Anda di halaman 1dari 5

Respirasi Eksternal dan Internal

Puti Quratuain Islam Armyando, 1906400596, FG1, KMB-C

Respirasi didefinisikan sebagai pergerakan O2 dari udara luar ke dalam sel dalam
jaringan. Respirasi mencakup dua proses yang terpisah, namun saling berkaitan,
yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal merupakan
segala proses yang terjadi dalam pertukaran𝑂2dan𝐶𝑂2 antara lingkungan eksternal

dan sel tubuh, sedangkan respirasi internal merupakan proses-proses metabolik


intrasel yang dilakukan di dalam mitokondria dengan menggunakan𝑂2dan

menghasilkan𝐶𝑂2sebagai sisa metabolisme. Mengapa saling mempengaruhi,

karena hasil CO2 dari respirasi internal, akan dibawah oleh kapiler darah menuju
jantung yang akan ditukar saat proses respirasi eksternal menjadi O2. O2 yang
dihasilkan akan berguna untuk proses metabolisme intrasel selanjutnya. Pada LTM
ini saya akan menjelaskan mengenai kedua jenis respirasi tersebut.

I. Respirasi Eksternal
Respirasi eksternal dapat juga dikatakan sebagai pertukaran udara di paru.
Pertukaran udara di paru ini meliputi 4 tahap, yaitu
1. Ventilasi; atau tindakan mekanis bernapas, hal ini mengakibatkan
keluar-masuknya udara secara bergantian dari atmosfer
(lingkungan eksternal) dan sel tubuh (alveolus). Tubuh akan
menyesuaikan aliran udara antara alveolus dan atmosfer sesuai
dengan kebutuhan metabolik tubuh akan penyerapan 𝑂2dan

pengeluaran𝐶𝑂2.

2. Difusi; pertukaran𝑂2dan𝐶𝑂2antara udara di alveolus dan di darah

dalam kapiler paru.


3. Transpor𝑂2dan𝐶𝑂2oleh darah antara paru dan jaringan.

4. Difusi; Pertukaran𝑂2dan𝐶𝑂2antara darah di kapiler sistemik dan

jaringan tubuh.
II. Respirasi Internal
Respirasi internal atau dapat dikatakan sebagai respirasi seluler,
merupakan pertukaran udara sistemik dimana bertukarnya𝑂2dan𝐶𝑂2antara

kapiler sistemik dan jaringan. Kata ‘sistemik’ menunjukkan bahwa


respirasi internal ini terjadi pada jaringan di seluruh tubuh. Respirasi
internal merujuk kepada proses-proses metabolik intrasel yang dilakukan
di dalam mitokondria, dengan menggunakan O2 dan menghasilkan CO2
serta ATP dan H2O.

III. Reaksi kimia saat pertukaran udara (respirasi eksternal dan internal)
1. Respirasi eksternal
Saat ekspirasi, CO2 dalam eritrosit di kapiler paru dikeluarkan dan
mengambil O2 dari alveolus. Saat O2 masuk ke dalam darah, O2
diikat oleh Hb-H, pengikatan ini menyebabkan lepasnya ion
hidrogen sehingga menjadi O2 +Hb-H → Hb-O2+H+. Lalu ion
bikarbonat (HCO3-) masuk ke dalam darah (berasal dari
metabolisme CO2) dan mengikat H+ membentuk asam karbonat
(H2CO3): HCO3- + H+ → H2CO3. Lalu H2CO3 didosiasi
menjadi CO2+H2O oleh carbonic anhydrase. CO2 yang dihasilkan
berdifusi dari darah ke alveolus. Ion klorida (Cl-) akan keluar dari
eritrosit untuk menjaga kesimbangan listrik dari setiap HCO3-
yang masuk.

2. Respirasi internal
CO2 berdifusi ke luar dari jaringan dan memasuki eritrosit, dimana
sebagian dari CO2 akan berikatan dengan hemoglobin (Hb) untuk
membentuk karbominohemoglobin (Hb-CO2), reaksi ini
mengakibatkan O2 berdisosiasi dari oksihemoglobin (Hb-O2):
CO2 + Hb-O2 → Hb-CO2+O2. Molekul CO2 lainnya bergabung
dengan air (H2O) untuk memproduksi ion bikarbonat (HCO3-) dan
ion hidrogen (H+). Adanya hukum bohr, yaitu peningkatan
konsentrasi CO2 akan menurunkan daya serap hemoglobin
terhadap oksigen. Hal ini menyebabkan Hb melepaskan O2 ke
jaringan. Serta ion klorida (Cl-) akan masuk untuk setiap ion
bikarbonat yang keluar (HCO3-).

IV. Faktor yang Mempengaruhi Respirasi Eksternal dan Internal


1. Tekanan parsial
Konsepnya, udara atau gas berdifusi dari tekanan parsial yang tinggi ke
rendah. PO2 dalam darah lebih tinggi (100 mmHg) dibandingkan dengan
PO2 di jaringan sel (40 mmHg), hal ini mengakibatkan O2 berdifusi dari
kapiler ke jaringan dan PO2 kapiler turun menjadi 40 mmHg. Lalu CO2
juga berdifusi ke kapiler melalui cairan interstitial karena PCO2 pada
jaringan lebih tinggi (45 mmHg) dibandingkan dengan PCO2 pada kapiler,
sehingga PCO2 pada kapiler meningkat menjadi 45 mmHg. Darah yang
terdeoksigenasi berjalan ke jantung dan dipompa ke paru untuk mengalami
respirasi eksternal.
2. Area permukaan
Semakin luas permukaan, maka akan semakin memudahkan untuk
melakukan pertukaran udara. Contoh pada alveolus yang memiliki luas
2
permukaan (70 𝑚 ), hal ini memudahkan CO2 dan O2 bertukar.
3. Jarak difusi
Jika dinding sel semakin tipis, maka akan semakin memudahkan udara
untuk keluar-masuk, seperti pada epitel pipih selapis di alveolus.
4. Berat molekul dan kelarutan gas
O2 memiliki berat molekul yang lebih ringan dibandingkan dengan CO2.
hal ini mengakibatkan O2 berdifusi lebih cepat sekitar 1,2 kali. Namun,
kelarutan dari CO2 dalam air lebih tinggi 24 kali dibandingkan dengan
kelarutan O2. hal ini mengakibatkan CO2 lebih mudah untuk ditransport
ke plasma.
REFERENSI

Jenkins, G. W., & Tortora, G. J. (2013). Anatomy and physiology: From science to
life. Wiley.
Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2019). Introduction to the human body: The
essentials of anatomy and physiology. John Wiley & Sons.
Sherwood, L. (2016). Human Physiology, From Cells to System (9th ed.). USA:
Delmar Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai