Anda di halaman 1dari 85

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE

(CHF) DENGAN PENURUNAN CURAH JANTUNG MELALUI PEMBERIAN


TERAPI OKSIGEN DI RUANG ICU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Karya Tulis Ilmiah


Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

DIDIK AJI ASMORO


A01502154

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


GOMBONGPROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2017
PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini


Nama Didik Aji Asmoro
NIM A0l 502154
Program Studi Diploma III Keperawatan
Institusi STlKes Muhammadiyah Gombong
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tufts llmiah yang saya
tulis ini adalah benar-benar hasil karya tulis saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan
atau pikirari saya sendiri,
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tufts ini
hasil jiplakan, maka saya bersedla menerima Shksi atas perbuatan tersebut
sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Gombong, 10 Juli 2017

F654354961

( Didik Aji Asmoro )


A01502154

11
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Iliniah oleh Didik Aji Asmoro, NIM : A01502154, dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien I’‹›iiyr•s/irc Heart l'?ffliirc• (CHF) Dengan
Penurunan Curah Jantung Melalui Pemberian Terapi Oxyben di Ruang ICU PKU
Muhammadiyah Gombong”. Telah di}ieriksa dan disetujui untuk diujikan.

Gombong, 12 Juni 2017

Pembiinbing

( Barkah Waladani, M. Kep)

111
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Didik Aji Asmoro, NIM : A01502154, dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien (’r›ngesfivc' Heart Failure (CHF) Dengan
Pcnurunan Curah Jantung Melalui Pcmbcrian Terapi Oxygen di Runng ICU PKU
Muhammadiyah Ciombong”. Telah dipertahanknn di depan dewan penguji pada
tanggal 0S Agustus 2017,

Dewan Penguji

Penguji Ketua

(Bambang Utoyo M. Kep)

Penguji Anggota

(Barkah Waladani M. Kep)

Mengetaliui,
ogram Studi D III Keperawatan

( Nurlaila S. Kep. Ns. M. Kep )

IV
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................vii
KATA PENGANTAR......................................................................viii
ABSTRAK....................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN 1.1
..............................................................................................Lat
ar Belakang.......................................................................1
1.2Ru
musan Masalah.................................................................3
1.3Tuj
uan Studi Kasus........................................................................................3
1.4Ma
nfaat Studi Kasus..............................................................4
BAB II KONSEP DASAR
2.1.........................................................................................Tin
jauan Pustaka....................................................................5
2.2.........................................................................................Ker
angka Konsep Studi Kasus.......................................................................12
BAB III METODE STUDI KASUS
3.1.........................................................................................Ra
ncangan Studi Kasus........................................................18
3.2Su
bjek Studi Kasus...............................................................18
3.3Fok
us Studi Kasus..................................................................19

5
3.4De
finisi Operasional..............................................................19
3.5Ins
trument Studi Kasus.........................................................19
3.6Me
tode Pengumpulan Data..................................................19
3.7Lok
asi & Waktu Studi Kasus...................................................20
3.8An
alisis Data dan Penyajian Data.........................................20
3.9Eti
ka Studi Kasus..................................................................21
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1.........................................................................................Ha
sil Studi Kasus..................................................................24
4.2Pe
mbahasan........................................................................34
4.3Ket
erbatasan Studi Kasus......................................................44
BAB V PENUTUP
5.1.........................................................................................Kes
impulan............................................................................45
5.2.........................................................................................Sar
an.....................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Informed Consent.


2. Lembar Penjelasan Mengikuti Penelitian (PSP).
3. Lembar Asuhan Keperawatan.
4. Lembar Standar Oprasional Prosedur tindakan pemberian Oksigenasi
5. Lembar SAP (satuan acara penyuluhan) dan Leflet.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Congestive Heart
Failure (CHF) Dengan Penurunan Curah Jantung Melalui Pemberian Terapi
Oksigen di Ruang ICU PKU Muhammadiyah Gombong”.
Adapun maksud penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan hasil
ujian komprehensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan Diploma
III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong.
Terwujudnya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Ibu Hj. Herniyatun M. Kep Sp. Mat selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan kesempatan
dan memberikan fasilitas untuk menimbailmu.
2. Ibu Nurlaila S. Kep. Ns. M. Kep. Selaku Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan.
3. Bambang Utoyo M. Kep Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, dan
memberikan perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.
4. Ibu Barkah Waladani, M. Kep Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang
telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, dan
memberikan perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.
5. Semua Dosen Program Studi Diploma III Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan bimbingan dengan sabar
dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua ornng tuaku “Ibu Satini Bapak Teguh Bambang C”, dan kedua
kaka perempuanku yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III
Keperawatan
7. Seseorang yang ada dihati penulis anak ke dua dari Ibu Cut Yusni, yang
senantiasa memberikan semangat dan setia mendengarkan keluh kesah
penulis.
8. Teman — teman Mahasiswa Program Studi Diploma III Keperawatan
STIKes Muhammadiyah Gombong dan berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moral dan spiritual.

Penulis menyadari betul bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan
diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk
perbaikan di kemudian hari. Harapan penulis semoga laporan studi kasus ini
bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Allahuma
Aamiin.

Gombong, 12 Juni 2017

Penuli

ji Aasmoro
IX
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, 11 Juli 2017
Didik Aji Asmoro’.Barkah Waladani², M. Kep.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CONGESTIVE HEART


FAILURE (CHF) DENGAN PENURUNAN CURAH JANTUNG
DI RUANG ICU RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Abstrak
Latar Belakang : CHF (Congestive Heart Faillure) merupakan masalah
kesehatan dalam sistem kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus meningkat
dan berdampak kematian, dan termasuk banyaknya angka penyakit di indonesia.
Tujuan : Mampu menggambarkan tentang pemberian Asuhan Keperawatan pada
pasien CHF (Congestive Heart Faillure).
Diagnosa : Dalam Asuhan Keperawatan pada pasien CHF yang di tegakan dari
hasil pengkajian pada pasien Tn. S adalah penurunan curah jantung berhubungan
dengan gangguan preload, pola nafas tidak efektif berhubunga dengan kurangnya
dypsnea, dan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakitnya.
Rencana tindakan : Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
Congestive Heart Failure antara lain dengan memonitor frekuensi dan irama
jantung, mengobservasi perubahan status mental, monitor pemeriksaan diagnostik
dan hasil laboratorium seperti EKG, GDA (PaO2, PaCO2, SPO2), elektrolit,
memposisikan pasien semi fowler, memberikan terapi O2, monitor vita sign,
memberikan lingkungan yang tenang dan membatasi pengunjung, melakukan
kolaborasi untuk memberikan obat sesuai anjuran dokter.
Hasil : Setelah dilakukannya Asuhan Keperawatan selama 3x12 jam di dapatkan
hasil pernafasan pasien menjadi normal, sudah tidak terdapat edema, dan pasien
paham terhadap penyakit CHF (Congestive Heart Faillure).
Kata kunci : CHF, edema, pernafasan.

Diploma of Nursing Study Program

11
Muhammadiyah Gombong Health Science Academy
KTI, July 11th, 2017
Didik Aji Asmoro’1.Barkah Waladani², M. Kep.

NURSING CARE OF CONGESTIVE HEART FAILURE ( CHF ) BY Mr.S


WITH DECREASE CARDIAC OUTPUT
AT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG HOSPITAL
IN THE INTENSIVE CARE UNIT ( ICU )

Abstract
Background : Congestive Heart Faillure is a health problem in the
cardiovascular system which is the incident rate has risen steadily and the impact
of death and including the number of Indonesia’s disease.
Aim of Research : able to describe about giving nursing care at the Congestive
Heart Faillure’s client.
Diagnose : In nursing care of Congestive Heart Faillure’s client, that enforced
from the assessment on Mr.S are decrease cardiac output related with preload
interference, in-efective breath system related with dypsnea, and knowledge
deficiency related with less information about the desease.
Planning of action : The plan of nursing care action which used by Congestive
Heart Faillure’s client are frequency and heart beat monitor, observations mental
status changes, diagnostic test monitor and laboratory result such as EKG, GDA
(PaO2, PaCO2, SPO2), electrolyte, semi fowler position, about giving O 2 therapy,
vital sign monitor, about giving environment serenity and visitor limits and do
collaboration with the doctor about client medicines therapy.
Result : After 3x12 hours of nursing care, the result obtained client respiration
become normal, there is no oedema, and the client knows about his desease.
Key word : CHF, oedema, respiration.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal jantung atau Congestive Heart Failure adalah suatu keadaan
ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi
kebutuhan tubuh, meskipun tekanan darah pada vena itu normal. Gagal
jantung menjadi penyakit yang terus meningkat terutama pada lansia. Pada
Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung adalah ketidakmampuan
jantung untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat guna
memenuhi kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen pada jaringan
meskipun aliran balik vena yang adekuat (Dewi, 2012).
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler lebih
tepatnya Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat
yang tinggi, menurut data Whorld Health Organization (WHO) pada
tahun 2007 dilaporkan bahwa Congestive Heart Failure (CHF)
mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia dan meningkat seiring
pertambahan usia dan pada umumnya mengenai pasien dengan usia sekitar
lebih dari 65 tahun dengan presentase sekitar 6-10% lebih banyak
mengenai laki-laki dari pada wanita. Pada tahun 2030 WHO memprediksi
bahwa peningkatan penderita Congestive Heart Failure (CHF) mencapai
±23 juta jiwa di dunia. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan salah
satu masalah khas utama pada beberapa negara industri maju dan negara
berkembang seperti Indonesia (Austaryani, 2012).
Menurut Kompas Lusia, (2010), sekitar 4,3 juta penduduk
Indonesia mengalami Congestive Heart Failure (CHF), dan 500.000 kasus
baru Congestive Heart Failure (CHF) telah di diagnosis tiap tahunnya.
Harapan hidup penderita Congestive Heart Failure (CHF) lebih buruk
dibandingan dengan kanker apapun kecuali kanker paru-paru dan kanker
ovarium karena sampai 75% penderita Congestive Heart Failure (CHF)
meninggal dalam kurun waktu 5 tahun sejak diagnosis. Dalam profil
kesehatan Indonesia pada tahun (2005) Congestive Heart Failure (CHF)

1
merupakan urutan ke 5 penyebab kematian terbanya di Rumah Sakit
seluruh Indonesia. Perubahan gaya hidup, kadar kolesterol yang tinggi,
perokok aktif dan kurangnya kesadaran berolahraga menjadi faktor pemicu
munculnya Congestive Heart Failure (CHF) (Kompas, 2010).
Congestive Heart Failure (CHF) diperkirakan akan menjadi
penyebab utama kematian secara menyeluruh dalam waktu lima belas
tahun mendatang, meliputi Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia. Hal
tersebut menjadi dasar angka prevalensi penyakit kardiovaskuler secara
cepat di negara-negara berkembang dan Negara Eropa Timur. Selain itu,
gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan
perawatan ulang di Rumah Sakit (Redmission) meskipun pengetahuan
rawat jalan telah diberikan secara optimal (Ardiansyah, 2012).
Pada penelitian di Amerika resiko berkembangnya penyakit
Congestive Heart Failure (CHF) yaitu mencapai 20% untuk usia ≥ 40
tahun dengan kejadian > 650.000 kasus baru yang diagnosis Congestive
Heart Failure (CHF) selama beberapa dekade terahir. Kejadian
Congestive Heart Failure (CHF) meningkat dengan bertambahnya usia.
Tingkat kematian untuk Congestive Heart Failure (CHF) sekitar 50%
dalam waktu lima tahun (Arini, 2015).
Prevalensi Congestive Heart Failure (CHF) di Indonesia menurut
Riskesdas (2013) sebesar 0,3 data prevalensi penyakit ditentukan
berdasarkan hasil wawancara pada reponden umur ≥ 15 tahun merupakan
gabungan dari kasus penyakit yang pernah di diagnosis dokter atau kasus
yang mempunyai gejala penyakit Congestive Heart Failure (CHF)
(Riskesdas, 2013).
Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr Margono Soekarjo
Purwoerto yang di rawat karena Congestive Heart Failure (CHF) di tahun
2010 terdapat 506 orang yang terdiri dari 221 laki-laki dan 469
perempuan. Pada tahun 2012 terdapat 842 orang yang terdiri dari 373 laik-
laki dan 469 perempuan. Pada tahun 2012 terdapat 1111 orang yang terdiri
dari 526 laki-laki dan 585 perempuan. Pada tahun 2013 terdapat 1142
orang yang terdiri dari 550 laki-laki 592 perempuan. Pada tahun
2014 terdiri dari 1380 orang terdiri dari 667 laki-laki dan 713 perempuan.
Dan pada tahun 2015 sampai dengan bulan Oktober terdiri dari 863 orang
yang terdiri dari 375 perempuan dan 488 laki-laki. Dari tahun ketahun
angka kejadian Congestive Heart Failure (CHF) trus mengalami
peningatan (Pranoto, 2015)
Sehubung dengan prevalensi kejadian Congestive Heart Failure
(CHF) masih tinggi yang ditemukan serta masih adanya resiko seperti
dampak kematian yang ditimbulkan akibat Congestive Heart Failure
(CHF) maka peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan untuk
mengobati, mencegah dan meningkatan kesehatan pasien. Agar dapat
memberikan asuhan keperawatan secara maksimal dan optimal maka
diperlukan pemahaman tentang konsep dasar penyakit Congestive Heart
Failure (CHF) dan proses keperawatannya. Maka penulis termotivasi
untuk membahas lebih lanjut karya tulis ilmiah ini yang akan menguraikan
proses usaha keperawatan tentang Congestive Heart Failure (CHF).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimana Melaksanakan atau
Mengimplementasikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Congestive Heart Failure (CHF) meliputi Pengajian, Analisa Data,
Penegakan Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan,
Implementasi Keperawatan, Serta Evaluasi Asuhan Keperawatan, yang
dikelola selama 3 hari.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan ilmu yang telah di peroleh selama masa
pendidikan Diploma III Keperawatan dengan melaksanakan Asuhan
Keperawatan secara komprehensif dari pengkajian sampai dengan
evaluasi pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF).
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1) Menggambarkan pengkajian pada pasien dengan Congestive Heart
Failure (CHF).
2) Menggambarkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
3) Menggambarkan rencana keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
4) Menggambarkan implementasi keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
5) Menggambarkan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
1.4 Manfaat Stady Kasus
Berhubungan dengan penulis manfaat yang ingin di capai pada klien
dengan kondisi Congestive Heart Failure (CHF) sebagai berikut :
a. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian, disamping itu
meningkatkan pemahaman tentang memberikan dan menyusun
penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Congestive
Heart Failure (CHF)
b. Bagi Klien
Hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan
pada klien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
c. Bagi Institusi
Mengevaluasi tingkat kemampuan mahasiswa dan sebagai cara untuk
mengevaluasi materi yang telah diberikan kepada mahasiswa
d. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian yang dilakukan dapat di jadikan sebagai masukan untuk
profesi perawat dalam mengaplikasikan Asuhan Keperawatan dalam
klien Congestive Heart Failure (CHF).
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, S. D. (2014). Asuhan Keperawatan pada Pasien Efusi pleura dengan


Pemberian terapi Oksigen di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Hidayat, A. A. A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Potter, A & Perry, A. G (2007). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,


Proses dan Pratik, edisi 4, volume 2. Jakarta : EGC

Ardiansyah. (2012). Medikal Bedah. Jogjakarta : DIVA press.

Arini, (2015). Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Gagal Jantung yang Rawat
Inap di RSUD. DR. Soetomo. Surabaya.http://repository.wima.ac.id Diakses
14 Oktober 2015 jam 14:00 wita.

Austaryani, N. P. (2012). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Heart


Failure (CHF) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Baradero, M. et al (2008). Seri Asuhan Keperawatan klien Gangguan


Kardiovaskular. Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth, (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta : EGC

Carpenito, L.J (2007). Buku Saku Diagnose Keperawatan. Jakarta : EGC

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa Nike Budhi Subekti,
Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC.

Dewi, I. N. (2012). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Faiure


(CHF) Di RSUD dr. Prijonegoro Sragen.

Doenges, E. M. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan : 202. Yogyakarta :


Med Action.

Nursalam (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik


Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, A. & Sari, K. (2012). Asuhan Keperawatan Gangguan Kardiovaskuler.


Jakarta : Salemba Medika.
Pranoto, A. F. (2015). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Heart
Failure (CHF) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Banyumas.

Prijo, S. (2010). Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran. Jakarta :


Perpustakaan DEPKES

Riset Kesehatan Dasar, (2013), dalam online http://www.litbang.depkes.go.id


diakses tanggal 16 2015.

Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


sistem Kardiovaskular Edisi Malang. Malang : Universitas Muhammadiyah
Malang.
Santoso A (2007). Gagal Jantung Ilmu Penyakit Dalam Edisi 8. Jakarta : EGC

Saryono, (2016). Terapi Oksigen. Modul Pembelajaran Keperawatan Dasar


http://www.fk.unsoed.ac.id/sites/default/files/img/.../Genap%20II%20-
%20Terapi%20Oksigen.pdf.

Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Wijaya, A. S. & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Teori dan


Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan


Edisi 9 Diagnosis Nanda Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa
Esti Wahyuningsih. Jakarta : EGC.
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Didik Aji Asmoro dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Congestive Heart Failure Dengan Penurunan Curah Jantung Di ruang
ICU RSU PKU Muhammadiyah €iombong".
Saya memutuskan setuju untuk ikiut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya
menginginkan mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri
sewaktu — waktu tanpa sanksi apapun.

.. .. !. . ..- :i'!:...,.. .2017


Yang me jkan persetujuan
Saksi

Pe
Lampiran 2

PENJELASAN UNTUK MENG IKUTI PENELITIAN

i. Kami adalah Peniliti berasal dari STIKES Muhammadiyah Gombong.


