Anda di halaman 1dari 18

Sistem Pernapasan Pada Manusia

Istilah bernapas, seringkali diartikan dengan respirasi, walaupun secara


harfiah sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda. Pernapasan (breathing) artinya
menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu, bernapas diartikan
sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan
mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan. Sementara, respirasi
(respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organic (bahan
makanan) di dalam sel sehingga diperoleh energi.
Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang sekali untuk
melakukan beberapa aktifitas. Misalnya saja, mengatur suhu tubuh, pergerakan,
pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan pernapasan dan respirasi
sebenarnya saling berhubungan.
1. Struktur Dan Fungsi Alat Pernapasan Pada Manusia
Setiap kita bernapas, oksigen (O2) masuk dan karbondioksida (CO2)
dikeluarkan. Oksigen (O2) yang kita hirup ini akan melalui berbagai alat
pernapasan yang terdiri dari rongga hidung (cavum nasales), faring, laring,
trakea (batang tenggorokan), bronkus (cabang dari tenggorokan), bronkiolus
(cabang dari bronkus), alveolus, dan paru-paru. Perhatikan gambar berikut:

1
2 6
3
7
4
8
5

10

11

Gambar organ pernapasan manusia


Keterangan gambar:

1. Rongga hidung 7. Laring


2. Udara bersih masuk 8. Jantung

3. Udara kotor keluar 9. Paru-paru

4. Mulut 10. Diafragma

5. Trakea (batang tenggorokan) 11. Bronkus (cabang dari tenggorokan

6. Faring

a. Rongga hidung
Rongga hidung merupakan tempat masuknya udara, terdapat
rambut-rambut dan selaput lendir. Di dalam rongga hidung udara akan
mengalami proses penyaringan benda-benda asing yang tidak berbentuk
gas misalnya debu oleh rambut-rambut hidung, dan proses penghangatan
suhu udara yang masuk oleh selaput lendir serta selaput lendir
menghasilkan lendir (mukus) yang berfungsi menangkap benda asing
yang lolos dari penyaringan rambut hidung.
b. Faring
Setelah melewati hidung, udara masuk menuju ke faring. Faring
merupakan tempat terjadinya persimpangan antara saluran pernapasan
dengan saluran pencernaan. Di dalam faring terdapat epiglottis yang
bertugas mengatur pergantian perjalanan udara pernapasan dan makanan
pada persimpangan tersebut, di bawah faring terdapat laring (pangkal
tenggorokan), pada laring terdapat celah yang disebut glotis yang menuju
ke batang tenggorok, di dalam laring juga terdapat pita suara.
c. Laring
Dari faring udara pernapasan akan menuju laring. Laring tersusun
atas kepingan tulang rawan yang membentuk jakun. Laring dapat ditutup
oleh katup laring (epiglotis). Jika udara menuju tenggorokan, faring
melipat ke bawah, dan ketemu dengan katup laring sehingga membuka
jalan udara ke tenggorokan. Saat menelan makanan, katup tersebut
menutupi laring dan saat bernapas katup tersebut akan membuka. Pada
laring terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara melaluinya.
d. Trakea
Trakea berbentuk pipa yang dindingnya terdiri atas 3 lapis yaitu,
lapis luar terdiri atas jaringan ikat, lapis tengah terdiri atas otot polos dan
cincin tulang rawan, serta lapis terdalam terdiri atas jaringan epitel
bersilia yang menghasilkan banyak lendir yang berfungsi untuk menolak
debu atau benda-benda asing. Jika tiba-tiba kita batuk atau bersin
dipastikan ada debu pada saluran trakea sehingga mengganggu
pernapasan.
e. Bronkus
Setelah melalui trakea, udara akan terus masuk menuju bronkus.
Jumlahnya sepasang, yang satu menuju ke paru-paru kanan dan yang satu
lagi menuju ke paru-paru kiri. Dinding bronkus lebih tipis dibandingkan
dengan dinding trakea dan cincin tulang rawan pada bronkus tidak
berbentuk lingkaran sempurna. Kedudukan bronkus yang ke kiri dan ke
kanan berbeda. Yang ke kiri lebih mendatar daripada yang ke kanan. Hal
ini merupakan salah satu sebab paru-paru kanan lebih mudah terserang
penyakit.
f. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus ini
bercabang-cabang menjadi saluran yang semakin halus. Sel-sel epitel
bersilianya berubah menjadi sisik epitel.
g. Alveolus
Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan. Alveolus
berupa gelembung-gelembung udara. Pada bagian alveolus inilah terjadi
pertukaran O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, dan CO2 dari sel-sel
darah ke udara bebas.
h. Paru-paru
Organ yang berperan penting dalam proses pernapasan adalah
paru-paru. Paru-paru merupakan organ tubuh yang terletak pada rongga
dada, tepatnya di atas sekat diafragma.
Paru-paru terdiri atas dua bagian, paru-paru kanan dan paru-paru
kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir yang berukuran lebih besar
daripada paru-paru sebelah kiri yang memiliki dua gelambir. Perhatikan
gambar berikut.

