampiran 1
1 3
2 5
3 4
4 6
5 4
6 6
7 4
8 5
9 5
10 5
11 5
12 5
13 5
14 5
15 6
16 3
17 5
18 3
19 4
20 5
21 7
22 4
23 7
24 5
25 5
26 6
27 5
28 4
29 3
30 4
31 5
32 4
33 4
34 6
35 4
36 6
37 5
NO NILAI TEST INTELIGENSI
38 4
39 3
40 3
41 6
42 7
43 7
44 7
45 5
46 7
47 7
48 7
49 5
50 6
51 7
52 7
53 5
54 7
55 6
56 4
57 7
58 6
59 4
60 6
61 6
62 7
63 4
64 6
65 4
66 6
67 6
68 6
69 3
70 7
Lampiran 2
DAFTAR KADAR HEMOGLOBIN SISWI
SMP NEGERI 25 SEMARANG
NO NILAI JUMLAH
Responden
MATEMATIKA IPA IPS B.INGGRIS NILAI
1 6,2 7,2 6 6 25,4
2 5,7 6,7 6,5 6,3 25,2
3 8,2 8 7,8 6,9 30,9
4 6 5,9 6 5,9 23,80
5 7,2 7,2 7 7,5 28,9
6 6,1 6,8 6,5 7,4 26,8
7 6,2 6,9 6,2 6,3 25,6
8 7 6,8 7,3 7,5 28,6
9 6,4 7,6 7,9 7,8 29,7
10 6,1 6,3 5,6 6,3 24,3
11 6 7,3 7 7,2 27,5
12 5,5 7,4 6,4 6,1 25,4
13 6 7 7 6 26
14 6 6 7 7 26
15 8 6 6 7 27
16 7 6 6 6 25
17 5 6 5 5 21
18 7 7 5 6 25
19 5 6 6 5 22
20 8 4 6 6 24
21 7 7 6 6 26
22 7 5 6 5 23
23 7 5 6 5 23
24 6 4 6 6 22
25 7 7 5 8 27
26 7 7 7 6 27
27 6 7 6 7 26
28 5 6 7 7 25
29 7 6 6 7 26
30 6 6 7 7 26
31 5 5 6 6 22
32 6 6 6 6 24
33 6 5 6 6 23
34 5 6 6 7 24
35 6 6 5 6 23
36 5 6 6 5 22
37 6 6 6 7 25
38 5 5 6 6 22
39 6 6 5 6 23
40 6 5 6 6 23
41 7 6 6 8 27
42 6 5 6 7 24
43 6 6 6 5 23
44 6 5 5 6 22
45 6 5 7 6 24
46 7 7 6 7 27
47 6 6 7 7 26
48 6 7 6 7 26
Lampiran 4
NO NAMA KELAS
1 SHERLY OCTAVIA 1A
2 BERTY SUHERMAN 1B
3 WINDAH PRAWITASARI 1B
4 MARGIYATUN 1C
5 SANDRA VIOLITA 1C
6 AULIA GARIN SETIALA 1D
7 INTI PAMUNGKAS SARI 1D
8 YUNITA CANCERIA ISWARANINGSIH 1D
9 ELISA YULIANI 1E
10 MEGA DESYANI 1E
11 RERE TUNJUNG SARI 1E
12 NUR AFIFAH 1F
13 JEVA ROSALINA SURYANI 2A
14 NORI PURBAYANTI 2A
15 NURAINI 2A
16 NUR AENI 2A
17 CHIKMATUN SILVIA FAMUNA 2B
18 SRI JUMARTI 2B
19 IASA KURNIASARI 2C
20 FRANSISKA DEWI EKAWATI 2D
21 YANGI AHERON 2D
22 SHINTA KUSUMA ASTUTI 2E
23 TRIANA SRIANINGSIH 2E
24 ZAKIYAH NUR LATIFAH 2F
25 FARA FATIMAH 3A
26 SAROFATIN 3A
27 SITI KAROMAH 3A
28 SRI LESTARI 3A
29 TRI UTAMI 3A
30 CITRA APRILIA 3B
31 KUS INDAH PURWANTI 3B
32 NUR FARIDA 3B
33 SUPRIATIN 3B
34 SUSILOWATI 3B
NAMA
NO KELAS
35 ANNISA AULYA 3C
36 FITRIA 3C
37 SIWI WIDIASTUTI 3C
38 UCI DARMA JUANDA 3C
39 SULISTIYO PRATIWI 3D
40 LESTARI 3D
41 WAHYUTI 3D
42 DYAH PRASETYOWATI 3D
43 MEI ITA SARI 3D
44 TRI YULIARTIKA 3E
45 EMY ZULAEKAH 3E
46 LUCKYTA SARI 3E
47 NURUL AINI 3E
48 RAYI AGUS BUDIARTI 3E
Lampiran 5
Frequencies
Statistics
Kadar Prestasi
Hemoglobin Belajar
N Valid 48 48
Missing 0 0
Mean 12.2746 24.9896
Std. Error of Mean .13585 .31838
Median 12.2750 25.0000
Mode 12.03a 26.00
Std. Deviation .94122 2.20582
Variance .88589 4.86563
Skewness -.636 .421
Std. Error of Skewness .343 .343
Kurtosis 2.304 -.029
Std. Error of Kurtosis .674 .674
Range 5.25 9.90
Minimum 9.00 21.00
Maximum 14.25 30.90
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Lampiran 6
Frequency Table
Kadar Hemoglobin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 9.00 1 2.1 2.1 2.1
10.37 1 2.1 2.1 4.2
10.95 1 2.1 2.1 6.3
11.01 1 2.1 2.1 8.3
11.26 1 2.1 2.1 10.4
11.33 1 2.1 2.1 12.5
11.38 1 2.1 2.1 14.6
11.40 1 2.1 2.1 16.7
11.51 1 2.1 2.1 18.8
11.74 1 2.1 2.1 20.8
11.82 1 2.1 2.1 22.9
11.87 1 2.1 2.1 25.0
11.90 1 2.1 2.1 27.1
12.01 1 2.1 2.1 29.2
12.03 2 4.2 4.2 33.3
12.06 1 2.1 2.1 35.4
12.08 2 4.2 4.2 39.6
12.11 1 2.1 2.1 41.7
12.15 1 2.1 2.1 43.8
12.20 1 2.1 2.1 45.8
12.24 1 2.1 2.1 47.9
12.26 1 2.1 2.1 50.0
12.29 1 2.1 2.1 52.1
12.30 1 2.1 2.1 54.2
12.31 1 2.1 2.1 56.3
12.34 1 2.1 2.1 58.3
12.38 1 2.1 2.1 60.4
12.43 1 2.1 2.1 62.5
12.44 1 2.1 2.1 64.6
12.45 1 2.1 2.1 66.7
12.47 1 2.1 2.1 68.8
12.65 1 2.1 2.1 70.8
12.68 1 2.1 2.1 72.9
12.70 1 2.1 2.1 75.0
12.72 1 2.1 2.1 77.1
12.73 1 2.1 2.1 79.2
12.93 1 2.1 2.1 81.2
13.13 1 2.1 2.1 83.3
13.22 1 2.1 2.1 85.4
13.49 1 2.1 2.1 87.5
13.54 1 2.1 2.1 89.6
13.59 1 2.1 2.1 91.7
13.64 1 2.1 2.1 93.7
13.70 1 2.1 2.1 95.8
14.01 1 2.1 2.1 97.9
14.25 1 2.1 2.1 100.0
Total 48 100.0 100.0
Prestasi Belajar
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 21.00 1 2.1 2.1 2.1
22.00 6 12.5 12.5 14.6
23.00 7 14.6 14.6 29.2
23.80 1 2.1 2.1 31.3
24.00 5 10.4 10.4 41.7
24.30 1 2.1 2.1 43.8
25.00 4 8.3 8.3 52.1
25.20 1 2.1 2.1 54.2
25.40 1 2.1 2.1 56.3
25.60 1 2.1 2.1 58.3
25.80 1 2.1 2.1 60.4
26.00 8 16.7 16.7 77.1
26.80 1 2.1 2.1 79.2
27.00 5 10.4 10.4 89.6
27.50 1 2.1 2.1 91.7
28.60 1 2.1 2.1 93.8
28.90 1 2.1 2.1 95.8
29.70 1 2.1 2.1 97.9
30.90 1 2.1 2.1 100.0
Total 48 100.0 100.0
Lampiran 7
Histogram
Kadar Hemoglobin
16
14
12
10
4
Frequency
0 N = 48.00
9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00
9.50 10.50 11.50 12.50 13.50 14.50
Kadar Hemoglobin
Prestasi Belajar
12
10
4
Frequency
0 N = 48.00
21.0 23.0 25.0 27.0 29.0 31.0
22.0 24.0 26.0 28.0 30.0
Prestasi Belajar
Lampiran 8
Nonparametric Correlations
Correlations
Kadar Prestasi
Hemoglobin Belajar
Spearman's rho Kadar Hemoglobin Correlation Coefficient 1.000 .329*
Sig. (2-tailed) . .023
N 48 48
Prestasi Belajar Correlation Coefficient .329* 1.000
Sig. (2-tailed) .023 .
N 48 48
*. Correlation is significant at the .05 level (2-tailed).
Lampiran 17
¾ Afinitas : daya tarik kimiawi antara 2 zat misal; oksigen dan hemoglobin.
¾ Derivat Porfirin : zat atau senyawa organik yang peka cahaya dan membentuk
terlihat pada sel darah merah yang kadar hemoglobinnya menurun atau
yang terbentuk dari hemoglobin setelah terpajan oleh gas alveoli dalam paru-
paru.
¾ Peptida : senyawa dengan berat molekul rendah yang menghasilkan dua asam
¾ Polipeptida : peptida yang mengandung lebih dari dua asam amino yang
¾ RNA : Ribonucleid Acid ( asam nukeat yang ditemukan dalam semua sel
hidup.
¾ Retikulosit : sel darah merah muda yang bersirkulasi yang masih mengandung
sisa-sisa dan retikulum endoplasmic yang terdapat dalam sel saat tersebut