Anda di halaman 1dari 115

EKSPRESI WAJAH DALAM KARYA

SENI UKIR KAYU

PROYEK STUDI

Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Jurusan Seni Rupa

Disusun oleh:
Nama : Siska Wahyu Susanti
NIM : 2414000035
Program Studi : Pendidikan Seni Rupa
Jurusan : Seni Rupa

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
HALAMAN PENGESAHAN

Proyek studi ini telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian

proyek studi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Sabtu

Tanggal : 27 Agustus 2005

Panitia Ujian Proyek Studi

Ketua Sekretaris

Drs. Nur Rokhmat Drs. Syakir, M.Sn


NIP. 130604160 NIP. 132059065

Penguji I

Drs. Triyanto, M.A


NIP. 131281218

Dosen Pembimbing I/Penguji III Dosen Pembimbing II/Penguji II

Drs. Syafi’i, M.Pd Drs. Onang Murtiyoso, M.Sn


NIP. 131472572 NIP. 132046854
SARI

Siska Wahyu Susanti. 2005. Ekspresi Wajah dalam Karya Seni Ukir Kayu.
Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang. i-xiii. 101 hal.

Subjek pilihan dalam karya seni rupa begitu banyak macamnya, khususnya
dalam bidang seni ukir kayu. Subjek-subjek pilihan dapat berupa motif manusia,
flora dan fauna. Oleh karena itu penulis tertarik dengan salah satu motif manusia,
yaitu khususnya bentuk-bentuk ekspresi wajah manusia. Karya seni ukir yang
dibuat pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu seni ukir terapan dan non
terapan. Seni ukir terapan adalah seni ukir yang dibuat untuk kepentingan teknis
praktis langsung, yang artinya digunakan secara teknis oleh manusia, misalnya
meja, kursi, almari. Sedangkan seni ukir non terapan adalah seni ukir yang tidak
memiliki nilai guna teknis, tetapi sekedar sebagai hiasan saja, yang kesemuanya
memiliki nilai estetis dan artistik. Nilai estetis karya seni adalah nilai seni yang
sudah ada pada benda tersebut, atau dengan kata lain nilai estetis tersebut melekat
pada benda tersebut, sedangkan nilai artistik karya seni adalah nilai seni yang
terkandung di karya seni karena sudah ada campur tangan manusia dalam
pembuatannya. Nilai estetis seni ukir meliputi bahan yang berupa kayu, serat
kayu, dan warna kayu. Sedangkan nilai artistik seni ukir dalam ukiran, meliputi
kerumitan ukir-ukiran, tinggi rendah ukiran dan motif-motifnya.
Wajah mewakili jiwa yaitu mengungkapkan ekspresi tertawa, sedih,
mengejek, melotot, geregetan, marah, sinis, terdiam, genit. Hal tersebut sangat
menarik untuk dijadikan judul karya seni ukir yang bersifat kreatif dengan
pertimbangan nilai artistik. Judul yang akan penulis angkat adalah “Ekspresi
Wajah dalam Karya Seni Ukir Kayu”. Adapun alasan pemilihan jenis karya ukir
kayu sebagai proyek studi adalah memvisualkan serat, tekstur, dan warna kayu
jati, bahan kayu jati relatif mudah dikerjakan atau di ukir, dan penulis ingin
memvisualkan ekspresi wajah manusia secara artistik melalui bahan kayu jati
karena bentuk wajah manusia unik dan menarik. Selain bahan mudah didapat,
teknik pembuatannya mudah, karya ukir kayu dapat digunakan sebagai benda hias
untuk kepentingan estetis. Pada saat melakukan proses berkarya, penulis
menggayakan dan menata dari unsur-unsur visual yang terdapat pada wajah
manusia, mulai dari mulut, bibir, gigi, lidah, hidung, pipi, mata, alis, dahi, dagu,
telinga, jambang, dan rambut. Tujuan pembuatan karya seni ukir kayu dengan
judul “Ekspresi Wajah dalam Karya Seni Ukir Kayu” adalah untuk memvisualkan
ekspresi wajah manusia dalam karya seni ukir kayu sebagai salah satu alternatif
penciptaan benda hias untuk kepentingan estetis.
Bahan utama yang digunakan untuk membuat karya ukir tersebut adalah
kayu jati. Kayu tersebut termasuk jenis kayu jati sungu, seratnya padat, dan
berwarna kecoklat-coklatan, dengan ukuran panjang antara 40-55 cm, lebar antara
28-53 cm, ketebalan 3 cm. Bahan pendukung yang digunakan adalah melamine
dan teak oil. Dalam membuat karya ukir tersebut, penulis menggunakan alat
utama dan alat bantu. Alat utamanya adalah pahat dan palu kayu. Pahat terdiri dari
pahat penyilat, penguku, kol, dan pengot. Sedangkan alat bantunya adalah chisel,
gergaji bobok, pensil, kompresor, spray gun/alat semprot, kuas, ampelas, batu
asahan, dan bor. Langkah-langkah yang ditempuh dalam mengukir kayu adalah
mendesain, mboboki/ngrawangi, memahat, pengampelasan, finishing
(penyelesaian akhir), langkah selanjutnya adalah pengemasan, yaitu dengan cara
memberi pigura pada ukiran kayu.
Secara visual, unsur-unsur rupa yang digunakan adalah garis-garis
lengkung, raut-raut geometris dan organis, warna diperoleh dari kombinasi bahan
finishing melamine dan teak oil, dan tekstur yang digunakan adalah tekstur taktil,
yaitu tekstur yang tidak hanya dapat dilihat dengan mata, tetapi juga dapat
dirasakan dengan rabaan tangan. Sedangkan prinsip-prinsip desain yang
digunakan, antara lain: irama flowing, keseimbangannya asimetris dan simetris,
dominasi terdapat pada bagian wajah yang meliputi mulut, mata, alis, rambut, dan
unity atau kesatuan diperoleh dari perpaduan unsur-unsur rupa dan prinsip-prinsip
desain yang terdapat pada karya.
Karya seni tersebut, termasuk karya seni ukir non terapan. Digunakan
sebagai salah satu alternatif penciptaan benda hias untuk kepentingan estetis.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“Kemajuan bukan hanya memperbaiki masa lalu, tapi juga bergerak menuju masa
depan “.

(Kahlil Gibran)

PERSEMBAHAN:

Proyek studi ini kupersembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibuku tercinta

2. Adikku Tiwik dan Anton tersayang

3. Mas Aji_ku tercinta dan keluarga besarnya

di Magelang

4. Sahabatku Iin, Esti, Oon, Muclis, Jenggot,


Alip, I’eng, Boim, Mas Dian, Payno,

Apeck, Eko, Kang Mul, Poctry, Lia, Iyan

dan histi

5. Para pembaca yang budiman


PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan

limpahan rahmat, taufik, dan hidayahNya proyek studi ini dapat terwujud.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian proyek studi yang

berjudul “Ekspresi Wajah dalam Karya Seni Ukir Kayu” ini dapat terlaksana

karena berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Dr. A.T. Soegito, SH, M.M., Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan segala fasilitas selama kuliah,

2. Bapak Prof. Dr. Rustono, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah

membantu kelancaran administrasi,

3. Ibu Dr. Sri Iswidayati, M.Hum., Ketua Jurusan Seni Rupa yang telah

membantu kelancaran administrasi serta memberikan dorongan moril selama

menempuh pendidikan di Jurusan Seni Rupa,

4. Bapak Muh. Ibnan Syarif, S.Pd, M.Sn, Dosen Wali yang telah membimbing

selama menempuh pendidikan di Seni Rupa,

5. Bapak Drs. Syafi’i, M.Pd, Dosen Pembimbing pertama yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan proyek studi dan penulisan

laporan ini,
6. Bapak Drs Onang Murtiyoso, M.Sn, Dosen Pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan proyek studi dan

penulisan laporan ini,

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Seni Rupa yang telah mendidik, memberikan

pengetahuan dan keterampilan sehingga penulis dapat menyelesaiakan proyek

studi ini,

8. Bapakku Sunaryono, Ibuku Rindyah Sumyarwati, adikku Tiwik, dan Anton

serta saudara-saudaraku yang telah mendorong dan memberiku semangat

hidup,

9. Semua pihak yang telah membantuku yang tidak dapat kami sebutkan satu

persatu.

Tidak ada kata lain yang dapat penulis ucapkan kecuali ungkapan doa,

semoga Allah SWT menerima amal baik pihak-pihak yang tersebut di atas dan

membalas mereka dengan pahala yang berlipat ganda.

Penulis tetap mengharapkan kritik ataupun saran yang membangun dari

para pembaca dan berharap semoga proyek studi ini bermanfaat bagi penulis

pribadi dan pembaca.

Semarang, 27 Agustus 2005

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

SARI ............................................................................................................ iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

PRAKATA ................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

DAFTAR FOTO ........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang pemilihan Tema .................................................. 1

1. Alasan Pemilihan Judul .......................................................... 1

2. Alasan Pemilihan jenis Karya ................................................. 3

B. Tujuan Pembuatan Proyek Studi .................................................. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

B. Ekspresi Wajah............................................................................ 5

C. Seni ............................................................................................. 7

D. Seni Ukir ..................................................................................... 8

E. Jenis-jenis Ukiran ........................................................................ 11

F. Struktur Visual dalam Karya Seni Ukir ........................................ 14

BAB III. METODE BERKARYA

A. Pemilihan Bahan dan Alat ........................................................... 20

B. Teknik Berkarya .......................................................................... 29


BAB IV. DESKRIPSI DAN ANALISIS KARYA

Karya I .............................................................................................. 33

Karya II ............................................................................................. 37

Karya III ........................................................................................... 41

Karya IV ........................................................................................... 45

Karya V ............................................................................................ 49

Karya VI ........................................................................................... 53

Karya VII .......................................................................................... 57

Karya VIII ......................................................................................... 61

Karya IX ........................................................................................... 65

Karya X ............................................................................................ 69

Karya XI ........................................................................................... 73

Karya XII .......................................................................................... 77

Karya XIII ......................................................................................... 81

Karya XIV ........................................................................................ 85

Karya XV .......................................................................................... 89

Karya XVI ........................................................................................ 93

BAB V. PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................... 97

B. Saran .......................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 100

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 102


DAFTAR FOTO

Foto III.1. Melamine ..........................................................................................21

Foto III.2. Teak oil, Kuas ...................................................................................21

Foto III.3. Pahat Ukir Kayu ................................................................................22

Foto III.4. Palu Kayu .........................................................................................24

Foto III.5. Chisel ................................................................................................25

Foto III.6. Gergaji Bobok ...................................................................................26

Foto III.7. Pensil, Cutter ....................................................................................26

Foto III.8. Batu Asahan ......................................................................................27

Foto III. 9. Ampelas ...........................................................................................27

Foto III.10. Kompresor ......................................................................................28

Foto III.11. Spray Gun/Alat Semprot .................................................................28

Foto III.12. Bor ..................................................................................................29

Foto IV.1. Karya I..............................................................................................33

Foto IV.2. Karya II ............................................................................................37

Foto IV.3. Karya III ...........................................................................................41

Foto IV.4. Karya IV ...........................................................................................45

Foto IV.5. Karya V ............................................................................................49

Foto IV.6. Karya VI. ..........................................................................................53

Foto IV.7. Karya VII..........................................................................................57

Foto IV.8. Karya VIII ........................................................................................61

Foto IV.9. Karya IX ...........................................................................................65

Foto IV.10. Karya X ..........................................................................................69


Foto IV.11. Karya XI .........................................................................................73

Foto IV.12. Karya XII........................................................................................77

Foto IV.13. Karya XII........................................................................................81

Foto IV.14. Karya IV .........................................................................................85

Foto IV.15. Karya V ..........................................................................................89

Foto IV.16. Karya VI .........................................................................................93


DAFTAR GAMBAR

Gambar Bagian-Bagian Pahat ...........................................................................23


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Biodata Penulis ....................................................................... 103

Lampiran B. Pra Desain ............................................................................... 105

Lampiran C. Desain ..................................................................................... 122


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemilihan Tema

1. Alasan Pemilihan Judul

Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karena

diberi kemampuan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Kemampuan lebih tersebut tampak pada pikiran, perasaan, emosi dan daya

cipta. Untuk dapat melangsungkan dan meningkatkan taraf hidupnya,

manusia harus memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Triyanto (1994:

169), aneka kebutuhan hidup manusia secara sederhana dapat digolongkan

menjadi tiga macam, yaitu: (1) kebutuhan primer, adalah kebutuhan yang

kemunculannya bersumber dari aspek-aspek biologis atau yang mendasar

untuk tetap dapat berfungsi atau hidup terus; (2) kebutuhan sekunder, adalah

kebutuhan yang berkaitan dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial;

(3) kebutuhan integratif, yaitu kebutuhan yang berkenaan dengan hakikat

manusia sebagai makhluk pemikir, bermoral serta bercita rasa. Kesenian

dapat digolongkan dalam jenis kebutuhan integratif, yakni suatu jenis

kebutuhan yang bertalian dengan pengungkapan rasa keindahan, adalah

sebuah gejala yang bersifat universal dan tidak mengenal status, waktu, serta

tempat. Karena hal-hal berupa keindahan itu menyenangkan.

Seorang seniman berusaha mengungkapkan ide-ide atau gagasannya

secara visual ke dalam karya seni. Dengan demikian karya seni sangat erat

hubungannya dengan nilai rasa yang terkandung dalam kejiwaan seseorang.

Dapat juga dikatakan bahwa karya seni merupakan refleksi batin seorang
seniman. Dengan berkarya seni, seseorang dapat memperoleh suatu

kenikmatan sebagai akibat dari refleksi perasaan terhadap stimulus yang

diterimanya (Sudarmaji, 1979: 23).

Dalam kehidupannya, manusia berperan sebagai makhluk individu

maupun sosial. Peran manusia sebagai makhluk individu, khususnya dalam

berkreasi memiliki kebebasan dalam menuangkan ide dan gagasan.

Sedangkan sebagai makhluk sosial dalam berkreasi harus

mempertimbangkan sistem nilai, norma, dan adat istiadat yang berlaku di

masyarakat. Oleh karena itu seorang kriyawan dalam berekspresi juga akan

memperhatikan subjek-subjek yang menjadi pilihannya.

Subjek pilihan dalam karya seni rupa begitu banyak macamnya,

khususnya dalam bidang seni ukir kayu, subjek-subjek pilihannya dapat

berupa motif manusia, flora dan fauna, seperti yang diungkapkan oleh

(Tukiyo dan Sukarman, 1981: 3). Subjek dalam karya seni rupa khususnya

seni ukir kayu antara lain figur manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, non

figuratif atau figur-figur khayali seniman itu sendiri. Oleh karena itu penulis

tertarik dengan salah satu motif manusia, yaitu khususnya bentuk-bentuk

ekspresi wajah manusia.

Karya seni ukir banyak tersebar di daerah-daerah Indonesia, antara

lain: Jepara, Bali, Pekalongan, Cirebon, Surakarta, Yogyakarta, Madura.

Karya seni ukir yang dibuat pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu seni

ukir terapan dan non terapan. Seni ukir terapan adalah seni ukir yang dibuat

untuk kepentingan teknis praktis langsung, yang artinya digunakan secara

teknis oleh manusia, misalnya meja, kursi, almari. Sedangkan seni ukir non

terapan adalah seni ukir yang tidak memiliki nilai guna teknis, tetapi sekadar
sebagai hiasan saja, yang kesemuanya memiliki nilai estetis dan artistik.

Nilai estetis karya seni adalah nilai seni yang secara alami sudah ada pada

benda tersebut, atau dengan kata lain nilai estetis tersebut melekat pada

benda tersebut, sedangkan nilai artistik karya seni yaitu nilai seni yang

terkandung di karya seni karena sudah ada campur tangan manusia dalam

pembuatannya. Nilai etetis seni ukir meliputi bahan yang berupa kayu, serat

kayu, dan warna kayu. Sedangkan nilai artistik seni ukir dalam ukiran,

meliputi kerumitan ukir-ukiran, tinggi rendah ukiran dan motif-motifnya.

Berkarya seni merupakan pengungkapan ekspresi yang berhubungan

dengan aspek emosi atau perasaan. Wajah mewakili jiwa yaitu

mengungkapkan ekspresi tertawa, sedih, mengejek, melotot, geregetan,

marah, sinis, terdiam, genit.

Hal tersebut sangat menarik untuk dijadikan judul karya seni ukir

yang bersifat kreatif dengan pertimbangan nilai artistik. Judul yang akan

penulis angkat adalah “Ekspresi Wajah dalam Karya Seni Ukir Kayu”.

2. Alasan Pemilihan Jenis Karya

Seni ukir merupakan salah satu cabang dari seni rupa. Karya seni

adalah suatu hasil pernyataan batin atau ungkapan jiwa seseorang yang

mengandung maksud tertentu, jadi menetapkan karya seni merupakan

ungkapan jiwa yang tentunya selalu kreatif atau bersifat baru, bukan hasil

jiplakan atau tiruan dari karya lain. Kreatif dalam hal ini adalah yang

tadinya tidak ada atau belum ada menjadi suatu yang benar-benar ada

(Bastomi, 1992: 6).


Adapun alasan pemilihan jenis karya ukir kayu sebagai proyek studi

adalah:

1) Mendalami, melestarikan, dan menambah corak baru yang belum pernah

ada dengan memilih figur manusia, khususnya ekspresi wajah sebagai

inspirasi gagasan ke dalam karya seni ukir.