Gambar Struktur Paru-paru Manusia

Paru-paru dibungkus oleh dua lapis selaput paru-paru yang disebut


pleura. Semakin ke dalam, di dalam paru-paru akan ditemui gelembung
halus kecil yang disebut alveolus. Jumlah alveolus pada paru-paru kurang
lebih 300 juta buah.
Dinding alveolus mengandung kapiler darah. Oksigen yang
terdapat pada alveolus berdifusi menembus dinding alveolus, lalu
menembus dinding kapiler darah yang mengelilingi alveolus. Setelah itu,
masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang
terdapat di dalam sel darah merah sehingga terbentuk oksihemoglobin
(HbO2). Akhirnya, oksigen diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
Setelah sampai ke dalam sel-sel tubuh, oksigen dilepaskan
sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Oksigen ini
digunakan untuk oksidasi.
Karbondioksida yang dihasilkan dari respirasi sel diangkut oleh
plasma darah melalui pembuluh darah menuju ke paru-paru. Sesampai di
alveolus, CO2 menembus dinding pembuluh darah dan dinding alveolus.
Dari alveolus, karbondioksida akan disalurkan menuju hidung untuk
dikeluarkan. Jadi proses pertukaran gas sebenarnya berlangsung di
alveolus.

Gambar Mekanisme Pertukaran Gas pada Alveolus


(a) alveolus yang tersuplai darah (b) bagian alveolus yang diperbesar
2. Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen (O2) Dan Karbondioksida (CO2)
Manusia mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran
gas oksigen dan karbondioksida yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan
eksternal dan internal.
a. Pernapasan eksternal
Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut
akan masuk ke dalam paru-paru. Udara masuk yang mengandung
oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang sama,
darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses
pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan
darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal.
Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru,
sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO-3).
Dengan bantuan enzim karbonat anhydrase, karbondioksida (CO2) air
(H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.

H+ + HCO-3 → H2CO3 → H2O + CO2

(ion (ion (asam (air) (karbondioksida)


hidrogen) bikarbonat) karbonat)

Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb)


melepaskan ion-ion hydrogen (H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga
ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan berikatan dengan oksigen (O2)
menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2).

Hb + O2 → HbO2

(hemoglobin) (oksigen) (oksihemoglobin)

Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena ada


perbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus.
Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada
darah dan udara berbeda.

Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar


dibandingkan tekanan parsial oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan
kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada
konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan
berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru.
Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih
besar dibandingkan pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida
pada darah akan lebih kecil dibandingkan pada udara. Akibatnya,
karbondioksida pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa
keluar tubuh lewat hidung.

b. Pernapasan internal
Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran
gas pada pernapasan internal berlangsung di dalam jaringan tubuh.
Proses pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida tersebut
berlangsung dalam respirasi seluler.
Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk,
oksigen akan lepas dan selanjutnya menuju cairan jaringan tubuh.
Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses metabolisme sel. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut.

