OLEH : KELOMPOK 1
1
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan Komprehensif pada Gangguan pernapasan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
A. Konsep Dasar Sistem Pernapasan.................................................................3
B. Asuhan Keperawatan pada Gangguan Pernapasan.....................................17
BAB III..................................................................................................................30
A. Simpulan.....................................................................................................30
B. Saran............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan pasien akan
oksigen secara fungsional. Jika ketersediaan oksigen sedikit atau tidak ada
sama sekali dalam tubuh, maka tubuh akan mengalami gangguan dan
oksigen ini tidak bisa terlepas dari adanya sistem pernafasan. Bila terdapat
dengan pasien daripada tenaga kesehatan yang lain, sehingga perawat harus
1
yang digunakan untuk membuat asuhan keperawatan pada klien selama di
rumah sakit. Oleh karena itu perawat harus bisa membuat asuhan
B. Rumusan Masalah
berikut :
pernapasan?”
C. Tujuan Penulisan
gangguan pernapasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
a. Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan
udara.
selsel tubuh.
Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut, tulang rusuk
rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada
3
Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran
aktif dan membentuk asam, yang harus dibuang dari tubuh (Budyasih,
2014).
a. Rongga Hidung
berhubungan dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan masuk dan
keluarnya udara melalui proses pernapasan. Selain itu hidung juga berfungsi
filter dalam membersihkan benda asing yang masuk dan berperan untuk
b. Faring
4
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan
c. Laring
dan trakea, fungsi dari laring adalah sebagai jalan masuknya udara,
suara.
d. Trakhea
juga batang tenggorokan Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang
disebut karina
e. Bronkus
paru kanan dan paru-paru kiri. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar
diameternya. Bronkus kiri lebih horizontal, lebih panjang dan lebih sempit.
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri disebut bronkus lobaris kanan (3
lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus). Bronkus lobaris kanan terbagi
f. Bronkiolus
5
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus
selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas. Bronkiolus
g. Paru Paru
pada rongga dada bagian atas, di bagian samping di batasi oleh otot dan
rusuk dan di bagianb bawah di batasi oleh diafragma yang berotot kuat.
dada atau toraks Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang
berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar Setiap paru mempunyai
apeks dan basis Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh
fisura interlobaris Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus Lobos-
lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya.
h. Alveolus
jawab akan struktur paru-paru yang menyerupai kantong kecil terbuka pada
salah satu sisinya dan tempat pertukaran O2 dan CO2 Terdapat sekitar 300
6
Fisiologi sistem pernafasan, paru – paru ialah pertukaran gas oksigen
eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas;
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat
dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin
sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke
semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru – paru pada tekanan oksigen
alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar
melalui hidung dan mulut. Semua proses ini diatur sedemikian sehingga
darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2.
Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru – paru
membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu
seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat
7
lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk
a. Asbestosis
jaringan parut yang luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral
paru-paru).
Pemaparan pada keluarga pekerja asbes juga bisa terjadi dari partikel
8
mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan oksigen, baik melalui
b. Asma
berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara
dingin dan olahraga. Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki
lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari
bernafas.
9
peningkatan pembentukan lendir – perpindahan sel darah putih tertentu
seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu
binatang.
asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang
bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang dihirup) dan sangat
dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat
lebih lambat.
c. Bronkientasis
10
bronkial, baik secara langsung maupun tidak, yang mengganggu sistem
Aspergillus).
yang terkena menjadi lebar dan lemas dan membentuk kantung yang
jaringan paru-paru. Pada kasus yang berat, jaringan parut dan hilangnya
11
Batuk menahun bisa disebabkan oleh: Infeksi pernapasan, Campak,
Cedera karena asap, gas atau partikel beracun, Menghirup getah lambung
12
dunia terjadi sekitar 30 sampai 50 juta kasus per tahun, dan menyebabkan
kematian pada 300.000 kasus (data dari WHO). Penyakit ini biasanya
terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun. 90 persen kasus ini terjadi di
negara berkembang.
dalam kamar yang tenang dan tidak terlalu terang. Keributan bisa
cairan yang hilang karena muntah dan karena bayi biasanya tidak dapat
makan akibat batuk, maka diberikan cairan melalui infus. Gizi yang baik
sangat penting, dan sebaiknya makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi
eritromycin.