2) Memvisualkan bentuk wajah manusia melalui bahan kayu jati karena

bentuk wajah manusia unik dan menarik.

Selain alasan yang tersebut di atas, karya seni ukir kayu dapat

digunakan sebagai benda hias untuk kepentingan estetis. Pada saat

melakukan proses berkarya, penulis menggayakan dan menata dari unsur-

unsur visual yang terdapat pada wajah manusia, mulai dari mulut, bibir,

gigi, lidah, hidung, pipi, mata, alis, dahi, dagu, telinga, jenggot, dan rambut.

Sehingga membentuk ukiran yang baru sesuai dengan gaya dan ketrampilan

mengukir penulis.

B. Tujuan Pembuatan Proyek Studi

Tujuan pembuatan karya seni ukir kayu dengan judul “Ekspresi Wajah

dalam Karya Seni Ukir Kayu” adalah:

1. Untuk menyelesaikan studi guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan.

2. Mengembangkan ide ke dalam karya seni ukir kayu.

3. Memvisualkan ekspresi wajah manusia dalam karya seni ukir kayu sebagai

salah satu alternatif penciptaan benda hias untuk kepentingan estetis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekspresi Wajah

Perasaan dan emosi pada umumnya disifatkan sebagai keadaan (state)

yang ada pada individu atau organisme pada sesuatu waktu. Misal seseorang

merasa sedih, senang, takut, marah ataupun gejala-gejala yang lain setelah

melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu. Dengan kata lain perasaan dan

emosi disifatkan sebagai akibat adanya peristiwa atau persepsi yang dialami

oleh organisme. Pada umumnya peristiwa atau keadaan tersebut menimbulkan

kegoncangan-kegoncangan dalam diri organisme yang bersangkutan (Walgito,

1992: 155).

Wajah merupakan tanda yang selalu membuat kita tahu apakah itu

tersenyum, tertawa, marah, suka, atau dengki dan tanda itu bukan sesuatu yang

tersembunyi. Tanda itu secara tersurat berada di depan dan selalu saja

mengurat karena pengaruh usia dan kenyataan (Susanto, 2003: 5). Ada hidung,

mulut, pori-pori, mata, alis, rambut, yang kerap menjadikan jembatan untuk

menyampaikan sejumlah keinginan atau rasa.

Wajah adalah topeng dengan setumpuk penampilan (Susanto, 2003: 5).

Wajah juga memiliki keinginan namun juga dapat berlaku melawan atas

keinginan kita. Jadi wajah yang jelas adalah alat ekspresi kita yang berlaku

semena-mena dan dapat bertindak tutur tentang segala hal.


Perubahan-perubahan seketika yang terjadi pada muka akibat faktor

psikologis, sebagai contoh perubahan tersebut adalah pada waktu orang

tersenyum diakibatkan otot risorius pada pipi menarik sudut mulut ke atas dan

jadilah bentuk bibir bagaikan bulan sabit telentang ke atas. Demikian juga pada

saat seseorang menangis, sedih dan sendu karena levator nasi et labii

(pengungkit hidung dan bagian atas) mengungkit hidung ke atas serta bibir

bagian ataspun tertarik. Akibatnya mulut kelihatan meringis terkesan bibir

bagaikan bulan sabit menelungkup. Di samping itu, membuka atau

menutupnya mulut tatkala mengunyah, berbicara, menguap dan gerakan ke atas

lainnya. Yang bergerak sebenarnya rahang bawah sedangkan rahang atas diam

tidak bergerak. Tetapi moncongnya bibir ke depan atau menjebir bukanlah

karena gerakan rahang tetapi karena gerak otot di sekitar bibir itu. Demikian

pula kalau seseorang membuka dan menutupkan mata, ketika melotot,

mengantuk, terpejam, mengedipkan bibir mata yang bergerak itu adalah

kelopak mata bagian atas. Padahal kelopak mata bagian bawah tidak bergerak.

Ada ungkapan bahwa perubahan mata sebagai cerminan perasaan

seseorang. Mata akan mengerut jika tertawa dan membesar bila ketakutan.

Atau kelopak mata membesar seakan bola mata kelihatan mengecil bila marah.

Terbelalaknya mata mencerminkan rasa kagum hingga terperanjat disertai alis

berkerut. Juga rasa terkejut, melongo, terpesona akan tergambar pada sikap

mata berikut alis dan gerakan mata berikut alis itu akan disertai pula oleh gerak

mulut dan kerutan-kerutan dahi. Itulah beberapa contoh dari perubahan-

perubahan yang terjadi pada wajah seseorang.


Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan ekspresi wajah adalah

gerak atau mimik wajah seseorang yang berubah-ubah dalam emosi tertentu

baik itu senang, sedih, gembira, sakit, susah, tertawa, murung, terkejut dengan

disertai berubahnya otot-otot wajah.

Karya seni ukir ini menggambarkan orang yang sedang tertawa,

gregeten, marah, sendu, ngakak, senyum, menangis, terdiam, genit, melotot,

mengejek, sinis, dan merengek, yang terpengaruh oleh benda atau makhluk

hidup yang ada di sekitarnya.

B. Seni

Istilah seni, pada dasarnya lebih cenderung diartikan sebagai sesuatu hal

yang bernilai indah. Keindahan akan terwujud bilamana subyek memiliki

perasaan indah dan objek memiliki keindahan. Kata “seni” berasal dari bahasa

Belanda “genie” yang berarti genius atau pandai. Dalam tinjauan seni,

Soedarso (1976: 2) mengemukakan bahwa definisi seni yang paling bersahaja

adalah produk keindahan, yaitu usaha manusia untuk menciptakan yang indah-

indah yang mendapatkan kenikmatan. Berkaitan dengan ini, Wojowasito dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1972: 27) menerangkan bahwa “kesenian”

adalah hasil kepandaian mengadakan sesuatu yang indah.

Berpijak pendapat di atas, sesuatu yang indah akan mendatangkan

kenikmatan. Manusia memperoleh kenikmatan lewat perantara indera

penglihatan, pendengaran, dan peraba. Sedangkan menurut Rondhi dan

Sumartono (2002: 4) seni adalah sebuah kata yang memiliki makna ganda

sebab, kata tersebut mengandung banyak arti. Pertama, ‘seni’ berarti halus,
kecil, atau njlimet, kedua, ‘seni’ berarti kencing, dan ketiga ‘seni’ berarti indah.

Karya seni kerajinan pada umumnya memang berhubungan dengan kehalusan,

kerumitan dan kerapian. Namun seni lainnya misalnya seni primitif atau seni

modern tidak selalu menunjukkan adanya sifat-sifat itu. Karya seni primitif

umumnya kasar, sederhana, dan ekspresif. Demikian pula karya seni modern,

meskipun secara teknis lebih baik disbanding seni primitif namun

perwujudannya tetap saja ada yang kasar, spontan, dan spontan. Karya seni

nampaknya memang tidak harus halus, rumit, atau njlimet, tetapi saja kasar,

sederhana dan spontan.

Kata ‘seni’ dalam konteks ini tentu saja bukan seni dalam arti ‘kencing’,

‘kecil’ atau ‘halus’, tetapi seni dalam pengertian suatu ‘keahlian’ dalam hal

membuat sesuatu yang bernilai estetis dan berdaya guna. ‘Seni’ dalam hal ini

merupakan istilah atau konsep yang artinya sama dengan kata ‘art’ dalam

bahasa inggris.

Seni atau kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia atau masyarakat terhadap nilai-

nilai keindahan. Bersama-sama dengan unsur kebudayaan yang lain, seni

memiliki fungsi penting dalam kehidupan manusia. Kebudayaan baik sebagai

sistem gagasan, sistem perilaku maupun hasilnya merupakan sesuatu yang

sangat berguna bagi manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya.

C. Seni Ukir

Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari seni, baik disadari maupun

tidak misalnya: cara berpakaian atau mempercantik diri, kegiatan ini dilakukan
untuk mempermudah supaya dapat dinikmati oleh orang lain yang

mengamatinya. Seni selalu berada di tengah-tengah lapisan masyarakat tanpa

memandang perbedaan status, waktu maupun tempat. Dalam pegertian dari

kalangan atas atau kalangan bawah, dari zaman primitif hingga zaman modern,

seni senantiasa hadir dalam berbagai bentuknya.

Kata “ukir” dalam bahasa Inggris “carving” yang berarti ukiran. Kata

pahatan atau mengukir kayu dapat persamaan bahasa woodcarving. Pada

pekerjaan carve, bagian bahan yang tidak diperlukan akan dibuang, seperti

halnya kalau kita bekerja dengan batu atau marmer, untuk memperoleh bentuk

yang dikehendaki (Sahman, 1993: 79). Tujuan untuk mengurangi atau

membuang bagian yang tidak diperlukan yaitu untuk membentuk ornamen

sesuai dengan gagasan seniman sehingga menimbulkan artistik dalam ukiran

tersebut.

Ukiran kayu adalah hasil suatu gambaran yang dilaksanakan dengan alat-

alat pahat kayu, sehingga permukaan yang asal mulanya rata menjadi tidak rata

(kruwikan dan buledan), (Syafi’i dan Rohidi, 1987: 6).

Ciri utama ukiran adalah bentuk permukaan yang tadinya rata menjadi

tidak rata, setelah mengalami proses pengurangan terdapat tonjolan motif yang

mempunyai kedalaman bervariasi dan akan menimbulkan nilai artistik bagi

yang menikmati.

Seni ukir sebagai bagian seni rupa seringkali diklasifikasikan ke dalam

seni kerajinan atau kriya. Menurut kata harafiahnya, kerajinan dilahirkan oleh

sifat rajin manusia. Tetapi titik berat perbuatan manusia bukan dikarenakan
sifat rajin, tetap lahir dari sifat terampil atau keprigelan tangan. Kata lain dari

seni kerajinan adalah seni kria atau kriya hasta yang dalam bahasa asing

handycraft (Kusnadi, 1982: 11).

Menurut Soedarso (1990: 15) kerajinan sebagai cabang seni rupa, dalam

penciptaannya memerlukan kekriyaan (craftmanship) yang tinggi sehingga

menjadikan si seniman tidak sempat untuk berekspresi secara bebas. Konsep

ini semakna dengan craft, yaitu suatu cabang seni yang dipandang lebih

mengutamakan keterampilan tangan daripada ekspresi.

Menurut Bastomi (1982: 65) seni kerajinan selalu dilakukan dengan

tangan, artinya tanpa menggunakan alat seperti mesin, sehingga hasil seni kriya

tidak ada yang sama betul antara satu dengan lainnya, melainkan hanya sejenis

mirip saja. Kata seni pada seni kriya mengungkapkan tentang aktivitas

mencipta (creative activity) dalam arti bahwa seni kriya kayu bukan semata-

mata tiruan, baik tiruan dari alam ataupun tiruan dari benda-benda lain, tetapi

mempunyai nilai cipta baru dan original (asli). Menurut Herbert Ready (dalam

Bastomi 1982) seni selalu mengandung cipta (creativity) ekspresi dan

ungkapan perasaan.

Berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian seni ukir

adalah salah satu jenis karya seni rupa yang pembentukannya diperoleh melalui

teknik goresan, cukilan atau pahatan dengan menggunakan berbagai media,

antara lain: batu, logam, dan kayu. Sedang yang dimaksud ukiran kayu adalah

ukiran yang dibuat dengan media kayu dengan cara memahat berupa ragam

hias atau ornamen dengan menggunakan alat yang disebut pahat.


Seni ukir telah kita jumpai sejak zaman pra sejarah sampai dengan

sekarang, sehingga dapat kita kenal seni ukir primitif, klasik dan modern

(Pemda Dati II Jepara 1979: 6-33).

Seni ukir (primitif) adalah seni ukir yang dibuat pada masa primitif

dengan alat dan pola hias sederhana, bahan yang digunakan dari batu dan

logam serta mengenal sistem cor (casting). Pola hias ukir primitif

menggunakan pola hias geometris (tumpal, pilin berganda, meander, swastika

dan sebagainya).

Seni ukir klasik adalah seni ukir yang dibuat pada masa kerajaan-

kerajaan dengan pola hias dan alat yang lebih memadai serta berkembang

mencapai kesempurnaan. Pola hias seni ukir klasik hanya dapat dikenal nama

kerajaan atau daerah tempat berkembang, misalnya pola hias Majapahit,

Mataram, Jepara, Yogyakarta dan lainnya.

Seni ukir modern adalah seni ukir yang telah didukung dengan alat,

bahan dan pola hias yang tidak terikat oleh aturan seperti seni ukir sebelumnya.

Dalam mencipta karya, seniman ukir bebas mengungkapkan daya ciptanya.

D. Jenis-jenis Ukiran

Menurut Soepratno (1983: 136-138) untuk dapat membedakan pekerjaan

ukiran satu dengan yang lain, maka ukir kayu dapat digolongkan menjadi

beberapa jenis, antara lain:

1. Jenis ukiran Cembung (bulatan)

Ialah suatu bentuk ukiran cembung. Jenis ukiran ini banyak digunakan

pada pembuatan relief.


2. Jenis ukiran Cekung (krawingan)

Suatu bentuk ukiran berbentuk cekung. Jenis ini banyak digunakan

pada ukiran yang dicetak (cor).

3. Jenis ukiran susun

Ialah suatu bentuk ukiran yang bersusun-susun, misalnya ukiran daun

yang besar dibawah ukiran daun yang sedang dan kecil sehingga terjadi

bentuk yang indah sekali.

4. Jenis ukiran garis (cawen)

Bentuk ukiran yang dipahat pada garis-garis gambarnya saja. Jenis ini

banyak digunakan pada logam sebagai ukiran guratan (ukiran perak).

5. Jenis ukiran takokan

Suatu bentuk ukiran yang tidak memakai bingkai, jadi ukira ini

memperlihatkan tepi-tepi batas ukiran. Ukiran ini erat sekali hubungannya

dengan ukiran jenis krawangan.

6. Jenis ukiran tembus (krawangan)

Suatu bentuk ukiran yang tidak memakai dasar. Jadi ukiran ini

dasarannya tembus, sehigga banyak dipakai untuk penyekat ruang (sketsel),

kursi, ukir tempel dan sebagainya.

Jenis seni ukir berdasarkan tinggi rendah ukiran yang dihasilkan oleh

para seniman atau pengrajin ada enam macam, yaitu:

1. Ukir rendah (bas relief), disebut ukir rendah karena gambar yang timbul

kurang dari separo belah bentuk utuhnya. Contoh: ukir gaya Bali.
Seniman Bali pada umumnya mahir membuat ukir rendah ini pada

dinding-dinding pura.

2. Ukir sedang (mezzo relief), disebut ukir sedang karena gambar yang yang

timbul tepat separo belah bentuk utuhnya.

3. Ukir tinggi (haut relief), disebut ukir tinggi karena gambar yang timbul

lebih dari separo belah bentuk utuhnya.

4. Ukir cekung atau ukir tenggelam (encreux relief), disebut ukir cekung

karena gambarnya tenggelam lebih rendah daripada bidang dasarnya.

5. Ukir tembus atau ukir krawangan (ayour relief), disebut demikian karena

gambarnya menembus bidang dasar, sehingga berupa lubang-lubang

gambar atau krawangan. Ada kalanya juga yang tembus bukan

gambarnya tetapi dasarnya.

6. Ukir tumpang, disebut demikian karena gambarnya tumpang tindih di

atas bidang dasar. Ukir tumpang serupa dengan relief patung karena

gambarnya utuh seperti patung. Contoh: relief patung terkenal adalah

relief kamadhatu di kaki candi Borobudur.

7. Ukir Berundak, disebut demikian karena ukiran dibuat berundak-undak.

Jenis-jenis seni ukir tersebut di atas terutama terdapat di Jepara.

Sedangkan daerah-daerah lain pada umumnya menghasilkan seni ukir

rendah atau ukir sedang saja.

Menurut Bastomi (1981: 36), daerah Jawa Tengah banyak menghasilkan

kayu, terutama kayu jati, maka dari itu Jawa Tengah banyak banyak

memproduksi barang-barang kerajinan seni ukir.

Kayu jati ada bermacam-macam jenisnya, yaitu:


1. Kayu jati sungu, warna kecoklat-coklatan, seratnya padat, maka kayu jati

sungu lebih keras dari pada jenis kayu jati lainnya.

2. Kayu jati kembang atau kayu jati doreng, warna coklat tua doreng-doreng

seperti berkembang, seratnya berbelok-belok dan padat, maka kayu jati

doreng paling keras jika dibandingkan dengan jenis kayu jati yang lain.

3. Kayu jati duri, disebut demikian karena kayu jati ini banyak matanya, maka

dari itu seratnya melingkar-lingkar, sehingga sukar di pahat, tetapi

mempunyai kesan indah.

4. Kayu jati minyak, disebut demikian karena kayu jati ini seolah-olah

mengandung minyak.

5. Kayu jati waru, warna kekuning-kuningan yang memberi kesan indah.

Seratnya lurus-lurus sehingga mudah dipahat.

6. Kayu jati gembol, yaitu kayu jati bagian pangkal batang, maka banyak

mata kayu yang terjadi karena akar kayu. Kayu ini sukar dipahat karena

seratnya melingkar-lingkar.