HbO2 → Hb + O2

(oksihemoglobin) (hemoglobin) (oksigen)

Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga


melalui proses difusi. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan
tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara darah dan cairan
jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah
dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi
oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen
dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.
Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah
daripada cairan jaringan. Akibatnya, karbondioksida yang terkandung
dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah.
Karbondioksida yang diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan
berikatan Bersama hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin
(HbCO2). Reaksinya sebagai berikut.

CO2 + Hb → HbCO2

(karbondioksida) (hemoglobin) (karbon hemoglobin)

Namun, sebagian besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam


plasma darah dan bergabung dengan air menjadi asam karbonat (H2CO3).
Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan segera terurai menjadi dua
ion, yakni ion hydrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO-3). Persamaan
reaksinya sebagai berikut.

CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO-3

(karbondioksid (air) (asam (hidrogen (ion


a karbonat ) bikarbonat
) )

CO2 yang diangkut darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar


tubuh oleh paru-paru, akan tetapi hanya 10%-nya saja. Sisanya yang
berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam darah. Ion-ion
tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas pH (derajat
keasaman) darah. Perhatikan gambar berikut.
Gambar skema pernapasan internal dan pernapasan eksternal pada manusia
3. Mekanisme Pernapasan
Pengambilan udara pernapasan dari udara bebas untuk masuk ke dalam
tubuh atau paru-paru, serta mengeluarkan gas sisa ke udara bebas dinamakan
bernapas. Tanpa adanya otot, udara yang ada di luar tubuh tidak bisa masuk
ke dalam paru-paru. Demikian pula saat udara dihembuskan, otot juga
berperan di dalamnya. oleh karena itu, berdasarkan otot yang berperan dalam
proses pernapasan, kegiatan bernapas manusia dibedakan menjadi dua jenis,
yakni pernapasan dada dan perut. Sementara itu kedua jenis pernapasan ini
terjadi dalam dua fase yaitu inspirasi (pengambilan udara pernapasan) dan
ekspirasi (pengeluaran udara pernapasan).
a. Pernapasan dada
1) Inspirasi
Bila otot antartulang rusuk berkontraksi maka tulang-tulang
rusuk terangkat sehingga volume rongga dada membesar. Akibatnya,
tekanan udara di paru-paru mengecil sehingga udara di luar yang
mempunyai tekanan lebih besar masuk ke dalam paru-paru.
2) Ekspirasi
Bila otot antartulang rusuk relaksasi maka tulang-tulang rusuk
tertekan sehingga rongga dada mengecil. Akibatnya, tekanan udara
di paru-paru membesar sehingga udara keluar.
Gambar Mekanisme Pernapasan Dada

b. Pernapasan perut
1) Inspirasi
Bila diafragma berkontraksi sehingga mendatar, maka rongga
dada membesar. Keadaaan ini menyebabkan tekanan udara di paru-
paru mengecil sehingga udara luar masuk.
2) Ekspirasi
Bila otot diafragma relaksasi, maka rongga dada mengecil.
Akibatnya tekanan di paru-paru membesar sehingga udara keluar.