e. Bronkitis
paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan
13
pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan
4) Berbagai jenis debu, Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut
f. Faringitis
sebagai radang tenggorok. Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau
flu atau pilek. Faringitis akut, radang tenggorok yang masih baru, dengan
gejala nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk. Faringitis
14
kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang
lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu
sebagai ISPA (Infeksi Saluran naPas Atas) atau URI dalam bahasa
h. Influensa
15
Influensa, biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah
penyakit menular burung dan mamalia yang disebabkan oleh virus RNA
gejala umum yang terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala,
hidung tersumbat dan mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak
enak badan. Dalam kasus yang lebih buruk, influensa juga dapat
i. Paru-paru hitam
dari 50 tahun. Penyakit ini ditemukan pada 6 dari 100.000 orang. Tidak
16
komplikasinya (gagal jantung kanan atau tuberkulosis paru). Jika terjadi
j. Difteri
terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit tekak dan demam
manusia sendiri dan amat sensitif pada faktor-faktor alam sekitar seperti
Tingkat kematian akibat difteri paling tinggi di kalangan bayi dan orang
tua dan kematian biasanya terjadi dalam masa tiga hingga empat hari.
1. Pengkajian keperawatan
17
Merupakan salah satu dari komponen proses keperawatan yang
klien meliputi:
a. Anamnesa
kesehatan dengan pasien atau orang lain yang mengetahui kondisi pasien.
1) Biodata pasien
2) Keluhan Utama
pernafasan yaitu batuk, sesak nafas dan nyeri dada. Keluhan utama adalah
klien meminta pertolongan. Data ini terdiri dari 4 komponen, antara lain:
18
kronologi penyakit, gambaran dan deskripsi keluhan utama, keluhan
penyakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, dan sebagainya.
adanya riwayat sesak nafas, batuk dalam jangka waktu yang lama, dan batuk
1) Inspeksi
a) Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus dalam
keadaan duduk.
19
d) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (skar, lesi, dan
dada.
g) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi dan ekspirasi.
i) Observasi kelainan bentuk dada, yang meliputi Barrel chest, Funnel Chest,
2) Palpasi
20
Palpasi dimulai dengan memeriksa telapak tangan, jari, leher, dada
dan abdomen. Jari tabuh atau clubbing of finger bisa didapatkan pada pasien
dengan kanker paru, abses paru, empisema dan bronkiektasis. Tekanan vena
tangan secara simetris pada punggung. Kedua ibu jari diletakkan di samping
linea vertebralis, lalu pasien diminta inspirasi dalam. Jika gerakan dada
tidak simetris, jarak ibu jari kanan dan kiri akan berbeda. (Darmanto, 2009)
3) Perkusi
21
a) Suara Normal
Resonan (Sonor): dihasilkan pada jaringan paru normal umumnya bergaung dan
bernada rendah.
Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat musical
b) Suara Abnormal
Hiperresonan : bergaung lebih rendah dan timbul pada bagian paru yang
Flatness : nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada
4) Auskultasi
Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas
a) Suara normal
Fase ekspirasinya lebih lama daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara
keduanya.
22
Bronkovesikular : gabungan suara napas bronkial dan vesicular. Suaranya
panjangnya.
b) Suara abnormal
produksi sputum.
Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara
kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi daerah pleura.
kebutuhan metabolik dan suplai gizi : meliputi pola konsumsi makanan dan
cairan, keadaan kulit, rambut, kuku dan membran mukosa, suhu tubuh,
23
3) Pola eliminasi Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung
perasaan.
24
10) Pola koping - toleransi stress Menggambarkan pola koping umum, dan
11) Pola nilai dan keyakinan Menggambarkan pola nilai, tujuan atau
d. Pemeriksaan Diagnostik
bayangan yang sangat memancar. Bagian yang lebih padat, sukar untuk
Klien yang telah menjalani prosedur bronkoskopi, tidak boleh makan atau
minum selama minimal 2-3 jam sampai refleks muntah muncul kembali.
25
Jika tidak, mungkin klien akan mengalami aspirasi ke dalam cabang
trakeabronkial.
dengan penyakit paruparu difusi yang tidak dapat didiagnosis dengan cara
lain.