Program Studi DIII Keperawatan dengan ini meminta anda untuk
berpartispiasi dengan sukarela dalam penelitian yang be judul “Asuhan
Keperawatan pada Klien Congestive Heart failure Dengan Penurunan
Curah Jantung Di ruang ICU RSU PKU Muhammadiyah Gombong".
2. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan Asuhan Keperawatan
pada Klien Congestive Heart Failure Dengan Penurunan Curah Jantung:
yang dapat memberi manfaat yaitu meningkatkan pengetahuan,
pemahaman masyarakat dalam menangani masalah pada Klien
Congestive Heart Failure Dengan Penurunan Curah Jantung Penelitian ini
akan berlangsusng selama 3 hari.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin
menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung 15-20 menit.
Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu
khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan
atau pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda pcroleh dalam keikutsertakan pada penelitian ini
adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan atau
tindakan yang diberikan.
5. Nama jati diri anda seluruh informasi yang saudara sampaikan akan tetap
dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 085726316531

Peneli

Did’ i Asmoro
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART
FAILURE (CHF) DENGAN PENURUNAN CURAH JANTUNG MELALUI
PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DI RUANG ICU PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG

I. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.S
Umur : 86 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
BB : 50 kg
No. Rekam Medik 00334874
Tanggal Pengkajian : 11 juli 2017
Diagnosa Medik : CHF (Congestive Heart Failure)

2. Riwayat penyakit
Keluhan Utama
Klien mengatakan napasnya sesak.
Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh sesak napas tanggal 8 juli 2017 masuk ke ICU. Pada
tanggal 11 juli 2017 klien masih mengeluh sesak nafas dengan GCS : 15
( E4 M6 V5 ), RR : 31, TD : 120/60 mmHg, MAP : 80 mmHg, Nadi : 85
x/m Suhu : 36 ºC, klien terpasang Binasal kanul 4 L/m, dan terpasang
Infus RL 20 tpm.
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat saat di IGD:
Klien datang ke IGD tanggal 6 juli 2017 Pukul 13:00 WIB, Klien
merupakan klien rujukan dari RSU PKU Muhammadiyah Gombong
dengan keluhan sesak napas, GCS : 15 ( E4 M6 V5 ), RR : 27 x/menit,
TD : 120/60 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36 oC. Klien mengeluh
sesak napas kurang dari 1 minggu yang lalu, dan dirawat 3 hari dengan
keluhan prostat.
- Riwayat pengobatan:
Keluarga klien mengatakan klien tidak memepunyai obat dan klien
jarang berobat .
- Riwayat penyakit sebelumnya:
Keluarga klien mengatakan klien pernah oprasi di bagian paha kanan
terdapat benjolan ± 3 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga klien mengatakan tidak mempunyai riwayat peryakit hipertensi
tidak mempunyai riwayat peryakit DM, Asma, dan peryakit menular
seperti HIV, TBC, Hepatitis dll.

3. Pengkajian Kritis B6
a. B1 (Breathing)
- RR : 27 x/m
- Binasal kanul 4 L/m
- Pergerakan dada simetris
- Napas spontan
b. B2 (Blood)
- TD : 120/60 mmHg
- Map : 80 mmHg
- N : 90 x/m
- S: 36 ºC
- akral dingin
- tidak terdapat sianosis
c. B3 (Brain)
- Kesadaran CM, GCS : 15 ( E4 M6 V5 )
- KU lemah
- Pupil Isokor
- Rangsang cahaya : R : 2(+) L : 2(+)
- Gelisah
d. B4 (Bowel)
- Peristaltik usus 11 x/m
- Abdomen supel
- Mukosa bibir kering
- Tidak ada pembesaran hepar
- Tidak ada nyeri tekan di abdomen
e. B5 (Bladder)
- Warna urin kuning dan masih sedikit
- Terpasang DC dengan produksi urin 50 cc
f. B6 (Bone)
- Kekuatan otot atas 5/5, bawah 5/5 ,
- Terdapat edema pada tungkai kaki kanan.

4. Pola fungsional
1. pola oksigenasi
Sebelum sakit : klien dapat bernafas secara normal tanpa alat bantu
pernafasan.
Saat dikaji : klien mengeluh sesak nafas, RR: 27 x/menit,
bernapas spontan, menggunakan binasal kanul
4l/m.
2. Pola nutrisi
Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien sebelum sakit
makan sehari 3x sehari 900gr dengan nasi dan lauk
pauk, serta minum air putih ±8 gelas/hari 2500ml
serta minum teh dan kopi.
Saat dikaji : klien hanya menghabiskan ½ porsi makanan RS.
3. Pola kebutuhan istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Klien dapat beristirahat dengan nyenyak,
tidur ± 5-6 jam
Saat dikaji : Klien gelisah dan hanya bisa tidur 3-4 jam.
4. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien BAK 4-5 x/hari
urin berwarna kuning jernih dan BAB 1 x/hari
feses berwarna kuning kecoklatan.
Saat dikaji :Klien sudah BAB 1x terpasang dc UB 4 jam 100cc
5. Pola aktivitas
Sebelum sakit : Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan orang lain.
Saat dikaji : Klien beraktivitas di bantu oleh perawat.
6. Pola berpakaian
Sebelum sakit : Klien dapat berpakaian secara mandiri
Saat dikaji : Klien dalam berpakaian dibantu oleh perawat
7. Pola menjaga suhu tubuh
Sebelum sakit : Klien jika merasa dingin menggunakan selimut
atau pakaian tebal serta minum air hangat, jika
panas memakai pakaian tipis dan menggunakan
kipas angin
Saat dikaji : Klien menggunakan pakaian dari ruang ICU dan
menggunakan selimut.
8. Pola personal hygiene
Sebelum sakit :Klien mandi 2x sehari dan menggosok gigi 2x
sehari secara mandiri
Saat dikaji : Klien hanya diseka 2x/hari oleh perawat
9. Pola Aman dan nyaman
Sebelum sakit : Klien merasa aman dan nyaman berada diantara
keluarganya dan mampu mengindari dari bahaya
sekitar
Saat dikaji : Klien tampak gelisah
10. Pola komunikasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan mampu berkomunikasi dengan
baik di lingkungannya
Saat dikaji : Klien dapat berbicara, tetapi tidak terlalu jelas
11. Pola rekreasi
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien senang
berkumpul dengan keluarganya untuk berekreasi
Saat dikaji : Klien hanya terbaring dan gelisah di tempat tidur.
12. Pola kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan hanya bekerja sebagai
pedagang sebelum masuk RS.
Saat dikaji : Klien tidak bisa berkerja karena sakit.
13. Pola kebutuhan belajar
Sebelum sakit : Keluarga klien dan mengatakan belum mengetahui
peryakit yang diderita klien.
Saat dikaji : Keluarga klien dan klien nampak terlihat bingung
mengatakan belum mengetahui peryakit klien dan
banyak bertanya.
14. Pola spiritual
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien dapat beribadah
sholat 5 waktu dan membaca Al- Quran
Saat dikaji : Klien hanya terbaring ditempat tidur.

5. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Lemah
kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 ( E4 M6 V5 )
TD : 120/60mmHg
MAP : 80 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 27 x/menit
S : 36 ºC
a. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : mesoschopal, rambut beruban, tampak sedikit kotor
2) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.
3) Mata : simetris, konjungtiva ananemis, sclera aniterik
4) Telinga : simetris, tidak terdapat serumen
5) Mulut : tidak ada stomatitis, gigi tampak sedikit kotor,
gigi tampak mulai ompong
6) Dada
 Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, terdapat retraksi
dinding dada
Palpasi : Focal vremitus tidak teraba, expansi
dinding dada simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bunyi paru vesikuler
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis normal terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di interkosta 4-5
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 dan S2 reguler (lup dup)
 Abdomen
Inspeksi : Supel, tidak ada lesi dan tidak ada bekas
operasi
Auskultasi : Bising usus 11 x/menit
palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan limpha
perkusi : Timpani

7) Genetalia dan Rektum : Bersih dan tidak tampak kelainan


8) Ekstermitas :
o Atas : Tidak ada edema.
o Bawah : - Tungkai kaki kanan terdapat piting edema,
terpasang infuse RL 20 tpm pada kaki kanan

6. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan S
11 Juli 2017 Lekosit 11,53 H 3.8-10.6
Eritrosit 3.96 L 4.4-5.9 j
Hematokrit 39.9 L 40-52
MCV 100.6 H 80-100
Trombosit 48 L 150-440

b. Pemeriksaan Lain-lain
Hasil pemeriksaan
- Ro. Thorak : Cardiomegaly

7. Terapi
No Tanggal Nama therapi Dosis
1. 11 juli 2017 Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
2. Inj. Ciprofloxacin 2 x 200 mg
3. Inj. Metilprednisolone 2 x 62.5 mg
Inj. OMZ 2 x 1 ampul
4.
3 x 500 mg
5. Inj. Kalnex 3x1
6. Curcuma 3x2
7. Antasida Syr 2x1
8. Lansoprazole 1 x 2.5
9. Concor 2 x 1/2
10. 12 juli 2017 ISDN
2 x 1 gr
1. 2 x 200 mg
2. Inj. Ceftriaxone 2 x 62.5 mg
3. Inj. Ciprofloxacin 2 x 1 ampul
4. Inj. Metilprednisolone 3 x 500 mg
5. Inj. OMZ
Inj. Kalnex

II. ANALISA DATA


No Tanggal Data Etiologi Masalah
1 11 juli DS : Klien mengatakan sesak Perubahan Penurunan
2017 nafas Preload curah jantung
DO :
- KU Lemah
- Pasien tampak susah
bernafas
- Terdapat piting oedema
pada tungkai dan sudah
sedikit mengempes
- GCS : 15
- TTV :
TD : 120/60 mmHg
MAP : 80 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 27x/menit
S : 36oC
- Thoraxs : tanggal 07 juli
2017 pulmo masih tampak
normal , cardiomegaly.
2 11 juli DS : Klien mengatakan sesak Dipneu Pola nafas
2017 nafas tidak efektif
DO :
- Pasien tampak susah
bernafas, RR : 27 x/m
- Tampak retraksi dinding
dada
- Terpasang binasal kanul
4lpm

3 11 juli DS : Klien mengatakan tidak Kurangnya Defisit


2017 tahu tentang penyakit yang informasi pengetahuan
dideritanya tentang
DO : penyakitnya
- Klien dan keluarganya
tampak bingung
- Klien dan keluarganya
tampak bertanya-tanya
penyakit yang di derita
klien.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dipneu
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit

IV. RENCANA KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Penurunan curah Setelah dilakukan a. Posisikan semi
jantung b.d tindakan keperawatan fowler
Perubahan preload selama 3 x 12 jam, b. Monitor status
diharapkan tidak terdapat pernafasan yang
penurunan curah jantung menandakan gagal
pada pasien, dengan jantung
kriteria hasil : c. Monitor BC
a. Vital sign batas d. Monitor adanya
normal perubahan TD dan
b. Dapat berikan lingkungan
mentoleransi yang tenang
aktifitas, tidak e. Monitor TTV
kelelahan f. Monitor adanya
c. Tidak ada edema dyspnea
paru perifer dan g. Instruksikan pasien
tidak ada asites untuk istirahat total
d. Tidak ada di tempat tidur
penurunan h. Atur periode
kesadaran latihan dan istirahat
untuk menghindari
kelelahan
i. Anjurkan untuk
menurunkan stres
j. Berikan terapi
oksigen sesuai
indikasi
k. Kolaborasi terapi
obat diuretik dan
antibiotic dengan
dokter.
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan a. Posisikan pasien
pola napas b.d tindakan keperawatan semi fowler untuk
dipneu selama 3 x 12 jam, memaksimalkan
diharapkan pola nafas ventilasi dan
pasien efektif, dengan pertahankan posisi
kriteria hasil : pasien
a. Menunjukan jalan b. Identifikasi pasien
napas yang paten perlunya
(klien tidak merasa c. Auskultasi suara
tercekik, irama napas, catat adanya
nafas, frekuensi suara tambahan
pernafasan dalam d. Atur inteke untuk
rentang normal, cairan
tidak ada suara mengoptimalkan
nafas abnormal) keseimbangan
b. Tanda-tanda vital e. Monitor vital sign
dalam rentang f. Monitoring
normal respirasi dan 02
(TD,nadi,pernafasa
n)
c. Tidak
menggunakan otot
bantu pernafasan
3. Defisit Setelah dilakukan a. Kaji tingkat
pengetahuan b.d tindakan keperawatan pemahaman pasien
kurangnya selama 1 x 30 menit, dan keluarga
informasi tentang diharapkan defisiensi
tentang penyakit
penyakit pengetahuan teratasi,
b. Beritahu pasien dan
dengan kriteria hasil :
a. Pasien dan keluarga pasien
keluarganya tentang informasi
mengerti akan penyakit :
penyakitnya pengertian,
b. Pasien dan penyebab, proses
keluarganya penyakit, tanda dan
menyatakan
gejala dan
pemahaman
mengenai pengobatan
kondisi/proses c. Berikan waktu
penyakit dan kepada pasien
pengobatan untuk mengajukan
pertanyaan
d. Tekankan
pentingnya terapi
diuretik dan
antibiotik pada
pasien dan keluarga
pasien
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal D IMPLEMENTASI RESPON TTD
Waktu X

11 Juli
2017
08 : 00 1,2 - Posisikan semi fowler - Klien kooperatif
09 : 00 1 - Monitor TTV - TD : 130/85
mmHg
MAP : 100 mmHg
N : 80 x/m
RR : 26 x/m
S : 36,3 ºC
- Membantu klien makan - Klien kooperatif
11 : 00 2 dan bersedia
dan minum
makan sedikit
demi sedikit
- Memantau TTV - TD : 110/80
12 : 00 1,2 mmHg
MAP : 90 mmHg
N : 80 x/m
RR : 25 x/m
S : 36 ºC
- Keluarga
- Berikan lingkungan yang kooperatif
12 : 30 1 tenang dan batasi
pengunjung - Curcuma 1 tablet
- Memberikan obat oral Antasida syr 2
13 : 00 1
sendok
- Tingkatkan istirahat untuk
13 : 30 1 menurunkan kebutuhan 02
tubuh dan untuk
menghindari kelelahan - Pasien bersedia di
- Menyeka pasien
seka
15 : 30 2 - Memberikan obat injeksi - Inj. Kalnex 500 mg
Inj. Ceftriaxon 1 gr
17 : 00 1 Inj. Ciprofloxacin
200 mg
Inj.
Methilprednisolon
e 62,5 mg
Inj. Omeprazole 1

- Mengkaji pemahaman - Pasien dan


pasien dan keluarga pasien keluarga kooperatif
tentang penyakit yang di dan tampak belum
17 : 00 3 derita pasien begitu paham
tentang penyakit
- Melakukan kontrak waktu
- Pasien dan
dengan pasien dan
keluarga kooperatif
keluarga untuk melakukan
edukasi tentang penyakit
17 : 05 3 Congestive Heart Vailure
(CHF)

- Menghitung BC :
Input-output
= (400+250)-(50+310)
= 700 – 360
= +340 cc/10 jam
18 : 00 1

12 Juli
2017
08 : 00 1,2 - Posisikan semi fowler - Klien kooperatif
09 : 00 1,2 - Monitor TTV - TD :110/75 mmHg
MAP : 87 mmHg
N : 75 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,5 ºC

- Membantu klien makan - Klien kooperatif


11 : 00 2 dan minum dan bersedia
makan sedikit
- Memantau TTV demi sedikit
- TD :100/80 mmHg
12 : 00 1,2 MAP : 86 mmHg,
N : 80 x/m
RR : 25 x/m
S : 36,3 ºC
- Berikan lingkungan yang
- Keluarga pasien
tenang dan batasi
dan pasien
pengunjung
12 : 30 2 kooperatif
- Memberikan obat oral
- Curcuma 1 tablet
Antasida syr
13 : 00 1 2 sendok
- Melakukan edukasi
- Pasien kooperatif
terhadap pasien
- Tingkatkan istirahat untuk
13 : 30 3 menurunkan kebutuhan 02
tubuh dan untuk
13 : 35 1
menghindari kelelahan

- Menyeka pasien
- Pasien bersedia di
- Memberikan obat injeksi seka
15 : 30 2 - Inj. Kalnex 500 mg
- Menghitung BC :
16 : 30 1 Input-output
= (430+280)-(100+310)
18 : 00 1 = 710 – 410
= +300cc/10 jam

13 Juli
2017
08 : 00 1,2 - Posisikan pasien semi - Pasien kooperatif
fowler
1 - Pemasangan kanul 02 - Pasien bersedia
dengan yang baru dan dan kooperatif
steril
- Melakukan penkes pada
08 : 30 3 keluarga pasien dan pasien - Keluarga pasien
- Menanyakan pada dan pasien
3 keluarga pasien dan pasien kooperatif
apakah sudah paham atau - Keluarga pasien
belum tentang penyakit dan pasien
- Memberikan waktu kooperatif dan
3 kepada pasien dan sedikit paham
keluarga pasien untuk - Keluarga pasien
bertanya mau bertanya pada
perawat

VI. EVALUASI
Tanggal D SOAP TTD
X
11 Juli 2017 1 S : Klien mengatakan masih sesak napas
0:
- KU cukup
- Kesadaran CM GCS : 15 E4 V5 M6
- TTV : TD : 120/60 mmHg
MAP : 80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,4 ºC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Pantau vital sign
- pantau penurunan kesadaran
11 Juli 2017 2 S : Klien mengatakan masih sesak
napas 0 : TTV : TD : 120/60 mmHg
MAP : 80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,4 ºC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Pantau vital sign
- Pantau irama dan suara nafas tambahan
12 Juli 2017 1 S : Klien mengatakan masih sesak napas
0:
- KU cukup
- Kesadaran CM GCS : 15 E4 V5 M6
- TTV : TD : 110/80 mmHg
MAP : 90 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 25 x/menit
S : 36 ºC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Pantau vital sign
- Pantau toleransi aktifitas dan tingkat kelelahan
klien

12 Juli 2017 2 S : Klien mengatakan masih sesak


napas 0 : TTV : TD : 110/80 mmHg
MAP : 80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 25 x/menit
S : 36 ºC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor jalan napas klien (irama nafas,
frekuensi pernafasan, suara nafas tambahan)
- Monitor otot bantu pernapasan
- Monitor selang 02
13 Juli 2017 1 S : Klien mengatakan sesak napas berkurang
0:
- KU cukup
- Kesadaran CM GCS : 15 E4 V5 M6
- TTV : TD : 110/80 mmHg
MAP : 90 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,1 ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pindah ruangan lanjutkan Intervensi
- Pantau vital sign
- Pantau kesadaran

13 Juli 2017 2 S : Klien mengatakan sesak napas berkurang


0 : TTV : TD : 110/80 mmHg
MAP : 90 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,1 ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pindah ruangan lanjutkan Intervensi
- Pantau vital sign

13 Juli 2017 3 S : Klien dan keluarga klien mengatakan sudah


tentang penyakit
0 : - Keluarga klien dan klien dapat menjawab dan
menjelaskan pertanyaan yang di ajukan oleh
perawat
- Keluarga klien kooperatif mau bertanya tentang
penyakit yang di derita klien
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
Lampiran 4

SOP (standar oprasonal prosedur) Tindakan Oksigenasi

Persiapan alat :

 Tabung oksigen (oksigen dinding) berisi oksigen lengkap dengan


flowmeter dan humidifier yang berisi aquades hingga batas pengisian
 Binasal kanul
 Tisue atau cotten budd
 Bengkok
 Plester dan gunting

A. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Kontrak waktu
5. Menyatakan kesiapan pasien
6. Mengucapkan Basmallah
B. Fase Kerja
1. Cuci tangan
2. Tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya
3. Buka tabung humidifier dan isi dengan air mineral atau aquades hingga
batas pengisian
4. Hubungkan nasal kanul atau masker dengan slang oksigen ke botol
pelembab atau tabung humidifier
5. Bersihkan lubang hidung dengan tisue atau cotten budd
6. Atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan yang di instruksikan oleh
dokter
7. Cek aliran oksigen pada telapak tangan apakah udara keluar dengan
sempurna atau macet
8. Pasangkam nasal kanul atau masker ke klien
9. Setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi lepas nasal kanul atau masker
dari klien
10. Tabung oksigen ditutup
11. Klien dirapikan kembali
12. Peralatan di bereskan
13. Mengucap hamdallah
C. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan dan mengucap salam
CONGESTIF HEART Gagag Jantung Kongestif

FAILURE (CHF) Adalah : suatu keadaan berupa


kelainan fungsi jantung sehingga
jantung tidak dapat memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolism tubuh.

Penyebab :
 Kelainan otot jantung
 Penyumbatan pembuluh darah
jantung
 Hipertensi { pada Gagal jantung kiri } :
 Peradangan  Sesak nafas saat beraktivitas
 Penyakit jantung lain dan berbaring
 Batuk
 Mudah lelah
By :  Bengkak pada kaki
 Perut membuncit
Didik Aji Asmoro  Kegelisahan atau kecemasan

STIKES MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2017
{ pada Gagagl jantung kanan } :
CONGESTIF HEART FAILURE
(CHF) atau
Tanda & Gejala :
 Pembatasan Konsumsi garam
 Pembesaran pada hati dan cairan
 Makan dalam jumlah cukup
 Pembesaran pada kaki bawah, untuk mempertahankan berat
penambahan berat badan
badan  Menurunkan BB bila berlebih
 Sering kencing pada malam hari  Berobat
 Makanan pantangan seperti  Perawatan di Rumah Sakit
 Kelemahan
kue-kue yang terlalu manis dan
 Tidak nafsu makan dan mual
gurih : Dodol, cake, tarcis

Diet :
 Makanlah secara teratur
 Pilihlah hidratarang kompleks
seperti nasi beras tumbuk/
merah, roti bekatul, havermut Bagaimana cara penanganan gagal

dengan sayuran dan protein jantung ?

hewani/nabati (daging tidak TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA SEMOGA B


 Perubahan gaya hidup
 Melakukan diet
berlemak/kacang-kacangan)
 Melakukan aktivitas fisik 
serta buah
Lampiran 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Gangguan Sistem Cardio Vaskuler


Sub Pokok Bahasan : Congestive Heart Failure ( CHF )
Sasaran : Klien dan Keluarga
Penyuluh : Didik Aji Asmoro
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruang ICU RSU PKU Muhammadiyah Gombong

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan klien dan
keluarga dapat memahami mengenai Gagal Jantung Kongestif.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan klien dan
keluarga dapat :
a) Menjelaskan kembali pengertian Gagal Jantung dengan kalimatnya
sendiri
b) Menyebutkan kembali faktor penyebab Gagal Jantung
c) Menyebutkan kembali tanda dan gejala Gagal Jantung
d) Menyebutkan cara penanggulangan Gagal Jantung
e) Menyebutkan diet Gagal Jantung

B. Materi : (terlampir)
C. Metode : Ceramah dan tanya jawab
D. Media : Leaflet

E. Strategi Pelaksanaan
NO. KEGIATAN PENYULUH KLIEN & KELUARGA
1. Pembukaan a. Mengucapkan a. Mengucapkan salam
salam
b. Menerima dengan baik
b. Memperkenalkan
diri c. Menyimak dengan
c. Menjelaskan tujuan
baik
2. Kegiatan inti a. Menjelaskan materi a. Menyimak dengan
tentang CHF baik
b. Memberikan
b. Mengajukan beberapa
kesempatan untuk
pertanyaan
bertanya
c. Menjawab
c. Menyimak dengan
pertanyaan yang
baik
diajukan

3. Penutup a. Mengulang kembali a. Mampu menjawab


materi yang di pertanyaan yang
sampaikan dengan diajukan
mengajukan
beberapa
pertanyaan
b. Mengucapkan
b. Menjawab salam
salam

F. Evaluasi : Lisan dengan mengajukan beberapa pertanyaan


1. Jelaskan pengertian Gagal Jantung ?
2. Sebutkan faktor penyebab Gagal Jantung ?
3. Sebutkan tanda dan gejala Gagal Jantung ?
4. Sebutkan cara penanggulangan Gagal Jantung ?
5. Sebutkan diet Gagal Jantung ?
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian
Congestive Heart Failure atau Gagal jantung adalah suatu kondisi dimana
jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi
kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient dan oksigen secara adekuat. Congestive
Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan dimana patologisnya yaitu
kelainan fungsi jantung yang menyebabkan kegagalan jantung untuk
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan darah yang pada umumnya
untuk metabolisme jaringan. Gangguan fungsi jantung dan metode-metode
bantuan sirkulasi ditinjau dari efek-efeknya terhadap 3 perubahan penentu
utama dari fungsi miokardium yaitu Preload, Afterload dan kontraktilitas
miokardium (Udjianti, 2010 ; Ruhyanudin, 2007 ).
Gagal jantung kongestif disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau
Decomp Cordis. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung
sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme
jaringan (Price, 2010).

B. Faktor Penyebab
Adapun beberapa penyebab dari gagal jantung menurut Smeltzer (2010)
yaitu :
1. Kelainan Otot Jantung
2. Penyumbatan di pembuluh darah jantung
3. Hipertensi
4. Peradangan
5. Penyakit jantung lain

C. Tanda dan gejala gagal jantung


Gagal jantung kiri :
1. Sesak nafas saat beraktivitas
2. Sesak nafas saat berbaring
3. Batuk
4. Mudah lelah
5. Bengkak pada kaki
6. Perut membuncit
7. Kegelisahan atau kecemasan
Gagal jantung kanan :
1. Hepatomegali atau pembesaran pada hati
2. Sering kencing di malam hari
3. Kelemahan
4. Tidak nafsu makan dan mual

D. Penanggulangan gagal jantung


Menurut Smeltzer (2011) beberapa cara untuk mencegah terjadinya gagal
jantung, yaitu :
1. Perubahan gaya hidup
2. Melakukan diet
3. Melakukan aktivitas fisik
4. Pembatasan Konsumsi garam dan cairan
5. Menurunkan BB bila berlebih
6. Berobat
7. Perawatan di Rumah Sakit

E. Diet penyakit Gagal jantung Kongestif


1. Makanlah secara teratur
2. Tinggalkan makanan /minuman yang diiklankan secara berlebihan
3. Pilihlah hidratarang kompleks seperti nasi beras tumbuk/ merah, roti
bekatul, havermut dengan sayuran dan protein hewani/nabati (daging tidak
berlemak/kacang-kacangan) serta buah
4. Makan dalam jumlah cukup untuk mempertahankan berat badan
5. Makanan pantangan bagi penyakit jantung :
a) Kue-kue yang terlalu manis dan gurih : Dodol, cake, tarcis dll
b) Semua daging berlemak
c) Goreng-gorengan, santan kental
d) Sayuran yang menimbulkan gas seperti : Kol, sawi, lobak
e) Cabe dan bumbu-bumbu yang merangsang
f) Kopi, minuman soda dan alcohol
g) Nangka, durian dan alpukat harus dibatasi.
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KUALITAS TIDUR PADA PASIEN
CONGESTIVE HEART FAILURE

Fachrunnisa1, Sofiana Nurchayati2, Arneliwati3

Program Studi Ilmu


Keperawatan Universitas Riau
Email: icafachrunnisa29@gmail.com

Abstract

Congestive Heart Failure (CHF) is a cardiovascular disease which shows a variety symptoms (dyspnea, edema, chest
pain, anxiety, fatigue) that affect the sleep quality of patient. The purpose of the research is identify the factors that
associated with quality of sleep in patients with CHF especially chest pain, anxiety, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea
(PND), and fluids overload. The design was descriptive correlational research with cross sectional study. Samples of
this research was taken by using purposive sampling technique, which 32 patients with CHF in Flamboyan ward Arifin
Achmad General Hospital Pekanbaru. This research used questionnaire Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) for
quality of sleep, Numeric Rating Scale (NRS), and Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). The univariate analysis
showed that majority patient of CHF was 45-60 years old (43,8%), women (53,1%), unemployment (59,4%), once
history of hospitalization (31,3%), medium pain (37,5%), no anxiety (40,6%), PND (56,3%), no edema (81,3%) and
poor quality of sleep (62,5%). The bivariate analysis was conducted by using chi-square and kolmogorov-smirnov test
showed there are a correlation between anxiety ρ value (0,001)< α (0,05) and breathing ρ value (0,008)< α (0,05) with
quality of sleep in patients CHF and there are no correlation between pain ρ value (0,925)> α (0,05) and fluid overload
ρ value (0,985)< α (0,05) with quality of sleep in patient CHF. Recommended for nurse to give a nursing care to
decrease anxiety and PND by create a pleasant environment, suitable position, oxygenation and an ideal bed to
improve quality of sleep in patient with CHF.

Keywords : Anxiety, chest pain,congestive heart failure, edema, quality of


sleep References : 81 (2000-2015)

PENDAHULUAN
Congestive Heart Failure (CHF) Udjianti (2011) menyatakan bahwa
merupakan suatu keadaan patologis di mana Insidensi CHF sulit ditentukan karena CHF
kelainan fungsi jantung menyebabkan adalah suatu simtom atau gejala dan bukan
kegagalan jantung memompa darah untuk suatu diagnosis. Data pada simtom ini
memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya biasanya berhubungan dengan penyebab
dapat memenuhi kebutuhan jaringan dengan yang mendasari.Masalah kesehatan dengan
meningkatkan tekanan pengisian (McPhee & gangguan sistem kardiovaskular termasuk
Ganong, 2010).Gagal jantung dikenal dalam CHF masih menduduki peringkat yang
beberapa istilah yaitu gagal jantung kiri, tinggi, CHF telah melibatkan 23 juta
kanan, dan kombinasi atau kongestif.Pada penduduk di dunia. Sekitar 4,7 orang
gagal jantung kiri terdapat bendungan paru, menderita CHF di Amerika (1,5-2% dari total
hipotensi, dan vasokontriksi perifer yang populasi) dengan tingkat insiden 550.000
mengakibatkan penurunan perfusi kasus per tahun. Rumah Sakit Jantung dan
jaringan.Gagal jantung kanan ditandai Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta
dengan adanya edema perifer, asites dan melaporkan sekitar 400-450 kasus infark
peningkatan tekanan vena jugularis.Gagal miokard setiap tahunnya (Irnizarifka, 2011).
jantung kongestif adalah gabungan dari Data rekam medis Rumah Sakit
kedua gambaran tersebut.Namun demikian, Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru
kelainan fungsi jantung kiri maupun kanan pada tahun 2013 terdapat jumlah kasus CHF
sering terjadi secara bersamaan (McPhee & sebesar 110 kasus dari 522 kasus penyakit
Ganong, 2010). kardiovaskular, kemudian pada bulan Januari
sampai September 2014 terdapat 94 kasus
CHF. CHF ini merupakan penyakit urutan
1094
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
pertama pada kasus kardiovaskular di RSUD antara tingkat kecemasan dengan kualitas
Arifin Achmad Pekanbaru (Rekam Medis tidur pada ibu hamil dengan ρ-value (0,016)
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2014). dengan hasil analisis menunjukkan bahwa
CHF menimbulkan berbagai gejala 63% menunjukkan tingkat kecemasan normal
klinisdiantaranya;dipsnea, ortopnea, dan 72% menunjukkan kualitas tidur yang
pernapasan Cheyne-Stokes, Paroxysmal buruk. Tidur merupakan salah satu
Nocturnal Dyspnea (PND), asites, piting kebutuhan dasar manusia. Mencapai kualitas
edema, berat badan meningkat, dan gejala tidur yang baik penting bagi kesehatan, sama
yang paling sering dijumpai adalah sesak halnya dengan sembuh dari penyakit. Pasien
nafas pada malam hari, yang mungkin yang sedang sakit sering kali membutuhkan
muncul tiba-tiba dan menyebabkan penderita tidur dan istrahat yang lebih banyak dari pada
terbangun (Udjianti, 2011). Munculnya pasien yang sehat dan biasanya penyakit
berbagai gejala klinis pada pasien gagal mencegah beberapa pasien untuk
jantung tersebut akan menimbulkan masalah mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat
keperawatan dan mengganggu kebutuhan (Potter & Perry, 2010).
dasar manusia salah satudiantaranya adalah Seseorang biasanya melewati empat
tidur seperti adanya nyeri dada pada sampai lima siklus tidur lengkap dalam satu
aktivitas, dyspnea pada istirahat atau malam, masing-masing terdiri dari empat
aktivitas, letargi dan gangguan tidur. tahap tidur Non Rapid Eye Movement
Menurut Potter & Perry (2005), usia, (NREM) dan periode tidur Rapid Eye
jenis kelamin, budaya, makna nyeri, Movement (REM). Setiap siklus berlangsung
perhatian, kecemasan, keletihan dan sekitar 90-100 menit. Pola siklus biasanya
pengalaman sebelumnya dapat berkembang dari tahap 1 sampai tahap 4
mempengaruhi respon dan persepsi nyeri. NREM, diikuti oleh pembalikan dari tahap 4-
Penelitian yang dilakukan Bukit (2011) 3 sampai 2, dan berakhir dengan periode
menunjukkan bahwa ada hubungan yang tidur REM sekitar 90 menit dalam siklus
signifikan antara kualitas tidur dengan tidur. 75% - 80% dari tidur dihabiskan dalam
intensitas nyeri pada penderita nyeri tidur NREM (Potter & Perry, 2010).
punggung bawah yang menggunakan uji Tidur yang tidak adekuat dan kualitas
gamma dengan ρ -value (0,006). tidur buruk dapat mengakibatkan gangguan
Gangguan tidur adalah simptom yang keseimbangan fisiologi dan
paling sering dilaporkan pada pasien CHF psikologi.Dampak fisiologi meliputi
dan dirasakan oleh 75% penderitanya. Faktor penurunan aktivitas sehari-hari, rasa lelah,
yang berhubungan dengan gangguan tidur lemah, daya tahan tubuh menurun dan
pada kelompok ini multidimensional seperti ketidakstabilan tanda-tanda vital.Dampak
karakteristik demografi (jenis kelamin, psikologis meliputi depresi, cemas dan tidak
umur), perjalanan penyakit CHF, beberapa konsentrasi (Potter & Perry, 2010).Kualitas
masalah kesehatan (nyeri, depresi), simptom tidur yang buruk mengakibatkan proses
dari CHF , medikasi, stress dan kecemasan perbaikan kondisi pasien akan semakin lama
(Nancy & Kathy, 2012).Pasien dengan CHF sehingga akan memperpanjang masa
juga sering merasa cemas, ketakutan dan perawatan di rumah sakit. Lamanya
depresi.Hampir semua pasien menyadari perawatan ini akan menambah beban biaya
bahwa jantung adalah organ yang penting yang ditanggung pasien menjadi lebih tinggi
dan ketika jantung mulai rusak maka dan kemungkinan akan menimbulkan respon
kesehatan juga terancam. Ketika penyakit hospitalisasi bagi pasien.
meningkat dan manifestasinya memburuk, Studi pendahuluan yang dilakukan
terjadi stres (ketegangan) sampai mengalami peneliti pada Februari 2015 terhadap 6 pasien
kecemasan yang berat dan hal ini apabila CHF di ruang rawat inap Flamboyan RSUD
dibiarkan akan mengganggu status mental Arifin Achmad (AA) ditemukan bahwa 3
seseorang (Hidayat, 2007). dari 6 pasien mengatakan terjaga saat tidur
Penelitian yang dilakukan Komalasari dikarenakan nyeri dada, 4 dari 6 pasien
(2011) menunnjukkan bahwa ada hubungan mengatakan terjaga karena lingkungan yang
1095
kurang nyaman seperti suhu yang terlalu Distribusi Karakteristik Responden (n=32)
panas atau dingin, kebisingan yang berasal No Karakteristik Juml
Persentase
dari pasien lainnya atau dari aktivitas reponden ah
perawat dan 2 dari 6 pasien mengatakan 1 Usia
gelisah dan cemas karena memikirkan
penyakitnya.  <45 tahun 7 21,9
 45-60 tahun
TUJUAN PENELITIAN  >60 tahun 14 43,7
Tujuan penelitian ini adalah untuk 11 34,4
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan 2 Jenis kelamin
dengan kualitas tidur pada pasien CHF yang
dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.  Laki-laki 15 46,9
 Perempuan
17 53,1
MANFAAT PENELITIAN 3 Pekerjaan
Manfaat dari penelitian ini adalah  PNS
dapat menjadi bahan masukan bagi institusi  Wiraswasta 0 0,0
Rumah sakit dalam meningkatkan pelayanan  Pedagang
7 21,9
kesehatan untuk menciptakan kepuasaan dan  Pelajar
kenyamanan bagi pasien yang dirawat inap  Tidak 5 15,6
bekerja
khususnya dalam meningkatkan kualitas
1 3,1
tidur pasien CHF, dan tambahan informasi
bagi pasien CHF untuk mengetahui faktor- 19 59,4
faktor yang mempengaruhi kualitas tidur dan 4 Riwayat rawat
dapat dijadikan sebagai evidence based untuk inap 10
 1 kali 7 31,2
penelitian selanjutnya terkait kualitas tidur
 2 kali 5
dan CHF.  3 kali 7 21,9
 4 kali 3
METODOLOGI PENELITIAN 15,6
 5 kali
Desain penelitian yang digunakan 21,9
dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi
dengan pendekatan cross-sectional.Jumlah 9,4
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
Total 32 100,0
adalah 32pasien CHF dengan menggunakan
metode pengambilan sampel yaitu purposive Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
sampling. mayoritas responden berusia 45-60 tahun
Instrumen yang digunakan peneliti yaitu 14 responden (43,7%), berjenis kelamin
untuk mengukur kualitas tidur menggunakan perempuan yaitu 17responden (53,1%). Dari
instrument Pittsburgh Sleep Quality 32 orang responden yang diteliti, mayoritas
Index(PSQI), untuk mengukur nyeri responden tidak bekerja, yaitu sebanyak
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS), 19responden (59,4%). Mayoritas responden
untuk mengukur kecemasan menggunakan mempunyai riwayat rawat inap 1 kali, yaitu
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), dan sebanyak 10 orang (31,2%).
melakukan observasi untuk melihat
kelebihan cairan pada responden.Analisa Tabel 2
bivariat menggunakan uji chi-square dan Distribusi Responden Berdasarkan kualitas
kolmogorov-smirnov. tidur(n=32)
No Kualitas tidur Jumlah Persentase
1 Baik 12 37,5
2 Tidak baik 20 62,5
HASIL PENELITIAN Total 32 100
Hasil penelitian didapatkan sebagai
berikut:
Tabel 1
Pada tabel 2didapatkan data bahwa
sebagian besar responden memiliki kualitas Berdasarkan tabel 5 didapatkan data
tidur tidak baik yaitu 20 responden (62,5%). bahwa sebagian besar responden tidak edema
yaitu sebanyak 26 responden (81,3%).
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan tingkat
nyeri (n=32)
No Tingkat nyeri Jumlah Persentase Tabel 7
1 Nyeri ringan 8 25,0 Hubungan tingkat nyeri dengan kualitas
2 Nyeri sedang 12 37,5
3 Nyeri berat 10 31,2
tidur responden
4 Nyeri sangat berat 2 6,3 Tingka Kualitas tidur Baik P-
Total 32 100 No t nyeri Tidak baik Tot val
al ue
n % n % n %
Pada tabel 3didapatkan data bahwa 1 Ringan 4 12,5 4 12,5 8 25,0
tingkat nyeri pada responden terbanyak yaitu 2 Sedang 5 15,6 7 21,9 12 37,5 0,9
3 Berat 2 6,3 8 25,0 10 31,3 25
nyeri sedang, berjumlah 12 responden 4 Sangat 1 3,1 1 3,1 2 6,3
(37,5%). berat
Total 3 6,5 43 93,5 46 100
Tabel 4 Tabel 7menggambarkan hubungan
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat antara tingkat nyeri dengan kualitas tidur
kecemasan pasien CHF.Hasil analisis hubungan tingkat
No Tingkat kecemasan Jumlah Persentase nyeri dengan kualitas tidur pasien CHF
1 Tidak ada kecemasan 13 28,3
2 Kecemasan ringan 25 54,3 diperoleh bahwa responden mengalami nyeri
3 Kecemasan sedang 8 17,4 dan memiliki kualitas tidur baik yaitu 5 orang
4 Kecemasan berat
(15,6%), responden yang mengalami nyeri
5 Panik
Total 32 100 sedang kualitas tidur tidak baik yaitu 7
responden (21,9%). Berdasarkan
Berdasarkan tabel 4didapatkan bahwa ujiKolmogorov-smirnov diperolehρvalue=
tingkat kecemasan responden terbanyak yaitu 0,925 >α (0,05), berarti Ho gagal ditolak,
tidak ada kecemasan, berjumlah 13 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
responden (40,6%). hubungan antara tingkat nyeri dengan
kualitas tidur pasien CHF.
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Tabel 8
Pernapasan (Paroxysmal Nocturnal Hubungan kecemasan dengan kualitas tidur
Dyspnea) responden
No Paroxysmal Jumlah Persentase Kecem Kualitas tidur p-
Nocturnal Dyspnea N asan Baik Tidak baik Total val
1 Mengalami 18 56,2 o ue
2 Tidak mengalami 14 43,8 n % n % n %
Total 32 100 1 Tidak 10 31,3 3 9,4 13 40,6
ada 0,0
Berdasarkan tabel 5 didapatkan data 2 Ringan 2 6,3 3 9,4 5 15,6 01
3 Sedang 0 0,0 10 31,3 10 31,3
bahwa sebagian besar responden mengalami 4 Berat 0 0,0 3 9,4 3 9,4
Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) yaitu 5 Panik 0 0,0 1 3,1 1 3,1
sebanyak 18 responden (56,3%). Total 12 37,5 20 62,5 32 100
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan kelebihan Total 32 100
cairan

No Edema Jumlah Persentase


1 Tidak edema 26 81,2
2 Edema derajat 1 3 9,4
3 Edema derajat 2 3 9,4
Tabel 8 menggambarkan hubungan CHF diperoleh bahwa responden tidak
antara kecemasan dengan kualitas tidur mengalami kecemasan dan memiliki kualitas
pasien CHF.Hasil analisis hubungan tidur baik yaitu 10 orang (31,3%), responden
kecemasan dengan kualitas tidur pasien yang
tidak mengalami kecemasan memiliki yang tidak mengalami edema dan memiliki
kualitas tidur tidak baik yaitu 3 responden kualitas tidur tidak baik yaitu 26 responden
(9,4%). Berdasarkan ujiKolmogorov-smirnov (81,3%). Berdasarkan ujiKolmogorov-
diperolehρvalue= 0,001<α (0,05), berarti Ho smirnov diperoleh ρ value= 0,985>α (0,05),
gagal ditolak, maka dapat disimpulkan berarti Ho gagal ditolak, maka dapat
bahwa ada hubungan antara kecemasan disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
dengan kualitas tidur pasien CHF. antara kelebihan cairan dengan kualitas tidur
pasien CHF.
Tabel 9
Hubungan pernapasan (Paroxysmal PEMBAHASAN
Nocturnal Dyspnea) dengan kualitas tidur Hasil penelitian ini didapatkan bahwa
responden mayoritas responden berusia 45-60 tahun
PND Kualitas tidur p- yaitu sebanyak 14 responden(43,8%).Hal ini
Baik Tidak baik Tot va
o al l
sesuai dengan hasil penelitian Nurhayati
n % n % n % ue (2009), yang meneliti tentang gambaran
1 Ya 3 9,4 15 46,9 18 56,3 faktor resiko pada pasien penyakit gagal
2 Tidak 9 28,1 5 15,6 14 43,8 0,0 jantung kongestif didapatkan hasil bahwa
08 pasien yang rentan terkena penyakit jantung
Total 12 37,5 20 62,5 32 100
berada pada rentang usia antara 40-59 tahun
(50%).
Tabel 9 menggambarkan hubungan
Usia mempengaruhi angka kejadian
antara PND dengan kualitas tidur pasien
CHF hal ini dikarenakan pada usia tua fungsi
CHF.Hasil analisis hubungan PND dengan
jantung sudah mengalami penurunan dan
kualitas tidur pasien CHF diperoleh bahwa
terjadi perubahan-perubahan pada sistem
responden mengalami PND dan memiliki
kardiovaskular seperti penyempitan arteri
kualitas tidur baik yaitu 3 orang (9,4%),
oleh plak, dinding jantung menebal, dan
responden yang mengalami PND dan
ruang bilik jantung mengecil (Kusuma,
memiliki kualitas tidur tidak baik yaitu 18
2007). Beberapa penyebab terjadinya CHF
responden (46,9%). Berdasarkan uji Chi-
pada usia tua adalah hipertensi yang memacu
square diperoleh ρ value= 0,008<α (0,05),
jantung untuk bekerja lebih giat bahkan
berarti Ho ditolak, maka dapat disimpulkan
melebihi kapasitas kerjanya, penyakit jantung
bahwa ada hubungan antara tingkat nyeri
koroner, dan diabetes.
dengan kualitas tidur pasien CHF.
Hasil penelitian didapatkan bahwa
Tabel 10
mayoritas responden berjenis kelamin
Hubungan kelebihan cairan dengan kualitas
tidur responden perempuan yaitu sebanyak 17 responden
Kualitas tidur Baik p-
(53,1%). Hasil penelitian ini sesuai dengan
N
Edema Tidak baik Tot value penelitian Nurhayati (2009) tentang
o al gambaran faktor resiko pada pasien penyakit
n % n % n %
1 Tidak 11 34,4 15 46,9 26 81,3
gagal jantung kongestif didapatkan hasil
edema yang sama bahwa mayoritas responden
2 Derajat 0 0,0 3 9,4 3 9,4 berjenis kelamin perempuan (53,3%).
1 0,985
3 Derajat Menurut American Heart Association (2015),
1 3,1 2 6,3 3 9,4 kejadian penyakit kardiovaskular didominasi
2 pasien CHF.Hasil analisis hubungan
Total 12 37,5 20 62,5 32 100
kelebihan cairan dengan kualitas tidur
pasien CHF diperoleh bahwa responden
Tabel 10 menggambarkan hubungan
tidak mengalami edema dan memiliki
antara kelebihan cairan dengan kualitas tidur
kualitas tidur baik yaitu 11 orang (34,4%),
responden
pada jenis kelamin perempuan. Pada tahun
2011 terdapat 33.700 kematian pada wanita
karena CHF (57,8%).
Responden yang berjenis kelamin
perempuan pada penelitan ini sebagian besar
berusia >45 tahun dimana sebagian besar
sudah mengalami menopause. Pada saat
menopause terjadi penurunan kadar
esterogen juga penurunan HDL (High
Density Lipoprotein) dan peningkatan LDL 2011).
(Low Density Lipoprotein), trigliserida, dan Penelitian ini menunjukkan beberapa
kolesterol total yang meningkatkan resiko responden berhenti bekerja karena simptom
penyakit jantung koroner (Kasdu, yang dirasakan menganggu responden dalam
2004).Tidak hanya karena masalah fisiologis bekerja secara normal.Hal ini berdampak pada
seperti menopause saja, dari segi psikologis perekonomian keluarga dan dapat menganggu
wanita juga lebih mudah terserang penyakit interaksi sosial pasien dengan orang
dibandingkan laki-laki. Hal ini terdapat disekitarnya akibat CHF yang dapat membatasi
dalam hasil penelitian Putra (2003) tentang aktifitas fisik yang ingin dilakukan
pengaruh pemberian Cognitive Support responden.Sebagian besar
terhadap koping pada pasien CHF di RSU dr.
Soetomo Surabaya yaitu perempuan
(khususnya melankolis) mempunyai koping
yang maladaptif sehingga lebih rentan
terkena penyakit.
Penelitian ini mendapatkan bahwa
mayoritas responden tidak bekerja yaitu
sebanyak 19 responden (59,4%). Hasil yang
sama juga didapatkan dari penelitian Vani
(2011) yang menunjukkan bahwa sebagian
besar penderita CHF di RS Wahidin
Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makasar
sudah tidak bekerja atau pensiunan yaitu
sebesar 35%.
Pekerjaan memiliki peran yang sangat
penting dalam memenuhi kebutuhan hidup
manusia, terutama kebutuhan hidup sosial
dan psikologis (Embi, 2008). Seseorang yang
tidak bekerja cenderung memiliki
perekonomian yang tidak stabil sehingga
memicu kecemasan dan stress dalam
keluarga. Menurut McPhee & Ganong
(2010), CHF merupakan sindrom dengan
gejala unik yang biasanya diikuti dengan
intoleransi aktivitas, retensi cairan dan upaya
untuk bernapas normal. Ketidakmampuan
jantung memasok darah dalam jumlah
memadai ke otot-otot rangka menyebabkan
pasien CHF cepat merasa lelah.Aktifitas fisik
yang cukup dapat meringankan gejala CHF,
tetapi aktifitas yang berlebihan dapat
memperburuk kondisi penderita CHF (Vani,
responden yang berjenis kelamin aktivitas berlebihan dan tidak dapat
perempuan juga merupakan ibu rumah mengenali gejala kekambuhan (Smeltzer &
tangga. Bare, 2002).
Berdasarkan riwayat rawat inap, Penelitian ini didapatkan bahwa dari
didapatkan bahwa mayoritas responden 32 responden, sebagian besar responden
mempunyai riwayat rawat inap adalah 1 memiliki kualitas tidur yang tidak baik yaitu
kali yaitu sebanyak 10 responden (31,3%). sebanyak 20 responden (62,5 %). Kualitas
Frekuensi masuk rumah sakit yang lebih tidur responden yang tidak baik disebabkan
dari satu kali atau dua kali pada beberapa oleh beberapa alasan, seperti sesak napas
responden disebabkan oleh serangan yang dirasakan saat berbaring, nyeri dada,
berulang dari CHF dan riwayat penyakit lingkungan yang tidak nyaman, dan
lainnya seperti gastritis. kecemasan.Kualitas tidur yang tidak baik ini
CHF merupakan penyakit yang ditandai dengan lamanya waktu untuk
memerlukan perawatan ulang dirumah tertidur, beberapa kali terbangun ditengah
sakit. Dari hasil pencatatan dan pelaporan malam bahkan ada laporan responden yang
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) menyatakan tidak tidur selama satu malam.
menyatakan bahwa Case Fatality Rate Kualitas tidur merupakan kemampuan
(CFR) tertinggi terjadi pada gagal jantung individu untuk tetap tertidur dan
yaitu sebesar 13,4% (Riskesdas, 2007). mendapatkan jumlah tidur REM dan NREM
Pentingnya perawatan dan pengobatan yang tepat.Memperoleh kualitas tidur terbaik
yang optimal dirumah dapat mengurangi adalah penting untuk peningkatan kesehatan
resiko kekambuhan serangan yang baik dan pemulihan individu yang
CHF.Kebanyakan pasien yang mengalami sakit.Klien yang sakit sering kali
kekambuhan CHF terjadi karena pasien membutuhkan lebih banyak tidur dan
tidak memenuhi terapi pengobatan dengan istirahat dari pada klien yang sehat (Potter &
tepat, melanggar pembatasan diet, tidak Perry, 2005).Gangguan-gangguan tidur
mematuhi tindak lanjut medis, melakukan memberikan pengaruh terhadap kualitas tidur
dan terdapat banyak hal yang menyebabkan gangguan keseimbangan fisiologi dan
seseorang tidak dapat mempertahankan psikologis. Dampak fisiologi meliputi
tidurnya sehingga sering terbangun. penurunan aktifitas sehari-hari, rasa lelah,
Faktor-faktor yang mempengaruhi lemah, proses penyembuhan lambat, daya
tidur seperti lingkungan, penyakit, gaya tahan tubuh menurun dan ketidakseimbangan
hidup, stres, stimulan dan alkohol, nutrisi, tanda-tanda vital. Sedangkan dampak
merokok, motivasi dan pengobatan dapat psikologis meliputi depresi, cemas dan tidak
menjadi penyebab munculnya masalah tidur konsentrasi (Bukit,2011).
(Kozier, 2004). Faktor yang mempengaruhi Penelitian yang dilakukan terhadap 32
tidur pada CHF diantaranya nyeri, responden didapatkansebanyak 12 responden
kecemasan, lingkungan, kelebihan cairan, mengalami nyeri sedang (37,5%).
pengobatan, nokturia, dan Paroxysmal Karakteristik nyeri yang dilaporkan responden
Nocturnal Dyspnea (Reddeker, 2012). pada penelitian ini berbeda-beda seperti rasa
Penelitian yang dilakukan Triyanta ditusuk-tusuk, nyeri hanya muncul ketika
(2013), tentang hubungan kualitas tidur merasakan sesak, dan nyeri seperti dihimpit
dengan denyut jantung dilihat dari gambaran sesuatu yang berat. Penelitian Kumalasari
EKG pada pasien infark miokard didapatkan (2013) tentang angka kematian pasien gagal
hasil sebagian besar responden mempunyai jantung kongestif di HCU dan ICU RSUP dr.
kualitas tidur yang buruk. Hasil penelitian ini Kariadi Semarang didapatkan hasil indikasi
sama dengan hasil penelitian yang dilakukan masuknya pasien disebabkan oleh nyeri dada
peneliti yang mendapatkan hasil sebagian sebanyak 8 responden (18,2%).
besar responden mempunyai kualitas tidur Perawat perlu memberikan perhatian
yang tidak baik. khusus pada simptom penyakit pasien seperti
Tidur yang tidak adekuat dan kualitas nyeri yang dapat menganggu tidur pasien.Rasa
tidur yang tidak baik dapat mengakibatkan nyeri dada yang timbul pada CHF adalah
akibat iskemia (angina pektoris).Nyeri penyakit jantung menyebar
ke lengan atau pergelangan tangan, rahang
dan gigi (McGlynn, 2005).
Penanganan rasa nyeri harus
dilakukan secepat mungkin untuk mencegah
aktivasi saraf simpatis, karena akan
menyebabkan takikardi, vasokontriksi, dan
peningkatan tekanan darah yang pada tahap
selanjutnya dapat memperberat beban
jantung. Penanganan nyeri bisa dilakukan
secara farmakologis yaitu dengan pemberian
obat-obatan analgesik dan penenang, dan non
farmakologis yaitu melalui distraksi,
relaksasi dan stimulasi kulit kompres hangat
atau dingin, latihan nafas dalam, dan
manajemen lingkungan (Muttaqin,
2008).Penanganan nyeri non farmakologis
yang dilakukan responden pada penelitian ini
diantara relaksasi, musik dan mencoba
menciptakan suasana yang nyaman untuk
beristirahat.
Berdasarkan kecemasan didapatkan
bahwa dari 32 responden, sebagian besar
responden tidak mengalami kecemasan yaitu
sebanyak 13 responden (40,6 %). Riwayat
rawat inap pertama kali dengan CHF
mempengaruhi kecemasan karena kerusakan
organ jantung belum terlalu parah.Serangan
yang berulang dari CHF juga memberikan
pengalaman serta koping yang baik bagi
pasien CHF.Perilaku koping diperlukan
dalam menghadapi kecemasan. Menurut
Ihdaniyati (2008), responden yang
mengalami kecemasan ringan dan sedang
melakukan koping yang adaptif dikarenakan
mereka dapat mengendalikan perasaan cemas
yang muncul.
Kecemasan yang dialami responden
setelah dirawat berbeda ketika reponden
mengalami serangan pertama
kali.Kecemasan yang dialami responden
mempunyai beberapa alasan yaitu cemas
akibat penyakitnya, cemas memikirkan
anggota keluarga yang ditinggalkan dirumah
dan cemas dengan biaya pengobatan yang
menyebabkan gelisah dan tidak tenang
sehingga istirahat responden
terganggu.Dukungan dari keluarga dapat
membantu mekanisme koping individu
dengan memberikan dukungan emosi saran-
saran yang positif.Melakukan pendekatan
religius sesuai dengan keyakinan masing-
masing dapat memberikan ketenangan dan pasien CHF mengalami edema dan 77%
membantu pasien mengendalikan tidak mengalami edema. Hal ini sesuai
kecemasannya (Ihdaniyati, 2008). dengan penelitian yang dilakukan peneliti
Kecemasan meningkatkan kadar bahwa sebagian besar responden tidak
norepinefrin dalam darah melalui system mengalami edema.Kelebihan cairan adalah
saraf simpatis, perubahan kimia ini keluhan yang sering dilaporkan pasien saat
menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap dirawat dirumah sakit.Penatalaksanaan
IV NREM dan tidur REM serta lebih banyak kelebihan cairan dapat dilakukan dengan
perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih diuretik.Manajemen cairan merupakan
sering terbangun (Kozier, 2010). Ihdaniyati strategi yang penting dalam pengobatan
(2008) meneliti tentang hubungan tingkat untuk pasien CHF.Data yang didapat dari
kecemasan dengan mekanisme koping pada catatan rekam medik responden, didapatkan
pasien gagal jantung kongestif di RSU sebagian besar responden telah diberikan
Pandan Arang Boyolali mendapatkan hasil terapi diuretik untuk mengurangi kelebihan
bahwa sebagian responden memiliki tingkat cairan.
kecemasan sedang sebanyak 20 responden Istilah edemaberarti perluasan atau
(66,7 %). pengumpulan volume cairan interstisial.
Penelitian ini menunjukkan bahwa Keadaan ini dapat setempat atau umum,
dari 32 responden, sebagian besar responden tergantung dasar etiologinya.Edema biasanya
mengalami Paroxysmal Nocturnal dikatakan sebagai akumulasi kelebihan
Dyspnea(PND) yaitu sebanyak 18 responden cairan dalam kulit. Namun cairan ini dapat
(56,3 %). Kejadian PND dialami responden pindah ketempat lain, seperti menjadi asites,
setelah beberapa jam tertidur. PND dapat efusi pleura, efusi perikardial, dan edema
terjadi 1-2 kali dalam satu malam sehingga paru.
pasien yang baru mulai terlelap dapat Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terbangun lagi yang mengakibatkan tidak ada hubungan antara tingkat nyeri
gangguan kualitas tidur NREM. dengan kualitas tidur pasien CHF ρ value =
Penelitian yang dilakukan Ekundayo 0,925 < α (0,05). Tingkat nyeri yang dialami
(2009) tentang value of orthopnea, responden pada saat masuk rumah sakit lebih
paroxysmal nocturnal dyspnea and tinggi dibandingkan dengan tingkat nyeri
medications in prospective studies of pada saat beberapa hari setelah
incident heart failure menunjukkan bahwa dirawat.Berkurangnya nyeri yang dialami
ortopnea lebih banyak dilaporkan daripada responden dapat dipengaruhi oleh
PND.PND paling sering disebabkan oleh penanganan nyeri baik secara farmakologis
edema paru akibat gagal jantung maupun nonfarmakologis.Setelah
kongestif.Serangan sering disertai batuk, mendapatkan terapi untuk mengurangi nyeri
perasaan sesak napas, keringat dingin, dan responden dapat beristirahat lebih nyaman
takikardia dengan irama gallop.Upaya-upaya dan mendapatkan kesempatan untuk
yang dapat dilakukan pasien CHF untuk memperoleh kualitas tidur yang baik.
mengurangi sesak akibat PND salah satunya Penelitian yang dilakukan Silvanasari
adalah pengaturan posisi yang baik dan (2012), tentang faktor-faktor yang
benar.Posisi yang dapat mengurangi PND berhubungan dengan kualitas tidur yang
yaitu dengan meninggikan bagian kepala buruk pada lansia didapatkan hasil ada
menggunakan bantal atau posisi tempat tidur perbedaan rata-rata kualitas tidur lansia yang
30° atau 45° (Mosby, 2009). sakit dengan lansia yang tidak sakit.Sebagian
Hasil penelitian didapatkan bahwa besar lansia yang sakit mengeluhkan
dari 32 responden, sebagian besar responden perasaan ketidaknyamanan dan nyeri akibat
tidak mengalami edema yaitu sebanyak 26 penyakit yang dialami.Jenis-jenis penyakit
responden (81,3%). Penelitian yang yang dilaporkan lansia adalah hipertensi,
dilakukan Watson (2000), tentang ABC of asma, diabetes melitus, dan penyakit
heart failure clinical features and jantung.Hal ini sesuai dengan teori Potter &
complications mendapatkan bahwa 23% Perry (2005) yang menyatakan bahwa
penyakit asma, hipertensi, dan penyakit penyakitnya tidak dapat sembuh dan cemas
jantung dan dapat mengganggu tidur. akan kematian.
Menurut Reddeker (2012), salah satu Berdasarkan kejadian PND
faktor yang mempengaruhi kualitas tidur didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
adalah nyeri. Penyakit fisik yang diderita PND dengan kualitas tidur pasien CHF ρ
seseorang dapat menyebabkan gangguan value = 0,008 < α (0,05). Paroxysmal
tidur.Kekurangan tidur dapat menyebabkan Nocturnal Dyspnea(PND) disebabkan oleh
kurangnya konsentrasi dan mudah marah. perpindahan cairan dari jaringan kedalam
Hasil penelitian ini menunjukkan kompartemen intravaskular sebagai akibat
bahwa ada hubungan antara kecemasan dari posisi terlentang.PND terjadi dimalam
dengan kualitas tidur pasien CHF ρ value = hari yang mengakibatkan pasien terbangun di
0,001 < α.(0,05). Kecemasan tentang tengah malam karena mengalami napas yang
masalah pribadi atau situasi dapat pendek dan hebat.Hal ini sesuai dengan
menggangu tidur.Kecemasan menyebabkan penelitian yang dilakukan Melanie (2011)
seseorang menjadi tegang dan seringkali tentang analisis pengaruh sudut posisi tidur
mengarah frustasi apabila tidak tidur (Potter terhadap kualitas tidur dan tanda vital pada
& Perry, 2005). pasien gagal jantung di ruang rawat intensif
Tsaqofah (2013) dalam penelitiannya didapatkan hasil bahwa ada pengaruh antara
tentang hubungan tingkat kecemasan dengan sudut posisi tidur terhadap kualitas tidur
kualitas tidur pada penderita asma bronkial pasien gagal jantung.
berusia lanjut di BKPM Semarang Kejadian PND yang dialami pasien
mendapatkan hasil penelitian bahwa ada CHF terjadi setelah beberapa jam tertidur.
hubungan antara tingkat kecemasan dengan PND muncul diatas pukul 00.00 yang
kualitas tidur. Kecemasan yang dialami berlangsung sekitar 10-20 menit.Upaya yang
responden terjadi karena proses penyakit, dilakukan untuk mengurangi sesak adalah
ketakutan tidak sembuh, penurunan aktifitas meninggikan posisi kepala atau duduk diatas
sehari-hari, dan memikirkan keluarga yang tempat tidur atau tidur dengan posisi
ditinggalkan dirumah. semifowler. Kondisi ini akan menyebabkan
Penelitian Tsaqofah (2013) asupan oksigen membaik sehingga proses
mempunyai variabel penelitian yang berbeda respirasi kembali normal dan menghasilkan
dengan penelitian yang dilakukan peneliti, kualitas tidur yang lebih baik (Melanie,
namun peneliti berasumsi bahwa asma 2011). Terbangunnya pasien CHF setelah
bronkial menyerang organ vital pada manusia beberapa jam tertidur mengakibatkan
yaitu paru-paru begitu juga dengan CHF gangguan tidur pada tahap 3 dan 4 NREM
yang menyerang jantung.Peneliti yang merupakan tahap tidur dalam
menemukan bahwa sebagian besar responden seseorang.
menyatakan sering terbangun pada malam Berdasarkan kelebihan cairan
hari dan sulit untuk memulai tidur.Pasien didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan
menyadarai bahwa kesehatannya terancam antara kelebihan cairan dengan kualitas tidur
karena jantung adalah organ yang penting. pasien CHF ρ value = 0,985 > α (0,05).
Kecemasan yang dialami pasien CHF Menurut Reddeker (2012) salah satu faktor
dikarenakan beberapa alasan diantara cemas yang mempengaruhi kualitas tidur pasien
akibat penyakit yang dialaminya, cemas akan CHF adalah kelebihan cairan.Namun peneliti
gejala penyakitnya, dan cemas memikirkan menemukan sebagian besar pasien CHF tidak
anggota keluarga yang ditinggalkan dirumah. mengalami edema pada saat penyebaran
Hal ini sesuai dengan penelitian yang kuesioner yaitu pada hari rawat ketiga.Upaya
dilakukan Ihdaniyati (2008) yang yang telah dilakukan pasien CHF untuk
menyatakan kecemasan yang dialami pasien mengurangi edema diantaranya meninggikan
CHF mempunyai beberapa alasan bagian kaki untuk melawan arah gravitasi.
diantaranya cemas akibat sesak nafas, cemas Edema terjadi apabila tekanan
akan kondisi penyakitnya, cemas jika hidrostatik intravaskuler meningkat, tekanan
osmotik koloid plasma menurun dan
gangguan aliran limfe.Meningkatnya tekanan kebutuhan pasien dan dapat melakukan
hidrostatik cenderung memaksa cairan masuk peningkatan fasilitas yang ada dirumah sakit
ke dalam ruang interstisial (Asmadi, seperti tempat tidur yang berstandar SNI
2008).Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu tempat tidur baja beroda dengan
untuk mengatasi edema diantaranya terapi pengaturan posisi, memperhatikan jumlah
diuretik, vasodilator, terapi oksigen, diet pasien dalam satu ruangan dan pembatasan
rendah garam dan pembatasan aktifitas fisik. pengunjung. Pasien CHF diharapkan
Terapi yang digunakan untuk mendapat tambahan informasi tentang faktor-
mengurangi edema menimbulkan efek sering faktor yang mempengaruhi kualitas tidur dan
berkemih. Apabila efek terjadi pada jam tidur upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
dimalam hari, maka akan mengganggu tidur mendapatkan kualitas tidur yang baik.Hasil
pasien. Penelitian yang dilakukan Rahmawan penelitian ini diharapkan menjadi sumber
(2014) tentang hubungan stress psikologi dan informasi untuk ilmu keperawatan dan dapat
obat-obatan dengan kualitas tidur pada pasien dikembangkan lagi oleh peneliti selanjutnya.
kritis mendapatkan hasil sebagian besar
pasien menggunakan obat yang dapat
mengganggu kualitas tidur (84,6%). Adapun 1
Fachrunnisa: Mahasiswa Program Studi
beberapa obat yang menimbulkan efek Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
samping yang mempengaruhi kualitas tidur Indonesia.
seseorang diantaranya golongan diuretik, 2
Ns. Sofiana Nurchayati, M.Kep: Dosen
penyekat beta, anti depresan, dan stimulan Bidang Keilmuan Keperawatan Medikal
(Potter & Perry, 2006). Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau, Indonesia.
PENUTUP 3
Ns. Arneliwati, M.Kep. : Dosen Bidang
KESIMPULAN Keilmuan Keperawatan Komunitas Program
Hasil uji statistik terhadap faktor- Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
faktor yang mempengaruhi kualitas tidur Indonesia.
pasien CHF yang dirawat diruang rawat inap
Flamboyan RSUD Arifin Achmad DAFTAR PUSTAKA
Pekanbaru, pada faktor tingkat nyeri
diperoleh ρvalue 0,925 > α (0,05), sehingga American Heart Association.(2015). Statistic
didapatkan kesimpulan tidak ada hubungan fact sheet 2015 update women &
antara tingkat nyeri dengan kualitas tidur cardiovascular disease.Diperoleh pada
responden. Hasil uji statistik terhadap faktor tanggal 24 Juni 2015 dari
kecemasan diperoleh ρvalue 0,001 < α (0,05), http://ahajournal.org.com.
sehingga didapatkan kesimpulan ada Asmadi, (2008).Teknik prosedural
hubungan antara kecemasan dengan kualitas keperawatan: Konsep dan aplikasi
tidur responden. Hasil uji statistik terhadap kebutuhan dasar klien. Jakarta :
faktor pernapasan (PND) diperoleh ρvalue Salemba Medika.
0,008 < α (0,05), sehingga didapatkan Brashers, V. L. (2008).Aplikasi klinis
kesimpulan ada hubungan antara pernpasan patofisiologi pemeriksaan &
(PND) dengan kualitas tidur responden. Hasil manajemen edisi 2.Jakarta: EGC..
uji statistik terhadap faktor kelebihan cairan Bukit, S. T. (2011). Hubungan kualitas tidur
diperoleh ρ value 0,985 > α (0,05), sehingga dengan intensitas nyeri pada penderita
didapatkan kesimpulan tidak ada hubungan nyeri punggung bawah dan nyeri
antara kelebihan cairan dengan kualitas tidur kepala primer.Tesis. FK Universitas
responden. Sumatera Utara. Medan. Diperoleh
tanggal 25 Desember 2014 dari
SARAN http://respiratory.usu.ac.id/handle/1234
Institusi Rumah sakit diharapkan 56789/29432.
lebih meningkatkan lagi pelayanan kesehatan Ekundayo, J. O. (2009). Value of orthopnea,
khususnya perawat untuk pelayanan serta Paroxysmal Nocturnal Dyspnea, and
medications in prospective population Melanie, R. (2011). Analisis pengaruh sudut
studies of incident heart failure. posisi tidur terhadap kualitas tidur
University of Albama: NIH Public dan tanda-tanda vital pada pasien
Access. gagal jantung di ruang rawat intensif
Embi, A. M. (2008). Cabaran dunia RSUP. Dr, Hasan Sadikin Bandung.
pekerjaan. Kuala Lumpur: PRIN_AD Stikes Jenderal A. Yani Cimahi.
SDN. Diperoleh pada tanggal 20 Juni 2015
Ihdaniyati, A. I. (2008). Hubungan tingkat dari
kecemasan dengan mekanisme koping http://stikesayani.ac.id/publikasi/e-
pada pasien gagal jantung kongestif di journal/files/2012/201208-008.pdf.
RSU Pandan Arang Boyolali.Diperoleh Mosby's Medical Dictionary.(2009).
pada tangal 18 Juni 2015 dari Anticipatory Guidance 8th
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/. edition.Elsevier.
Irnizarifka.(2011). Buku saku jantung Muttaqin, A. (2008). Pengantar asuhan
dasar.Bogor: Ghalia Indonesia. keperawatan klien dengan gangguan
Kasdu. (2004). Kiat sehat & bahagia di usia sistem persarafan. Jakarta: Salemba
menopause.Jakarta: Puspaswara. Medika.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, Nancy & Kathy.(2012). Sleep disorder in
S. J. (2010). Buku ajar fundamental patients with heart
keperawatan konsep, proses, & praktik failure.Jurnal.Millikin University.
edisi 7 volume 2. Jakarta: EGC. Diperoleh tanggal 07 Januari 2014 dari
Komalasari, Dewi. (2011). Hubungan antara http://www.aahfn.org/index.php/online
tingkat kecemasan dengan kualitas _courses_test1/count_track?id=3.
tidur pada ibu hamil trimester III di Nurhayati, E. (2009). Gambaram faktor
puskesmas Jatinangor Kabupaten resiko pada pasien penyakit gagal
Sumedang.Diperoleh tanggal 12 jantung kongestif di ruang X.A RSUP
Januari 2015 dari Dr. Hasan Sadikin Bandung: Jurnal
http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article Kesehatan Kartika.
/view/727. Putra. (2003). Pengaruh pemberian
Kumalasari, E. Y. (2013). Angka kematian Cognitive Support terhadap koping
pasien gagal jantung kongestif di HCU pada pasien Congestive Heart Failure
dan ICU RSUP Dr. Kariadi di RSU Dr.Soetomo Surabaya.
Semarang.Diperoleh tanggal 01 Juli Diperoleh pada tanggal 25 Juni 2015
2015 dari dari
http://eprints.undip.ac.id/43854/1/Etha http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstrea
_Yosy_K_Lap.KTI_BAB_0.pdf. m/handle/
Kusuma, D. (2007). Olahraga untuk orang Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005).
sehat dan penderita penyakit Keperawatan dasar: konsep, proses,
jantung.Jakarta: Universitas Indonesia. dan praktik edisi 4. Jakarta: Salemba
Marwiati.(2005). Hubungan tingkat Medika.
kecemasan dengan strategi koping Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku
pada keluarga dengan anggota ajar fundamental:konsep, proses, dan
keluarga yang dirawat dengan penyakit praktik edisi 4. Jakarta: Salemba
jantung di RSUD Ambarawa Medika.
2005.Jurnal kesehatan Surya Medika Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010).
Yogyakarta: Yogyakarta. Fundamental Keperawatan Ed. 7.
McGlynn, T. J. (2005). Adams diagnosis Jakarta: Salemba Medika.
fisik edisi 17. Jakarta: EGC. Rahmawan.(2014). Hubungan obat-obatan
McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2010). dengan kualitas tidur pasien kritis
Patofisiologi penyakit: Pengantar diruang rawat intensif RSUD Tugurejo
menuju kedokteran klinis. Jakarta: Semarang.Diperoleh pada tanggal 01
EGC. Juli 2015 di
http://digilib.unimus.ac.id/files.disk1/15 Watson, R, D, S. (2000).Clinical features
3/jtptunimus-gdl-ekarahmawa-7604-5- and complications.Diperoleh pada
babiv.pdf. tanggal 20 juli 2015 di
Redeker, N. S. (2012). Nocturia, sleep and http://www.ncbi.nih.gov/pmc/articles/P
daytime function in stable heart MC1117436/pdf/236.pdf.
failure.Jurnal.Yale University School
of Nursing. New Haven.
Rekam Medis RSUD Arifin Ahmad.(2014).
Prevalensi pasien dengan gangguan
sistem kardiovaskular di RSUD Arifin
Ahmad. Pekanbaru: RSUD Arifin
Ahmad.
Riskesdas. (2007). Jakarta: Badan penelitian
dan Pengembangan kesehatan,
Departemen kesehatan Republik
Indonesia.
Silvanasari, I. A. (2013). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kualitas tidur
yang buruk pada lansia di desa
Wonojati kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember. Diperoleh pada
tanggal 1 Juli 2015 dari
http://hdl.handle.net/123456789/3229.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku
ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth volume 3 edisi 8
(Monica E & Ellen P, Penerjemah).
Jakarta: EGC.
Triyanta.(2013). Hubungan antara kualitas
tidur dengan denyut jantung dilihat
dari gambaran EKG pada pasien
infark miokard di ruang ICVCU RSUD
Dr. Moewardi Surakarta tahun 2011.
Politeknik Kesehatan Surakarta: Jurnal
KesMaDaSka.
Tsaqofah, F. (2013). Hubungan tingkat
kecemasan dengan kualitas tidur pada
penderita asma bronkhial berusia
lanjut di BKPM Semarang.Diperoleh
pada tanggal 30 Juni 2015 dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/1
52/jtptunimus-gdl-festitsaqo-7563-1-
5.abstra-x.pdf.
Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan
kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Vani, S. C. (2011). Penyakit penyerta dan
gaya hidup pada penyakit Congestive
Heart Failure (CHF) di RS. Dr.
Wahidin Sudirohusodo dan RS.Stella
Maris Makasar tahun 2011.Diperoleh
pada tanggal 21 Juni 2015 dari
http://respiratory.unhas.ac.id/.
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING PADA


PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DIRUANGAN CVBC (CARDIO VASKULER
BRAIN CENTRE) LANTAI III DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Imelda Suratinoyo
Julia V. Rottie
Gresty N. Massi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
E-mail : imeldasuratinoyo.@yahoo.com

Abstract : Congestive heart failure is often difficult to maintain oxygenation and so they then
shortness of breath and anxiety.Anxiety is a reaction to the disease as perceived as a threat,
discomfort. Coping mechanism is a method to adapt to the changes that. Occur. The purpose of the
study was to patients with congestive heart failure at CVBC III floor RSUP.PROF.DR.R.D.Kandou
Manado.The design of this study using cross-sectional. Sample of 33 people, with purposive
sampling method.Data were collected by interview using a questionnaire.The results of the study
found a 12,1% rate of mild anxiety, medium anxiety 48,5% severe anxiety 39,4% and adaptive
coping mechanism 63,6% maladaptive coping 36,4%. The results of hypothesis testing with
Fisher’s exact test shows that the value of p=0,003, p is less than α(0,05).Conclusion that there is
a relationship anxiety levels with coping mechanisms in patients with congestive heart faiure.advice
for hospitals anxiety levels had a significant relationship with coping mechanisms by because it is
for hospitals to be more emphasizing on counseling so that patients can control anxiety and
constructive coping mechanisms.
Key words: anxiety, coping mechanism

Abstrak: Gagal jantung kongestif sering kesulitan mempertahankan oksigenasi sehingga mereka
cenderung sesak nafas dan mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan reaksi terhadap
penyakit karena dirasakan sebagai suatu ancaman, ketidaknyamanan. Mekanisme koping
merupakan cara yang dilakukan untuk beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui adakah hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme
koping pada pasein gagal jantung kongestif di Ruangan CVBC Lantai III RSUP.PROF.DR.R.D
Kandou Manado. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional Sampel sebanyak
33 orang, dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan
kuesioner. Hasil penelitian,tingkat kecemasan ringan 12,1%, kecemasan sedang 48,5%, sedangkan
kecemasan berat 39,4% dan mekanisme koping adaptif 63,6%,mekanisme koping maladaptive
36,4%. Hasil uji hipotesis dengan uji Fisher’s exact menunjukan bahwa nilai p=0,003(p<0,05)lebih
kecil dari α(0,05).Kesimpulan, ada hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada
pasien gagal jantung kongestif, Saran Bagi rumah sakit Tingkat kecemasan mempunyai hubungan
yang signifikan dengan mekanisme koping, oleh karena itu bagi pihak rumah sakit untuk lebih
menekankan pada pemberian konseling sehingga pasien dapat mengendalikan kecemasannya dan
melakukan koping yang bersifat konstruktif
.
Kata kunci : Kecemasan, Mekanisme Koping

PENDAHULUAN nutrisi kejaringan tubuh (Smeltzer & Bare


Gagal jantung merupakan 2001).
ketidakmampuan jantung memompakan darah Data yang diperoleh World Health
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan Organization (WHO) tahun 2012
menunjukan bahwa pada tahun 2008 terdapat
1
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
17 juta atau sekitar 48% dari total kematian berkurangnya kepuasan seksual, timbulnya
disebabkan oleh gagal jantung kongestif. Pada krisis finansial, frustasi dalam mencapai
penelitian di Amerika risiko berkembangnya tujuan kebingungan dan ketidakpastian masa
gagal jantung adalah 20% untuk usia ≥40 kini dan masa depan (Smeltzer& Bare,
tahun dengan kejadian >650.000 kasus baru 2001).
yang diagnosis gagal jantung selama beberapa Seseorang dapat mengatasi stress dan
dekade terakhir . kejadian gagal jantung kecemasan dengan menggerakan sumber
meningkat dengan bertambahnya usia. Tingkat koping dilingkungan yang berupa modal
kematian untuk gagal jantung sekitar 50% ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah
dalam waktu lima tahun (Arini, 2015) ,dukungan social dan keyakinan budaya
Prevalensi gagal jantung di Indonesia (Stuart 2007). Mekanisme koping adalah
menurut Riskesdas (2013) Sebesar 0,3data salah satu cara yang dilakukan untuk
prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan beradaptasi terhadap stress (Saam &
hasil wawancara pada responden umur ≥15 Wahyuni 2012)
tahun berupa gabungan kasus penyakit yang Penelitian yang pernah dilakukan
pernah di diagnosis dokter atau kasus yang sebelumnya oleh ( Idhaniyati, 2010) sampel
mempunyai gejala penyakit gagal jantung berjumlah 30 responden, memperoleh hasil 5
(Riskesdas, 2013). Di Sulawesi utara sendiri (16,7%) responden mengalami kecemasan
prevalensi gagal jantung mencapai (0,4%) ringan, 20 (66,7%) responden mengalami
untuk yang terdiagnosis dan (0,14%) untuk kecemasan sedang dan 5 (16,7%)
prevalensi gejala. Penyakit gagal jantung respoonden mengalami kecemasan berat.
meningkat seiring dengan bertambanya umur, Dari 25 pasien yang mengalami kecemasan
tertinggi pada umur 65-74 tahun (0,5%) untuk ringan dan sedang, mereka dapat melakukan
yang terdiagnosis, menurun sedikit pada umur mekanisme koping adaptif dan tidak ada
≥75 tahun (0,4%) tetapi untuk gejala tertinggi yang melakukan mekanisme koping
pada umur ≥75 tahun (1,1%) (Riskesdas, 2013) maladaptif .hal ini dikarenakan mereka dapat
Pasien gagal jantung mengalami mengendalikan perasaan cemas yang muncul
peredaran darah sistemik dan sirkulasi yang sehingga mampu mengembangkan
berjalan lambat. Pemindahan O2 dan CO2 mekanisme koping yang konstruktif. 5
dalam paru-paru berlangsung sukar, seluruh responden yang mengalami kecemasan berat,
organ dan jaringan tubuh tidak dapat di penuhi semua melakukan mekanisme koping yang
kebutuhannya akan oksigen dan zat-zat maladaptif.
makanan. Terjadi awitan kesulitan nafas Berdasarkan data awal melalui
mendadak dan perasaan tercekik (Rilantono, observasi data kunjungan pasien di Ruangan
2004). Kecemasan yang terjadi pada CVBC (cardio vaskuler brain centre) lantai
kebanyakan pasien gagal jantung dikarenakan III RSUP. PROF. DR. R. D. Kandou
mereka mengalami kesulitan mempertahankan Manado. Angka penderita gagal jantung tiga
oksigenasi yang adekuat sehingga mereka bulan terakhir agustus - oktober 2015 sekitar
cenderung sesak nafas dan gelisah (Smeltzer& kurang lebih 150 pasien.
Bare, 2001). Kecemasan yang dialami ketika Fenomena yang terjadi saat ini pasien
terjadi serangan adalah kecemasan berat gagal jantung kongestif terus meningkat di
sehingga memerlukan bantuan untuk Ruangan CVBC (Cardio Vaskuler Brain
oksigenasi dan konseling yang tepat. Centre) lantai III RSUP. PROF. DR. R. D.
(Idhaniyati, 2010) Kandou Manado. Pasien gagal jantung sering
Penelitian yang dilalukan Majid , A kesulitan mempertahakan oksigenasi
menunjukan bahwa responden yang sehingga cenderung sesak nafas kecemasan
mengalami tingkat kecemasan berat sebanyak yang terjadi adalah kecemasan berat.Untuk
45,37% (Majid A, 2010). Kecemasan mengatasi kecemasan dengan menggerakan
merupakan reaksi terhadap penyakit karena sumber koping di lingkungan yang berupa
dirasakan sebagai suatu ancaman modal ekonomi, kemampuan penyelesaian
,ketidaknyaman akibat nyeri dan keletihan, masalah , dukungan sosial dan keyakinan

2
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
budaya. Hal ini sangat menarik perhatian bagi
peneliti untuk melakukan peneliti tentang
hubungan tingkat kecemasan dengan Tabel 1. Distribusi Responden menurut
mekanisme koping pada pasien gagal jantung umur
kongestif
METODE PENELITIAN
Umur N %
Penelitian ini menggunakan penelitian
analitik denganr ancangan cross sectional yaitu 30-45 tahun 9 27,3
penelitan hanya diobservasi sekali saja dan 46-60 tahun 10 30,3
pengukuran dilakukan terhadap status karakter 61-75 tahun 14 42,4
atau variabel subjek pada saat pemeriksaan Jumlah 33 100
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini untuk
mengetahui hubungan tingkat kecemasan Sumber: Data Primer 2016
dengan mekanisme koping pada pasien gagal
jantung kongestif di Ruangan CVBC (Cardio Berdasarkan Tabel 1. Umur 33 orang
Vaskuler Brain Centre) lantai III RSUP. responden terbanyak menurut umur adalah
PROF. DR. R. D. Kandou Manado.Penelitian 61;75 tahun (42,4%) dan paling sedikit pada
ini dilakukan pada bulan 28 oktober- 28 umur 30-45 tahun (27,3%).Hasil penelitian
februari 2016. Penelitian ini dilaksanankan di ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh
Ruangan CVBC (Cardio Vaskuler Brain Majid (2010) yang menunjukan bahwa gagal
Centre) lantai III RSUP. PROF. DR. R. D. jantung kongestif paling banyak terjadi > 60
Kandou Manado.Instrumen penelitian ini tahun. Menurut (Smeltzer & Bare 2010)
berupa kuesioner tentang perilaku responden bahwa angka kematian akibat penyakit
terdiri dari dua bagian yaitu tingkat kecemasan kardiovaskuler meningkat seiring dengan
dan mekanisme koping. meningkatnya usia. Artinya usia memegang
Populasi merupakan wilayah peranan terjadinya penyakit jantung ,
generalisasi yang terdiri atas objek / subjek terkhusus gagal jantung kongestif. Hal ini
yang mempunyai kualitas dan karakteristik disebabkan karena terjadinya perubahan/
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk penurunan fungsi jantung akibat penuaan.
dipelajari dan kemudianditarik kesimpulannya. Tabel 2. Distribusi Responden menurut Jenis
(Setiadi, 2013). Populasi dalam penelitian ini Kelamin
adalah seluruh pasien yang ada di Ruangan
CVBC (Cardio Vaskuler Brain Centre) lantai Jenis Kelamin N %
III RSUP. PROF. DR. R. D. Kandou Manado.
Laki-laki 19 57,6
Sampel dilakukan Teknik pengambilan 14 42,4
Perempuan
dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Jumlah sampel 33 responden dari 50 Jumlah 33 100
responden. 10 responden terekslusi dalam Sumber: Data Primer 2016
penelitian ini, yaitu 7 orang tidak bersedia
menjadi responden dan 10 orang mengalami Berdasarkan Tabel 2. jenis kelamin,
penurunan kesadaran Kriteria Inklusi: pasien laki-laki berjumlah 19 orang (57,6%)
Responden yang dirawat di Ruangan CVBC dan perempuan 14 orang (42,4%).Hasil
(Cardio Vaskuler Brain Centre) lantai III penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
RSUP. PROF. DR. R. D. Kandou Manado, (Nugroho 2015) juga menunjukkan bahwa
Responden yang berusia 30-75 tahun. Kriteria jenis kelamin yang paling banyak menderita
Eklusinya: Responden dalam keadaan tidak gagal jantung kongestif baik umur lanjut
sadar atau kelemahan tubuh. adalah jenis kelamin laki-laki. Faktor resiko
HASIL DAN PEMBAHASAN gagal jantung kongestif pada perempuan
Penelitian di lakukan di ruangan CVBC cenderung lebih rendah dibandingkan laki-
(cardio vaskuler brain centre) Lantai III RSUP. laki karena perempuan memiliki hormon
PROF. DR. R. D. Kandou Manado estrogen yang dapat menghasilkan high

3
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
density lipoprotein (HDL). Namun pada Tabel 5. Distribusi Responden menurut
kondisi menurunnya atau hilangnya kadar Tingkat Kecemasan
estrogen pada perempuan pada saat menopause
menyebabkan peningkatan kadar trigliserida Tingkat Keemasan N %
dan penurunan lemak total, sehingga wanita
menopause lebih beresiko terkena penyakit Ringan 4 12,1
jantung ( Tatsanavivat 2008 dalam Darma, Sedang 16 48,5
2013). Berat 13 39,4

Tabel 3. Distribusi Responden menurut Jumlah 33 100


Pendidikan
Sumber: Data Primer 2016
Pendidikan N % Berdasarkan Tabel 5. penelitian ini
didapatkan bahwa jumlah tingkat kecemasan
SD 2 6,1 sedang lebih banyak dari.
SMP 9 27,3 Kecemasan ringan dan berat. Menurut
SMA 18 54,5 (Townsend 2005) pada tingkat kecemasan
SI 4 12,1 sedang memungkinkan seseorang untuk
Jumlah 33 100 memusatkan pada masalah yang penting dan
Sumber: Data Primer 2016 mengesampingkan yang lain sehingga
Berdasarkan Tabel 3. Pada penelitian seseorang mengalami perhatian yang selektif
diperoleh data responden berpendidikan SMA namun dapat melakukan sesuatu yang
sederajat yang paling banyak 54,4% dan yang terarah. Hasil penelitian ini sejalan dengan
paling sedikit berpendidikan SD 6,1% latar penelitian yang dlakukan (Idhaniyati 2010).
belakang pendidikan erat kaitanya dengan Dimana terdapat kecemasan sedang yang
tingkat pengetahuan seseorang (Smeltzer lebih banyak dari pada kecemasan ringan
2001).Responden dengan tingkat pendidikan dan berat.
terakhirnya SMA cenderung lebih cemas Tabel Mekanisme 6. Distribusi Responden
dibandingkan pendidikan, SMP dan menurut
SD.(Mulyanna 2011).
Mekanisme Koping N %
Tabel 4. Distribusi Responden menurut
Adaptif 21 63,6
Pekerjaan
Maladaptif 12 36,4
(Smeltzer & Bare 2010)
Pekerjaan N %
IRT 9 27,3
Petani 4 12,1
PNS 3 9,1
Wiraswasta 11 33,3
Pensiunan 6 18,2
Jumlah 33 100
Sumber: Data Primer 2016
Berdasakan Tabel 4. Responden yang
paling banyak adalah sebagai wiraswasta
33,3% dan paling sedikit sebagai PNS 9,1%.
Hasil peneitian yang dilakukan oleh Nugroho
(2015), kejadian gagal jantung kongestif paling
banyak adalah wiraswata sebesar 40% .
Pekerjaan seseorang erat kaitannya dengan
tingkat aktivitas dan istirahat seseorang

4
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016

Jumlah 33 100 dimaksud adalah kemampuan beradaptasi


Sumber: Data Primer 2016 pada pengaruh faktor internal dan eksternal,
Berdasarkan Tabel 6. menunjukan bila mekanisme koping berhasil maka
hasil bahwa responden dengan mekansime orang tersebut dapat beradaptasi terhadap
koping adaptif lebih banyak dari yang perubahan yang terjadi. Hasil penelitian ini
maladaptif Menurut (Nursalam 2007) sejalan dengan penelitian .(Mulyanna
mekanisme koping terbentuk melalui 2011). Dimana responden yang mekanisme
proses belajar dan mengingat, belajar yang koping adaptif lebih banyak dibandingkan
mekanisme maladaptif.
Tabel 7. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Manado.Artinya hipotesis nol ( ) ditolak dan
Mekanisme Koping Pada Pasien Gagal Jantung hipotesis alternatif ( ) diterima.
Kongestif di ruangan CVBC (cardio vaskuler
brain centre) Lantai III RSUP. PROF. DR. R. D. SIMPULAN
Kandou Manado Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
Tingkat Mekanisme Koping
Total P Sebagian besar pasien gagal jantung
kecemasan
Adaptif Maladaptif kongestif di ruangan CVBC (cardio vaskuler
N N n Ringan brain centre) Lantai III RSUP. PROF.DR.R.
17 3 20
sedang 85,0 15,0 20,0 D Kandou Manado responden terbanyak
berumur 61-75 tahun dengan jenis kelamin
4
Berat 9 13
0,003 laki-laki, tingkat pendidikan SMA dan
30,8 69,2 13,0
21 pekerjaann Wiraswasta. Sebagian besar
Jumlah 12 33 pasien gagal jantung kongestif di kongestif
63,6% 36,4% 100% pada penelitian ini menggunakan uji
Sumber: Data Primer 2016 alternatifnya, yaitu uji Fisher’ exact,
Berdasarkan Tabel 7. hasil penelitian menunjukan bahwa nilai signifikansi dalam
di Ruangan CVBC (cardio vaskuler brain penelitian ini adalah 0,003 untuk 2 sided ( two
centre) Lantai III RSUP. PROF.DR. R. D. tail) karena nilai p< 0,05, maka dapat
Kandou Manado, maka pembahasan ini guna disimpulkan bahwa ada hubungan antara
untuk mengetahui hubungan antara tingkat tingkat kecemasan dengan mekanisme koping
kecemasan dengan mekanisme koping pada pada pasien gagal jantung kongestif di
pasien gagal jantung kongestif. Data disajikan Ruangan CVBC (cardio vaskuler brain centre)
dalam bentuk tabel 3x2 dan dilakukan uji Lantai III RSUP. PROF.DR. R. D. Kandou
Person Chi Square,hasil uji ditemukan nilai
harapan < 5 pada 3 cell,oleh karena itu
besaran sampelnya kurang dari 40 yang
mempunyai syarat tidak boleh ada cell yang
nilai harapannya < 5 berarti tidak boleh
memenuhi syarat uji, maka dilakukan
pengabungan nilai cell yang kecil agar
membentuk tabel 2x2 yakni pada variabel
independen kategori kecemasan ringan sedang
dan kategori kecemasan berat dan dilakukan
uji Chi Square. Namun pada data penelitian ini
tidak memenuhi syarat untuk menggunakan uji
Chi square. Karena terdapat 1 sel (25%) yang
mempunyai nilai expected kurang dari 5.
Sementara syarat untuk uji Chi square adalah
sel yang mempunyai nilai expected kurang dari
5, maksimal 20% dari jumlah sel. Karena
syarat uji Chi square tidak terpenuhi, maka
5
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
di ruangan CVBC (cardio vaskuler brain Rawat Inap di RSUD.
centre) Lantai III RSUP. PROF.DR. R. D. DR.Soetomo.Surabaya.
Kandou Manado.berada pada tingkat http://repository.wima.ac.id
kecemasan ringan dan sedang. Sebagian besar
Diakses 14 oktober 2015 jam
pasien gagal jantung kongestif di kongestif di
ruangan CVBC (cardio vaskuler brain centre) 14.00wita
Lantai III RSUP. PROF.DR. R.
Bararah Taqiyyah & Jauhar Mohammad,
D. Kandou Manado yang melakukan
mekanisme koping adaptif. (2013), Asuhan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional, Prestasi
Anurogo, D & Wulandari, (2012) Penyakit Pustakaraya, Jakarta
Yang Banyak Ditemukan Di
Masyarakat Ed. I. Andi Gunarsa Singgih & Gunarsa Yulia, (2012),
.Yogyakarta Psikologi Perawatan Cet
1.Libri.Jakarta
Arini (2015), Studi Penggunaan Obat Pada
Pasien Gagal Jantung Yang di Ihdhaniyai,(2010) Hubungan Tingkat
Kecemasan Dengan Mekanisme
Koping Pada Pasien Keperawatan , Salemba Medika
Gagal Jantung , Jakarta
Kongestif Di RSU Pandan Arang
Boyolali.https://publikasiilmiah.ums. Nursalam, (2007), Asuhan Keperawatan
ac.id.Diakses 14 oktober 2015 Pasien Terinfeksi HIV/AIDS,
Salemba Medika ,Jakarta
Kasron, (2012), Kelainan dan Penyakit
Riset Kesehatan Dasar, (2013), dalam
Jantung Nuha Medika, Yogyakarta
online
Majid Abdul, (2010), Analisis Faktor-faktor yang http://www.litbang.depkes.go.id,
Berhubungan dengan kejadian dia kses tanggal 16 oktober 2015
Rawat Inap Ulang Pasien Gagal
Padila (2012), Keperawatan Medikal
Jantung Kongestif di Rumah Sakit
Bedah
Yogyakarta
Nuha Medika ,Yogyakarta
Mulyanna, (2011), Hubungan Tingkat
PSIK FK Unsrat (2013), Panduan
Kecemasan dengan Mekanisme
Penulisan Tugas Akhir
Koping Pada Pasien gagal jantung
Proposal & Skripsi, Manado
kongestif di RS. DR. Wahidin
Sudirohusodo

Makassar
http://repository.unhas.ac.id diakses
20 maret 2016

Notoatmodjo, (2010) Metodologi Penelitian


Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta

Nursalam, (2003), Konsep dan Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu
6
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
Saam & Wahyuni, (2012), Psikologi
Keperawatan. PT Raja Grafindo
Persada,

Jakarta

Suyanto, (2011), Metodologi dan Aplikasi


Penelitian Keperawatan Nuha

Medika,Yogyakarta

Setiadi, (2013), Konsep dan Praktik Penulisan


Riset Keperawatan Yogyakarta: Graha

Ilmu

Smeltzer, S.C.,&Bare,B.G.,(2001), Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah,Edisi
Kedelapan.Volume I EGC: Jakarta

Stuart, (2007), Buku Saku Keperawatan


Jiwa,,EGC, Jakarta

Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiati,


(2009), Buku Ajar Penyakit Dalam
Interna Publishing,Jakarta

Sula Yasri, (2014), Hubungan Mekanisme


Koping Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Stroke Di RS Bhayangkara,
(online) Diakses 17
oktober 2015

Taluta Yanes, (2014), Hubungan Tingkat


Kecemasan Dengan Mekanisme
Koping Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe II di Poliklinik
Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum ,Daerah Tobelo Kabupaten
Halmahera Utara.ejournal.unsrat.ac.id
Diakses 1 february 2014

Videbeck, (2008), Buku Ajar Keperawatan Jiwa


EGC ,Jakarta

7
Wijaya & Putri (2013), Keperawatan Medikal
Bedah, Nuha Medika ,Yogyakarta
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed

TERAPI OKSIGEN
Oleh : Saryono, SKp.,MKes

LEARNING OUTCOME

Mahasiswa dapat melakukan pemberian terapi Oksigen dengan benar dan


aman sesuai kebutuhan pasien.

TINJAUAN TEORI
Terdapat 3 sistem untuk memberikan oksigen kepada pasien tanpa
intubasi. Untuk konsentrasi oksigen rendah, kanula hidung dapat
memberikan oksigen antara 24% (IL/menit) sampai 36% (4 -5L/menit).
Konsentrasi oksigen sedang (40-60%) dicapai dengan pemberian lewat
masker oksigen, sedangkan konsentrasi hingga 100% hanya dapat dicapai
dengan menggunakan stingkup muka reservoir.
Pada kegawatan napas trauma diberikan oksigen 6L/menit dengan
sungkup muka. Pada penderita kritis berikan 100% oksigen, meskipun secara
umum terapi oksigen memberikan manfaat yang bermakna pada bentuk
hipoksik hipoksemia dan anemi hipoksemia. Efek samping yang sering
dikhawatirkan adalah keracunan oksigen, tetapi hal tersebut terjadi setelah
24-48 jam terapi oksigen dengan fraksi inspirasi oksigen (Fi02)>60%. Oleh
karena itu sedapat mungkin setelah masa kritis, terapi oksigen diturunkan
bertahap sampai Fi02<60% dengan target untuk mendapatkan minimal
saturasi oksigen (Sa02) 90%.
Apabila tekanan oksigen arteri (pa02) tetap rendah (kurang dari 60
mmHg) meskipun telah diberikan oksigen 50% berarti terdapat shunt yang
bermakna dari kolaps alveoli dan perlu dipertimbangkan pemberian inflasi
paru dengan manuver reekspansi paru atau intubasi endotrakhea dan ventilasi
mekanik. Pada kasus PPOM maka Pa02 dipertahankan sekitar sedikit diatas
60 mmHg saja untuk menghindari hilangnya rangsang respirasi.

Terapi O2 merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan


oksigenasi. Tujuan pemberian terapi O2 adalah
1. Mengatasi keadaan hipoksemia
2. Menurunkan kerja pernafasan
3. Menurunkan beban kerja otot Jantung (miokard)
Indikasi pemberian terapi O2 adalah kerusakan 02 jaringan yang diikuti
gangguan metabolisme dan sebagai bentuk Hipoksemia, secara umum pada:
 Kadar oksigen arteri (Pa 02) menurun

Modul SkillabA-JILID I 1
 Kerja pernafasan meningkat ( laju nafas meningkat, nafas dalam,
bemafas dengan otot tambahan)
 Adanya peningkatan kerja otot jantung (miokard)

Indikasi klinisnya:
 Henti jantung paru
 Gagal nafas
 Gagal jantung atau ami
 Syok
 Meningkatnya kebutuhan o2 (luka bakar, infeksi berat, multiple
trauma)
 Keracunan co
 Post operasi, dll
Metode & peralatan min. yang harus diperhatikan pada therapi O2:
 Mengatur % fraksi O2 (% FiO2)
 Mencegah akumulasi kelebihan CO2
 Resistensi minimal untuk pernafasan
 Efesiensi & ekonomis dalam penggunanan 02
 Diterima pasien Pa02 kurang dari 60 mmHg

Perkiraan konsentrasi oksigen pada alat masker semi rigid


Kecepatan aliran02 % Fi02 yang pasti
4 1/mnt 0,35
6 1/mnt 0,50
8 1/mnt 0,55
10 1/mnt 0,60
12 l/mnt 0,64
15 l/mnt 0,70
Tidak ada peralatan yang dapat memberi O2 100 %, walaupun O2 dengan
kecepatan > dari Peak Inspiratory flow rate (PIFR)

METODE PEMBERIAN OKSIGEN


I. Sistem Aliran Rendah
1. Kateter Nasal
Oksigen : Aliran 1 - 6 liter/ menit menghasilkan oksigen dengan
konsentrasi 24-44 % tergantung pola ventilasi pasien.
Bahaya : Iritasi lambung, pengeringan mukosa hidung, kemungkinan
distensi lambung, epistaksis.
2. Kanula Nasal
Oksigen : Aliran 1 - 6 liter / menit menghasilkan 02 dengan
konsentrasi 24 - 44 % tergantung pada polaventilasi pasien. Bahaya :
Iritasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus dan epitaksis
3. Sungkup muka sederhana
Oksigen : Aliran 5-8 liter/ menit menghasilkan 0 2 dengan konsentrasi
40 - 60 %. Bahaya : Aspirasi bila muntah, penumpukan C02 pada
aliran 02 rendah, Empisema subcutan kedalam jaringan mata pada
aliran 02 tinggi dan nekrose, apabila sungkup muka dipasang terlalu
ketat.
4. Sungkup muka" Rebreathing " dengan kantong 02
Oksigen : Aliran 8-12 l/menit menghasilkan oksigen dnegan
konsentrasi 60 - 80%. Bahaya : Terjadi aspirasi bila muntah,
empisema subkutan kedalam jaringan mata pada aliran 02 tinggi dan
nekrose, apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat.
5. Sungkup muka" Non Rebreathing" dengan kantong 02
Oksigen : Aliran 8-12 l/menit menghasilkan konsentrasi 02 90 %.
Bahaya : Sama dengan sungkup muka "Rebreathing".

II. SistemAliran tinggi


1. Sungkup muka venturi (venturi mask)
Oksigen : Aliran 4 -14 It / menit menghasilkan konsentrasi 02 30 - 55
%. Bahaya : Terjadi aspirasi bila muntah dan nekrosis karena
pemasangan sungkup yang terialu ketat.
2. Sungkup muka Aerosol (Ambu Bag)
Oksigen : Aliran lebih dan 10 V menit menghasilkan konsentrasi 02
100 %. Bahaya : Penumpukan air pada aspirasi bila muntah serta
nekrosis karena pemasangan sungkup muka yang terialu ketat.

BAHAYA TERAPI OKSIGEN


Keracunan 02 -> pada pemberian jangka lama dan berlebihan dapat dihindari
dengan pemantauan AGD dan Oksimetri
1. Nekrose C02 ( pemberian dengan Fi02 tinggi) pada pasien dependent
on Hypoxic drive misal kronik bronchitis, depresi pemafasan berat
dengan penurunan kesadaran . Jika terapi oksigen diyakini merusak
C02, terapi 02 diturunkan perlahan-lahan karena secara tiba-tiba
sangat berbahaya
2. Toxicitas paru, pada pemberian Fi02 tinggi ( mekanisme secara pasti
tidak diketahui). Terjadi penurunan secara progresif compliance paru
karena perdarahan interstisiil dan oedema intra alviolar
3. Retrolental fibroplasias. Pemberian dengan Fi02 tinggi pada bayi
premature pada bayi BB < 1200 gr. Kebutaan
4. Barotrauma ( Ruptur Alveoli dengan emfisema interstisiil dan
mediastinum), jika 02 diberikan langsung pada jalan nafas dengan alat
cylinder Pressure atau auflet dinding langsung.

PEMANTAUAN TERAPI O2
1. Wamakulit pasien. Pucat/ Pink / merah membara.
2. Analisa Gas Darah (AGD)
3. Oksimetri
4. Keadaan umum
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed

PENILAIAN KETRAMPILAN TERAPI OKSIGEN

Nama :
No. Mhs :

No Aspek yang dinilai Skor

1 Cucitangan
2 Memberitahu klien
3 Isi glass humidifier dengan water for irigation
setinggi batas yang tertera
4 Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/
sentral oksigen
5 Cek fungsi flow meter dan humidifeir dengan
memutar pengatur konsentrasi 02 dan Amati ada
tidaknya gelembung udara dalam glass flow eter
6 Menghubungkan catheter nasal/ kanul nasal dengan
flowmeter
7 Alirkan oksigen ke Kateter Nasal dengan aliran
antara 1 -6 liter/ menit. Canule Nasal dengan aliran
antara 1 -6 liter/ menit
8 Alirkan oksigen ke sungkup muka partial
rebreathing dengan aliran udara 8-12 l/mnt.
9 Alirkan oksigen ke: Sungkup muka non rebreathing
dengan aliran 8-12 l/mnt
10 Cek aliran kateter nasa!/ kanul nasal dengan
menggunakan punggung tangan untuk mengetahui
ada tidaknya aliran oksigen.
11 Olesi ujung kateter nasal/ kanul nasal dengan jeli
sebeluin dipakai ke pasien
12 Pasang alat Kateter nasal/ kanul nasal pada klien.
13 Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir
sesuai yang diinginkan
14 Cucitangan
15 Rapihkan peralatan kembali
16 Dokumentasikan pada status klien
Total skor

SPIROMETRI
Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah de n ga
Modul SkillabA-JILID I 5
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed

mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang
disebut spirometri. Spirometer terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan di
atas bak air, dan drum tersebut diimbangi oleh suatu beban. Dalam drum
terdapat gas untuk bernapas, biasanya udara atau oksigen dan sebuah pipa
yang menghubungkan mulut dengan ruang gas. Apabila seseorang bernapas
dari dan ke dalam ruang ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman
yang sesuai di atas gulungan kertas yang berputar. Gambar dibawah ini
adalah sebuah spirogram yang menunjukkan perubahan volume paru pada
berbagai kondisi pernapasan. Untuk memudahkan pengertian peristiwa
ventilasi paru, maka udara dalam paru pada diagram dibagi manjadi empat
volume dan empat kapasitas, berikut ini.

"Volume" Paru
Empat "volume" paru, bila semuanya dijumlahkan, sama dengan volume
maksimal paru yang mengembang. Arti dari masing-masing volume ini
adalah sebagai berikut:
1. Volume alun napas/TV (tidal) adalah volume udara yang diinspirasi atau
diekspirasi setiap kali bernapas normal; besarnya kira-kira 500 mililiter
pada rata-rata orang dewasa muda.
2. Volume cadangan inspirasi/VCI (inspiratory reserve volume)adalah
volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume alun
napas normal; dan biasanya mencapai 3000 mililiter.
3. Volume cadangan ekspirasi/VCE adalah jumlah udara ekstra yang dapat
diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi alun napas normal;
jumlah normalnya adalah sekitar 1000 mililiter.
4. Volume residu yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru
setelah ekspirasi paling kuat. Volume ini besarnya kira-kira 1200 mililiter.

Modul SkillabA-JILID I 6
Waktu (detik)
Keterangan :
o TV = tidal volume (500 ml)
o VCI = volume cadangan inspirasi (3.000 ml)
o Kl = kapasitas inspirasi (3.500 ml)
o VCE = volume cadangan ekspirasi (1.000 ml)
o VR = volume residual (1.200 ml)
o KRF = kapasitas residual fungsional (2.200 ml)
o KV = kapasitas vital (4.500 ml)
o KPT = kapasitas paru total (5.700 ml)

"Kapasitas" Paru
Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang-kadang
perlu menyatukan dua atau lebih volume di atas. Kombinasi seperti itu
disebut kapasitas paru, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kapasitas inspirasi (KI) sama dengan volume alun napas ditambah
volume cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500 mili-
liter) yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi
normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas residu fungsional (KRF) sama dengan volume cadangan
ekspirasi ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa
dalam paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2200 mililiter).
3. Kapasitas vital (KV) sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah
volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara
maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih
dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian. mengeluarkan
sebanyak-banyaknya (kira-kira 4500 mililiter).
4. Kapasitas paru total (KPT) adalah volume maksi-mum. di mana paru
dapat dikembangkan se-besar 'mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira
5700 mililiter); jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume
residu.
5.Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (forced expiratory volume,
FEVi). Volume udara yang dapat diekspirasi selama detik pertama
ekspirasi pada penentuan KV. Biasanya FEV1 adalah sekitar 80%; yaitu,
dalam keadaan normal 80% udara yang dapat dipaksa keluar dari paru yang
mengembang maksimum dapat dikeluarkan dalam 1 detik pertama.
Pengukuran ini memberikan indikasi laju aliran udara maksimum yang
dapat terjadi di paru.

Tabel 37-1. DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG UNTUK FUNGSI


PARU
VT volume tidal PB tekanan atmosfir
FRC kapasitas residu fungsiona! Palv tekanan alveolus
ERV volume cadangan ekspirasi Ppl tekanan pleura
RV volume residu P02 tekanan parsial oksigen
1C kapasitas inspirasi Pcoz tekanan parsial karbondioksida
IRV volume cadangan inspirasi PN2 tekanan parsial nitrogen
TLC kapasitas paru total Paoa tekanan parsial oksigen darah arteri
yc kapasitas vital Pacoa tekanan parsial karbon dioksida dalam
darah arteri
Raw resistensi cabang trakeobronkiol PAoz tekanan parsial oksigen dalam gas
untuk mengalirkan udara ke alveolus.
dalam paru
C compliance PaC02 tekanan partial karbondioksida dalam
VD volume gas ruarig rugi gas alveolus
VA Volume gas alveolus PAhzo tekanan parsial air dalam gas alveolus
VI Volume inspirasi dari ventilasi R rasio pertukaran pemapasan
per menit
VE volume ekspirasi dari ventilasi Q curah jantung
per menit
VA ventilasi alveolus per menit QS aliran pintas (shunt)
V02 kecepatanambilan oksigen Caoz konsentrasi oksigen dalam darah
per menit arteri
VC02 jumlah yang dikeluarkan karbon Cvoz konsentrasi oksigen dalam campuran
dioksida per menit darah vena
SCO kecepatan ambilan karbon 802 persentase saturasi hemoglobin
monoksida per menit dengan oksigen
DLo2 kapasitas difusi paru untuk Saoz persentase saturasi hemoglobin de
ngan oksigen dalam darah arteri
DLco kapasitas difusi paru untuk
monoksida
Volume dan kapasitas seluruh paru pada •wanita kira-kira 20 sampai 25
person lebih kecil daripada pria, dan lebih besar lagi pada atletis dan orang
yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis.

Singkatan dan Lambang yang Dipakai pada Penelitian Fungsi Paru


Spirometer hanyalah salah satu cara pengukuran yang dipakai sehari-
hari oleh dokter paru. Selanjutnya, kita akan lihat pada pembahasan berikut
bahwa beberapa cara pengukuran sangat bergan-tung pada perhitungan
matematika. Untuk menyederhanakan perhitungan dan presentasi data fungsi
paru ini, angka-angka singkatan dan simbol-simbol telah distandardisasikan.
VC =IRV+VT+ERV
VC =IC+ERV
TLC=VC+RV
TLC = 1C + FRC
FRC = ERV + RV

VOLUME PERNAPASAN SEMENIT


Volume pernapasan semenit adalah jumlah total udara baru yang
masuk ke dalam saluran pemapasan dap menit, dan ini sesuai dengan volume,
alun napas dikalikan dengan frekuensi pernapasan. Volume alun napas
normal kira-kira 500 mililiter, dan frekuensi pemapasan normal kira-kira 12
kali per menit. Oleh karena itu, volume pernapasan semenit rata-rata se-kitar
6 liter/menit. Seseorang dapat hidup untuk waktu yang pendek dengan
volume pernapasan semenit serendah 1,5 liter/menit dan dengan frekuensi
pemapasan dua sampai empat kali per menit.
Frekuensi pemapasan kadang-kadang meningkat sampai 40-50 kali
per menit, dan volume alun napas dapat menjadi sama besar dengan kapasitas
vital, kira-kira 4600 mililiter pada laki-laki dewasa muda. Keadaan ini dapat
menimbulkan volume pernapasan semenit lebih dari 200 liter/menit, atau
lebih dari 30 kali normal. Kebanyakan orang tidak dapat menahan lebih dari
setengah sampai duapertiga jumlah ini selama lebih dari 1 menit atau lebih.

VENTILASI ALVEOLUS
Yang paling penting dari sistem ventilasi paru adalah terus menerus
memperbarui udara dalam area pertukaran gas paru, di mana udara dan darah
paru saling berdekatan. Yang termasuk area-area ini adalah alveoli, kantong
alveolus, duktus alveolaris, •bronkiolus respiratorius. Kecepatan udara baru
yang masuk pada area ini disebut ventilasi alveolus. Na-jnun, anehnya,
selama pernapasan normal dan tenang, volume alun napas hanya cukup
Untuk mengisi saluran napas bagian bawah sampai bronkiolus terminalis,
dengan hanya sebagian kecil udara inspirasi yang masuk ke dalam alveoli.
Oleh karena itu, bagaimana caranya udara yang baru ini bergerak dari
bronkiolus terminalis ke dalam alveoli melalui jarak yang pendek ini?
Jawabannya adalah: dengan cara difusi. Difusi disebabkan oleh gerakan
kinetis molekul-mo-lekul, tiap molekul gas begerak dengan kecepatan finggi
di antara molekul lainnya. Kecepatan gerak molekul dalam udara pernapasan
demikian besar melalui jarak yang begitu pendek yaitu dari bronkiolus
terminalis ke alveoli di mana gas bergerak hanya
dalam waktu sepersekian detik.

Ruang Rugi dan Efeknya pada Ventilasi Alveolus


Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pern ah sampai
pada daerah pertukaran gas, tetapi te-tap berada dalam saluran napas di mana
pada tempat ini tidak terjadi pertukaran gas, seperti pada hidung, faring, dan
trakea. Udara ini disebut udara ruang rugi sebab tidak berguna untuk proses
pertukaran gas; saluran napas di mana tidak terjadi pertukaran gas disebut
ruang rugi.
Pada waktu ekspirasi, yang pertama kali dikeluarkan adalah udara dalam
ruang rugi, sebelum udara alveoli sampai ke udara luar. Oleh karena itu,
ruang rugi merupakan kerugian dari gas ekspirasi paru. Volume ruang rugi
normal pada orang dewasa muda kira-kira 150 mililiter. Nilai ini meningkat
dengan bertambahnya usia.

RUANG RUGI ANATOMIK LAWAN RUANG RUGI FISIOLOGIK .


Metode yang menguraikan pengukuran ruang rugi, mengukur
volume seluruh ruang sistem pemapasan selain alveoli dan daerah pertukaran
gas lainnya yang berkaitan erat; ruang ini disebut ruang rugi anatomik.
Kadang-kadang, sebagian alveoli sendiri tidak berfungsi atau hanya sebagian
berfungsi karena tidak adanya atau buruknya aliran darah yang melewati
kapiler paru yang berdekatan. Oleh karena itu, dari segi fungsional, alveoli
ini harus juga dianggap sebagai ruang rugi. Bila ruang rugi alveolus
dimasukkan dalam . pengukuran ruang rugi total, ini disebut ruang rugi
fisiologik, berlawanan dengan ruang rugi anatomik. Pada orang normal, ruang
rugi anatomik dan ruang rugi fisiologik hampir sama sebab pada paru normal
semua alveoli berfungsi, tetapi pada orang yang alveolinya hanya berfungsi
sebagian atau tidak berfungsi sama sekali pada sebagian paru, kadang-kadang
ruang rugi fisiologiknya mencapai sepuluh kali volume ruang rugi anatomik,
atau sebesar 1 sampai 2 liter.
Kecepatan Ventilasi Alveolus
Ventilasi alveolus setiap menit adalah volume total udara yang
masuk ke dalam alveoli dan daerah pertukaran gas yang berdekatan lainnya)
setiap menit. Ini sama dengan frekuensi napas dikalikan dengan jumlah udara
baru yang memasuki alveoli setiap kali bernapas:

VA=FrekA(VT-VD)
di mana VA adalah volume ventilasi alveolus per menit, Frek adalah frekuensi
pernapasan per menit, VT adalah volume alun napas, dan VD adalah volume
ruang rugi. Jadi, dengan volume alun napas normal sebesar 500 mililiter,
ruang rugi normal 150 mililiter, dan frekuensi pernapasan 12 kali per menit,
ventilasi alveolus sama dengan 12 x (500-150), atau 4200 ml/menit.
Ventilasi alveolus adalah salah satu faktor penting yang menentukan
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli. Oleh karena itu,
hampir se-mua uraian mengenai pertukaran gas pada bab-bab sistem
pernapasan berikutnya menekankan tentang ventilasi alveolus.
Manfaat pengukuran berbagai volume dan kapasitas paru lebih dari
sekedar untuk pengetahuan akademik. Pengukuran tersebut memberikan
petunjuk bagi dokter yang merawat berbagai penyakit saluran pemapasan.
Terdapat dua kategori umum disfungsi pemapasan yang menimbulkan hasil
spirometri yang abnormal penyakit paru obstruktif dan restriktif . Walaupun
demikian, Anda jangan beranggapan bahwa keduanya adalah satu-satunya
kategori disfungsi pemapasan atau bahwa spirometri adalah satu-satunya uji
fungsi paru. Penyakit lain yang mengenai fungsi pemapasan mencakup (1)
penyakit yang mengganggu difusi O2; dan CO2; menembus membran paru;
(2) penurunan ventilasi akibat kegagalan mekanis, seperti pada penyakit
neuromuskulus yang mengenai otot-otot pemapasan, atau akibat penekanan
pusat kontrol pemapasan oleh alkohol, obat, atau zat kimia lain; (3) gangguan
aliran darah paru; atau (4) kelainan ventilasi/perfusi yang melibatkan ketidak-
cocokan udara dan darah, sehingga pertukaran gas men-jadi tidak efisien.
Sebagian penyakit paru sebenamya adalah campuran dari berbagai jenis
gangguan fungsional. Untuk menentukan kelainan apa yang ada, dokter
menggunakan berbagai uji fungsi pemapasan selain spirometri, termasuk
pemeriksaan sinar-X, penentuan gas-darah, dan pemeriksaan untuk mengukur
kapasitas membran kapiler alveolus.
GAMBAR Spirogram Abnormal yang Berkaitan dengan Penyakit Paru Obstruktif dan
Restriktif
(a) Spirogram pada penyakit paru obstruktif. Karena pasien penyakit paru obstruktif mengalami
kesulitan mengosongkan paru mereka daripada mengisinya, kapasitas paru total (KPT) pada
dasamya normal, tetapi kapasitas residual fungsional (KRF) dan volume residual (VR)
meningkat akibat bertambahnya udara yang terperangkap di dalam paru setelah ekspi-rasi.
Karena VR meningkat, kapasitas vital (KV) berkurang. Dengan lebih banyak udara yang
tertinggal di paru, KPT yang tersedia untuk pertukaran gas antara udara dan atmosfer berkurang.
Hal lain yang sering ditemukan adalah penurunan mencolok FEVi, karena laju (kecepatan) aliran
udara berkurang akibat obstruksi saluran pemapasan. Walaupun baik KV maupun FEV]
berkurang, penurunan FEVi lebih besar dibandingkan KV. Akibatnya, perbandingan FEV)
terhadap KV jauh lebih rendah daripada nilai normal sebesar 80%; yaitu, jumlah yang dapat
dihembuskan ke luar selama detik pertama jauh lebih kecil daripada 80% KV. (b) Spirogram
pada penyakit paru restriktif. Pada penyakit ini, compliance paru lebih kecil dari normal.
Kapasitas paru total, kapasitas inspirasi, dan KV berkurang, karena paru tidak dapat
dikembangkan seperti normal. Persentase KV yang dapat dihembuskan dalam 1 detik adalah
normal 80% atau bahkan lebih tinggi, karena udara dapat mengalir bebas melalui saluran
pemapasan. Dengan demikian, FEV]/KV% sangat bermanfaat untuk mem-bedalcan antara
penyakit paru obstruktif dan restriktif. Selain itu, berbeda dengan penyakit paru obstruktif, VR
pada penyakit paru restriktif biasanya normal.

To help us do this test accurately please follow these steps:


1. Breathe in as deeply as you can.
2. Seal your lips around the mouth piece.
3. Blow out as hard and fast as you can, for as long as you can and keep
going as long as possible.
4. Please let me know if you feel any distress during this procedure.
This test will be repeated three times.

What are normal spirometry results?


Normal spirometry results are based on the age, height, and gender of the
person being tested and most are expressed as a percentage of a predicted
value. Normal spirometry results include:
 Tidal volume - 5 to 7 milliliters per kilogram of body weight
 Expiratory reserve volume - 25 percent of vital capacity
 Inspiratory capacity - 75 percent of vital capacity
 Forced expiratory volume - 75 percent of vital capacity after one second,
94 percent after two seconds, and 97 percent after three seconds

What are abnormal spirometry results?


Spirometry results are expressed as a percentage, and are considered
abnormal if less than 80 percent of the normal predicted value. An abnormal
result usually indicates the presence of some degree of obstructive lung
disease such as asthma, emphysema or chronic bronchitis, or restrictive lung
disease such as pulmonary fibrosis. FEV1 values (percentage of predicted)
can be used to classify the obstruction that may occur with asthma and other
obstructive lung diseases like emphysema or chronic bronchitis. :
 FEV1 65 percent to 79 percent predicted = Mild obstruction
 FEV1 40 percent to 59 percent predicted = Moderate obstruction
 FEV1 less than 40 percent predicted = Severe obstruction

Are there risks associated with spirometry?


The risks are minimal for most people. Because the test involves forced and
rapid breathing, some people may experience temporary shortness of breath.
Spirometry should not be done if a person suffers from chest pains, has had a
recent heart attack, or has serious heart disease.
How should I prepare for spirometry?
 Do not eat a heavy meal before spirometry testing.
 Refrain from smoking for four to six hours before the test.
 Empty your bladder right before testing.
 Specific instructions are given if medications such as
bronchodilators or inhalers need to be withheld before the test.
 Sometimes, medication may be inhaled prior to the test, to test how
well an individual responds to medication

1.
Alat dan bahan Spirom
eter
2. Mouthpiece
3. Tissu
PENILAIAN KETRAMPILAN MENGUKUR FUNGSI PARU
NAMA :
NIM :

NO ASPEK YANG DINILAI SKOR


0 1 2
1 Siapkan alat
2 Jelaskan tujuan
3 Aktivkan mesin spirometer
4 Pasang mouthpiece pada slang
5 Anjurkan pasien nafas dalam semampunya
6 Anjurkan pasien menghembuskan nafas melalui
mouthpiece sekuat dan secepatnya
7 Ulangi selama 3 kali
8 Beri label pada kertas hasil perekaman
9 Bereskan alat
10 Baca hasil perekaman
Total skor
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : DIDIK AH


ASMORO NIM : A0l502154
NAMA PEMBIMBING BARKAH WALADANI, M.Kep

NO TANGGAL REKOMENDASI PEMBIMBING PARAF PEMBIMBING


- /•meWpm ’I cifmp W eJ '
“’ '’ ”“

5 fJs*,%.

10

KeNa ' Studi


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : DIDIK AH


ASMORO NIM : A01502154
NAMA PEMBIMBING BARKAH WALADANI, M,Kep

NO TANGGAL REKOMENDASI PEMBIMBING PARAF PEMBIMBING

10

Meñ@etahui
etult tootudi

Anda mungkin juga menyukai