Gambar Mekanisme Pernapasan Perut


4. Pengendalian dan Kecepatan Pernapasan
Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh sistem saraf pada
medula oblongata, pons varolii di otak, dan serabut aferen nervus vagus yang
berasal dari reseptor saluran pernapasan dan paru-paru. Ketika kandungan O 2
dalam darah sedikit atau darah banyak mengandung CO 2, maka pH darah
akan berubah. Perubahan pH darah tersebut dideteksi oleh medula oblongata.
Selanjutnya medula oblongata mengirimkan impuls ke otot tulang rusuk atau
diafragma untuk berkontraksi lebih kuat, sehingga volume rongga dada
menjadi lebih besar dan napas akan lebih dalam, akibatnya lebih banyak O 2
yang diikat oleh darah dalam kapiler.
Kecepatan (frekuensi) pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu sebagai berikut.
a. Jenis kelamin
Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.
Hal ini disebabkan paru-paru pada laki-laki dewasa sehat rata-rata
mampu menampung udara sekitar 5,7 liter, sedangkan pada wanita hanya
sekitar 4,2 liter.
b. Umur
Bayi dan balita memiliki frekuensi pernapasan lebih banyak
dibanding orang dewasa karena sel-sel tubuh sedang mengalami
pertumbuhan sehingga membutuhkan lebih banyak oksigen, sedangkan
volume paru-parunya relatif lebih kecil. Orang yang sudah tua juga
memiliki frekuensi pernapasan lebih banyak karena kontraksi otot-otot
pernapasan dan diafragma tidak sebaik pada saat masih muda, sehingga
udara pernapasan yang mampu dihirup berjumlah lebih sedikit. Frekuensi
normal pernapasan bayi berjumlah 30-40 kali per menit, balita berumur
2-5 tahun berjumlah 24 kali per menit, dan orang dewasa sekitar 10-20
kali per menit.
c. Suhu tubuh
Perubahan suhu tubuh berkaitan dengan produksi panas dan
pengeluaran panas yang berlebihan. Selama demam, metabolisme
meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme karbohidrat
akan meningkat sekitar 10-15% untuk setiap kenaikan suhu 1°C,
sehingga frekuensi jantung dan pernapasan akan meningkat untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh terhadap nutrisi dan oksigen.
d. Posisi dan aktivitas tubuh
Frekuensi pernapasan pada posisi tubuh berdiri lebih banyak
daripada posisi duduk. Posisi tubuh berdiri menyebabkan otot-otot kaki
berkontraksi untuk menjaga tubuh agar tetap tegak, sehingga diperlukan
energi dan oksigen yang akan berpengaruh pada peningkatan frekuensi
pernapasan. Frekuensi pernapasan pada saat berlari lebih banyak
dibandingkan pada saat diam (beristirahat).
e. Emosi, rasa sakit, dan ketakutan
Hal ini menyebabkan terjadinya impuls yang merangsang pusat
pernapasan, sehingga penghirupan udara semakin kuat.
f. Status Kesehatan
Sistem kardiovaskular dan pernapasan pada orang yang sehat
mampu menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan.
Namun, adanya penyakit pada sistem tersebut berakibat terganggunya
pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh, sehingga berpengaruh pula pada
frekuensi pernapasan.
g. Ketinggian tempat
Tempat yang tinggi memiliki kadar oksigen yang rendah, sehingga
jumlah oksigen yang dihirup lebih sedikit. Hal ini menyebabkan sesak
napas dan peningkatan frekuensi pernapasan.
5. Volume, Kapasitas, Dan Frekuensi Paru-Paru
Volume udara yang dihirup setiap orang biasanya berbeda-beda.
Perbedaan ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya
ukuran paru-paru, kekuatan bernapas, dan cara bernapas.
Sementara kecepatan (frekuensi) seseorang dalam bernapas juga
berbeda-beda. Perbedaan frekuensi paru-paru setiap orang ini disebabkan
factor usia, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh, dan kegiatan yang
dilakukan tubuh. Seorang laki-laki muda dengan suhu tubuh tinggi dan
banyak aktivitas, akan lebih tinggi frekuensi pernapasannya dibandingkan
kondisi sebaliknya.
a. Udara pernapasan (volume udara tidal), yaitu udara yang kita hirup dan
hembuskan dari paru-paru saat kita bersantai atau dalam keadaan normal
memiliki volume yang tidak besar, sekitar 500 cc.
b. Udara komplementer (volume udara cadangan inspirasi), yaitu volume
udara ekstra dari luar yang kemungkinan menambah volume udara tidal
sebesar 1.500 cc.
c. Udara supplementer (volume udara cadangan ekspirasi), yaitu volume
udara yang dapat kita keluarkan setelah melakukan pernapasan normal
sekitar 1.500 cc.
d. Kapasitas vital paru-paru, yaitu volume udara saat kita bernapas sekuat-
kuatnya, baik secara inspirasi maupun ekspirasi, di dalam paru-paru akan
terdapat jumlah volume udara sekitar 3.500 sampai 4.000 cc. Oleh karena
itu, kapasitas vital paru-paru dapat dirumuskan sebagai berikut.

Kapasitas vital = Volume tidal + Udara + Udara


komplementer supplementer

e. Udara residu (sisa), yaitu volume udara yang masih tersimpan di dalam
paru-paru sesudah kita melakukan pernapasan secara maksimal sekitar
1.500 cc.
6. Bahaya Rokok Bagi Kesehatan
Asap rokok mengandung kurang lebih 4.000 bahan kimia yang 200
jenis di antaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker
bagi tubuh. Beberapa zat di dalam rokok yang sangat berbahaya, yaitu
sebagai berikut.
a. Nikotin
Nikotin merupakan zat kimia yang bersifat sangat toksik (beracun),
dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, dan bersifat karsinogen
karena mampu memicu kanker paru-paru. Dosis 60 mg pada orang
dewasa dapat menyebabkan kegagalan pernapasan yang berdampak
kematian. Nikotin termasuk obat perangsang dan bersifat adiktif, yang
membuat pemakainya kecanduan.
b. Tar
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan
menempel pada paru-paru. Tar dapat merusak sel paru-paru dan
menyebabkan kanker.
c. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah mengikat oksigen.
7. Pengaruh Pencemaran Udara Terhadap Sistem Pernapasan
Pencemaran udara dapat disebabkan oleh factor alamiah maupun non-
alamiah. Zat pencemar alamiah, misalnya debu gunung berapi, asap
kebakaran hutan, pancaran garam dari laut, dan debu meteoroid. Zat
pencemar nonalamiah adalah produk samping dari kegiatan manusia, berupa
gas-gas beracun dari pabrik dan kendaraan bermotor (seperti sulfur oksida,
nitrogen oksida, dan karbon monoksida), asap pembakaran, materi dari
pertambangan, debu konstruksi bangunan, debu buangan sampah, buangan
nuklir, serbuk kapas, serbuk batu bara, serat asbes, dan senyawa kimia
lainnya.
Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan di saluran
pernapasan bagian atas, partikel berukuran 3-5 mikron akan tertahan pada
saluran pernapasan bagian tengah, sedangkan partikel yang berukuran 1-3
mikron akan masuk ke dalam kantong udara paru-paru, kemudian menempel
pada alveolus. Partikel yang berukuran kurang dari 1 mikron akan ikut keluar
pada saat napas dihembuskan.
Substansi pencemaran udara yang masuk sampai ke paru-paru, akan
diserap oleh sistem peredaran darah hingga akhirnya menyebar ke seluruh
tubuh. Zat tersebut dapat mengganggu pengikatan oksigen oleh hemoglobin,
menghambat pembentukan hemoglobin, merusak fungsi hati dan ginjal, serta
menyebabkan kerusakan saraf.
8. Kelainan Dan Penyakit Pada Sistem Pernapasan Manusia
a. Asma
Asma merupakan gangguan pernapasan yang disebabkan oleh
hipersensitivitas bronkiolus (atau disebut juga asma bronkiale). Penderita
asma akan mengalami kesukaran saat bernapas. Kondisi ini terjadi karena
adanya kontraksi kaku dari bronkiolus.
b. Asidosis
Asidosis adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh adanya
peningkatan kadar asam bikarbonat dan asam karbonat dalam darah.
c. Asfiksi (Asfiksia)
Akibat terganggunya fungsi berbagai organ seperti paru-paru,
pembuluh darah ataupun jaringan tubuh, asfiksi dapat diderita oleh
seseorang. Penyebabnya antara lain alveolus korban tenggelam yang
terisi air, kemudian juga adanya pengikatan karbonmonoksida oleh
hemoglobin dalam darah sehingga pengangkutan oksigen berkurang.
d. Emfisema paru-paru
Emfisema paru-paru merupakan suatu penyakit yang diderita
seseorang akibat jumlah udara yang berlebihan di dalam paru-paru,
sehingga membuat daerah pertukaran gas berkurang. Berbagai penyebab
emfisema misalnya infeksi kronis oleh rokok atau bahan-bahan lain yang
mengiritasi bronkus, kemudian infeksi akibat kelebihan mukus karena
peradangan dan edema epitel bronkiolus. Selain itu, penyakit ini
disebabkan karena adanya gangguan saluran respirasi sehingga sulit
untuk berekspirasi, sehingga mengakibatkan udara terperangkap di dalam
alveolus dan menyebabkan alveolus renggang.
e. Faringitis
Faringitis merupakan peradangan pada faring. Akibat yang
ditimbulkan gangguan ini adalah rasa nyeri saat menelan makanan atau
kerongkongan terasa kering. Penyebabnya yakni infeksi oleh bakteri atau
virus, kemudian bisa pula karena terlalu banyak merokok.
f. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang mengakibatkan
alveolus berisi cairan dan eritrosit secara berlebihan. Sebagai contoh
pnemonia adalah pneumonia bakteri. Infeksi ini disebarkan oleh bakteri
Diplococus penumaticus, dari satu alveolus ke alveolus yang lain,
sehingga dapat meluas ke seluruh lobus, bahkan ke seluruh paru-paru.
g. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Semua organ tubuh dapat diserang
oleh bakteri ini, namun biasanya yang terserang adalah organ paru-paru
dan tulang.
h. Bronkitis
Bronkitis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
peradangan pada bronkus.
i. Pleuritis
Pleuritis adalah peradangan pada selaput rongga dada (pleura)
sehingga mengalami penambahan cairan intrapleura. Akibatnya timbul
rasa nyeri saat bernapas.
j. Laringitis
Laringitis adalah peradangan pada laring.
k. Tonsilitis
Tonsilitis adalah radang karena infeksi oleh bakteri tertentu pada
tonsil. Gejala tonsilitis antara lain tenggorokan sakit, sulit menelan, suhu
tubuh naik, demam, dan otot-otot terasa sakit.
l. Kanker paru-paru
Kanker paru-paru adalah penyakit yang disebabkan oleh tumor
ganas terbentuk di dalam epitel bronkiolus. Kanker paru-paru dapat
memengaruhi pertukaran gas yang terjadi dalam paru-paru. Salah satu
penyebabnya adalah kebiasaan buruk penderita yang sering merokok atau
perokok aktif. Perokok pasif juga dapat terkena jenis kanker ini.
Penyebab lainnya adalah seperti seringnya seseorang menghirup debu
asbes, kromium, produk petrotelum, dan radiasi ionisasi.