E. Struktur Visual dalam Karya Seni Ukir

Dalam berkarya seni ukir ini, untuk mendapatkan hasil yang baik

diperlukan unsur-unsur pendukung bentuk yang sering disebut unsur-unsur

visual. Secara garis besar unsur-unsur visual yang dikembangkan dalam

berkarya adalah sebagai berikut:

1. Garis (line)

Garis merupakan media untuk menyampaikan pokok pikiran dan

perasaan seniman. Garis adalah urutan titik-titik yang saling berhubungan.


Sebagai unsur visual, garis memiliki pengertian (1) tanda atau markah yang

memanjang yang membekas pada suatu permukaan dan mempunyai arah;

(2) batas suatu bidang atau permukaan, bentuk, atau warna; (3) sifat atau

kualitas yang melekat pada objek lanjar atau memanjang. Di tinjau dari segi

jenisnya, terdapat garis lurus, garis lengkung, dan garis tekuk atau garis

zigzag. Garis lurus berkesan tegas dan lancar, memiliki arah yang jelas

kearah pangkal atau ujungnya. Garis lengkung baik yang lengkung

sederhana maupun lengkung berganda, berkesan lembut, kewanitaan dan

luwes. Garis tekuk atau zigzag seakan bergerak meliuk berganti arah atau

tak menentu arahnya. Dari segi arah, dikenal garis tegak, garis datar, dan

garis serong. Garis tegak penampilannya berkesan kokoh, memiliki

vitaliditas yang kuat. Garis datar berkesan tenang dan mantap, meluas,

sedangkan garis serong atau miring berkesan limbung, goyah, bergerak dan

giat, (Sunaryo, 2002: 8).

2. Warna

Warna merupakan komponen visual yang menarik bagi setiap orang

yang melihatnya. Karena warna, manusia dapat menikmati keindahan yang

memiliki jenis warna yang berbeda-beda. Warna adalah suatu kualitas rupa

yang membedakan kedua objek atau bentuk yang identik raut, ukuran, dan

nilai gelap terangnya. Warna yang kita cerap, sangat ditentukan oleh adanya

pancaran cahaya.warna yang bersumber dari cahaya disebut warna aditif.

Contohnya adalah warna-warna yang dipancarkan oleh televisi dan sign

lamp. Sedangkan warna-warna pada benda, dedaunan, tekstil, lukisan atau


cat termasuk warna pigmen, yakni butir-butir halus bahan warna. Warna-

warna pigmen disebut warna substraktif, (Sunaryo, 2002: 12). Dalam seni

ukir, warna dipakai untuk mengungkapkan makna simbolis sesuai dengan

ungkapan batin atau kreasi seniman yang mempunyai karakter sendiri.

Warna dalam ukiran ini diperoleh dari bahan finishing melamine clear gloss

dan teak oil.

3. Tekstur

Tekstur (texture) atau barik, ialah sifat permukaan. Sifat permukaan

dapat halus, polos, kasap, licin, mengkilap, berkerut, lunak, keras, dan

sebagainya. Kesan tekstur dicerap baik melalui indera penglihatan maupun

rabaan. Atas dasar itu, tekstur dapat dibedakan menjadi tekstur visual dan

tekstur taktil. Tekstur visual merupakan jenis tekstur yang dicerap oleh

penglihatan, walaupun dapat pula membangkitkan pengalaman raba.

Tekstur taktil merupakan sejenis tekstur yang tidak saja dapat dirasakan

dengan melihatnya, tetapi juga dengan rabaan tangan (Sunaryo, 2002: 18).

Menurut Sahman, (1993: 39) mengemukakan tekstur bisa digunakan dalam

arti sesungguhnya atau semu. Tekstur bisa dijadikan pola atau diberi kesan

bentuk dan kedalaman. Dalam karya seni ukir tekstur terdapat dalam

keseluruhan ukir baik nilai permukaan kasar atau halus disetiap motifnya.

Tekstur dalam ukiran dapat diperoleh dengan menggunakan unsur warna,

garis, raut yang mempunyai hasil nilai raba yang berbeda-beda.

4. Raut
Istilah raut dipakai untuk menerjemahkan kata shape dalam bahasa

Inggris. Istilah itu seringkali dipadankan dan dikacaukan dengan kata

bangun, bidang, atau bentuk. Dalam kamus, bangun berarti bentuk, rupa,

wajah, perawakan. Unsur rupa raut adalah pengenal bentuk yang utama.

Sebuah bentuk dapat dikenali dari rautnya, apakah sebagai suatu bangun

yang pipih datar, yang menggumpal padat atau berongga bervolume,

lonjong, bulat, persegi, dan sebagainya. Dengan demikian, raut dapat

dipandang sebagai perwujudan yang dikelilingi oleh kontur, baik untuk

menyatakan sesuatu yang pipih dan datar, seperti pada bidang, maupun yang

padat bervolume, seperti pada gumpal atau gempal (mass). Dari segi

perwujudannya, raut dapat dibedakan menjadi (1) raut geometris, (2) raut

organis, (3) raut bersudut banyak, dan (4) raut tak beraturan (Wong, 1972)

dalam Sunaryo, (2002: 10). Raut geometris adalah raut yang berkontur atau

dibatasi oleh garis lurus atau lengkung yang mekanis, seperti bangun-

bangun yang terdapat dalam geometri ilmu ukur. Raut geometris yang

terpokok adalah lingkaran, persegi, dan segitiga, (Sunaryo, 2002: 9-10).

Raut dalam karya seni ukir dapat dijumpai pada bentuk-bentuk ornamen

atau motif ukir.

Dalam berkarya seni ukir kayu yang bertemakan ekspresi wajah, harus

memperhatikan prinsip-prinsip desain, antara lain: keseimbangan, irama,

kesebandingan, dominasi, dan paling penting adalah unity atau kesatuan, yaitu:

1. Keseimbangan
Keseimbangan (balance) ini ada dua macam, yaitu keseimbangan

simetris dan keseimbangan asimetris. Keseimbangan simetris adalah

keseimbangan yang ditimbulkan oleh penataan yang berukuran imbang

secara formal, unsur-unsur yang ditata berdasarkan sumbu simetri, kesan

yang diperoleh dari penetaan ini tenang, statis, agung. Keseimbangan

asimetris yaitu keseimbangan yang informal yang diperoleh dari penetan

unsur-unsur organik yang tidak terikat oleh bidang dan sumbu simetrisnya.

Kesan yang diperoleh dari keseimbangan asimetris atau informal ini adalah

gerak yang dinamis. Dalam karya seni ukir ini, penulis menggunakan

keseimbangan simetris dan asimetris.

2. Irama

Irama (rhythm) merupakan pengaturan unsur atau unsur-unsur rupa

secara berulang dan berkelanjutan, sehingga bentuk yang tercipta memiliki

kesatuan arah dan gerak yang membangkitkan keterpaduan bagian-

bagiannya. Irama dapat diperoleh dengan beberapa cara, yakni (1) irama

repetitif, (2) alternatif dan (3) progresif. Feldman (1967), dalam Sunaryo,

(2002: 35) menambahkan dengan jenis irama flowing. Irama repetitif

merupakan irama yang terjadi akibat pengaturan unsur yang sama dan tetap

secara berulang. Irama alternatif merupakan irama yang tercipta dengan cara

pengulangan unsur-unsur rupa yang disusun berganti-ganti. Sedangkan

irama progresif merupakan bentuk atau jenis irama yang tercipta dengan

pengaturan unsur-unsur yang menunjuk pengulangan dalam suatu

perkembangan, biasanya bertalian dengan ukuran atau ruang.


3. Kesebandingan

Kesebandingan berarti hubungan antara bagian yang satu terhadap

bagian keseluruhan. Hubungan yang dimaksud bertalian dengan ukuran.

Kesebandingan merupakan prinsip desain yang mengatur hubungan ukuran

unsur-unsur, termasuk hubungan unsur dengan keseluruhan, agar tercapai

kesesuaian.

4. Dominasi

Dominasi dapat dipandang sebagai prinsip desain yang mengatur

berperan bagian dalam bentuk keseimbangan. Dominasi merupakan pusat

perhatian. Dalam karya seni ukir ini, yang menjadi pusat perhatian adalah

ornamennya.

5. Kesatuan

Kesatuan (unity) adalah merupakan prinsip pengorganisasian unsur

rupa yang paling mendasar. Nilai kesatuan dalam suatu bentuk bukan

ditentukan oleh jumlah bagian-bagiannya. Kesatuan bukan sekedar kuantitas

bagian, melainkan menunjuk pada kualitas hubungan bagian-bagian.

Dengan kata lain, dalam kesatuan terdapat pertalian yang erat antar unsur-

unsurnya sehingga tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lain, serta tidak

perlu ada penambahan lagi maupun yang dapat dikurangkan dari padanya.
BAB III
METODE BERKARYA

A. Pemilihan Bahan dan Alat

1. Bahan yang digunakan

Untuk melakukan kegiatan berkarya seni, seorang seniman tidak akan

lepas dari materi atau bahan. Bahan merupakan sarana untuk

mengekspresikan ide seniman.

Bahan yang digunakan dalam penciptaan karya seni ukir ini meliputi

bahan utama dan bahan pendukung, yaitu:

1. Bahan utama, yaitu kayu jati

Kayu jati memiliki sifat lunak, sehingga memudahkan penulis

untuk membentuk ekspresi wajah manusia sesuai dengan ide yang

dikehendaki. Kayu jati yang digunakan mempunyai ukuran panjang,

antara 40-55 cm; lebar, antara 28 - 53 cm; dengan ketebalan 3 cm. Kayu

jati tersebut di peroleh dari bekas soko rumah yang di potong-potong dan

disambung sesuai ukuran desain yang diinginkan. Kayu jati ini termasuk

jenis kayu jati sungu, mempunyai serat padat. Warna kayu tersebut

kecoklat-coklatan.
2. Bahan pendukung, yaitu:

1. Melamine

Foto III.1.
Melamine merk impra yang terdiri dari dempul (wood filler),

sanding sealer, clear gloss, hardener, dan thinner ini digunakan finishing

akhir setelah ukiran jadi dan sudah diampelas sampai halus. Tujuan

menggunakan melamine adalah untuk mewarnai ukiran dan untuk

melindungi ukiran dari hama.

2. Teak oil, kuas


Teak oil merk ultran ini digunakan juga untuk finishing akhir

setelah ukiran jadi dan sudah diampelas. Tujuan menggunaan teak oil

adalah untuk memberikan warna yang terkesan lembab sesuai dengan

warna kayu jati. Kuas digunakan untuk mengoleskan teak oil ke ukiran

dan untuk membersihkan debu atau kotoran setelah diampelas.

2. Alat yang digunakan

1. Alat utama, yaiu :

a. Pahat ukir kayu

Foto III.3.

Pahat ukir kayu dibuat dari campuran besi dan baja. Juga dapat

dibuat dari per delman/dokar. Sebatang per delman dibakar lalu

ditempa, sampai diperoleh ketipisan yang sesuai dengan ukuran dan

pola pahat ukir kayu. Dengan sebuah patar per yang sudah tipis itu

dibentuk, kemudian dihaluskan dengan kikir.


Pahat ukir kayu dibuat dengan bentuk dan bagian-bagian, yaitu

mata pahat, batang pahat dan kepala pahat. Adapun bentuk,

penggunaan, dan cara mengasah pahat ukir kayu yaitu sebagai berikut:

Kepala pahat

Batang pahat

Mata pahat

Gambar III.1.

1. Pahat kuku (penguku), mata pahat ini berbentuk melengkung pada

bagian mata pahat seperti kuku manusia. Pahat tersebut digunakan

untuk mengerjakan bagian yang lengkung, melingkar, membuat

bentuk cembung, cekung, ikal dan pecahan garis maupun pecahan

cawen. Cara mengasahnya yaitu pahat kuku di asah pada sisi sudut

batu asah, dimulai dari pahat yang terkecil sampai pada pahat yang

terbesar.

2. Pahat lurus (penyilat), mata pahat ini berbentuk lurus. Pahat

tersebut digunakan untuk mengerjakan bagian yang lurus, rata,

membuat dasar ukiran, siku-siku tepi ukiran dan sebagainya. Cara

mengasahnya yaitu pahat lurus di asah pada permukaan batu asah

yang datar, dimulai dari pahat yang terbesar sampai pada pahat

yang terkecil.
3. Pahat lengkung setengah bulatan (kol), mata pahat kol berbentuk

melengkung belahan setengah bulatan. Pahat tersebut digunakan

untuk mengerjakan bagian-bagian cekung yang tidak dapat

dikerjakan dengan pahat kuku. Cara mengasahnya yaitu pahat kol

di asah pada permukaan batu asah yang datar, dimulai dari pahat

yang terbesar sampai pada pahat yang terkecil dengan cara

mengikuti mata pahat yang melengkung setengah lingkaran.

4. Pahat miring (pengot), mata pahat ini berbentuk miring meruncing

dan tajam sebelah. Pahat tersebut digunakan untuk membersihkan

sudut sela-sela ukiran dan untuk meraut bagian-bagian yang

diperlukan. Cara mengasahnya yaitu: diasah pada permukaan batu

asah yang datar. Mata pahat yang miring menuju ke sudut, diputar-

putar pada permukaan batu asah.

b. Palu kayu

Foto III.4.

Palu kayu dibuat dari kayu keras serta liat dan dipilh yang cukup
berat, seperti kayu sawo, kayu cemara, kayu petai cina, kayu jati dan

sebagainya. Palu tersebut berfungsi sebagai pemukul pahat pada waktu

mengukir.

2. Alat Bantu, yaitu :

a. Chisel

Foto III.5.

Chisel merupakan pahat yang mata pahatnya berbentuk seperti

huruf “V”, digunakan untuk membuat ornamen yang kecil.


b. Gergaji bobok atau jigsaw

Foto III.6.

Gergaji bobok atau jigsaw digunakan untuk membantu

memudahkan penulis untuk mengurangi bahan yang tidak terpakai

pada waktu mengukir.

c. Pensil, cutter, dan penghapus.

Foto III.7.

Pensil digunakan untuk membuat desain, cutter digunakan untuk

meruncingkan pensil, dan penghapus untuk menghapus desain.


d. Batu asahan

Foto III.8.

Batu asahan digunakan untuk mengasah pahat agar mata pahat

tajam

e. Ampelas

Foto III.9.

Ampelas digunakan untuk menghaluskan ukiran.


f. Kompresor

Foto III.10.

Kompresor digunakan sebagai alat pendukung untuk

menyemprotkan melamine ke ukiran.

g. Spray gun atau alat semprot

Foto III.11.

Spray gun digunakan untuk menyemprotkan melamine ke

ukiran.
h. Bor

Foto III.12.

Bor digunakan untuk melubangi papan atau partikel board

untuk menempelkan karya dengan sekrup.

B. Teknik Berkarya

Langkah-langkah yang ditempuh dalam mengukir kayu adalah sebagai

berikut:

1. Mendesain

Mendesain merupakan proses paling awal dalam berkarya seni. Untuk

mendesain ukiran proyek studi ini, penulis menggunakan pensil 2B. Desain

menggunakan kertas dengan ukuran 21, 5 x 29, 7 cm (lihat lampiran).

Gambar desain yang sudah memenuhi syarat kemudian dibuat dalam ukuran

sebenarnya. Penulis langsung membuat desain jadi pada kertas dengan

ukuran yang sebenarnya.


2. Mboboki/ngrawangi.

Kayu yang sudah sesuai dengan ukuran lalu ditempeli gambar desain,

kemudian digergaji bobok. Proses ini disebut mboboki/ngrawangi, yaitu

dengan cara menggergaji atau membuang bagian-bagian kayu yang tidak

diinginkan.

3. Memahat

Memahat adalah membuat permukaan yang tadinya rata menjadi tidak

rata, dengan cara mengurangi sebagian permukaan kayu yang tidak dipakai.

Langkah-langkah memahat proyek studi dengan tema ekspresi wajah dalam

karya seni ukir kayu adalah sebagai berikut:

a. Nggethaki

Nggethaki adalah membuat pola pada kayu dengan cara dipahat atau

digethaki menggunakan pahat.

b. Mbukaki

Mbukaki adalah memahat dengan maksud menurunkan bagian-bagian

gambar ukiran atau ornamen menurut besar kecilnya desain, dan tebal

tipisnya kayu.

c. Nggrabahi

Nggrabahi adalah membentuk pola gambar secara global ke arah

penyempurnaan bentuk yang diinginkan, baik dalam dangkalnya maupun

timbul dan cekungnya motif.


d. Ngalusi

Ngalusi adalah menghaluskan bentuk-bentuk ukiran atau ornamen

menggunakan pahat supaya ukiran menjadi halus dan bersih.

e. Mecahi

Mecahi adalah memberi hiasan, garis pada motif atau ornamen yang

dikehendaki menggunakan chisel.

f. Matut

Matut adalah penyelesaian akhir dengan cara mengoreksi kekurangan-

kekurangan secara teliti pada setiap motif.

4. Pengampelasan

Setelah proses memahat selesai, langkah selanjutnya yaitu ukiran

dihaluskan menggunakan ampelas untuk membuat ukiran halus dari bekas-

bekas pahatan.

5. Finishing (penyelesaian akhir)

Finishing pada ukiran tersebut merupakan hasil kombinasi dari bahan

melamine yang terdiri dari: thinner, dempul (wood filler), sanding sealer,

hardener, clear gloss; dan teak oil. Setelah ukiran sudah halus dan sesuai

dengan desain, langkah selanjutnya yaitu memberi lapisan pada ukiran. (1)

Melamine, dengan cara: ukiran diampelas dengan ampelas no 180, setelah

ukiran halus, bagian wajah yang akan dilapisi melamine, dilapisi dengan

dempul yang dicampur dengan thinner dengan perbandingan 1:1, dengan

cara dikuaskan. Setelah dempul kering, diampelas sampai halus, setelah


halus kemudian dilapisi sanding sealer yang sudah dicampur thinner dengan

perbandingan 1:1, dan ditambah hardener ±20 tetes sampai rata, kemudian

dikeringkan di bawah sinar matahari selama satu jam. Setelah kering,

kemudian diampelas dengan menggunakan ampelas no 240 sampai rata.

Tahap berikutnya dilapisi lagi dengan campuran sanding sealer, thinner,

dengan perbandingan 1:1, dan ditambah hardener ±20 tetes sampai rata.

Kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama satu jam. Setelah

kering, diampelas lagi sampai rata. Tahap yang terakhir, dilapisi campuran

clear gloss, thinner dengan perbandingan 1:1 dan ditambah hardener ±20

tetes hingga rata, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama

satu jam, supaya diperoleh lapisan yang mengkilap. Bahan finishing kedua

yaitu teak oil. Penerapan teak oil pada karya dengan cara memasukkan kuas

ke dalam cairan teak oil yang sudah siap pakai, selanjutnya dikuaskan pada

permukaan ukiran yang dikehendaki. Setelah selesai dikuas, kemudian dilap

menggunakan kain kaos supaya rata, kemudian dikeringkan di bawah sinar

matahari. Setelah kering, teknik tersebut dapat diulangi lagi sampai di

peroleh warna yang dikehendaki.

Langkah selanjutnya adalah pengemasan, yaitu dengan cara memberi

pigura pada ukiran kayu.


BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS KARYA

Dalam bab ini akan diuraikan tentang deskripsi dan analisis karya, baik dari

aspek gagasan maupun bentuk visual karya-karya ukir yang telah tersaji dalam

dokumen gambar foto sebagai berikut:

Foto IV.1.

Spesifikasi Karya I

Judul : Tertawa

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 40 cm x 30 cm x 3 cm

Tahun : 2005
• Deskripsi dan Analisis Karya

Tertawa adalah judul karya tersebut, ditampilkan objek karya kerajinan

ukir kayu dengan menggunakan jenis kayu jati berukuran 40 cm x 30 cm

dengan jenis ukiran ayour relief/krawangan. Finishing yang digunakan adalah

kombinasi antara melamine clear gloss dan teak oil.

Karya ukiran tersebut ditempelkan di permukaan papan (partikel board)

berwarna coklat tua setebal 0,5 cm dengan ukuran 41 cm x 51 cm, yang

dikemas dengan pigura berwarna coklat tua dengan ukuran 63,5 cm x 53,5 cm.

Karya ukiran tersebut menampilkan satu mulut, delapan gigi, satu

hidung, dua telinga, dua mata, dua alis, rambut yang bergelombang, ornamen

di pipi dan di bawah dagu.

Karya ukiran tersebut, menggunakan unsur-unsur rupa garis, raut, warna,

dan tekstur. Garis yang digunakan dalam karya ini adalah garis lengkung, garis

tersebut memberi kesan lembut, kewanitaan dan luwes. Raut rambut berbentuk

tiga susun lengkungan padat bervolume yang bergelombang-gelombang

cembung cekung dari kanan ke kiri atau sebaliknya. Raut mata berbentuk raut

negatif, raut alis berbentuk lengkungan padat bervolume yang bergelombang.

Raut hidung berbentuk lonjong agak pipih, raut mulut adalah raut negatif yang

berbentuk lengkungan. Raut telinga berbentuk padat bervolume cekung

cembung dari atas ke bawah, raut ornamen di bawah dagu berbentuk

lengkungan-lengkungan cekung padat bervolume. Raut wajah cembung padat

bervolume, bagian bawah wajah berbentuk segitiga. Raut pada karya tersebut,

termasuk jenis raut organis atau biomorfosis, yang berkarakter lunak, lentur,
dan bergerak bebas, seakan memberi kesan pertumbuhan. Warna wajah yang

meliputi mulut, gigi, hidung, pipi, alis, ornamen di atas alis, telinga, dan dagu

berwarna coklat muda yang merupakan hasil dari bahan finishing melamine

clear gloss, sedangkan warna pada bagian rambut dan ornamen di bawah dagu

berwarna coklat tua yang merupakan hasil dari bahan finishing teak oil.

Tekstur pada karya ukir I ini dicapai dengan menggunakan goresan

pahat. Tekstur tersebut, termasuk tekstur taktil yaitu merupakan sejenis tekstur

yang tidak saja dapat dirasakan dengan melihatnya, tetapi juga dengan rabaan

tangan.

Prinsip-prinsip desain yang digunakan, yaitu irama, keseimbangan,

dominasi, dan kesatuan.

Irama dapat dilihat pada bentuk ukiran rambut, telinga, mata, alis, dan

pipi yang terdapat pada wajah. Irama yang tampak adalah pengulangan

susunan garis-garis lengkung. Adapun raut yang mengesankan irama adalah

raut rambut, alis, mulut, telinga, garis bibir, dan ornamen yang terdapat di

bawah dagu.

Keseimbangan dalam karya tersebut adalah keseimbangan simetris yaitu

keseimbangan yang ditimbulkan oleh penataan yang berukuran imbang secara

formal, unsur-unsur yang ditata berdasarkan sumbu simetri, kesan yang

diperoleh dari penataan ini tenang, statis, agung. Hal tersebut dapat dilihat

melalui bentuk antara mata sebelah kanan dan kiri sama-sama menyipit, bentuk

guratan pada pipi kanan dan kiri sama, bentuk telinga kanan dan kiri sama,

bentuk alis kanan dan kiri sama, bentuk rambut sebelah kanan dan kiri sama.
Dominasi dimunculkan melalui bentuk mata, bibir, dan pipi yang dibuat

sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap sebagai ekspresi wajah yang sedang

tertawa.

Kesatuan pada karya tersebut dicapai melalui perpaduan unsur-unsur

rupa dan prinsip-prinsip desain, yaitu warna yang diperoleh dari bahan

finishing melamine clear gloss yaitu coklat muda dan teak oil yaitu coklat tua.

Serta tampilan tekstur pada bagian ukiran yang difinishing dengan melamine

yang terkesan halus dan mengkilap, sedangkan bagian yang difinishing dengan

teak oil terkesan lembab dan halus, keseimbangan simetris, irama flowing,

sehingga dapat dilihat kesatuan pada karya tersebut.

Dari analisis di atas, dapat ditangkap kesan tertawa. Hal tersebut dapat

dilihat dari bentuk mulut yang terbuka lebar dengan kedua mata menyipit,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ekspresi yang timbul dari karya tersebut

menunjukkan ekspresi tertawa yang lepas tanpa beban, bagi orang lain yang

memandang.
Foto IV.2.

Spesifikasi Karya II

Judul : Gregeten

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 52 cm x 30 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Gregeten adalah judul karya di atas, termasuk jenis ukiran ayour

relief/krawangan. Objek karya kerajinan ukir kayu tersebut ditampilkan dengan

menggunakan jenis kayu jati berukuran 52 cm x 30 cm. Karya ukir


ditempelkan di permukaan papan (partikel board) setebal 0,5 cm dengan

ukuran 61 cm x 41 cm, yang dikemas dengan pigura dengan ukuran 73 cm x 54

cm. Finishing yang digunakan adalah kombinasi antara melamine clear gloss

dan teak oil.

Karya tersebut menampilkan satu mulut, duapuluh gigi, satu hidung, dua

telinga, dua mata, dua alis, rambut yang bergelombang, dan ornamen di sekitar

wajah.

Karya ukir tersebut, menggunakan unsur-unsur rupa garis, raut, warna,

dan tekstur. Garis lengkung dalam karya tersebut memberi kesan lembut,

kewanitaan dan luwes. Pada karya tersebut, raut wajah berbentuk cembung,

lonjong padat bervolume. Kepala bagian atas berbentuk setengah lingkaran

yang padat bervolume, bagian tengah wajah agak sempit, pipi kiri dan kanan

melebar kesamping. Raut mata berbentuk padat bulat cembung dan di

tengahnya terdapat bulatan kecil sebagai raut negatif. Raut alis berbentuk

lengkungan cembung padat agak pipih. Raut rambut terdiri dari tiga raut

cembung cekung yang padat. Raut telinga berbentuk lengkungan cekung padat

bergelombang, daun telinga bagian atas terdapat raut negatif. Raut hidung

bagian bawah melebar ke bagian kiri, raut mulut berbentuk lengkung padat

bervolume, melebar sebelah kanan di dalamnya terdapat raut negatif. Raut gigi

berbentuk susunan raut-raut lonjong padat dari kanan ke kiri semakin besar.

Raut ornamen bagian bawah dagu berbentuk padat dari bawah dagu kecil

menuju ke bawah semakin besar. Warna wajah yang meliputi dahi, alis, mata,

bibir, gigi, hidung, pipi, dan dagu berwarna coklat muda yang merupakan hasil

dari bahan finishing melamine clear gloss, sedangkan warna pada bagian
rambut, telinga dan ornamen di sekitar wajah berwarna coklat tua yang

merupakan hasil dari bahan finishing teak oil. Tekstur pada karya ukir ke II

tersebut dicapai menggunakan goresan pahat, yang termasuk tekstur taktil yaitu

sejenis tekstur yang tidak saja dapat dirasakan dengan melihatnya, tetapi dapat

juga dirasakan dengan rabaan tangan.

Keseimbangan, irama, dominasi, dan kesatuan adalah prinsip-prinsip

desain yang digunakan dalam karya tersebut.

Keseimbangan dalam karya tersebut adalah keseimbangan asimetris. Hal

tersebut dapat dilihat melalui bentuk rambut yang berbeda antara bagian

sebelah kanan dan kiri, bentuk mulut yang bibir dan giginya terbuka lebar

sebelah kanan, ornamen di sekitar wajah berbeda antara wajah bagian kanan

dan kiri. Kesan yang diperoleh dari keseimbangan asimetris atau informal ini

adalah gerak yang dinamis. Jadi, keseimbangan asimetris adalah keseimbangan

yang informal yang diperoleh dari penataan unsur-unsur organik yang tidak

terikat oleh bidang dan sumbu simetrisnya.

Dominasi dapat dilihat dari bentuk mulut yang terbuka lebar dengan gigi

menggigit dan terbuka sebelah kanan, mata yang terbuka lebar, sehingga dapat

ditangkap sebagai ekspresi wajah gregeten.

Irama dapat dilihat pada bentuk ukiran rambut, telinga, alis dan ornamen

yang terdapat di sekitar wajah. Irama yang tampak adalah irama flowing.

Kesatuan pada karya tersebut dicapai melalui perpaduan unsur-unsur

rupa dan prinsip-prinsip desain, yaitu warna yang diperoleh dari bahan

finishing melamine clear gloss yaitu coklat muda dan teak oil yaitu coklat tua.
Serta tampilan tekstur pada bagian ukiran yang difinishing dengan melamine

yang terkesan halus dan mengkilap, sedangkan bagian yang difinishing dengan

teak oil terkesan lembab dan halus, keseimbangan asimetris, irama flowing,

sehingga dapat dilihat kesatuan pada karya tersebut.

Dari analisis di atas dapat ditangkap kesan gregeten yang tidak tertahan,

seperti ingin menggigit. Hal ini dapat dilihat dari bentuk mulut yang membuka

lebar dengan gigi atas dan bawah terlihat semua dengan kedua mata

membelalak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ekspresi yang dimunculkan

pada karya tersebut adalah ekspresi gregeten bagi orang lain yang memandang.
Foto IV.3.

Spesifikasi Karya III

Judul : Mbah jenggot marah

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 53 cm x 30 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Dalam karya ukir kayu yang berjudul mbah jenggot marah, termasuk

jenis ukiran ayour relief/krawangan. Ditampilkan dengan menggunakan bahan

utama kayu jati berukuran 53 cm x 30 cm.


Karya ukir tersebut ditempelkan di permukaan papan (partikel board)

setebal 0,5 cm dengan ukuran 62 cm x 36 cm berwarna coklat muda, yang

dikemas dengan pigura ukuran 75 cm x 48 cm berwarna coklat tua.

Karya ukir III tersebut menampilkan satu mulut, dua puluh gigi, satu

hidung, dua telinga, dua mata, dua alis, tiga tanduk, tiga kerutan di dahi,

jenggot panjang yang berbuku-buku, ornamen di pipi dan di sekitar wajah.

Finishing yang digunakan adalah kombinasi antara melamine clear gloss dan

teak oil.

Karya ukiran tersebut, menggunakan unsur-unsur rupa garis, raut, warna,

dan tekstur. Garis yang digunakan dalam karya tersebut adalah garis lengkung,

garis tersebut memberi kesan lembut, kewanitaan dan luwes. Bentuk Raut

wajah lonjong, cembung padat bervolume, bagian bawah wajah menyempit

semakin ke atas semakin besar. Raut alis berbentuk lengkung pipih panjang

yang sekaligus membentuk telinga. Raut telinga berbentuk lengkungan, bagian

kiri atas terdapat dua buah raut negatif. Raut hidung berbentuk cembung

lonjong semakin ke bawah semakin besar. Raut mata berbentuk sipit, sudut-

sudut mata sebelah hidung berbentuk raut negatif. Raut mulut berbentuk lebar

dengan raut gigi terlihat semua. Raut tanduk terdiri tiga buah yang berbentuk

lancip, cembung padat bervolume. Raut jenggot terbuat dari susunan raut

lengkung padat bervolume, semakin ke bawah semakin kecil Raut ornamen di

sekitar wajah berbentuk lengkung cembung, padat bervolume. Warna wajah

yang meliputi dahi, alis, bibir, gigi, hidung, pipi, dagu, dan tanduk berwarna

coklat muda, yang merupakan hasil dari bahan finishing melamine clear gloss,
sedangkan warna pada bagian telinga dan ornamen di sekitar wajah berwarna

coklat tua yang merupakan hasil dari bahan finishing teak oil. Tekstur tersebut

termasuk tekstur taktil yaitu merupakan sejenis tekstur yang tidak saja dapat

dirasakan dengan melihatnya, tetapi dapat juga dilihat dengan rabaan tangan.

Prinsip-prinsip desain irama, dominasi, keseimbangan, dan kesatuan

adalah prinsip yang digunakan pada karya tersebut.

Irama dapat dilihat pada bentuk ukiran alis, telinga, jenggot, dan ornamen

yang terdapat di sekitar wajah membentuk irama flowing. Irama tersebut

tampak pada bagian telinga, tanduk, dan ornamen di sekitar wajah.

Dominasi dapat dilihat melalui bentuk kepala besar, semakin ke bawah

semakin kecil. Bentuk bibir terbuka, gigi atas dan bawah terlihat semua, dan

bentuk mata yang menyipit sehingga dapat ditangkap sebagai ekspresi wajah

yang sedang marah.

Keseimbangan dalam karya tersebut adalah keseimbangan asimetris yaitu

keseimbangan yang informal yang diperoleh dari penataan unsur-unsur organik

yang tidak terikat oleh bidang dan sumbu simetrisnya. Kesan yang diperoleh

dari keseimbangan asimetris atau informal ini adalah gerak yang dinamis. Hal

tersebut dapat dilihat dari bentuk jenggot yang bergelombang ke kanan dan

kiri, bentuk tanduk yang berbeda ukuran antara sebelah kanan dan kiri, bentuk

gigi yang berbeda antara sebelah kanan dan kiri, ornamen di sekitar wajah

berbeda antara sebelah kanan dan kiri.

Kesatuan pada karya III tersebut dicapai melalui perpaduan unsur-unsur

rupa dan prinsip-prinsip desain, yaitu warna yang diperoleh dari bahan
finishing melamine clear gloss yaitu coklat muda dan teak oil yaitu coklat tua.

Serta tampilan tekstur pada bagian ukiran yang difinishing dengan melamine

yang terkesan halus dan mengkilap, sedangkan bagian yang difinishing dengan

teak oil terkesan lembab dan halus, keseimbangan asimetris, irama flowing,

sehingga dapat dilihat kesatuan pada karya tersebut.

Dari analisis di atas dapat ditangkap kesan marah yang begitu hebat. Hal

ini dapat dilihat dari bentuk mulut yang membuka dengan gigi atas dan bawah

terlihat semua disertai dengan taring, kedua mata menyipit, dengan kedua alis

menyempit ke sekitar mata. Ekspresi yang muncul pada karya tersebut adalah

ekspresi marah yang sangat hebat bagi orang lain yang memandang.
Foto IV.4.

Spesifikasi Karya IV

Judul : Melirik

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 40 cm x 30 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Karya yang berjudul melirik, ditampilkan objek karya ukir kayu dengan

menggunakan bahan utama kayu jati dengan ukuran 40 cm x 30 cm. Ukiran

tersebut termasuk jenis ukiran ayour relief/krawangan.


Karya tersebut menampilkan satu mulut, satu hidung, dua mata, dua alis,

rambut, ornamen di pipi dan di sekitar wajah.

Karya ukir tersebut ditempelkan di permukaan papan (partikel board)

berwarna coklat muda setebal 0,5 cm dengan ukuran 50 cm x 40 cm, yang di

kemas dengan pigura berwarna coklat tua dengan ukuran 67 cm x 58 cm.

Finishing yang digunakan adalah kombinasi antara melamine clear gloss dan

teak oil.

Unsur-unsur rupa yang digunakan, yaitu garis, raut, warna, dan tekstur.

Garis lengkung pada karya tersebut memberi kesan lembut, kewanitaan dan

luwes. Raut wajah cembung padat berbentuk segitiga. Raut mulut berbentuk

raut negatif, sebagian raut mata berbentuk raut positif, dan sebagian lagi

berbentuk raut negatif. Raut alis berbentuk lengkungan kecil cembung, raut

hidung cembung, bagian bawah berbentuk melebar. Raut rambut berbentuk

lengkungan-lengkungan cembung cekung bervolume yang mengalir ke atas

kemudian ke bawah. Raut ornamen pada hidung berbentuk lengkungan padat

yang menjulur ke bawah dagu. Raut ornamen pada dahi adalah raut negatif

yang berbentuk bulat. Raut negatif tampak pada bagian yang tembus pandang,

sedangkan raut positif dapat dijumpai pada motif. Raut organis pada karya

tersebut, berarti raut yang bertepi lengkung bebas, seakan memberi kesan

pertumbuhan. Warna wajah yang meliputi alis, bibir, hidung, pipi, dagu,

sebagian rambut, dan ornamen di dahi berwarna coklat muda yang merupakan

hasil dari bahan finishing melamine clear gloss, sedangkan warna pada bagian

telinga, sebagian rambut dan ornamen di sekitar wajah berwarna coklat tua
yang merupakan hasil dari bahan finishing teak oil. Raut pada karya tersebut

dilihat dari segi perwujudannya adalah raut organis, yaitu raut yang bertepi

lengkung bebas, hal tersebut dapat dilihat dari bentuk ornamen, baik pada

wajah maupun di sekitar wajah. Tekstur pada karya IV tersebut dicapai dengan

menggunakan goresan pahat, dengan finishing melamine dan teak oil, sehingga

terkesan halus, mengkilap, dan lembab. Dan termasuk tekstur taktil yaitu

sejenis tekstur yang tidak saja dapat dirasakan dengan melihatnya, tetapi juga

dengan rabaan tangan. Bisa juga disebut dengan tekstur nyata atau tekstur

aktual, karena menunjukkan adanya kesamaan antara kesan yang diperoleh dari

hasil penglihatan dengan rabaan.

Prinsip-prinsip desain yang digunakan, yaitu irama, keseimbangan,

dominasi, dan kesatuan.

Irama flowing dapat dilihat pada bentuk ukiran alis, telinga, rambut,

ornamen yang terdapat pada wajah dan sekitar wajah. Irama yang tampak

adalah susunan garis lengkung. Adapun ornamen yang mengesankan irama

adalah ornamen di sekitar wajah.

Keseimbangan dalam karya tersebut adalah keseimbangan simetris dan

asimetris. (1) Keseimbangan simetris yaitu keseimbangan yang ditimbulkan

oleh penataan yang berukuran imbang secara formal, unsur-unsur yang ditata

berdasarkan sumbu simetri, kesan yang diperoleh dari penataan ini tenang,

statis, agung. Hal tersebut dapat dilihat melalui bentuk antara mata sebelah

kanan dan kiri sama-sama melirik, bentuk alis kanan dan kiri sama, ornamen

pada wajah antara pipi kanan dan kiri sama. (2) Keseimbangan asimetris yaitu
keseimbangan yang informal yang diperoleh dari penataan unsur-unsur organik

yang tidak terikat oleh bidang dan sumbu simetrisnya. Kesan yang diperoleh

dari keseimbangan asimetris atau informal ini adalah gerak yang dinamis. Hal

tersebut dapat dilihat dari bentuk rambut yang berbeda ukuran antara sebelah

kanan dan kiri, ornamen di sekitar wajah berbeda antara sebelah kanan dan kiri.

Dominasi dimunculkan melalui bentuk mata, bibir, dan pipi yang dibuat

sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap sebagai ekspresi wajah yang sedang

melirik.

Kesatuan pada karya ini dicapai melalui kombinasi antara garis

lengkung, raut positif, negatif, dan organis, tekstur taktil, lapisan melamine dan

teak oil, irama flowing, keseimbangan simetris dan asimetris, tampilan tekstur

nyata dengan pengulangan susunan garis-garis lengkung.

Dari analisis di atas dapat ditangkap kesan ekpresi melirik. Hal ini dapat

dilihat dari bentuk mulut yang membuka dengan kedua mata melirik ke kiri,

sehingga dapat disimpulkan ekspresi melirik karena kagum melihat sesuatu di

samping kiri tubuhnya bagi orang yang memandang.


Foto IV.5.

Spesifikasi Karya V

Judul : Sendu

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 53 cm x 30 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Sendu adalah judul karya tersebut, ditampilkan objek karya kerajinan

ukir kayu dengan menggunakan jenis kayu jati berukuran 53 cm x 30 cm

dengan jenis ukiran ayour relief/krawangan. Finishing yang digunakan adalah

kombinasi antara melamine clear gloss dan teak oil.


Karya ukiran tersebut ditempelkan di permukaan papan (partikel board)

berwarna coklat muda setebal 0,5 cm dengan ukuran 59 cm x 35,5 cm, yang

dikemas dengan pigura berwarna coklat tua dengan ukuran 70 cm x 46 cm.

Karya ukiran tersebut menampilkan satu mulut, satu hidung, dua telinga,

dua mata, dua alis, ornamen di pipi dan di sekitar wajah.

Raut, garis, warna, dan tekstur adalah unsur-unsur rupa yang digunakan

dalam karya ukiran tersebut. Raut wajah berbentuk cembung lonjong, wajah

bagian atas lebih lebar, raut hidung cembung bagian atas menyatu dengan raut

mata, bagian bawah hidung berbentuk segitiga. Raut mata berupa lengkungan

cembung kecil yang disertai raut negatif yang berupa bulatan kecil pada mata.

Raut alis berupa raut cembung yang melengkung ke bawah. Raut rambut

berbentuk lengkungan cembung cekung yang bergerak bebas menuju ke

bawah, raut ornamen sebelah pipi kanan membentuk huruf “A”. Raut mulut

berbentuk lengkungan cembung cekung. Raut negatif dapat dijumpai pada

ukiran yang tembus pandang, sedangkan raut positif berupa motif. Raut yang

terdapat dalam karya tersebut dilihat dari segi perwujudannya adalah raut

organis, yang berarti raut yang bertepi lengkung bebas, yang memberi kesan

pertumbuhan. Garis yang digunakan dalam karya ini adalah garis lengkung,

garis tersebut memberi kesan lembut, kewanitaan dan luwes. Warna wajah

yang meliputi dahi, alis, mata, bibir, hidung, sebagian pipi bagian atas, dan

sebagian rambut berwarna coklat muda yang merupakan hasil dari bahan

finishing melamine clear gloss, sedangkan warna pada bagian telinga, sebagian

pipi bagian bawah, dagu, dan ornamen di sekitar wajah berwarna coklat tua
yang merupakan hasil dari bahan finishing teak oil. Tekstur pada karya V

dicapai menggunakan goresan pahat, termasuk tekstur taktil yaitu sejenis

tekstur yang tidak saja dapat dirasakan dengan melihatnya, tetapi dapat

dirasakan dengan rabaan tangan.

Karya tersebut menggunakan prinsip-prinsip desain yaitu, kesatuan,

keseimbangan, irama, dan dominasi.

Kesatuan pada karya ini dicapai melalui kombinasi unsur rupa dan

prinsip desain. Hal tersebut diperoleh dari perpaduan garis, warna coklat muda

dan coklat tua, raut organis, tekstur taktil/nyata, irama flowing, keseimbangan

asimetris dan simetris, dan dominasi. Sehingga bentuk ukiran tersebut dapat

dilihat sebagai ekspresi sedang sendu.

Karya tersebut menggunakan keseimbangan simetris dan asimetris. (1)

Keseimbangan simetris yaitu keseimbangan yang ditimbulkan oleh penataan

yang berukuran imbang secara formal, unsur-unsur yang ditata berdasarkan

sumbu simetri, kesan yang diperoleh dari penataan ini tenang, statis, agung.

Keseimbangan simetris dapat dilihat melalui bentuk wajah yang meliputi mata,

alis, pipi, dahi, hidung, mulut, dan ornamen pada wajah antara bagian kanan

dan kiri sama. (2) Keseimbangan asimetris yaitu keseimbangan yang informal

yang diperoleh dari penataan unsur-unsur organik yang tidak terikat oleh

bidang dan sumbu simetrisnya. Kesan yang diperoleh dari keseimbangan

asimetris atau informal ini adalah gerak yang dinamis. Hal tersebut dapat

dilihat dari bentuk ornamen di sekitar wajah berbeda antara sebelah kanan dan

kiri.
Irama pada karya ukir tersebut, termasuk irama flowing, yaitu irama yang

terjadi karena pengaturan garis-garis berombak, berkelok, dan mengalir

berkesinambungan, dapat dilihat melalui bentuk ukiran alis, telinga, rambut,

ornamen yang terdapat pada wajah dan sekitar wajah. Irama yang tampak

adalah perpaduan garis-garis lengkung. Adapun ornamen yang mengesankan

irama adalah ornamen di sekitar wajah.

Dominasi adalah pengaturan peran atau penonjolan bagian atas bagian

lainnya dalam suatu keseluruhan. Dapat dilihat melalui bentuk mata, alis, dan

mulut yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap sebagai ekspresi

wajah yang sedang sendu.

Dari analisis di atas, dapat ditangkap kesan sendu. Hal ini dapat dilihat

dari bentuk mulut yang, kedua mata menyipit, dengan kedua alis agak turun,

sehingga dapat disimpulkan ekspresi sendu karena sendirian tanpa seorang

teman, bagi orang lain yang memandang.


Foto IV.6.

Spesifikasi Karya VI

Judul : Ngakak

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 40 cm x 30 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Dalam karya VI yang berjudul ngakak, ditampilkan objek karya

kerajinan ukir kayu dengan menggunakan bahan utama kayu jati berukuran 40

cm x 30 cm, termasuk jenis ukiran ayour relief/krawangan. Karya ukiran

tersebut menampilkan satu mulut, dua gigi, satu hidung, dua telinga, dua mata,
dua alis, ornamen di pipi dan di sekitar wajah. Finishing yang digunakan dalam

karya VI adalah kombinasi antara melamine clear gloss dan teak oil.

Karya tersebut ditempelkan di permukaan papan (partikel board) setebal

0,5 cm dengan ukuran 50 cm x 40 cm berwarna coklat muda, yang dikemas

dengan pigura ukuran 67 cm x 58 cm berwarna coklat tua.

Karya ukiran tersebut, menggunakan unsur-unsur rupa, yaitu garis, raut,

warna, dan tekstur. Garis yang digunakan dalam karya tersebut adalah garis

lengkung, garis tersebut memberi kesan lembut, kewanitaan dan luwes. Raut

mulut berupa raut negatif, dan di dalam mulut terdapat dua buah raut gigi. Raut

hidung berbentuk bulat cembung, raut mata yang sebagian berbentuk raut

negatif, di dalamnya terdapat setengah lingkaran sebagai kornea mata. Raut

wajah bagian bawah berbentuk setengah lingkaran cembung yang padat

bervolume. Raut alis berupa lengkungan cembung kecil di atas mata, raut

telinga lengkungan cekung yang padat bervolume yang mengalir bebas

membentuk ornamen pada pipi. Raut rambut berbentuk susunan raut-raut

lengkung yang melengkung ke atas kemudian ke bawah, raut ornamen di

bawah dagu berupa permainan raut lengkung cembung cekung padat. Raut

positif pada karya dapat dijumpai pada motif, sebaliknya raut negatif tampak

pada ukiran yang tembus pandang. Raut yang terdapat dalam karya tersebut

dilihat dari segi perwujudannya adalah raut organis, yang berarti raut yang

bertepi lengkung bebas. Warna wajah yang meliputi alis, mata, hidung, bibir,

gigi, pipi, telinga, dan dagu, berwarna coklat muda yang merupakan hasil dari

bahan finishing melamine clear gloss, sedangkan warna pada bagian rambut,
dan ornamen di sekitar wajah berwarna coklat tua yang merupakan hasil dari

bahan finishing teak oil. Tekstur pada karya gambar VI dicapai dengan

menggunakan goresan pahat. Tekstur pada karya ukir VI termasuk tekstur

taktil yaitu merupakan sejenis tekstur yang tidak saja dapat dirasakan dengan

melihatnya, tetapi juga dengan rabaan tangan.

Karya VI tersebut menggunakan prinsip-prinsip desain, yaitu irama,

keseimbangan, dominasi, dan kesatuan.

Irama dapat dilihat pada bentuk rambut telinga, dan ornamen yang

terdapat di sekitar wajah. Irama yang tampak adalah susunan garis-garis

lengkung. Adapun ornamen yang mengesankan irama adalah ornamen di

sekitar wajah.

Keseimbangan dalam karya tersebut adalah keseimbangan simetris yaitu

keseimbangan yang ditimbulkan oleh penataan yang berukuran imbang secara

formal, unsur-unsur yang ditata berdasarkan sumbu simetri, kesan yang

diperoleh dari penataan ini tenang, statis, agung. Hal tersebut dapat dilihat

melalui bentuk antara mata sebelah kanan dan kiri sama-sama, bentuk telinga

kanan dan kiri sama, bentuk alis kanan dan kiri sama, bentuk rambut sebelah

kanan dan kiri sama, ornamen pada wajah antara kanan dan kiri sama.

Dominasi dimunculkan melalui bentuk rambut, mulut yang dibuat

terbuka lebar dengan dua gigi atas terlihat sehingga dapat ditangkap sebagai

ekspresi wajah yang sedang sendu.

Kesatuan pada karya ini dicapai melalui kombinasi unsur rupa dan

prinsip desain. Hal tersebut diperoleh dari perpaduan garis lengkung, tekstur
taktil, warna yang diperoleh dari kombinasi baha finishing melamine dan teak

oil, raut organis, positif, dan negatif, tekstur taktil/nyata, irama flowing,

keseimbangan simetris, dan dominasi..

Dari analisis di atas dapat ditangkap kesan tertawa. Hal tersebut

menunjukkan kegembiraan atau tertawa yang sangat lepas, bagi orang yang

memandang, sehingga dapat simpulkan bahwa ekspresi yang timbul dari karya

tersebut adalah ekspresi tertawa bagi orang yang memandang.


Foto IV.7.

Spesifikasi Karya VII

Judul : Senyum terpaksa

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 49 cm x 39 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Ukiran yang berjudul senyum terpaksa, ditampilkan objek karya

kerajinan ukir kayu dengan menggunakan jenis kayu jati berukuran 49 cm x 39

cm dengan jenis ukiran ayour relief/krawangan. Finishing yang digunakan

adalah kombinasi antara melamine clear gloss dan teak oil. Karya ukiran
tersebut menampilkan satu mulut, satu hidung, dua telinga, dua mata, dua alis,

ornamen di sekitar wajah.

Karya tersebut ditempelkan di permukaan papan (partikel board)

berwarna coklat muda setebal 0,5 cm dengan ukuran 55 cm x 45 cm, yang

dikemas dengan pigura berwarna coklat tua dengan ukuran 67,5 cm x 57,5 cm.

Unsur-unsur rupa yang digunakan dalam karya ukiran tersebut, yaitu

garis, raut, warna, dan tekstur. Garis yang digunakan memberi kesan lembut,

kewanitaan dan luwes. Garis tersebut adalah garis lengkung. Raut mulut

berbentuk cembung yang melengkung bebas ke samping kanan dan kiri, yang

membentuk raut telinga. Raut telinga berupa lengkungan raut cekung cembung.

Raut hidung bagian bawah berbentuk lebar, sedangkan hidung bagian atas

melengkung bebas membentuk raut alis. Raut mata berbentuk cembung yang

melengkung bebas ke samping kanan dan kiri, di dalamnya terdapat bulatan

raut negatif sebagai kornea mata. Raut rambut berupa lengkungan-lengkungan

cembung cekung padat yang melengkung ke kiri kemudian ke atas. Raut

telinga berupa lengkungan raut cekung cembung yang padat bervolume, raut

ornamen di sekitar wajah berbentuk raut-raut lengkung yang melengkung

bebas menuju ke samping kiri dan kanan telinga. Raut pada karya tersebut

adalah raut organis, yaitu raut yang bertepi lengkung bebas. Hal ini dapat

dilihat melalui bentuk mata, telinga, mulut, rambut, dan ornamen di sekitar

wajah. Raut positif dapat dijumpai pada bentuk motif, sedangkan raut negatif

pada bentuk ukiran yang tembus pandang. Warna wajah yang meliputi alis,

mata, hidung, bibir, pipi, telinga, dagu, dan rambut. Berwarna coklat muda,
merupakan hasil dari bahan finishing melamine clear gloss, Sedangkan warna

pada ornamen di sekitar wajah berwarna coklat tua, merupakan hasil dari bahan

finishing teak oil. Tekstur pada karya gambar VII dicapai dengan

menggunakan goresan pahat. Tekstur tersebut termasuk tekstur taktil yaitu

merupakan sejenis tekstur yang tidak saja dapat dirasakan dengan melihatnya,

tetapi juga dengan rabaan tangan.

Pada karya tersebut menggunakan prinsip-prinsip desain, yaitu dominasi,

keseimbangan, kesatuan, dan irama.

Dominasi dimunculkan melalui bentuk mulut, mata, telinga, dan rambut

yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap sebagai ekspresi wajah

yang senyum terpaksa.

Keseimbangan yang digunakan dalam karya tersebut adalah

keseimbangan simetris dan asimetris. (1) Keseimbangan simetris yaitu

keseimbangan yang ditimbulkan oleh penataan yang berukuran imbang secara

formal, unsur-unsur yang ditata berdasarkan sumbu simetri, kesan yang

diperoleh dari penataan ini tenang, statis, agung. Hal tersebut dapat dilihat

melalui bentuk antara mata sebelah kanan dan kiri sama-sama, bentuk alis

kanan dan kiri sama, bentuk mulut antara bagian kanan dan kiri sama, bentuk

mata kanan dan kiri sama, bentuk pipi antara kanan dan kiri sama. (2)

Keseimbangan asimetris yaitu keseimbangan yang informal yang diperoleh

dari penataan unsur-unsur organik yang tidak terikat oleh bidang dan sumbu

simetrisnya. Kesan yang diperoleh dari keseimbangan asimetris atau informal

ini adalah gerak yang dinamis. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk rambut,
telinga dengan ukuran yang berbeda antara sebelah kanan dan kiri, ornamen di

sekitar wajah berbeda antara sebelah kanan dan kiri.

Kesatuan pada karya ini dicapai melalui kombinasi unsur rupa dan

prinsip desain. Hal tersebut diperoleh dari perpaduan garis lengkung, tekstur

taktil, warna yang diperoleh dari kombinasi baha finishing melamine dan teak

oil, raut organis, positif, dan negatif, tekstur taktil/nyata, irama flowing,

keseimbangan simetris dan asimetris, dominasi.

Irama flowing dapat dilihat pada bentuk rambut telinga, dan ornamen

yang terdapat di sekitar wajah. Irama yang tampak adalah susunan garis-garis

lengkung.

Dari analisis di atas dapat ditangkap kesan senyum terpaksa. Hal tersebut

dapat dilihat dari bentuk mulut yang melebar ke samping kiri dan kanan,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ekspresi yang dimunculkan pada karya

tersebut adalah ekspresi senyum yang terpaksa dilakukan karena tidak enak

dengan temannya bagi orang lain yang memandang.


Foto IV.8.

Spesifikasi Karya VIII

Judul : Menangis sedih

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 50 cm x 30 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Menangis sedih adalah judul karya tersebut, termasuk jenis ukiran ayour

relief/krawangan ditampilkan objek karya kerajinan ukir kayu dengan

menggunakan bahan utama kayu jati berukuran 50 cm x 30 cm dengan

finishing yang digunakan adalah kombinasi antara melamine clear gloss dan

teak oil.
Karya ukiran ditempelkan di permukaan papan (partikel board) setebal

0,5 cm dengan ukuran 56 cm x 37,5 cm, berwarna coklat muda yang dikemas

dengan pigura ukuran 69 cm x 50,5 cm berwarna coklat tua.

Karya ukiran tersebut menampilkan satu mulut, satu hidung, dua telinga,

dua mata, dua alis, ornamen di sekitar wajah.

Karya ukiran tersebut, menggunakan unsur-unsur rupa, yaitu garis, raut,

warna, dan tekstur. Garis yang digunakan dalam karya ini adalah garis

lengkung, garis tersebut memberi kesan lembut, kewanitaan dan luwes. Raut

wajah berupa lengkungan cembung padat bervolume semakin ke bawah

semakin kecil. Raut hidung berbentuk besar dan melebar bagian bawah. Raut

mata berbentuk bulatan cembung, raut alis melengkung bebas sehingga

membentuk raut telinga yang padat dan bervolume. Raut mulut berbentuk

cembung melengkung ke bawah. Raut rambut merupakan susunan raut-raut

cembung cekung yang melengkung ke bagian bawah. Raut ornamen di dahi

berbentuk bulatan kecil, sedangkan raut ornamen di atas rambut berupa bulatan

yang di dalamnya terdapat raut negatif. Raut pada karya tersebut adalah raut

organis, yaitu raut yang bertepi lengkung bebas. Hal tersebut dapat dilihat

melalui bentuk alis, telinga, dan rambut Warna wajah yang meliputi mata,

bibir, sebagian pipi, dan ornamen di dahi, berwarna coklat muda yang

merupakan hasil dari bahan finishing melamine clear gloss, sedangkan warna

pada hidung, rambut, sebagian pipi, dan ornamen di sekitar wajah berwarna

coklat tua yang merupakan hasil dari bahan finishing teak oil. Tekstur pada

karya gambar VIII dicapai dengan menggunakan goresan pahat. Tekstur


tersebut termasuk tekstur taktil yaitu merupakan sejenis tekstur yang tidak saja

dapat dirasakan dengan melihatnya, tetapi juga dapat dirasakan dengan rabaan

tangan.

Irama, keseimbangan, dominasi, dan kesatuan adalah prinsip-prinsip

desain yang digunakan.

Irama dapat dilihat pada bentuk rambut, alis, telinga, rambut, dan

ornamen yang terdapat di sekitar wajah. Irama yang tampak adalah susunan

garis-garis lengkung atau disebut juga dengan irama flowing. Adapun ornamen

yang mengesankan irama adalah bentuk wajah, rambut, dan ornamen di sekitar

wajah.

Keseimbangan yang digunakan dalam karya tersebut adalah

keseimbangan asimetris yaitu keseimbangan yang informal yang diperoleh dari

penataan unsur-unsur organik yang tidak terikat oleh bidang dan sumbu

simetrisnya. Kesan yang diperoleh dari keseimbangan asimetris adalah gerak

yang dinamis. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk ukiran antara bagian kanan

dan kiri berbeda.

Dominasi dimunculkan melalui bentuk mulut, dan mata, yang dibuat

sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap sebagai ekspresi wajah yang sedang

menangis sedih.

Kesatuan pada karya ini dicapai melalui kombinasi unsur rupa dan

prinsip desain. Hal tersebut diperoleh dari perpaduan garis lengkung, tekstur

taktil, warna yang diperoleh dari kombinasi baha finishing melamine dan teak

oil, raut organis, positif, dan negatif, tekstur taktil/nyata, irama flowing,

keseimbangan asimetris, dan dominasi.


Dari analisis di atas dapat ditangkap kesan menangis sedih. Hal ini dapat

dilihat dari bentuk mulut melengkung ke atas, dengan kedua mata

mengeluarkan air mata, sehingga dapat disimpulkan bahwa ekspresi yang

dimunculkan pada karya tersebut adalah ekspresi sedang menangis sedih.

Ekspresi tersebut menunjukkan kesedihan yang mendalam bagi orang lain yang

memandang.
Foto IV.9.

Spesifikasi Karya IX

Judul : Menangis lagi

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 50 cm x 30 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Karya ukir yang berjudul menangis lagi, ditampilkan objek karya

kerajinan ukir kayu dengan menggunakan jenis kayu jati berukuran 50 cm x 30

cm dengan jenis ukiran ayour relief/krawangan. Finishing yang digunakan

adalah kombinasi antara melamine clear gloss dan teak oil. Karya ukiran
tersebut menampilkan satu mulut, satu hidung, dua mata, dua alis, ornamen di

sekitar wajah.

Karya ukiran tersebut ditempelkan di permukaan papan (partikel board)

berwarna coklat muda setebal 0,5 cm dengan ukuran 57 cm x 37 cm, yang di

kemas dengan pigura berwarna coklat tua dengan ukuran 71 cm x 50 cm.

Karya tersebut, menggunakan unsur-unsur rupa garis, raut, warna, dan

tekstur. Garis yang digunakan dalam karya ini adalah garis lengkung, yaitu

garis yang memberi kesan lembut, kewanitaan dan luwes. Raut wajah

berbentuk segitiga cembung padat bervolume, wajah bagian atas lebih lebar.

Raut mata bulat cembung dan di dalamnya terdapat raut negatif yang berbentuk

bulatan kecil sebagai kornea mata, raut mulut cembung melengkung ke bawah.

Raut alis cembung cekung yang padat bervolume, melengkung bebas ke

bawah. Raut rambut berupa dua buah lengkungan raut yang melengkung ke

bawah dan ke atas. Raut ornamen di sekitar wajah merupakan lengkungan raut

cembung dan cekung yang melengkung bebas, bagian bawah dagu sebelah kiri

terdapat raut yang membentuk huruf ‘A’. Raut-raut karya tersebut adalah raut

organis, yaitu raut yang bertepi lengkung bebas. Dapat dilihat dari bentuk alis,

rambut, dan ornamen di sekitar wajah. Raut positif dapat dijumpai pada bentuk

motif, sedangkan raut negatif pada bentuk ukiran yang tembus pandang. Warna

wajah merupakan hasil dari bahan finishing melamine clear gloss, yang

meliputi dahi, mata, hidung, bibir, pipi, dagu, dan rambut berwarna coklat

muda. Sedangkan warna pada alis, dan ornamen di sekitar wajah berwarna

coklat tua yang merupakan hasil dari bahan finishing teak oil. Tekstur pada
karya IX dicapai dengan menggunakan goresan pahat, yang termasuk tekstur

taktil yaitu sejenis tekstur yang tidak saja dapat dirasakan dengan melihatnya,

tetapi juga dengan rabaan tangan.

Karya tersebut menggunakan prinsip-prinsip desain irama, dominasi,

keseimbangan, dan kesatuan.

Irama dapat dilihat pada bentuk rambut, alis, dan ornamen yang terdapat

pada wajah dan sekitar wajah. Irama yang tampak adalah susunan garis-garis

lengkung. Adapun ornamen yang mengesankan irama adalah rambut, dan

ornamen di sekitar wajah.

Dominasi dapat dilihat melalui bentuk mulut, alis, dan mata, yang dibuat

sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap sebagai ekspresi wajah yang sedang

menangis.

Keseimbangan yang digunakan dalam karya tersebut adalah

keseimbangan asimetris yaitu keseimbangan yang informal yang diperoleh dari

penataan unsur-unsur organik yang tidak terikat oleh bidang dan sumbu

simetrisnya. Kesan yang diperoleh dari keseimbangan asimetris atau informal

ini adalah gerak yang dinamis. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk wajah,

alis, air mata, rambut, dengan ukuran yang berbeda antara sebelah kanan dan

kiri, ornamen pada pipi dan di sekitar wajah berbeda bentuk dan ukuran antara

sebelah kanan dan kiri.

Kesatuan pada karya ini dicapai melalui kombinasi unsur rupa dan

prinsip desain. Hal tersebut diperoleh dari perpaduan garis lengkung, tekstur

taktil, warna yang diperoleh dari kombinasi baha finishing melamine dan teak
oil, raut organis, positif, dan negatif, tekstur taktil/nyata, irama flowing,

keseimbangan asimetris, dan dominasi.

Karya tersebut dapat dicermati bentuk ukiran yang menggambarkan

wajah sedang menangis yang dimunculkan dengan bentuk bibir, alis, dan kedua

mata yang membuka dengan mengeluarkan air mata.

Dari analisis di atas dapat ditangkap kesan menangis. Hal tersebut dapat

dilihat dari bentuk mata yang mengeluarkan air mata dengan mulut

melengkung ke atas, sehingga dapat disimpulkan bahwa ekspresi yang timbul

dari karya tersebut menunjukkan ekspresi wajah yang sedang menangis bagi

orang yang memandang.


Foto IV.10.

Spesifikasi Karya X

Judul : Terdiam membisu

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 40 cm x 30 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Terdiam membisu adalah judul karya tersebut, ditampilkan objek karya

kerajinan ukir kayu dengan menggunakan jenis kayu jati berukuran 53 cm x 30

cm dengan jenis ukiran ayour relief/krawangan. Karya ukiran tersebut

menampilkan satu mulut, satu hidung, dua telinga, dua mata, dua alis, rambut,
dan ornamen di pipi dan di sekitar wajah. Finishing yang digunakan dalam

karya tersebut adalah kombinasi antara melamine clear gloss dan teak oil.

Karya ukiran tersebut ditempelkan di permukaan papan (partikel board)

berwarna coklat muda setebal 0,5 cm dengan ukuran 51 cm x 40,5 cm, yang di

kemas dengan pigura berwarna coklat tua dengan ukuran 63,5 cm x 54 cm.

Unsur-unsur rupa yang digunakan dalam karya ukiran tersebut, yaitu

garis, raut, warna, dan tekstur. Garis dalam karya tersebut adalah garis

lengkung, yaitu garis yang memberi kesan lembut, kewanitaan dan luwes. Raut

hidung berbentuk cembung seperti air yang mau menetes. Raut mata sebagian

berupa raut negatif, dan di dalamnya terdapat raut positif berupa raut setengah

lingkaran sebagai kornea mata. Raut alis berupa lengkungan cembung kecil

yang melengkung ke datar ke samping kanan dan kiri. Raut mulut berupa raut

cembung, raut wajah berbentuk segitiga. Raut ornamen pada pipi berupa

susunan raut-raut lengkung cekung. Raut telinga berbentuk cekungan padat

yang melengkung bebas. Raut rambut berupa susunan raut-raut cembung

cekung yang padat melengkung ke atas. Raut ornamen di sekitar wajah

melengkung bebas ke bawah. Raut positif dapat dijumpai pada bentuk motif,

sedangkan raut negatif pada bentuk ukiran yang tembus pandang. Raut dalam

karya tersebut adalah raut organis, yaitu raut yang bertepi lengkung bebas.

Warna wajah yang meliputi alis, mata, bibir, hidung, pipi, dan dagu berwarna

coklat muda yang merupakan hasil dari bahan finishing melamine clear gloss,

sedangkan warna pada bagian telinga, rambut, dan ornamen di sekitar wajah

berwarna coklat tua yang merupakan hasil dari bahan finishing teak oil. Tekstur

pada karya gambar X dicapai dengan menggunakan goresan pahat. Tekstur


tersebut termasuk tekstur taktil yaitu merupakan sejenis tekstur yang tidak saja

dapat dirasakan dengan melihatnya, tetapi juga dengan rabaan tangan.

Keseimbangan, irama, dominasi, dan kesatuan adalah prinsip-prinsip

desain yang digunakan.

Keseimbangan dalam karya tersebut adalah keseimbangan asimetris yaitu

keseimbangan yang informal yang diperoleh dari penataan unsur-unsur organik

yang tidak terikat oleh bidang dan sumbu simetrisnya. Kesan yang diperoleh

dari keseimbangan asimetris atau informal ini adalah gerak yang dinamis. Hal

tersebut dapat dilihat dari bentuk hidung, rambut, dan ornamen di seiktar wajah

berbeda bentuk dan ukuran antara sebelah kanan dan kiri.

Irama dapat dilihat pada bentuk ukiran alis, telinga, rambut, mata,

ornamen yang terdapat pada wajah dan sekitar wajah. Irama yang tampak

adalah perpaduan garis-garis lengkung. Adapun ornamen yang mengesankan

irama adalah ornamen pada wajah dan di sekitar wajah.

Dominasi dimunculkan melalui bentuk mata, alis, mulut, dan ornamen

pada pipi yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap sebagai

ekspresi wajah yang sedang diam membisu.

Kesatuan pada karya ini dicapai melalui kombinasi unsur rupa dan

prinsip desain. Hal tersebut diperoleh dari perpaduan garis lengkung, tekstur

taktil, warna yang diperoleh dari kombinasi baha finishing melamine dan teak

oil, raut organis, positif, dan negatif, tekstur taktil/nyata, irama flowing,

keseimbangan asimetris, dan dominasi.


Dari analisis di atas dapat ditangkap kesan diam. Hal tersebut dapat

dilihat dari bentuk mulut yang menutup, sehingga dapat disimpulkan bahwa

ekspresi yang dimunculkan pada karya tersebut adalah ekspresi diam karena

merenungkan kesalahan yang tidak termaafkan. Ekspresi tersebut menunjukkan

kebisuan dan kesedihan yang mendalam bagi orang lain yang memandang.
Foto IV.11.

Spesifikasi Karya XI

Judul : Genit

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 49 cm x 36 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Ukiran yang berjudul genit, ditampilkan objek karya kerajinan ukir kayu

dengan menggunakan jenis kayu jati berukuran 49 cm x 36 cm dengan jenis

ukiran ayour relief/krawangan. Finishing yang digunakan adalah kombinasi

antara melamine clear gloss dan teak oil.


Karya ukiran tersebut ditempelkan di permukaan papan (partikel board)

berwarna coklat muda setebal 0,5 cm dengan ukuran 56 cm x 39 cm, yang

dikemas dengan pigura berwarna coklat tua dengan ukuran 54,5 cm x 51,5 cm.

Karya ukiran tersebut menampilkan satu mulut, satu hidung, dua telinga,

dua mata, dua alis, rambut, dan ornamen di pipi dan di sekitar wajah.

Garis, raut, warna, dan tekstur adalah unsur-unsur rupa yang digunakan

dalam karya ukiran tersebut. Garis dalam karya ini adalah garis lengkung, yaitu

garis tersebut memberi kesan lembut, kewanitaan dan luwes. Raut wajah

berbentuk elip cembung. Raut mata sebelah kiri bulat cembung, di dalamnya

terdapat raut negatif yang berbentuk bulatan kecil sebagai kornea mata,

sedangkan raut mata sebelah kanan menutup yang berbentuk lengkungan raut

cembung. Raut hidung berbentuk lengkungan cembung yang melengkung ke

samping kiri. Raut mata menutup berbentuk cembung cekung, raut telinga

berbentuk lengkungan cekung. Raut rambut berupa susunan raut-raut lengkung

cekung cembung yang padat bervolume, raut ornamen di sekitar wajah

berbentuk cembung cekung yang melengkung ke atas, ke samping kanan, kiri,

dan bawah wajah. Raut dalam karya tersebut adalah raut organis, yaitu raut

yang bertepi lengkung bebas. Hal ini dapat dilihat melalui bentuk rambut, alis,

telinga, dan ornamen di sekitar wajah. Raut positif dapat dijumpai pada bentuk

motif, sedangkan raut negatif pada bentuk ukiran yang tembus pandang..

Warna wajah yang meliputi rambut, dahi, alis, mata, bibir, hidung, pipi,

ornamen pada rambut, dan sebagian dagu berwarna coklat muda yang

merupakan hasil dari bahan finishing melamine clear gloss, sedangkan warna
pada bagian telinga, sebagian dagu dan ornamen di sekitar wajah berwarna

coklat tua yang merupakan hasil dari bahan finishing teak oil. Tekstur pada

karya gambar XI dicapai dengan menggunakan goresan pahat. Tekstur tersebut

termasuk tekstur taktil yaitu merupakan sejenis tekstur yang tidak saja dapat

dirasakan dengan melihatnya, tetapi juga dengan rabaan tangan.

Karya ukiran tersebut menggunakan prinsip-prinsip desain irama,

kesatuan, keseimbangan, dan dominasi.

Irama dapat dilihat pada bentuk ukiran alis, telinga, rambut, mata,

hidung, dan ornamen di sekitar wajah. Irama yang tampak adalah irama

flowing, yaitu perpaduan garis-garis lengkung. Adapun ornamen yang

mengesankan irama adalah ornamen pada rambut dan di sekitar wajah.

Kesatuan pada karya ini dicapai melalui kombinasi unsur rupa dan

prinsip desain. Hal tersebut diperoleh dari perpaduan garis lengkung, tekstur

taktil, warna yang diperoleh dari kombinasi baha finishing melamine dan teak

oil, raut organis, positif, dan negatif, tekstur taktil/nyata, irama flowing,

keseimbangan asimetris, dan dominasi. Keseimbangan dalam karya tersebut

adalah keseimbangan asimetris yaitu keseimbangan yang informal yang

diperoleh dari penataan unsur-unsur organik yang tidak terikat oleh bidang dan

sumbu simetrisnya. Kesan yang diperoleh dari keseimbangan asimetris atau

informal ini adalah gerak yang dinamis. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk

hidung, rambut, telinga, mata, dan ornamen di sekitar wajah berbeda bentuk

dan ukuran antara sebelah kanan dan kiri.


Dominasi dimunculkan melalui bentuk mata, alis, mulut, dan hidung

yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap sebagai ekspresi wajah

genit.

Dari analisis di atas dapat ditangkap kesan genit. Hal tersebut dapat

dilihat dari bentuk alis yang sedikit ke atas dan mata yang menutup sebelah,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ekspresi yang dimunculkan pada karya

tersebut adalah ekspresi genit pada seseorang yang ada di hadapannya.

Ekspresi tersebut menunjukkan kegenitan bagi orang yang memandang.


Foto IV.12.

Spesifikasi Karya XII

Judul : Melotot

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 40 cm x 30 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Melotot adalah judul karya tersebut, ditampilkan objek karya kerajinan

ukir kayu dengan menggunakan jenis kayu jati berukuran 40 cm x 30 cm

dengan jenis ukiran ayour relief/krawangan. Karya ukiran tersebut


menampilkan satu mulut, satu hidung, dua mata, dua alis, rambut, dan ornamen

di pipi dan di sekitar wajah.

Finishing yang digunakan adalah kombinasi antara melamine clear gloss

dan teak oil. Karya ukiran tersebut ditempelkan di permukaan papan (partikel

board) berwarna coklat muda setebal 0,5 cm dengan ukuran 50 cm x 40 cm,

yang dikemas dengan pigura berwarna coklat tua dengan ukuran 64 cm x 54,5

cm.

Karya ukiran tersebut, menggunakan unsur-unsur rupa, yaitu garis, raut,

warna, dan tekstur. Garis yang digunakan dalam karya ini adalah garis

lengkung, garis tersebut memberi kesan lembut, kewanitaan dan luwes. Raut

wajah berbentuk bulat cembung, raut hidung berbentuk lonjong cembung. Raut

mata berbentuk bulat, didalamnya terdapat raut negatif yang berbentuk bulatan

kecil sebagai kornea mata. Raut alis berupa lengkungan cembung, raut mulut

menutup, berbentuk lengkungan cembung cekung yang padat bervolume. Raut

rambut berupa lengkungan raut cembung cekung yang melengkung ke atas,

disertai raut yang berbentuk bulat dan setengah lingkaran yang disusun ke atas.

Raut ornamen di sekitar wajah berupa lengkungan raut cembung cekung yang

melengkung bebas, raut dalam karya tersebut adalah raut geometris dan

organis. (1) Raut geometris adalah raut yang berkontur yang dibatasi oleh garis

lurus atau lengkung yang mekanis, dapat dilihat melalui bentuk mata dan

ornamen di dahi. (2) Raut organis yaitu raut yang bertepi lengkung bebas,

dapat dilihatpada bentuk ornamen pada wajah dan di sekitar wajah. Raut positif

dapat dijumpai pada bentuk motif, sedangkan raut negatif pada bentuk ukiran
yang tembus pandang. Warna wajah yang meliputi alis, mata, bibir, hidung,

pipi, ornamen di atas dahi, sebagian rambut, berwarna coklat muda yang

merupakan hasil dari bahan finishing melamine clear gloss. Sedangkan warna

pada ornamen di atas alis dan di sekitar wajah berwarna coklat tua yang

merupakan hasil dari bahan finishing teak oil. Tekstur pada karya gambar XII

dicapai dengan menggunakan goresan pahat. Tekstur tersebut termasuk tekstur

taktil yaitu merupakan sejenis tekstur yang tidak saja dapat dirasakan dengan

melihatnya, tetapi juga dengan rabaan tangan.

Prinsip-prinsip desain yang digunakan adalah irama, keseimbangan,

dominasi, dan kesatuan.

Irama dapat dilihat pada bentuk ukiran alis, mata, hidung, dan ornamen

di sekitar wajah. Irama yang tampak adalah perpaduan garis-garis lengkung.

Adapun ornamen yang mengesankan irama adalah ornamen pada ornamen di

sekitar wajah.

Keseimbangan dalam karya tersebut adalah keseimbangan simetris dan

keseimbangan asimetris. (1) Keseimbangan simetris yaitu keseimbangan yang

ditimbulkan oleh penataan yang berukuran imbang secara formal, unsur-unsur

yang ditata berdasarkan sumbu simetri, kesan yang diperoleh dari penataan ini

tenang, statis, agung. Hal tersebut dapat dilihat melalui bentuk antara mata

sebelah kanan dan kiri sama-sama, bentuk alis kanan dan kiri sama, bentuk

mulut antara bagian kanan dan kiri sama, bentuk ornamen pada pipi kanan dan

kiri sama. (2) Keseimbangan asimetris yaitu keseimbangan yang informal yang

diperoleh dari penataan unsur-unsur organik yang tidak terikat oleh bidang dan
sumbu simetrisnya. Kesan yang diperoleh dari keseimbangan asimetris atau

informal ini adalah gerak yang dinamis. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk

ornamen di sekitar wajah berbeda bentuk dan ukuran antara sebelah kanan dan

kiri.

Dominasi dimunculkan melalui bentuk mata, alis, mulut, dan hidung

yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap sebagai ekspresi wajah

genit.

Kesatuan pada karya ini dicapai melalui kombinasi unsur rupa dan

prinsip desain. Hal tersebut diperoleh dari perpaduan garis lengkung, tekstur

taktil, warna yang diperoleh dari kombinasi baha finishing melamine dan teak

oil, raut organis, positif, dan negatif, tekstur taktil/nyata, irama flowing,

keseimbangan simetris dan asimetris, dominasi.

Dari analisis di atas dapat ditangkap kesan melotot. Hal tersebut dapat

dilihat dari bentuk kedua mata yang terbuka lebar, sehingga dapat disimpulkan

bahwa ekspresi yang dimunculkan pada karya tersebut adalah ekspresi melotot.

Ekspresi tersebut menunjukkan seseorang yang melotot karena melihat sesuatu

bagi orang lain yang memandang.


Foto IV.13.

Spesifikasi Karya XIII

Judul : Senyum ompong

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 48 cm x 30 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Ukiran yang berjudul senyum ompong, ditampilkan objek karya

kerajinan ukir kayu dengan menggunakan jenis kayu jati berukuran 48 cm x 30

cm dengan jenis ukiran ayour relief/krawangan. Karya tersebut menampilkan

satu mulut, satu hidung, dua mata, rambut, dan ornamen di sekitar wajah.
Finishing yang digunakan adalah kombinasi antara melamine clear gloss

dan teak oil.

Karya ukiran tersebut ditempelkan di permukaan papan (partikel board)

berwarna coklat muda setebal 0,5 cm dengan ukuran 50,5 cm x 35,5 cm, yang

dikemas dengan pigura berwarna coklat tua dengan ukuran 62 cm x 48 cm.

Unsur-unsur rupa yang digunakan dalam karya tersebut adalah garis,

raut, warna, dan tekstur. Garis yang digunakan dalam karya ini adalah garis

lengkung, garis tersebut memberi kesan lembut, kewanitaan dan luwes. Raut

mulut berupa lengkungan padat bervolume, raut hidung berbentuk bulat

cembung. Raut mata berbentuk raut yang melengkung ke atas. Raut rambut

berbentuk lengkungan cembung cekung yang padat, raut ornamen melengkung

bebas ke bawah. Raut dalam karya tersebut adalah raut organis dan geometris.

(1) Raut organis yaitu raut yang bertepi lengkung bebas, hal ini dapat dilihat

dari bentuk mulut, mata, dan ornamen di sekitar wajah. (2) Raut geometris,

yaitu raut yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung yang mekanis, hal ini

dapar dilihat melalui bentuk hidung. Raut positif dapat dijumpai pada bentuk

motif, sedangkan raut negatif pada bentuk ukiran yang tembus pandang. Warna

wajah yang meliputi pipi, dan ornamen di sekitar wajah berwarna coklat muda

yang merupakan hasil dari bahan finishing melamine clear gloss, sedangkan

warna pada bagian bibir, mata, rambut, dan hidung, berwarna coklat kekuning-

kuningan, merupakan hasil dari bahan finishing teak oil. Tekstur pada karya

gambar XIII dicapai dengan menggunakan goresan pahat. Tekstur tersebut


termasuk tekstur taktil yaitu merupakan sejenis tekstur yang tidak saja dapat

dirasakan dengan melihatnya, tetapi juga dengan rabaan tangan.

Pada karya tersebut menggunakan prinsip-prinsip desain, yaitu, irama,

dominasi, keseimbangan, dan kesatuan.

Irama flowing dapat dilihat pada bentuk ukiran alis, mata, hidung, dan

ornamen di sekitar wajah. Irama yang tampak adalah perpaduan garis-garis

lengkung.

Dominasi dimunculkan melalui bentuk mulut, mata, dan hidung yang

dibuat sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap sebagai ekspresi wajah

senyum tanpa gigi.

Keseimbangan dalam karya tersebut adalah keseimbangan simetris dan

keseimbangan asimetris. (1) Keseimbangan simetris yaitu keseimbangan yang

ditimbulkan oleh penataan yang berukuran imbang secara formal, unsur-unsur

yang ditata berdasarkan sumbu simetri, kesan yang diperoleh dari penataan ini

tenang, statis, agung. Hal tersebut dapat dilihat melalui bentuk antara mata

sebelah kanan dan kiri sama-sama, bentuk alis kanan dan kiri sama, bentuk

mulut antara bagian kanan dan kiri sama, bentuk ornamen pada pipi kanan dan

kiri sama. (2) Keseimbangan asimetris yaitu keseimbangan yang informal yang

diperoleh dari penataan unsur-unsur organik yang tidak terikat oleh bidang dan

sumbu simetrisnya. Kesan yang diperoleh dari keseimbangan asimetris atau

informal ini adalah gerak yang dinamis. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk

ornamen di sekitar wajah berbeda bentuk dan ukuran antara sebelah kanan dan

kiri.
Kesatuan pada karya ini dicapai melalui kombinasi unsur rupa dan

prinsip desain. Hal tersebut diperoleh dari perpaduan garis lengkung, tekstur

taktil, warna yang diperoleh dari kombinasi baha finishing melamine dan teak

oil, raut organis, positif, dan negatif, tekstur taktil/nyata, irama flowing,

keseimbangan simetris dan asimetris, dominasi.

Dari analisis di atas dapat ditagkap kesan senyum. Hal tersebut dapat

dilihat dari bentuk mulut yang terbuka lebar tanpa gigi, dengan kedua mata,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ekspresi yang dimunculkan pada karya

tersebut adalah ekspresi senyum. Ekspresi tersebut menunjukkan seorang

nenek tidak punya gigi sedang tertawa lepas, bagi orang lain yang memandang.
Foto IV.14.

Spesifikasi Karya XIV

Judul : Mengejek

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 50 cm x 34 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Mengejek adalah judul karya tersebut, ditampilkan objek karya kerajinan

ukir kayu dengan menggunakan bahan utama kayu jati berukuran 50 cm x 34

cm, pahat dan palu kayu. Termasuk jenis ukiran ayour relief/krawangan.

Finishing yang digunakan adalah kombinasi antara melamine clear gloss dan

teak oil.
Karya ukiran tersebut ditempelkan di permukaan papan (partikel board)

berwarna coklat muda setebal 0,5 cm dengan ukuran 61 cm x 45,5 cm, yang

dikemas dengan pigura berwarna coklat tua dengan ukuran 73 cm x 58 cm.

Karya ukiran tersebut menampilkan satu mulut, tujuh belas gigi, satu

lidah, satu hidung, dua telinga, dua mata, dua alis, rambut, dan di sekitar wajah.

Karya ukiran tersebut, menggunakan unsur-unsur rupa, yaitu garis, raut,

warna, dan tekstur. Garis yang digunakan dalam karya ini adalah garis lurus

dan lengkung. Raut wajah cembung, bagian bawah melebar ke samping kanan

dan kiri. Raut mata bulat cembung disertai dengan susunan raut lengkung ke

samping kanan dan kiri mata, di dalamnya terdapat raut negatif berupa bulatan

kecil sebagai kornea mata. Raut mulut terbuka lebar dengan raut lidah dan raut

gigi atas terlihat semua, di sela sela gigi dan lidah terdapat raut negatif. Raut

hidung bagian bawah melebar ke kanan dan kiri, bagian bawah hidung sebelah

kiri terdapat raut negatif yang berupa bulatan kecil. Raut alis berupa

lengkungan cembung cekung yang melengkung ke samping kanan dan kiri

wajah. Raut rambut berupa susuna raut-raut yang melengkung ke samping

kanan, kiri, dan atas wajah. Raut telinga melengkung bebas ke bawah dagu.

Raut dalam karya tersebut adalah raut geometris dan organis. (1) Raut

geometris adalah raut yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung yang

mekanis, dapat dilihat melalui bentuk mata, ornamen pada hidung, dan pipi. (2)

Raut organis, yaitu raut yang bertepi lengkung bebas, hal ini dapat dilihat

melalui bentuk wajah, yang meliputi alis, rambut, telinga, dan ornamen di

sekitar wajah. Raut positif dapat dijumpai pada bentuk motif, sedangkan raut
negatif pada bentuk ukiran yang tembus pandang. (1) Garis lurus tersebut

memberi kesan tegas, hal tersebut dapat dilihat dari bentuk gigi. (2) Garis

lengkung tersebut memberi kesan lembut, kewanitaan dan luwes, hal tersebut

dapat dilihat dari bentuk wajah dan segala ornamennya. Warna wajah yang

meliputi dahi, mata, bibir, gigi, lidah, hidung, pipi, dagu, dan ornamen di atas

rambut berwarna coklat muda yang merupakan hasil dari bahan finishing

melamine clear gloss. Sedangkan warna pada bagian telinga, rambut, dan

ornamen di sekitar wajah berwarna coklat tua yang merupakan hasil dari bahan

finishing teak oil. Tekstur pada karya gambar XIV dicapai dengan

menggunakan goresan pahat. Tekstur tersebut termasuk tekstur taktil yaitu

merupakan sejenis tekstur yang tidak saja dapat dirasakan dengan melihatnya,

tetapi juga dengan rabaan tangan.

Karya ukiran tersebut menggunakan prinsip-prinsip desain, yaitu, irama,

keseimbangan, dominasi, dan kesatuan.

Irama dapat dilihat pada bentuk ukiran alis, mata, hidung, telinga,

rambut, ornamen yang terdapat pada wajah dan sekitar wajah. Irama yang

tampak adalah perpaduan garis-garis lengkung. Adapun ornamen yang

mengesankan irama adalah ornamen pada wajah dan di sekitar wajah.

Keseimbangan dalam karya tersebut adalah keseimbangan asimetris yaitu

keseimbangan yang informal yang diperoleh dari penataan unsur-unsur organik

yang tidak terikat oleh bidang dan sumbu simetrisnya. Kesan yang diperoleh

dari keseimbangan asimetris atau informal ini adalah gerak yang dinamis. Hal
tersebut dapat dilihat dari bentuk alis, hidung, rambut, dan ornamen di sekitar

wajah berbeda bentuk dan ukuran antara sebelah kanan dan kiri.

Dominasi dimunculkan melalui bentuk mulut, mata, alis, gigi, dan lidah

yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap sebagai ekspresi wajah

yang mengejek.

Kesatuan pada karya ini dicapai melalui kombinasi unsur rupa dan

prinsip desain. Hal tersebut diperoleh dari perpaduan garis lengkung, tekstur

taktil, warna yang diperoleh dari kombinasi baha finishing melamine dan teak

oil, raut organis, positif, dan negatif, tekstur taktil/nyata, irama flowing,

keseimbangan asimetris, dan dominasi.

Dari analisis di atas dapat ditangkap kesan mengejek. Hal ini dapat

dilihat dari bentuk mulut terbuka dengan lidah menjulur keluar, dan mata

terbuka lebar, sehingga dapat disimpulkan bahwa ekspresi yang dimunculkan

pada karya tersebut adalah ekspresi mengejek seseorang yang ada di depannya

bagi orang lain yang memandang.

.
Foto IV.15.

Spesifikasi Karya XV

Judul : Sinis

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 40 cm x 30 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Ukiran yang berjudul sinis, ditampilkan objek karya kerajinan ukir kayu

dengan menggunakan jenis kayu jati berukuran 40 cm x 30 cm dengan jenis

ukiran ayour relief/krawangan. Finishing yang digunakan adalah kombinasi

antara melamine clear gloss dan teak oil.


Karya ukiran tersebut ditempelkan di permukaan papan (partikel board)

berwarna coklat muda setebal 0,5 cm dengan ukuran 50 cm x 40,5 cm, yang

dikemas dengan pigura berwarna coklat tua dengan ukuran 67,5 cm x 57,5 cm.

Karya ukiran tersebut menampilkan satu mulut, satu hidung, dua telinga,

dua mata, dua alis, rambut, dan ornamen di sekitar wajah.

Unsur-unsur rupa yang digunakan dalam karya ukiran tersebut, yaitu

garis, raut, warna, dan tekstur. Garis yang digunakan dalam karya ini adalah

garis lengkung, garis tersebut memberi kesan lembut, kewanitaan dan luwes,

hal tersebut dapat dilihat dari bentuk wajah dan segala ornamennya. Raut

wajah berbentuk segitiga yang cembung padat bervolume. Raut hidung

cembung berbentuk melebar bagian bawah, raut mata berupa cekungan yang

melengkung ke atas, di dalamnya terdapat raut negatif sebagai kornea mata.

Raut mulut cembung bagian kiri melengkung ke atas, raut negatif terdapat pada

pipi. Raut telinga cekung cembung yang melengkung bebas ke bawah, raut alis

berupa lengkungan cekung yang melengkung ke bawah. Raut rambut cekung

cembung padat bervolume yang melengkung ke samping kanan dan kiri

kemudian ke atas. Raut ornamen di bawah dagu cembung cekung yang padat

melengkung bebas. Raut pada karya tersebut adalah raut organis dan geometris.

Raut organis tampak pada betuk mata, ornamen pada wajah dan di sekitar

wajah, sedangkan raut geometris tampak pada bentuk ornamen di atas dahi.

Raut positif dapat dijumpai pada bentuk motif, sedangkan raut negatif pada

bentuk ukiran yang tembus pandang. Warna wajah yang meliputi mata, bibir,

hidung, pipi, dagu, sebagian rambut, dan ornamen di atas dahi, berwarna coklat
muda yang merupakan hasil dari bahan finishing melamine clear gloss,

sedangkan warna pada bagian telinga, sebagian rambut, dan ornamen di sekitar

wajah berwarna coklat tua yang merupakan hasil dari bahan finishing teak oil.

Tekstur pada karya gambar XV dicapai dengan menggunakan goresan pahat.

Tekstur tersebut termasuk tekstur taktil yaitu merupakan sejenis tekstur yang

tidak saja dapat dirasakan dengan melihatnya, tetapi juga dengan rabaan

tangan.

Irama, kesatuan, keseimbangan, dan dominasi adalah prinsip-prinsip

desain yang digunakan dalam karya tersebut.

Irama dapat dilihat pada bentuk ukiran alis, telinga, rambut, mata,

ornamen yang terdapat pada wajah dan sekitar wajah yang menunjukkan irama

flowing. Irama yang tampak adalah perpaduan garis-garis lengkung. Adapun

ornamen yang mengesankan irama adalah ornamen pada wajah dan di sekitar

wajah.

Kesatuan pada karya ini dicapai melalui kombinasi unsur rupa dan

prinsip desain. Hal tersebut diperoleh dari perpaduan garis lengkung, tekstur

taktil, warna yang diperoleh dari kombinasi baha finishing melamine dan teak

oil, raut organis, positif, dan negatif, tekstur taktil/nyata, irama flowing,

dominasi, keseimbangan simetris dan asimetris.

Keseimbangan dalam karya tersebut kebanyakan menggunakan

keseimbangan simetris, tapi juga menngunakan keseimbangan asimetiris. (1)

Keseimbangan simetris yaitu keseimbangan yang ditimbulkan oleh penataan

yang berukuran imbang secara formal, unsur-unsur yang ditata berdasarkan


sumbu simetri, kesan yang diperoleh dari penataan ini tenang, statis, agung.

Hal tersebut dapat dilihat melalui bentuk antara mata sebelah kanan dan kiri

sama-sama, bentuk alis kanan dan kiri sama, bentuk mata kanan dan kiri sama,

bentuk pipi antara kanan dan kiri sama, ornamen pada pipi kanan dan kiri

sama. (2) Keseimbangan asimetris yaitu keseimbangan yang informal yang

diperoleh dari penataan unsur-unsur organik yang tidak terikat oleh bidang dan

sumbu simetrisnya. Kesan yang diperoleh dari keseimbangan asimetris atau

informal ini adalah gerak yang dinamis. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk

mulut berbeda bentuk dan ukuran antara bagian wajah sebelah kanan dan kiri.

Dominasi dimunculkan melalui bentuk mata, alis, dan mulut yang dibuat

sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap sebagai ekspresi wajah yang sedang

sinis.

Dari analisis di atas dapat ditangkap kesan sinis. Hal tersebut dapat

dilihat dari bentuk mata menyipit ke atas, mulut sebelah kiri agak ke atas,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ekspresi yang dimunculkan pada karya

tersebut adalah ekspresi sinis pada seseorang. Ekspresi tersebut menunjukkan

sinis bagi orang lain yang memandang.


Foto IV.16.

Spesifikasi Karya XVI

Judul : Merengek

Bahan : Kayu jati, melamine dan teak oil

Ukuran : 47 cm x 28 cm x 3 cm

Tahun : 2005

• Deskripsi dan Analisis Karya

Karya yang berjudul merengek, ditampilkan objek karya kerajinan ukir

kayu dengan menggunakan bahan utama kayu jati berukuran 47 cm x 28 cm

dengan jenis ukiran ayour relief/krawangan. Finishing yang digunakan adalah

kombinasi antara melamine clear gloss dan teak oil.


Karya ukiran tersebut ditempelkan di permukaan papan (partikel board)

berwarna coklat muda setebal 0,5 cm dengan ukuran 50,5 cm x 36 cm, yang

dikemas dengan pigura berwarna coklat tua dengan ukuran 62,5 cm x 48,5 cm.

Karya ukiran tersebut menampilkan satu mulut, satu hidung, dua telinga,

dua mata, dua alis, rambut, tiga kerutan pada dahi, dua kerutan pada dagu. dan

ornamen di sekitar wajah.

Karya ukiran tersebut, menggunakan unsur-unsur rupa, yaitu garis, raut,

warna, dan tekstur. Garis dalam karya ini adalah garis lengkung, yaitu garis

yang memberi kesan lembut, kewanitaan dan luwes, hal tersebut dapat dilihat

dari bentuk wajah dan segala ornamennya. Raut mulut berupa raut negatif, raut

hidung bagian atas berbentuk elip semakin ke bawah semakin kecil menuju ke

bagian kiri. Raut mata berbentuk cembung melengkung ke bagian kiri dan di

dalamnya terdapat raut negatif sebagai kornea mata. Raut alis cembung dan

melengkung ke atas kemudian ke samping. Raut rambut cembung cekung

melengkung ke samping kiri kemudian ke atas. Raut telinga cekung cembung

melengkung ke bawah. Raut ornamen di bawah dagu cembung cekung

melengkung bebas. Raut positif dapat dijumpai pada bentuk motif, sedangkan

raut negatif pada bentuk ukiran yang tembus pandang. Raut dalam karya ukir

ini adalah raut organis, yaitu raut yang bertepi lengkung bebas. Warna wajah

yang meliputi mata, alis, bibir, hidung, pipi, dagu berwarna coklat muda,

merupakan hasil dari bahan finishing melamine clear gloss, sedangkan warna

pada bagian telinga, rambut, dan ornamen di sekitar wajah berwarna coklat

kekuning-kuningan, merupakan hasil dari bahan finishing teak oil. Tekstur


pada karya gambar XVI dicapai dengan menggunakan goresan pahat. Tekstur

tersebut termasuk tekstur taktil yaitu merupakan sejenis tekstur yang tidak saja

dapat dirasakan dengan melihatnya, tetapi juga dengan rabaan tangan.

Prinsip-prinsip desain di atas adalah prinsip yang digunakan dalam karya

tersebut yaitu, dominasi, irama, keseimbangan, dan kesatuan.

Dominasi dimunculkan melalui bentuk mulut, mata, dan alis yang dibuat

sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap sebagai ekspresi wajah yang sedang

merengek.

Irama flowing dapat dilihat pada bentuk ukiran alis, mata, mulut, telinga,

rambut, ornamen yang terdapat pada wajah dan sekitar wajah. Irama terbuat

dari perpaduan garis-garis lengkung.

Keseimbangan dalam karya tersebut menggunakan keseimbangan

asimetiris, yaitu keseimbangan yang informal yang diperoleh dari penataan

unsur-unsur organik yang tidak terikat oleh bidang dan sumbu simetrisnya.

Kesan yang diperoleh dari keseimbangan asimetris atau informal ini adalah

gerak yang dinamis. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk mulut, mata, alis,

hidung, telinga, dan ornamen disekitar wajah berbeda bentuk dan ukuran antara

bagian wajah sebelah kanan dan kiri.

Kesatuan pada karya ini dicapai melalui kombinasi unsur rupa dan

prinsip desain. Hal tersebut diperoleh dari perpaduan garis lengkung, tekstur

taktil, warna yang diperoleh dari kombinasi baha finishing melamine dan teak

oil, raut organis, positif, dan negatif, tekstur taktil/nyata, irama flowing,

keseimbangan asimetris, dan dominasi.


Dari analisis di atas dapat ditangkap kesan merengek. Hal tersebut dapat

dilihat dari bentuk mulut yang terbuka lebar dengan kedua mata menyipit,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ekspresi yang dimunculkan pada karya

tersebut adalah ekspresi merengek, karena minta sesuatu. Ekspresi tersebut

menunjukkan seorang yang sedang mau menangis bagi orang lain yang

memandang.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan karya, maka dapat disimpulkan

dua hal penting sebagai berikut:

Pertama, proyek studi dalam bentuk ukir kayu ini adalah memperlihatkan

suatu ekspresi wajah manusia dewasa dalam berbagai karakter. Ekspresi yang

tampak pada karya tersebut adalah ekspresi marah, menangis, tertawa, genit,

melotot, sinis, terdiam, merengek, mengejek, melirik, dan gregeten karena

terpengaruh oleh benda atau makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Hal ini

ditandai dengan pengungkapan garis lengkung, raut-raut organis, warna

diperoleh dari bahan finishing melamine dan teak oil, tekstur taktil, irama

flowing, dominasi, kesatuan, keseimbangan simetris dan asimetris.

Penulis tertarik mengambil tema ekspresi wajah dalam karya seni ukir

kayu, karena wajah mewakili jiwa yaitu mengungkapkan ekspresi tertawa,

sedih, mengejek, melotot, geregetan, marah, sinis, terdiam, genit. Hal tersebut

sangat menarik untuk dijadikan judul karya seni ukir yang bersifat kreatif

dengan pertimbangan nilai artistik. Judul yang penulis angkat adalah “Ekspresi

Wajah dalam Karya Seni Ukir Kayu”.

Kedua, karya seni ukir kayu yang memvisualkan ekspresi ini secara

keseluruhan menggunakan bahan utama yang digunakan yaitu kayu jati. Kayu

tersebut termasuk jenis kayu jati sungu, seratnya padat, dan berwarna kecoklat-

coklatan, dengan ukuran panjang antara 40-55 cm, lebar antara 28-53 cm,
ketebalan 3 cm. Bahan pendukung yang digunakan yaitu melamine dan teak

oil. Dalam membuat karya ukir tersebut, penulis menggunakan alat utama dan

alat bantu. Alat utamanya yaitu pahat dan palu kayu. Pahat terdiri dari pahat

penyilat, penguku, kol, dan pengot. Sedangkan alat bantunya yaitu chisel,

gergaji bobok, pensil, kompresor, spray gun/penyemprot, kuas, ampelas, batu

asahan, dan bor.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam mengukir kayu adalah

mendesain, mboboki/ngrawangi, memahat, pengampelasan, pewarnaan,

finishing (penyelesaian akhir), langkah selanjutnya adalah pengemasan. Setelah

semua karya ukiran jadi, karya tersebut kelihatan menarik karena serat kayu,

warna yang diperoleh dari kombinasi dari bahan finishing melamine clear gloss

dan teak oil. Kemudian karya tersebut dikemas dengan figura berwarna coklat

tua. Hal itu semakin memperkuat ekspresi wajah dalam karya seni ukir

tersebut.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman yang penulis alami, penulis sarankan dua hal

sebagai berikut:

Pertama, berhubungan dengan teknik finishing melamine dengan teknik

semprot, maka agar hasil yang diperoleh tidak menimbulkan efek atau kesan

tidak rata diusahakan tempat pemrosesan yang tidak ada anginnya. Bila

terpaksa tidak ada tempat tersebut, diusahakan penyemprotannya searah

dengan arah angin. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah
menggunakan masker sewaktu melakukan proses penyemprotan, karena

melamine terdapat bahan-bahan kimia yang membahayakan bagi organ tubuh.

Kedua, hasil proyek studi ini diharapkan dapat menjadi bahan, sarana,

dan motivasi bagi pembaca, khususnya mahasiswa seni rupa dalam upaya

mengembangkan kreativitas berkarya, khususnya dalam karya seni ukir kayu.


DAFTAR PUSTAKA

Bastomi, S.1981. Seni Ukir. Semarang: P3T IKIP Semarang

1982. Landasan Berapresiasi Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang


Press

1986. Seni Kria, Apresiasi, dan Pengembangannya. Semarang: IKIP


Semarang Press

1992. Wawasan Seni. Semarang: IKIP Semarang Press

Kadir, Abdul. 1979. Risalah Tentang Perkembangan Seni Ukir di Jepara. Jepara:
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Jepara

Kusnadi. 1982. Peranan Kerajinan (Tradisional dan Baru) dalam Pembangunan.


Majalah Analisis Kebudayaan Tahun III. No. 2 1982/1983

Poerwadarminto.1989. W. S. S. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Depdikbud

Rondhi, Moh. dan Sumartono, Anton. Paparan Perkuliahan Mahasiswa. Mata


Kuliah Tinjauan Seni Rupa I. Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang.

Sahman, H. 1993. Mengenali Dunia Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang Press

Soedarso, S.P. 1990. Pengertian Seni. Yogyakarta: Saku Dayar Sana

Soedarso, S.P. 1976. Tinjauan Seni. STSRI Yogyakarta. Diterbitkan untuk


Mahasiswa oleh pengarangnya.

Soepratno. 1986. Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa 1. Semarang: PT.


EFFHAR Semarang

Sudarmaji. 1979. Dasar-Dasar Kritik Seni Rupa. Jakarta: Dinas Museum

Sunaryo. 2002. Hand Out Mata Kuliah Nirmana I. Semarang: Jurusan Seni Rupa
Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang

Sumobroto, Sugihardjo. 1989. Sejarah Peradaban Barat Klasik dari Sejarah


Hingga Romawi. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Susanto, M. 2003. Membongkar Seni Rupa. Yogyakarta: Buku baik dan Jendela

Syafi’I dan Rohidi, T. R. 1987. Ornamen Ukir. Semarang: IKIP Semarang Press.
Triyanto. 1994. Seni Sebagai Sistem Budaya: Bahasan Teoritis Dalam Konteks
Seni Tradisional. Semarang: Media FPBS IKIP Semarang

Tukiyo dan Sukarman. 1981. Pengantar Kuliah Ornamen I. Yogyakarta: STSRI-


ASRI.

Walgito, Bimo. 1992. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi

Wojowasito. 1972. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Shinta Darma


Biodata Penulis

Nama : Siska Wahyu Susanti

Tempat, tanggal lahir : Jepara, 26 Maret 1983

Alamat asal : Ds. Clering, Dsn Karangsari, RT 3/1, Keling,

Jepara 59454

Nomor Telp. : 081325630545

Agama : Islam

Nama Orang Tua : Sunaryono/Rindyah Sumyarwati

NIM : 2414000035

Jurusan : Seni Rupa

Program Studi : Pendidikan Seni Rupa S1

Fakultas : Bahasa dan Seni

Judul Proyek Studi : “Ekspresi Wajah dalam Karya Seni Ukir

Kayu”

Anda mungkin juga menyukai