2) Metode fisiologis
a) Tes fungsi paru Pada tes ini digunakan alat spirometer yang dapat
b) Analisa gas darah Darah yang digunakan untuk menganalisis tes ini adalah
darah arteri, dan yang terpilih adalah arteri radialis dan femoralis karena
arteri ini mudah dicapai. PaCO2 merupakan petunjuk yang terbaik untuk
2. Diagnose keperawatan
26
Diagnosa keperawatan adalah suatau pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
3. Intervensi keperawatan
pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, gangguan perfusi jaringan, lalu
tidak efektif, gangguan pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, resiko
27
kegiatan yaitu observasi/monitoring, terapi keperawatan, pendidikan dan
tindakan kolaboratif.
status yang selalu berubah. Contoh intervensi sesuai dengan diganosa pada
1.
4. Implementasi keperawatan
terhadap klien sesuai dengan rencana tindakan. Hal ini penting untuk
Dalam tindakan perlu ada pengawasan terus menerus terhadap kondisi klien
5. Evaluasi keperawatan
28
Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan dan
yang disebut sebagai evaluasi proses dan evaluasi hasil yang dilakukan
untuk menilai keadaan kesehatan klien selama dan pada akhir perawatan.
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama
a. Data akan dikumpulkan secara terus – menerus pada semua pasien yang
29
30
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sistem pernafasan adalah salah satu sistem yang berperan vital dalam
kesehatan lain.
31
B. Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNIRini, A.
(2015) ‘Laporan Pendahuluan Sistem Pernafasan’. Jakarta: Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan. Available at:
https://www.academia.edu/37010703/LAPORAN_PENDAHULUAN.
SDKI 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik 2016. Tim Pokja SDKI DPP PPNI.
SLKI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan 2018. Tim Pokja SLKI DPP PPNI.
33
Lampiran 1
DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN PADA SISTEM PERNAPASAN BERDASARKAN SDKI, SLKI DAN SIKI
No Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Indonesia (SIKI)
(SLKI)
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) Setelah dilakukan asuhan Latihan Batuk efektif
Definisi : keperawatan selama Observasi
Secret ketidakmampuan membersihkan atau obstruksi …… x …….… maka bersihan Identifikasi kemampuan batuk
jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas jalan nafas tidak efektif Monitor adanya retensi sputum
tetappaten teratasidengan kriteria hasil : Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
Penyebab : Produksi sputum menurun Monitor input dan output cairan ( mis. Jumlah dan
Fisiologis (5) karakteristik )
Spasme jalan nafas Mengi menurun (5) Terapeutik
Hipersekresi jalan nafas Wheezing menurun (5) Atur posisi semi-fowler atau fowler
Disfungsi neuromuskular Mekonium menurun (5) Pasang perlak dan bengkok letakan di pangkuan
Benda asing dalam jalan nafas Dispnea menurun (5) pasien
Adanya jalan nafas buatan Ortopnea menurn (50 Buang secret pada tempat sputum
34
Sekrresi yang tertahan Tidak sulit bicara (5)
Hyperplasia dinding jalan nafas Sianosis menurun (5) Edukasi
Proses infeksi Gelisah menurun (5) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
Respon alergi Frekuensi napas membaik Anjurkan tarik nasaf dalam melalui hidung selama 4
Efek agen farmakologias ( mis. Anastesi (5) detik, ditahan selam 2 detik, kemudian keluarkan dai
Situasional Pola nafas membaik (5) mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selam 5
35
Monitor kulit area stoma trakeostomi (mis.
Gejala dan Tanda Mayor Kemerahan, drainase, perdarahan)
Subjektif : Terapeutik
Dispnea Kurangi tekanan balon secara periodic setiap Shift
Sulit bicara Pasang oropharingeal airway (OPA) untuk
36
Depresi system saraf pusat Kolaborasi
Cedera kepala Jelaksan pasien dana/atau keluarga tujuan dan
Stroke prosedur pemasangan jalan nafas buatan.
37
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Kolaborasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informaskan hasil pemantauan, jika perlu
38
Subjektif meningkat (1) Terapeutik
Dyspnea Gelisah menurun (1) Pertahankan kepatenan jalan napas
Objektif PCO2 meningkat (1) Berikan posisi semi fowler atau fowler
Penggunaan otot bantu napas meningkat PO2 meningkat (1) Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungki
Volume tindal menurun Takikardia menurun (1) Berikan oksigen sesuai kebutuhan
PCO2 meningkat Gunakan bag value masker jika diperlukan
PO2 menurun Edukasi
SaO2 menurun
Ajarkan menggunakan Teknik relaksasi napas
dalam
Gejala Mayor
Ajarkan mengubah posusu secara mandiri
Subjektif
Ajarkan Teknik batuk efektif
(-)
Kolaborasi
Objektif
Kolaborasi pemberian bronchodilator.
Gelisah
Takikardi
Kondisi Klinis Terkait
Label: Pemantauan Respirasi
1. Penyakit paru obstruksi kronis ( PPOK )
Observasi
2. Asma
Monitor pola napas
3. Cedera kepala
39
4. Gagal napas Monitor kemampuan batuk efektif
5. Bedah jantung Monitor adanya produksi sputum
6. Adult respiratory distress syndrome ( ARDS) Monitor adanya sumbatan jalan napas
7. Persistent pulmonary hypertension of newborn Palpasi ke ekskremitasan patu
(PPHN)
Auskultasi bunyi napas
8. Prematuritas
Monitor saturasi oksigen
9. Infeksi saluran pernafasan
Monitor Nilai AGD
Monitor hasil X-ray thoraks
Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
Dokumentasi hasil pemantauan
Kolaborasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan
3. Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
Definisi : selama ... x... menit, maka pola Observasi :
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan napas membaik dengan kriteria Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
ventilasi adekuat. hasil :
40
Penyebab : Ventilasi semenit (5) napas)
Depresi pusat pernapasan Kapasitas vital (5) Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi,
Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, Diameter thoraks anterior wheezing, ronkhi kering)
kelemahan otot pernapasan) posterior (5) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Deformitas dinding dada Tekanan ekspirasi (5) Terapeutik :
Deformitas tulang dada Tekanan inspirasi (5) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
Gangguan neuromuscular Dispnea (5) dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma cervical)
Gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram Penggunaan otot bantu napas Posisikan semi-Fowler atau Fowler
[EEG] positif, cedera kepala, gangguan kejang) (5) Berikan minum hangat
Imaturitas neurologis Pemanjangan fase ekspirasi (5) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Penurunan energy Ortopnea (5) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru Pernapasan cuping hidung (5) endotrakeal
Sindrom hipoventilasi Frekuensi napas (5) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
41
Kecemasan kontraindikasi
Gejala dan Tanda Mayor Ajarkan teknik batuk efektif
Subjektif : Kolaborasi :
Dispnea Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
hiperventilasi, kusmaul, cneyne-stokes) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
Gejalan dan Tanda Minor Monitor pola napas (seperti : bradipnea, takipnea,
42
Tekanan ekspirasi menurun Terapeutik :
Tekanan inspirasi menurun Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
43
Faktor Risiko : Kemampuan menelan mengi, wheezing, ronkhi kering)
Penurunan tingkat kesadaran meningkat (5). Monitor sputurn (jumlah, wama, aroma)
Penurunan refleks muntah dan/atau batuk. Kebersihan mulut meningkat Terapeutik
Gangguan menelan. (5). Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
Disfagia. Dispnea menurun (5) dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal).
Kerusakan mobilitas fisik. Kelemahan otot menurun (5) Posisikan semi-Fowler atau Fower.
Peningkatan residu lambung. Akumulasi secret menurun Berikan minum hangat
Peningkatan tekanan intragastrik. (5) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu.
Penurunan motilitas gastrointestinal.
Wheezing menurun (5) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik.
Sfingter esofagus bawah inkompeten.
Batuk menurun (5) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
Perlambatan pegosongan lambung. endotrakeal.
Penggunaan otot aksesori
Terpasang selang nasogastric. menurun (5) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
Terpasang trakeostomi atau endotracheal tube. Sianosis menurun (5) McGill
Trauma/pembedahan leher, mulut, dan/atau wajah. Gelisah menurun (5) Berikan oksigen, jika perlu
Efek agen farmakologis. Frekuensi napas membaik (5) Edukasi
Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
dan bernapas kontraindikasi.
Kondisi Klinis Terkait : Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
44
Cedera kepala. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
Laringomalasi Terapeutik
45
tilt chin lift, jaw thrust, in line)
Pertahankan pengembangan balon endotracheal tube
(ETT).
Lakukan penghisapan jalan napas, jika produksi
sekret meningkat
Sediakan suction di ruangan
Hindari memberi makan melalui selang
gastrointestinal, jika residu banyak
Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak
Berikan obat oral dalam bentuk cair
Terapeutik
Anjurkan makan secara perlahan.
Ajarkan strategi mencegah aspirasi.
Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu
46
47
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN E DENGAN PNEUMONIA
A. PENGKAJIAN
Identitas Klien:
Suku/bangsa : Bali
Agama : Hindu
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
48
2. Riwayat Kesehatan/keperawatan
Tn E datang ke RS pada tanggal 25 Mei 2020, jam 10.20 wita dengan
untuk mengatasi sesak adalah dengan istirahat dan minum obat batuk
( OBH).
dahak yang kental dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di
lain-lain.
49
d. Riwayat kesehatan keluarga (RKK) :
penyakit sesak napas seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota
Penggunaan :
9) Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada
50
10) Frekuensi makan: Normal (3X sehari)
c. Pola Eliminasi
Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat √
tidur
Berpindah √
Berjalan √
51
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
e. Pola istirahat dan tidur
2) Bicara : Normal (√), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( )
5) Pendengaran : DBN ( √ ), tuli ( ), kanan/kiri, tinnitus ( ), alat bantu
dengar ( )
1) Pekerjaan : swasta
52
4) Kegiatan sosial :
sebaya nya.
3) Hal yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping) : pasien bersifat
4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan
a) BB : 57 kg
b) TB : 168 cm
2) TTV :
53
a) TD : 130 / 90 mmHg
b) ND : 120 x / menit
c) RR : 32 x / menit
d) S : 36,5 ºC
4) Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketombe, bersih.
6) Telinga : DBN
8) Thorak /paru
c) Perkusi : redup
5. Pemeriksaan Penunjang
kedua paru).
normal)
Diplococcus pneumonia
54
1) Leokosit = 16.000/mm3
2) Hb = 10,5 gr/dl
3) Trombosit =265.000/mm3
4) Hematokrit = 44%
B. ANALISA DATA
55
Diagnosa medik : Pneumonia
.
1. DS: Etiologi (virus, Bersihan jalan nafas tidak
tengorokkan di alveoli
sesak, ronkhi
DO:
Bersihan Jalan
Klien tampak
Nafas Tidak Efektif
kesulitan bernapas
TTV:
mmHg
N : 12x/menit
56
RR : 32x/menit
Pernafasan Cuping
Hidung
Takipnea (+)
Dispnea (+)
Pernafasan dangkal
Penggunaan otot
(+)
Hasil Rontgen :
menunjukkan
infiltrasi lobari
Pemeriksaan seputum
: ditemukan kuman
stapilococcus aureus
dan diplococcus
pneumonia
57
DO: Droplet terhirup
mmhgs makrofag
Hidung di alveoli
(+)
Hasil Rontgen :
menunjukkan
infiltrasi lobari
Pemeriksaan seputum
: ditemukan kuman
stapilococcus aureus
dan diplococcus
58
pneumonia
DO : Reaksi peradangan
kelelahan makrofag
mmhgs Mengaktifasi
ke alveoli
Transportasi O2
terganggu
HR meningkat,
kelelahan,
kelemahan
Intoleransi
Aktivitas
59
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. INTERVENSI
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1 Bersihan jalan SLKI) : bersihan jalan SIKI: Bersihan jalan nafas
nafas tidak efektif jalan nafas tidak efektif tidak efektif
berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama
dengan sekresi Label : Bersihan jalan nafas Label: Manajemen jalan
yang tertahan setelah dilakukan intervensi nafas
selama ..x..24jam, diharapkan Observasi:
bersihan jalan nafas 1) Monitor pola nafas
meningkat dengan kriteria (frekuensi, kedalaman,
hasil: usaha nafas)
- batuk efektif meningkat 2) Monitor bunyi nafas
- produksi sputum menurun tambahan (mis.
- mengi, wheezing menurun Gurgling, mengi
- meconium meurun wheezing, ronkhi
- Dispneaa meurun kering)
- ortopnea menurun 3) Monitor sputum
- sulit bicara menurun (jumlah warna aroma)
Terapeutik:
1) Pertahankan kepatenan
jalan nafas dengan
head tilt chin lift
60
( jawthrust jika curiga
trauma servical)
2) Posisikan
semifowler/fowlee
3) Berikan minum hangat
4) Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5) Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
6) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7) Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep mcgill
8) Berikan oksigen bila
perlu
Edukasi:
1) ajurkan asupan
2000ml perhari, jika
tidak kontraindikasi
2) Ajarkan eknik batuk
efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. Pola nafas tidak (SLKI) : Polanafas tidak SIKI: Polanafas tidak
efektif efektif efektif
berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama
61
dengan hambatan Label : Pola napas Label: Manajemen jalan
upaya nafas setelah dilakukan intervensi nafas
selama ..x..24jam, diharapkan Observasi:
pola napas membaik dengan 4) Monitor pola nafas
kriteria hasil: (frekuensi, kedalaman,
- Ventilasi semenit usaha nafas)
meningakat 5) Monitor bunyi nafas
- Kapasitas vital tambahan (mis.
meningkat Gurgling, mengi
- Dispnea menurun wheezing, ronkhi
- Penggunakan otot bantu kering)
nafas menurun 6) Monitor sputum
- Pemanjangan fase (jumlah warna aroma)
ekspirasi menurun Terapeutik:
- Pernapasan cuping 9) Pertahankan kepatenan
hidung menurun jalan nafas dengan
head tilt chin lift
( jawthrust jika curiga
trauma servical)
10) Posisikan
semifowler/fowlee
11) Berikan minum hangat
12) Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
13) Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
14) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
15) Keluarkan sumbatan
62
benda padat dengan
forsep mcgill
16) Berikan oksigen bila
perlu
Edukasi:
3) njurkan asupan
2000ml perhari, jika
tidak kontraindikasi
4) Ajarkan eknik batuk
efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3. Intoleransi aktivitas (SLKI) : Intoleransi SIKI: Intoleransi aktivitas
berhubungan aktivitas Intervensi Utama
dengan kelemahan Luaran Utama Label: Terapi aktivitas
Label : toleransi aktivitas Observasi:
setelah dilakukan intervensi 1) Observasi
selama ..x..24jam, diharapkan identifikasi deficit
toleransi aktivitas meningkat tingkat aktivitas
meningkat dengan kriteria 2) Indentifikasi
hasil: aktivitas dalam
- Frekuensi nadi aktivitas tertentu
meningkat 3) Identifikasi sumber
- Saturasi oksigen daya untuk aktivitas
meningkat yang diinginkan
- Kemudahan dalam Terapeutik
melakukan aktivitas 1) Fasilitasi memilih
sehari-hari meningkat aktivitas dan
- Keluhan lelah tetapkan tujuan
menurun aktivitas yang
63
- Dyspnea saat konsisten sesuai
melakukan aktivitas kemampuan fisik,
menurun psikologis, dan
- Dyspnea setelah social
aktivitas menurun 2) Kordinasikan
- Perasaan lemah pemilihan aktivitas
menurun sesuai usia
- Warna kulit membaik 3) Fasilitasi pasien
- Tekanan darah dan keluarga dalam
membaik menyesuaikan
- Frekuensi napas lingkungan untuk
membaik mengakomodasi
aktivitas yang
dipilih
4) Fasilitai aktivitas
fisik rutin (mis.
Ambulasi,
mobilisasi, dan
perawatan diri
5) Fasilitasi aktivitas
motoric untuk
merelaksasi otot
6) Libatkan keluarga
dalam aktivitas jika
perlu
7) Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas
sehari-hari
Edukasi:
1) Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari jika
64
perlu
2) Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
Kolaborasi:
1) Kolaborasi dengan
terapis ukupasi
dalam mrencanakan
dan memonitor
program aktivitas
Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
.
1. 26 mei Monitor pola nafas (frekuensi, S : pasien
kedalaman, usaha nafas)
2020/11.0 mengatakan
keluar
O:
TD : 130/90
mmhgs
65
N : 120x/i
RR : 32x /i
merasa lebih
lega
O : pasien
diberikan
posisi semi
fowler
F. EVALUASI
.
1. 26 mei Bersihan jalan nafas tidak efektik
WITA O:
RR : 20x/menit
O : 20x/menit
66
P : lanjutkan intervensi
A : intolaransi aktivitas
P : lanjutkan intervensi
67