Gambar (a) paru-paru normal (b) paru-paru perokok


9. Teknologi Sistem Pernapasan
Beberapa teknologi yang berkaitan dengan sistem pernapasan pada
manusia telah banyak dikembangkan, antara lain sebagai berikut.
a. Trakeostomi
Trakeostomi adalah pembuatan lubang pada dinding anterior trakea
untuk mempertahankan jalan napas agar udara dapat masuk ke paru-paru
melewati jalan napas bagian atas. Trakeostomi biasanya dilakukan pada
penderita difteri akut.
b. Pulmotor
Pulmotor adalah alat yang digunakan untuk melakukan pernapasan
buatan. Biasanya dilakukan pada orang-orang yang mengalami gangguan
pernapasan karena tenggelam dan shock karena sengatan listrik.
c. Terapi oksigen
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan menggunakan
peralatan emergency oxygen, yang dapat diberikan melalui kanula hidung
atau masker wajah yang ketat.
d. Terapi oksigen hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik (HBOT = Hyperbaric Oxygen Therapy)
adalah proses pemberian oksigen 100% kepada pasien di dalam ruangan
hiperbarik yang bertekanan lebih tinggi dari udara atmosfer normal (1
atm = 760 mmHg). Terapi oksigen hiperbarik dilakukan untuk membantu
proses penyembuhan luka maupun proses anti penuaan (peremajaan
jaringan tubuh).
DAFTAR PUSTAKA
Irnaningtyas, dan Yossa, I. (2014). Biologi Untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum
2013 yang Disempurnakan Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Rochmah, S. N., Sri, W., dan Meirina, A. P. (2009). Biologi SMA/MA Kelas XI.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Suwarno. (2009). Panduan Pembelajaran Biologi Untuk SMA & MA. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai