Disusun Oleh :
F654354961
11
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Iliniah oleh Didik Aji Asmoro, NIM : A01502154, dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien I’‹›iiyr•s/irc Heart l'?ffliirc• (CHF) Dengan
Penurunan Curah Jantung Melalui Pemberian Terapi Oxyben di Ruang ICU PKU
Muhammadiyah Gombong”. Telah di}ieriksa dan disetujui untuk diujikan.
Pembiinbing
111
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Didik Aji Asmoro, NIM : A01502154, dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien (’r›ngesfivc' Heart Failure (CHF) Dengan
Pcnurunan Curah Jantung Melalui Pcmbcrian Terapi Oxygen di Runng ICU PKU
Muhammadiyah Ciombong”. Telah dipertahanknn di depan dewan penguji pada
tanggal 0S Agustus 2017,
Dewan Penguji
Penguji Ketua
Penguji Anggota
Mengetaliui,
ogram Studi D III Keperawatan
IV
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................vii
KATA PENGANTAR......................................................................viii
ABSTRAK....................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN 1.1
..............................................................................................Lat
ar Belakang.......................................................................1
1.2Ru
musan Masalah.................................................................3
1.3Tuj
uan Studi Kasus........................................................................................3
1.4Ma
nfaat Studi Kasus..............................................................4
BAB II KONSEP DASAR
2.1.........................................................................................Tin
jauan Pustaka....................................................................5
2.2.........................................................................................Ker
angka Konsep Studi Kasus.......................................................................12
BAB III METODE STUDI KASUS
3.1.........................................................................................Ra
ncangan Studi Kasus........................................................18
3.2Su
bjek Studi Kasus...............................................................18
3.3Fok
us Studi Kasus..................................................................19
5
3.4De
finisi Operasional..............................................................19
3.5Ins
trument Studi Kasus.........................................................19
3.6Me
tode Pengumpulan Data..................................................19
3.7Lok
asi & Waktu Studi Kasus...................................................20
3.8An
alisis Data dan Penyajian Data.........................................20
3.9Eti
ka Studi Kasus..................................................................21
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1.........................................................................................Ha
sil Studi Kasus..................................................................24
4.2Pe
mbahasan........................................................................34
4.3Ket
erbatasan Studi Kasus......................................................44
BAB V PENUTUP
5.1.........................................................................................Kes
impulan............................................................................45
5.2.........................................................................................Sar
an.....................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Congestive Heart
Failure (CHF) Dengan Penurunan Curah Jantung Melalui Pemberian Terapi
Oksigen di Ruang ICU PKU Muhammadiyah Gombong”.
Adapun maksud penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan hasil
ujian komprehensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan Diploma
III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong.
Terwujudnya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Ibu Hj. Herniyatun M. Kep Sp. Mat selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan kesempatan
dan memberikan fasilitas untuk menimbailmu.
2. Ibu Nurlaila S. Kep. Ns. M. Kep. Selaku Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan.
3. Bambang Utoyo M. Kep Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, dan
memberikan perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.
4. Ibu Barkah Waladani, M. Kep Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang
telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, dan
memberikan perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.
5. Semua Dosen Program Studi Diploma III Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan bimbingan dengan sabar
dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua ornng tuaku “Ibu Satini Bapak Teguh Bambang C”, dan kedua
kaka perempuanku yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III
Keperawatan
7. Seseorang yang ada dihati penulis anak ke dua dari Ibu Cut Yusni, yang
senantiasa memberikan semangat dan setia mendengarkan keluh kesah
penulis.
8. Teman — teman Mahasiswa Program Studi Diploma III Keperawatan
STIKes Muhammadiyah Gombong dan berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moral dan spiritual.
Penulis menyadari betul bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan
diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk
perbaikan di kemudian hari. Harapan penulis semoga laporan studi kasus ini
bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Allahuma
Aamiin.
Penuli
ji Aasmoro
IX
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, 11 Juli 2017
Didik Aji Asmoro’.Barkah Waladani², M. Kep.
Abstrak
Latar Belakang : CHF (Congestive Heart Faillure) merupakan masalah
kesehatan dalam sistem kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus meningkat
dan berdampak kematian, dan termasuk banyaknya angka penyakit di indonesia.
Tujuan : Mampu menggambarkan tentang pemberian Asuhan Keperawatan pada
pasien CHF (Congestive Heart Faillure).
Diagnosa : Dalam Asuhan Keperawatan pada pasien CHF yang di tegakan dari
hasil pengkajian pada pasien Tn. S adalah penurunan curah jantung berhubungan
dengan gangguan preload, pola nafas tidak efektif berhubunga dengan kurangnya
dypsnea, dan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakitnya.
Rencana tindakan : Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
Congestive Heart Failure antara lain dengan memonitor frekuensi dan irama
jantung, mengobservasi perubahan status mental, monitor pemeriksaan diagnostik
dan hasil laboratorium seperti EKG, GDA (PaO2, PaCO2, SPO2), elektrolit,
memposisikan pasien semi fowler, memberikan terapi O2, monitor vita sign,
memberikan lingkungan yang tenang dan membatasi pengunjung, melakukan
kolaborasi untuk memberikan obat sesuai anjuran dokter.
Hasil : Setelah dilakukannya Asuhan Keperawatan selama 3x12 jam di dapatkan
hasil pernafasan pasien menjadi normal, sudah tidak terdapat edema, dan pasien
paham terhadap penyakit CHF (Congestive Heart Faillure).
Kata kunci : CHF, edema, pernafasan.
11
Muhammadiyah Gombong Health Science Academy
KTI, July 11th, 2017
Didik Aji Asmoro’1.Barkah Waladani², M. Kep.
Abstract
Background : Congestive Heart Faillure is a health problem in the
cardiovascular system which is the incident rate has risen steadily and the impact
of death and including the number of Indonesia’s disease.
Aim of Research : able to describe about giving nursing care at the Congestive
Heart Faillure’s client.
Diagnose : In nursing care of Congestive Heart Faillure’s client, that enforced
from the assessment on Mr.S are decrease cardiac output related with preload
interference, in-efective breath system related with dypsnea, and knowledge
deficiency related with less information about the desease.
Planning of action : The plan of nursing care action which used by Congestive
Heart Faillure’s client are frequency and heart beat monitor, observations mental
status changes, diagnostic test monitor and laboratory result such as EKG, GDA
(PaO2, PaCO2, SPO2), electrolyte, semi fowler position, about giving O 2 therapy,
vital sign monitor, about giving environment serenity and visitor limits and do
collaboration with the doctor about client medicines therapy.
Result : After 3x12 hours of nursing care, the result obtained client respiration
become normal, there is no oedema, and the client knows about his desease.
Key word : CHF, oedema, respiration.
BAB I
PENDAHULUAN
1
merupakan urutan ke 5 penyebab kematian terbanya di Rumah Sakit
seluruh Indonesia. Perubahan gaya hidup, kadar kolesterol yang tinggi,
perokok aktif dan kurangnya kesadaran berolahraga menjadi faktor pemicu
munculnya Congestive Heart Failure (CHF) (Kompas, 2010).
Congestive Heart Failure (CHF) diperkirakan akan menjadi
penyebab utama kematian secara menyeluruh dalam waktu lima belas
tahun mendatang, meliputi Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia. Hal
tersebut menjadi dasar angka prevalensi penyakit kardiovaskuler secara
cepat di negara-negara berkembang dan Negara Eropa Timur. Selain itu,
gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan
perawatan ulang di Rumah Sakit (Redmission) meskipun pengetahuan
rawat jalan telah diberikan secara optimal (Ardiansyah, 2012).
Pada penelitian di Amerika resiko berkembangnya penyakit
Congestive Heart Failure (CHF) yaitu mencapai 20% untuk usia ≥ 40
tahun dengan kejadian > 650.000 kasus baru yang diagnosis Congestive
Heart Failure (CHF) selama beberapa dekade terahir. Kejadian
Congestive Heart Failure (CHF) meningkat dengan bertambahnya usia.
Tingkat kematian untuk Congestive Heart Failure (CHF) sekitar 50%
dalam waktu lima tahun (Arini, 2015).
Prevalensi Congestive Heart Failure (CHF) di Indonesia menurut
Riskesdas (2013) sebesar 0,3 data prevalensi penyakit ditentukan
berdasarkan hasil wawancara pada reponden umur ≥ 15 tahun merupakan
gabungan dari kasus penyakit yang pernah di diagnosis dokter atau kasus
yang mempunyai gejala penyakit Congestive Heart Failure (CHF)
(Riskesdas, 2013).
Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr Margono Soekarjo
Purwoerto yang di rawat karena Congestive Heart Failure (CHF) di tahun
2010 terdapat 506 orang yang terdiri dari 221 laki-laki dan 469
perempuan. Pada tahun 2012 terdapat 842 orang yang terdiri dari 373 laik-
laki dan 469 perempuan. Pada tahun 2012 terdapat 1111 orang yang terdiri
dari 526 laki-laki dan 585 perempuan. Pada tahun 2013 terdapat 1142
orang yang terdiri dari 550 laki-laki 592 perempuan. Pada tahun
2014 terdiri dari 1380 orang terdiri dari 667 laki-laki dan 713 perempuan.
Dan pada tahun 2015 sampai dengan bulan Oktober terdiri dari 863 orang
yang terdiri dari 375 perempuan dan 488 laki-laki. Dari tahun ketahun
angka kejadian Congestive Heart Failure (CHF) trus mengalami
peningatan (Pranoto, 2015)
Sehubung dengan prevalensi kejadian Congestive Heart Failure
(CHF) masih tinggi yang ditemukan serta masih adanya resiko seperti
dampak kematian yang ditimbulkan akibat Congestive Heart Failure
(CHF) maka peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan untuk
mengobati, mencegah dan meningkatan kesehatan pasien. Agar dapat
memberikan asuhan keperawatan secara maksimal dan optimal maka
diperlukan pemahaman tentang konsep dasar penyakit Congestive Heart
Failure (CHF) dan proses keperawatannya. Maka penulis termotivasi
untuk membahas lebih lanjut karya tulis ilmiah ini yang akan menguraikan
proses usaha keperawatan tentang Congestive Heart Failure (CHF).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimana Melaksanakan atau
Mengimplementasikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Congestive Heart Failure (CHF) meliputi Pengajian, Analisa Data,
Penegakan Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan,
Implementasi Keperawatan, Serta Evaluasi Asuhan Keperawatan, yang
dikelola selama 3 hari.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan ilmu yang telah di peroleh selama masa
pendidikan Diploma III Keperawatan dengan melaksanakan Asuhan
Keperawatan secara komprehensif dari pengkajian sampai dengan
evaluasi pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF).
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1) Menggambarkan pengkajian pada pasien dengan Congestive Heart
Failure (CHF).
2) Menggambarkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
3) Menggambarkan rencana keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
4) Menggambarkan implementasi keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
5) Menggambarkan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
1.4 Manfaat Stady Kasus
Berhubungan dengan penulis manfaat yang ingin di capai pada klien
dengan kondisi Congestive Heart Failure (CHF) sebagai berikut :
a. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian, disamping itu
meningkatkan pemahaman tentang memberikan dan menyusun
penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Congestive
Heart Failure (CHF)
b. Bagi Klien
Hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan
pada klien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
c. Bagi Institusi
Mengevaluasi tingkat kemampuan mahasiswa dan sebagai cara untuk
mengevaluasi materi yang telah diberikan kepada mahasiswa
d. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian yang dilakukan dapat di jadikan sebagai masukan untuk
profesi perawat dalam mengaplikasikan Asuhan Keperawatan dalam
klien Congestive Heart Failure (CHF).
DAFTAR PUSTAKA
Arini, (2015). Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Gagal Jantung yang Rawat
Inap di RSUD. DR. Soetomo. Surabaya.http://repository.wima.ac.id Diakses
14 Oktober 2015 jam 14:00 wita.
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa Nike Budhi Subekti,
Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Didik Aji Asmoro dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Congestive Heart Failure Dengan Penurunan Curah Jantung Di ruang
ICU RSU PKU Muhammadiyah €iombong".
Saya memutuskan setuju untuk ikiut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya
menginginkan mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri
sewaktu — waktu tanpa sanksi apapun.
Pe
Lampiran 2
Peneli
Did’ i Asmoro
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART
FAILURE (CHF) DENGAN PENURUNAN CURAH JANTUNG MELALUI
PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DI RUANG ICU PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.S
Umur : 86 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
BB : 50 kg
No. Rekam Medik 00334874
Tanggal Pengkajian : 11 juli 2017
Diagnosa Medik : CHF (Congestive Heart Failure)
2. Riwayat penyakit
Keluhan Utama
Klien mengatakan napasnya sesak.
Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh sesak napas tanggal 8 juli 2017 masuk ke ICU. Pada
tanggal 11 juli 2017 klien masih mengeluh sesak nafas dengan GCS : 15
( E4 M6 V5 ), RR : 31, TD : 120/60 mmHg, MAP : 80 mmHg, Nadi : 85
x/m Suhu : 36 ºC, klien terpasang Binasal kanul 4 L/m, dan terpasang
Infus RL 20 tpm.
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat saat di IGD:
Klien datang ke IGD tanggal 6 juli 2017 Pukul 13:00 WIB, Klien
merupakan klien rujukan dari RSU PKU Muhammadiyah Gombong
dengan keluhan sesak napas, GCS : 15 ( E4 M6 V5 ), RR : 27 x/menit,
TD : 120/60 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36 oC. Klien mengeluh
sesak napas kurang dari 1 minggu yang lalu, dan dirawat 3 hari dengan
keluhan prostat.
- Riwayat pengobatan:
Keluarga klien mengatakan klien tidak memepunyai obat dan klien
jarang berobat .
- Riwayat penyakit sebelumnya:
Keluarga klien mengatakan klien pernah oprasi di bagian paha kanan
terdapat benjolan ± 3 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga klien mengatakan tidak mempunyai riwayat peryakit hipertensi
tidak mempunyai riwayat peryakit DM, Asma, dan peryakit menular
seperti HIV, TBC, Hepatitis dll.
3. Pengkajian Kritis B6
a. B1 (Breathing)
- RR : 27 x/m
- Binasal kanul 4 L/m
- Pergerakan dada simetris
- Napas spontan
b. B2 (Blood)
- TD : 120/60 mmHg
- Map : 80 mmHg
- N : 90 x/m
- S: 36 ºC
- akral dingin
- tidak terdapat sianosis
c. B3 (Brain)
- Kesadaran CM, GCS : 15 ( E4 M6 V5 )
- KU lemah
- Pupil Isokor
- Rangsang cahaya : R : 2(+) L : 2(+)
- Gelisah
d. B4 (Bowel)
- Peristaltik usus 11 x/m
- Abdomen supel
- Mukosa bibir kering
- Tidak ada pembesaran hepar
- Tidak ada nyeri tekan di abdomen
e. B5 (Bladder)
- Warna urin kuning dan masih sedikit
- Terpasang DC dengan produksi urin 50 cc
f. B6 (Bone)
- Kekuatan otot atas 5/5, bawah 5/5 ,
- Terdapat edema pada tungkai kaki kanan.
4. Pola fungsional
1. pola oksigenasi
Sebelum sakit : klien dapat bernafas secara normal tanpa alat bantu
pernafasan.
Saat dikaji : klien mengeluh sesak nafas, RR: 27 x/menit,
bernapas spontan, menggunakan binasal kanul
4l/m.
2. Pola nutrisi
Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien sebelum sakit
makan sehari 3x sehari 900gr dengan nasi dan lauk
pauk, serta minum air putih ±8 gelas/hari 2500ml
serta minum teh dan kopi.
Saat dikaji : klien hanya menghabiskan ½ porsi makanan RS.
3. Pola kebutuhan istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Klien dapat beristirahat dengan nyenyak,
tidur ± 5-6 jam
Saat dikaji : Klien gelisah dan hanya bisa tidur 3-4 jam.
4. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien BAK 4-5 x/hari
urin berwarna kuning jernih dan BAB 1 x/hari
feses berwarna kuning kecoklatan.
Saat dikaji :Klien sudah BAB 1x terpasang dc UB 4 jam 100cc
5. Pola aktivitas
Sebelum sakit : Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan orang lain.
Saat dikaji : Klien beraktivitas di bantu oleh perawat.
6. Pola berpakaian
Sebelum sakit : Klien dapat berpakaian secara mandiri
Saat dikaji : Klien dalam berpakaian dibantu oleh perawat
7. Pola menjaga suhu tubuh
Sebelum sakit : Klien jika merasa dingin menggunakan selimut
atau pakaian tebal serta minum air hangat, jika
panas memakai pakaian tipis dan menggunakan
kipas angin
Saat dikaji : Klien menggunakan pakaian dari ruang ICU dan
menggunakan selimut.
8. Pola personal hygiene
Sebelum sakit :Klien mandi 2x sehari dan menggosok gigi 2x
sehari secara mandiri
Saat dikaji : Klien hanya diseka 2x/hari oleh perawat
9. Pola Aman dan nyaman
Sebelum sakit : Klien merasa aman dan nyaman berada diantara
keluarganya dan mampu mengindari dari bahaya
sekitar
Saat dikaji : Klien tampak gelisah
10. Pola komunikasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan mampu berkomunikasi dengan
baik di lingkungannya
Saat dikaji : Klien dapat berbicara, tetapi tidak terlalu jelas
11. Pola rekreasi
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien senang
berkumpul dengan keluarganya untuk berekreasi
Saat dikaji : Klien hanya terbaring dan gelisah di tempat tidur.
12. Pola kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan hanya bekerja sebagai
pedagang sebelum masuk RS.
Saat dikaji : Klien tidak bisa berkerja karena sakit.
13. Pola kebutuhan belajar
Sebelum sakit : Keluarga klien dan mengatakan belum mengetahui
peryakit yang diderita klien.
Saat dikaji : Keluarga klien dan klien nampak terlihat bingung
mengatakan belum mengetahui peryakit klien dan
banyak bertanya.
14. Pola spiritual
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien dapat beribadah
sholat 5 waktu dan membaca Al- Quran
Saat dikaji : Klien hanya terbaring ditempat tidur.
5. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Lemah
kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 ( E4 M6 V5 )
TD : 120/60mmHg
MAP : 80 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 27 x/menit
S : 36 ºC
a. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : mesoschopal, rambut beruban, tampak sedikit kotor
2) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.
3) Mata : simetris, konjungtiva ananemis, sclera aniterik
4) Telinga : simetris, tidak terdapat serumen
5) Mulut : tidak ada stomatitis, gigi tampak sedikit kotor,
gigi tampak mulai ompong
6) Dada
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, terdapat retraksi
dinding dada
Palpasi : Focal vremitus tidak teraba, expansi
dinding dada simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bunyi paru vesikuler
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis normal terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di interkosta 4-5
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 dan S2 reguler (lup dup)
Abdomen
Inspeksi : Supel, tidak ada lesi dan tidak ada bekas
operasi
Auskultasi : Bising usus 11 x/menit
palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan limpha
perkusi : Timpani
6. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan S
11 Juli 2017 Lekosit 11,53 H 3.8-10.6
Eritrosit 3.96 L 4.4-5.9 j
Hematokrit 39.9 L 40-52
MCV 100.6 H 80-100
Trombosit 48 L 150-440
b. Pemeriksaan Lain-lain
Hasil pemeriksaan
- Ro. Thorak : Cardiomegaly
7. Terapi
No Tanggal Nama therapi Dosis
1. 11 juli 2017 Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
2. Inj. Ciprofloxacin 2 x 200 mg
3. Inj. Metilprednisolone 2 x 62.5 mg
Inj. OMZ 2 x 1 ampul
4.
3 x 500 mg
5. Inj. Kalnex 3x1
6. Curcuma 3x2
7. Antasida Syr 2x1
8. Lansoprazole 1 x 2.5
9. Concor 2 x 1/2
10. 12 juli 2017 ISDN
2 x 1 gr
1. 2 x 200 mg
2. Inj. Ceftriaxone 2 x 62.5 mg
3. Inj. Ciprofloxacin 2 x 1 ampul
4. Inj. Metilprednisolone 3 x 500 mg
5. Inj. OMZ
Inj. Kalnex
11 Juli
2017
08 : 00 1,2 - Posisikan semi fowler - Klien kooperatif
09 : 00 1 - Monitor TTV - TD : 130/85
mmHg
MAP : 100 mmHg
N : 80 x/m
RR : 26 x/m
S : 36,3 ºC
- Membantu klien makan - Klien kooperatif
11 : 00 2 dan bersedia
dan minum
makan sedikit
demi sedikit
- Memantau TTV - TD : 110/80
12 : 00 1,2 mmHg
MAP : 90 mmHg
N : 80 x/m
RR : 25 x/m
S : 36 ºC
- Keluarga
- Berikan lingkungan yang kooperatif
12 : 30 1 tenang dan batasi
pengunjung - Curcuma 1 tablet
- Memberikan obat oral Antasida syr 2
13 : 00 1
sendok
- Tingkatkan istirahat untuk
13 : 30 1 menurunkan kebutuhan 02
tubuh dan untuk
menghindari kelelahan - Pasien bersedia di
- Menyeka pasien
seka
15 : 30 2 - Memberikan obat injeksi - Inj. Kalnex 500 mg
Inj. Ceftriaxon 1 gr
17 : 00 1 Inj. Ciprofloxacin
200 mg
Inj.
Methilprednisolon
e 62,5 mg
Inj. Omeprazole 1
- Menghitung BC :
Input-output
= (400+250)-(50+310)
= 700 – 360
= +340 cc/10 jam
18 : 00 1
12 Juli
2017
08 : 00 1,2 - Posisikan semi fowler - Klien kooperatif
09 : 00 1,2 - Monitor TTV - TD :110/75 mmHg
MAP : 87 mmHg
N : 75 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,5 ºC
- Menyeka pasien
- Pasien bersedia di
- Memberikan obat injeksi seka
15 : 30 2 - Inj. Kalnex 500 mg
- Menghitung BC :
16 : 30 1 Input-output
= (430+280)-(100+310)
18 : 00 1 = 710 – 410
= +300cc/10 jam
13 Juli
2017
08 : 00 1,2 - Posisikan pasien semi - Pasien kooperatif
fowler
1 - Pemasangan kanul 02 - Pasien bersedia
dengan yang baru dan dan kooperatif
steril
- Melakukan penkes pada
08 : 30 3 keluarga pasien dan pasien - Keluarga pasien
- Menanyakan pada dan pasien
3 keluarga pasien dan pasien kooperatif
apakah sudah paham atau - Keluarga pasien
belum tentang penyakit dan pasien
- Memberikan waktu kooperatif dan
3 kepada pasien dan sedikit paham
keluarga pasien untuk - Keluarga pasien
bertanya mau bertanya pada
perawat
VI. EVALUASI
Tanggal D SOAP TTD
X
11 Juli 2017 1 S : Klien mengatakan masih sesak napas
0:
- KU cukup
- Kesadaran CM GCS : 15 E4 V5 M6
- TTV : TD : 120/60 mmHg
MAP : 80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,4 ºC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Pantau vital sign
- pantau penurunan kesadaran
11 Juli 2017 2 S : Klien mengatakan masih sesak
napas 0 : TTV : TD : 120/60 mmHg
MAP : 80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,4 ºC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Pantau vital sign
- Pantau irama dan suara nafas tambahan
12 Juli 2017 1 S : Klien mengatakan masih sesak napas
0:
- KU cukup
- Kesadaran CM GCS : 15 E4 V5 M6
- TTV : TD : 110/80 mmHg
MAP : 90 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 25 x/menit
S : 36 ºC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Pantau vital sign
- Pantau toleransi aktifitas dan tingkat kelelahan
klien
Persiapan alat :
A. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Kontrak waktu
5. Menyatakan kesiapan pasien
6. Mengucapkan Basmallah
B. Fase Kerja
1. Cuci tangan
2. Tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya
3. Buka tabung humidifier dan isi dengan air mineral atau aquades hingga
batas pengisian
4. Hubungkan nasal kanul atau masker dengan slang oksigen ke botol
pelembab atau tabung humidifier
5. Bersihkan lubang hidung dengan tisue atau cotten budd
6. Atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan yang di instruksikan oleh
dokter
7. Cek aliran oksigen pada telapak tangan apakah udara keluar dengan
sempurna atau macet
8. Pasangkam nasal kanul atau masker ke klien
9. Setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi lepas nasal kanul atau masker
dari klien
10. Tabung oksigen ditutup
11. Klien dirapikan kembali
12. Peralatan di bereskan
13. Mengucap hamdallah
C. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan dan mengucap salam
CONGESTIF HEART Gagag Jantung Kongestif
Penyebab :
Kelainan otot jantung
Penyumbatan pembuluh darah
jantung
Hipertensi { pada Gagal jantung kiri } :
Peradangan Sesak nafas saat beraktivitas
Penyakit jantung lain dan berbaring
Batuk
Mudah lelah
By : Bengkak pada kaki
Perut membuncit
Didik Aji Asmoro Kegelisahan atau kecemasan
STIKES MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2017
{ pada Gagagl jantung kanan } :
CONGESTIF HEART FAILURE
(CHF) atau
Tanda & Gejala :
Pembatasan Konsumsi garam
Pembesaran pada hati dan cairan
Makan dalam jumlah cukup
Pembesaran pada kaki bawah, untuk mempertahankan berat
penambahan berat badan
badan Menurunkan BB bila berlebih
Sering kencing pada malam hari Berobat
Makanan pantangan seperti Perawatan di Rumah Sakit
Kelemahan
kue-kue yang terlalu manis dan
Tidak nafsu makan dan mual
gurih : Dodol, cake, tarcis
Diet :
Makanlah secara teratur
Pilihlah hidratarang kompleks
seperti nasi beras tumbuk/
merah, roti bekatul, havermut Bagaimana cara penanganan gagal
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan klien dan
keluarga dapat memahami mengenai Gagal Jantung Kongestif.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan klien dan
keluarga dapat :
a) Menjelaskan kembali pengertian Gagal Jantung dengan kalimatnya
sendiri
b) Menyebutkan kembali faktor penyebab Gagal Jantung
c) Menyebutkan kembali tanda dan gejala Gagal Jantung
d) Menyebutkan cara penanggulangan Gagal Jantung
e) Menyebutkan diet Gagal Jantung
B. Materi : (terlampir)
C. Metode : Ceramah dan tanya jawab
D. Media : Leaflet
E. Strategi Pelaksanaan
NO. KEGIATAN PENYULUH KLIEN & KELUARGA
1. Pembukaan a. Mengucapkan a. Mengucapkan salam
salam
b. Menerima dengan baik
b. Memperkenalkan
diri c. Menyimak dengan
c. Menjelaskan tujuan
baik
2. Kegiatan inti a. Menjelaskan materi a. Menyimak dengan
tentang CHF baik
b. Memberikan
b. Mengajukan beberapa
kesempatan untuk
pertanyaan
bertanya
c. Menjawab
c. Menyimak dengan
pertanyaan yang
baik
diajukan
A. Pengertian
Congestive Heart Failure atau Gagal jantung adalah suatu kondisi dimana
jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi
kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient dan oksigen secara adekuat. Congestive
Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan dimana patologisnya yaitu
kelainan fungsi jantung yang menyebabkan kegagalan jantung untuk
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan darah yang pada umumnya
untuk metabolisme jaringan. Gangguan fungsi jantung dan metode-metode
bantuan sirkulasi ditinjau dari efek-efeknya terhadap 3 perubahan penentu
utama dari fungsi miokardium yaitu Preload, Afterload dan kontraktilitas
miokardium (Udjianti, 2010 ; Ruhyanudin, 2007 ).
Gagal jantung kongestif disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau
Decomp Cordis. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung
sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme
jaringan (Price, 2010).
B. Faktor Penyebab
Adapun beberapa penyebab dari gagal jantung menurut Smeltzer (2010)
yaitu :
1. Kelainan Otot Jantung
2. Penyumbatan di pembuluh darah jantung
3. Hipertensi
4. Peradangan
5. Penyakit jantung lain
Abstract
Congestive Heart Failure (CHF) is a cardiovascular disease which shows a variety symptoms (dyspnea, edema, chest
pain, anxiety, fatigue) that affect the sleep quality of patient. The purpose of the research is identify the factors that
associated with quality of sleep in patients with CHF especially chest pain, anxiety, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea
(PND), and fluids overload. The design was descriptive correlational research with cross sectional study. Samples of
this research was taken by using purposive sampling technique, which 32 patients with CHF in Flamboyan ward Arifin
Achmad General Hospital Pekanbaru. This research used questionnaire Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) for
quality of sleep, Numeric Rating Scale (NRS), and Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). The univariate analysis
showed that majority patient of CHF was 45-60 years old (43,8%), women (53,1%), unemployment (59,4%), once
history of hospitalization (31,3%), medium pain (37,5%), no anxiety (40,6%), PND (56,3%), no edema (81,3%) and
poor quality of sleep (62,5%). The bivariate analysis was conducted by using chi-square and kolmogorov-smirnov test
showed there are a correlation between anxiety ρ value (0,001)< α (0,05) and breathing ρ value (0,008)< α (0,05) with
quality of sleep in patients CHF and there are no correlation between pain ρ value (0,925)> α (0,05) and fluid overload
ρ value (0,985)< α (0,05) with quality of sleep in patient CHF. Recommended for nurse to give a nursing care to
decrease anxiety and PND by create a pleasant environment, suitable position, oxygenation and an ideal bed to
improve quality of sleep in patient with CHF.
PENDAHULUAN
Congestive Heart Failure (CHF) Udjianti (2011) menyatakan bahwa
merupakan suatu keadaan patologis di mana Insidensi CHF sulit ditentukan karena CHF
kelainan fungsi jantung menyebabkan adalah suatu simtom atau gejala dan bukan
kegagalan jantung memompa darah untuk suatu diagnosis. Data pada simtom ini
memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya biasanya berhubungan dengan penyebab
dapat memenuhi kebutuhan jaringan dengan yang mendasari.Masalah kesehatan dengan
meningkatkan tekanan pengisian (McPhee & gangguan sistem kardiovaskular termasuk
Ganong, 2010).Gagal jantung dikenal dalam CHF masih menduduki peringkat yang
beberapa istilah yaitu gagal jantung kiri, tinggi, CHF telah melibatkan 23 juta
kanan, dan kombinasi atau kongestif.Pada penduduk di dunia. Sekitar 4,7 orang
gagal jantung kiri terdapat bendungan paru, menderita CHF di Amerika (1,5-2% dari total
hipotensi, dan vasokontriksi perifer yang populasi) dengan tingkat insiden 550.000
mengakibatkan penurunan perfusi kasus per tahun. Rumah Sakit Jantung dan
jaringan.Gagal jantung kanan ditandai Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta
dengan adanya edema perifer, asites dan melaporkan sekitar 400-450 kasus infark
peningkatan tekanan vena jugularis.Gagal miokard setiap tahunnya (Irnizarifka, 2011).
jantung kongestif adalah gabungan dari Data rekam medis Rumah Sakit
kedua gambaran tersebut.Namun demikian, Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru
kelainan fungsi jantung kiri maupun kanan pada tahun 2013 terdapat jumlah kasus CHF
sering terjadi secara bersamaan (McPhee & sebesar 110 kasus dari 522 kasus penyakit
Ganong, 2010). kardiovaskular, kemudian pada bulan Januari
sampai September 2014 terdapat 94 kasus
CHF. CHF ini merupakan penyakit urutan
1094
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
pertama pada kasus kardiovaskular di RSUD antara tingkat kecemasan dengan kualitas
Arifin Achmad Pekanbaru (Rekam Medis tidur pada ibu hamil dengan ρ-value (0,016)
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2014). dengan hasil analisis menunjukkan bahwa
CHF menimbulkan berbagai gejala 63% menunjukkan tingkat kecemasan normal
klinisdiantaranya;dipsnea, ortopnea, dan 72% menunjukkan kualitas tidur yang
pernapasan Cheyne-Stokes, Paroxysmal buruk. Tidur merupakan salah satu
Nocturnal Dyspnea (PND), asites, piting kebutuhan dasar manusia. Mencapai kualitas
edema, berat badan meningkat, dan gejala tidur yang baik penting bagi kesehatan, sama
yang paling sering dijumpai adalah sesak halnya dengan sembuh dari penyakit. Pasien
nafas pada malam hari, yang mungkin yang sedang sakit sering kali membutuhkan
muncul tiba-tiba dan menyebabkan penderita tidur dan istrahat yang lebih banyak dari pada
terbangun (Udjianti, 2011). Munculnya pasien yang sehat dan biasanya penyakit
berbagai gejala klinis pada pasien gagal mencegah beberapa pasien untuk
jantung tersebut akan menimbulkan masalah mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat
keperawatan dan mengganggu kebutuhan (Potter & Perry, 2010).
dasar manusia salah satudiantaranya adalah Seseorang biasanya melewati empat
tidur seperti adanya nyeri dada pada sampai lima siklus tidur lengkap dalam satu
aktivitas, dyspnea pada istirahat atau malam, masing-masing terdiri dari empat
aktivitas, letargi dan gangguan tidur. tahap tidur Non Rapid Eye Movement
Menurut Potter & Perry (2005), usia, (NREM) dan periode tidur Rapid Eye
jenis kelamin, budaya, makna nyeri, Movement (REM). Setiap siklus berlangsung
perhatian, kecemasan, keletihan dan sekitar 90-100 menit. Pola siklus biasanya
pengalaman sebelumnya dapat berkembang dari tahap 1 sampai tahap 4
mempengaruhi respon dan persepsi nyeri. NREM, diikuti oleh pembalikan dari tahap 4-
Penelitian yang dilakukan Bukit (2011) 3 sampai 2, dan berakhir dengan periode
menunjukkan bahwa ada hubungan yang tidur REM sekitar 90 menit dalam siklus
signifikan antara kualitas tidur dengan tidur. 75% - 80% dari tidur dihabiskan dalam
intensitas nyeri pada penderita nyeri tidur NREM (Potter & Perry, 2010).
punggung bawah yang menggunakan uji Tidur yang tidak adekuat dan kualitas
gamma dengan ρ -value (0,006). tidur buruk dapat mengakibatkan gangguan
Gangguan tidur adalah simptom yang keseimbangan fisiologi dan
paling sering dilaporkan pada pasien CHF psikologi.Dampak fisiologi meliputi
dan dirasakan oleh 75% penderitanya. Faktor penurunan aktivitas sehari-hari, rasa lelah,
yang berhubungan dengan gangguan tidur lemah, daya tahan tubuh menurun dan
pada kelompok ini multidimensional seperti ketidakstabilan tanda-tanda vital.Dampak
karakteristik demografi (jenis kelamin, psikologis meliputi depresi, cemas dan tidak
umur), perjalanan penyakit CHF, beberapa konsentrasi (Potter & Perry, 2010).Kualitas
masalah kesehatan (nyeri, depresi), simptom tidur yang buruk mengakibatkan proses
dari CHF , medikasi, stress dan kecemasan perbaikan kondisi pasien akan semakin lama
(Nancy & Kathy, 2012).Pasien dengan CHF sehingga akan memperpanjang masa
juga sering merasa cemas, ketakutan dan perawatan di rumah sakit. Lamanya
depresi.Hampir semua pasien menyadari perawatan ini akan menambah beban biaya
bahwa jantung adalah organ yang penting yang ditanggung pasien menjadi lebih tinggi
dan ketika jantung mulai rusak maka dan kemungkinan akan menimbulkan respon
kesehatan juga terancam. Ketika penyakit hospitalisasi bagi pasien.
meningkat dan manifestasinya memburuk, Studi pendahuluan yang dilakukan
terjadi stres (ketegangan) sampai mengalami peneliti pada Februari 2015 terhadap 6 pasien
kecemasan yang berat dan hal ini apabila CHF di ruang rawat inap Flamboyan RSUD
dibiarkan akan mengganggu status mental Arifin Achmad (AA) ditemukan bahwa 3
seseorang (Hidayat, 2007). dari 6 pasien mengatakan terjaga saat tidur
Penelitian yang dilakukan Komalasari dikarenakan nyeri dada, 4 dari 6 pasien
(2011) menunnjukkan bahwa ada hubungan mengatakan terjaga karena lingkungan yang
1095
kurang nyaman seperti suhu yang terlalu Distribusi Karakteristik Responden (n=32)
panas atau dingin, kebisingan yang berasal No Karakteristik Juml
Persentase
dari pasien lainnya atau dari aktivitas reponden ah
perawat dan 2 dari 6 pasien mengatakan 1 Usia
gelisah dan cemas karena memikirkan
penyakitnya. <45 tahun 7 21,9
45-60 tahun
TUJUAN PENELITIAN >60 tahun 14 43,7
Tujuan penelitian ini adalah untuk 11 34,4
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan 2 Jenis kelamin
dengan kualitas tidur pada pasien CHF yang
dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Laki-laki 15 46,9
Perempuan
17 53,1
MANFAAT PENELITIAN 3 Pekerjaan
Manfaat dari penelitian ini adalah PNS
dapat menjadi bahan masukan bagi institusi Wiraswasta 0 0,0
Rumah sakit dalam meningkatkan pelayanan Pedagang
7 21,9
kesehatan untuk menciptakan kepuasaan dan Pelajar
kenyamanan bagi pasien yang dirawat inap Tidak 5 15,6
bekerja
khususnya dalam meningkatkan kualitas
1 3,1
tidur pasien CHF, dan tambahan informasi
bagi pasien CHF untuk mengetahui faktor- 19 59,4
faktor yang mempengaruhi kualitas tidur dan 4 Riwayat rawat
dapat dijadikan sebagai evidence based untuk inap 10
1 kali 7 31,2
penelitian selanjutnya terkait kualitas tidur
2 kali 5
dan CHF. 3 kali 7 21,9
4 kali 3
METODOLOGI PENELITIAN 15,6
5 kali
Desain penelitian yang digunakan 21,9
dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi
dengan pendekatan cross-sectional.Jumlah 9,4
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
Total 32 100,0
adalah 32pasien CHF dengan menggunakan
metode pengambilan sampel yaitu purposive Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
sampling. mayoritas responden berusia 45-60 tahun
Instrumen yang digunakan peneliti yaitu 14 responden (43,7%), berjenis kelamin
untuk mengukur kualitas tidur menggunakan perempuan yaitu 17responden (53,1%). Dari
instrument Pittsburgh Sleep Quality 32 orang responden yang diteliti, mayoritas
Index(PSQI), untuk mengukur nyeri responden tidak bekerja, yaitu sebanyak
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS), 19responden (59,4%). Mayoritas responden
untuk mengukur kecemasan menggunakan mempunyai riwayat rawat inap 1 kali, yaitu
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), dan sebanyak 10 orang (31,2%).
melakukan observasi untuk melihat
kelebihan cairan pada responden.Analisa Tabel 2
bivariat menggunakan uji chi-square dan Distribusi Responden Berdasarkan kualitas
kolmogorov-smirnov. tidur(n=32)
No Kualitas tidur Jumlah Persentase
1 Baik 12 37,5
2 Tidak baik 20 62,5
HASIL PENELITIAN Total 32 100
Hasil penelitian didapatkan sebagai
berikut:
Tabel 1
Pada tabel 2didapatkan data bahwa
sebagian besar responden memiliki kualitas Berdasarkan tabel 5 didapatkan data
tidur tidak baik yaitu 20 responden (62,5%). bahwa sebagian besar responden tidak edema
yaitu sebanyak 26 responden (81,3%).
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan tingkat
nyeri (n=32)
No Tingkat nyeri Jumlah Persentase Tabel 7
1 Nyeri ringan 8 25,0 Hubungan tingkat nyeri dengan kualitas
2 Nyeri sedang 12 37,5
3 Nyeri berat 10 31,2
tidur responden
4 Nyeri sangat berat 2 6,3 Tingka Kualitas tidur Baik P-
Total 32 100 No t nyeri Tidak baik Tot val
al ue
n % n % n %
Pada tabel 3didapatkan data bahwa 1 Ringan 4 12,5 4 12,5 8 25,0
tingkat nyeri pada responden terbanyak yaitu 2 Sedang 5 15,6 7 21,9 12 37,5 0,9
3 Berat 2 6,3 8 25,0 10 31,3 25
nyeri sedang, berjumlah 12 responden 4 Sangat 1 3,1 1 3,1 2 6,3
(37,5%). berat
Total 3 6,5 43 93,5 46 100
Tabel 4 Tabel 7menggambarkan hubungan
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat antara tingkat nyeri dengan kualitas tidur
kecemasan pasien CHF.Hasil analisis hubungan tingkat
No Tingkat kecemasan Jumlah Persentase nyeri dengan kualitas tidur pasien CHF
1 Tidak ada kecemasan 13 28,3
2 Kecemasan ringan 25 54,3 diperoleh bahwa responden mengalami nyeri
3 Kecemasan sedang 8 17,4 dan memiliki kualitas tidur baik yaitu 5 orang
4 Kecemasan berat
(15,6%), responden yang mengalami nyeri
5 Panik
Total 32 100 sedang kualitas tidur tidak baik yaitu 7
responden (21,9%). Berdasarkan
Berdasarkan tabel 4didapatkan bahwa ujiKolmogorov-smirnov diperolehρvalue=
tingkat kecemasan responden terbanyak yaitu 0,925 >α (0,05), berarti Ho gagal ditolak,
tidak ada kecemasan, berjumlah 13 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
responden (40,6%). hubungan antara tingkat nyeri dengan
kualitas tidur pasien CHF.
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Tabel 8
Pernapasan (Paroxysmal Nocturnal Hubungan kecemasan dengan kualitas tidur
Dyspnea) responden
No Paroxysmal Jumlah Persentase Kecem Kualitas tidur p-
Nocturnal Dyspnea N asan Baik Tidak baik Total val
1 Mengalami 18 56,2 o ue
2 Tidak mengalami 14 43,8 n % n % n %
Total 32 100 1 Tidak 10 31,3 3 9,4 13 40,6
ada 0,0
Berdasarkan tabel 5 didapatkan data 2 Ringan 2 6,3 3 9,4 5 15,6 01
3 Sedang 0 0,0 10 31,3 10 31,3
bahwa sebagian besar responden mengalami 4 Berat 0 0,0 3 9,4 3 9,4
Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) yaitu 5 Panik 0 0,0 1 3,1 1 3,1
sebanyak 18 responden (56,3%). Total 12 37,5 20 62,5 32 100
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan kelebihan Total 32 100
cairan
Imelda Suratinoyo
Julia V. Rottie
Gresty N. Massi
Abstract : Congestive heart failure is often difficult to maintain oxygenation and so they then
shortness of breath and anxiety.Anxiety is a reaction to the disease as perceived as a threat,
discomfort. Coping mechanism is a method to adapt to the changes that. Occur. The purpose of the
study was to patients with congestive heart failure at CVBC III floor RSUP.PROF.DR.R.D.Kandou
Manado.The design of this study using cross-sectional. Sample of 33 people, with purposive
sampling method.Data were collected by interview using a questionnaire.The results of the study
found a 12,1% rate of mild anxiety, medium anxiety 48,5% severe anxiety 39,4% and adaptive
coping mechanism 63,6% maladaptive coping 36,4%. The results of hypothesis testing with
Fisher’s exact test shows that the value of p=0,003, p is less than α(0,05).Conclusion that there is
a relationship anxiety levels with coping mechanisms in patients with congestive heart faiure.advice
for hospitals anxiety levels had a significant relationship with coping mechanisms by because it is
for hospitals to be more emphasizing on counseling so that patients can control anxiety and
constructive coping mechanisms.
Key words: anxiety, coping mechanism
Abstrak: Gagal jantung kongestif sering kesulitan mempertahankan oksigenasi sehingga mereka
cenderung sesak nafas dan mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan reaksi terhadap
penyakit karena dirasakan sebagai suatu ancaman, ketidaknyamanan. Mekanisme koping
merupakan cara yang dilakukan untuk beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui adakah hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme
koping pada pasein gagal jantung kongestif di Ruangan CVBC Lantai III RSUP.PROF.DR.R.D
Kandou Manado. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional Sampel sebanyak
33 orang, dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan
kuesioner. Hasil penelitian,tingkat kecemasan ringan 12,1%, kecemasan sedang 48,5%, sedangkan
kecemasan berat 39,4% dan mekanisme koping adaptif 63,6%,mekanisme koping maladaptive
36,4%. Hasil uji hipotesis dengan uji Fisher’s exact menunjukan bahwa nilai p=0,003(p<0,05)lebih
kecil dari α(0,05).Kesimpulan, ada hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada
pasien gagal jantung kongestif, Saran Bagi rumah sakit Tingkat kecemasan mempunyai hubungan
yang signifikan dengan mekanisme koping, oleh karena itu bagi pihak rumah sakit untuk lebih
menekankan pada pemberian konseling sehingga pasien dapat mengendalikan kecemasannya dan
melakukan koping yang bersifat konstruktif
.
Kata kunci : Kecemasan, Mekanisme Koping
2
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
budaya. Hal ini sangat menarik perhatian bagi
peneliti untuk melakukan peneliti tentang
hubungan tingkat kecemasan dengan Tabel 1. Distribusi Responden menurut
mekanisme koping pada pasien gagal jantung umur
kongestif
METODE PENELITIAN
Umur N %
Penelitian ini menggunakan penelitian
analitik denganr ancangan cross sectional yaitu 30-45 tahun 9 27,3
penelitan hanya diobservasi sekali saja dan 46-60 tahun 10 30,3
pengukuran dilakukan terhadap status karakter 61-75 tahun 14 42,4
atau variabel subjek pada saat pemeriksaan Jumlah 33 100
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini untuk
mengetahui hubungan tingkat kecemasan Sumber: Data Primer 2016
dengan mekanisme koping pada pasien gagal
jantung kongestif di Ruangan CVBC (Cardio Berdasarkan Tabel 1. Umur 33 orang
Vaskuler Brain Centre) lantai III RSUP. responden terbanyak menurut umur adalah
PROF. DR. R. D. Kandou Manado.Penelitian 61;75 tahun (42,4%) dan paling sedikit pada
ini dilakukan pada bulan 28 oktober- 28 umur 30-45 tahun (27,3%).Hasil penelitian
februari 2016. Penelitian ini dilaksanankan di ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh
Ruangan CVBC (Cardio Vaskuler Brain Majid (2010) yang menunjukan bahwa gagal
Centre) lantai III RSUP. PROF. DR. R. D. jantung kongestif paling banyak terjadi > 60
Kandou Manado.Instrumen penelitian ini tahun. Menurut (Smeltzer & Bare 2010)
berupa kuesioner tentang perilaku responden bahwa angka kematian akibat penyakit
terdiri dari dua bagian yaitu tingkat kecemasan kardiovaskuler meningkat seiring dengan
dan mekanisme koping. meningkatnya usia. Artinya usia memegang
Populasi merupakan wilayah peranan terjadinya penyakit jantung ,
generalisasi yang terdiri atas objek / subjek terkhusus gagal jantung kongestif. Hal ini
yang mempunyai kualitas dan karakteristik disebabkan karena terjadinya perubahan/
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk penurunan fungsi jantung akibat penuaan.
dipelajari dan kemudianditarik kesimpulannya. Tabel 2. Distribusi Responden menurut Jenis
(Setiadi, 2013). Populasi dalam penelitian ini Kelamin
adalah seluruh pasien yang ada di Ruangan
CVBC (Cardio Vaskuler Brain Centre) lantai Jenis Kelamin N %
III RSUP. PROF. DR. R. D. Kandou Manado.
Laki-laki 19 57,6
Sampel dilakukan Teknik pengambilan 14 42,4
Perempuan
dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Jumlah sampel 33 responden dari 50 Jumlah 33 100
responden. 10 responden terekslusi dalam Sumber: Data Primer 2016
penelitian ini, yaitu 7 orang tidak bersedia
menjadi responden dan 10 orang mengalami Berdasarkan Tabel 2. jenis kelamin,
penurunan kesadaran Kriteria Inklusi: pasien laki-laki berjumlah 19 orang (57,6%)
Responden yang dirawat di Ruangan CVBC dan perempuan 14 orang (42,4%).Hasil
(Cardio Vaskuler Brain Centre) lantai III penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
RSUP. PROF. DR. R. D. Kandou Manado, (Nugroho 2015) juga menunjukkan bahwa
Responden yang berusia 30-75 tahun. Kriteria jenis kelamin yang paling banyak menderita
Eklusinya: Responden dalam keadaan tidak gagal jantung kongestif baik umur lanjut
sadar atau kelemahan tubuh. adalah jenis kelamin laki-laki. Faktor resiko
HASIL DAN PEMBAHASAN gagal jantung kongestif pada perempuan
Penelitian di lakukan di ruangan CVBC cenderung lebih rendah dibandingkan laki-
(cardio vaskuler brain centre) Lantai III RSUP. laki karena perempuan memiliki hormon
PROF. DR. R. D. Kandou Manado estrogen yang dapat menghasilkan high
3
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
density lipoprotein (HDL). Namun pada Tabel 5. Distribusi Responden menurut
kondisi menurunnya atau hilangnya kadar Tingkat Kecemasan
estrogen pada perempuan pada saat menopause
menyebabkan peningkatan kadar trigliserida Tingkat Keemasan N %
dan penurunan lemak total, sehingga wanita
menopause lebih beresiko terkena penyakit Ringan 4 12,1
jantung ( Tatsanavivat 2008 dalam Darma, Sedang 16 48,5
2013). Berat 13 39,4
4
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
Makassar
http://repository.unhas.ac.id diakses
20 maret 2016
Jakarta
Medika,Yogyakarta
Ilmu
7
Wijaya & Putri (2013), Keperawatan Medikal
Bedah, Nuha Medika ,Yogyakarta
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed
TERAPI OKSIGEN
Oleh : Saryono, SKp.,MKes
LEARNING OUTCOME
TINJAUAN TEORI
Terdapat 3 sistem untuk memberikan oksigen kepada pasien tanpa
intubasi. Untuk konsentrasi oksigen rendah, kanula hidung dapat
memberikan oksigen antara 24% (IL/menit) sampai 36% (4 -5L/menit).
Konsentrasi oksigen sedang (40-60%) dicapai dengan pemberian lewat
masker oksigen, sedangkan konsentrasi hingga 100% hanya dapat dicapai
dengan menggunakan stingkup muka reservoir.
Pada kegawatan napas trauma diberikan oksigen 6L/menit dengan
sungkup muka. Pada penderita kritis berikan 100% oksigen, meskipun secara
umum terapi oksigen memberikan manfaat yang bermakna pada bentuk
hipoksik hipoksemia dan anemi hipoksemia. Efek samping yang sering
dikhawatirkan adalah keracunan oksigen, tetapi hal tersebut terjadi setelah
24-48 jam terapi oksigen dengan fraksi inspirasi oksigen (Fi02)>60%. Oleh
karena itu sedapat mungkin setelah masa kritis, terapi oksigen diturunkan
bertahap sampai Fi02<60% dengan target untuk mendapatkan minimal
saturasi oksigen (Sa02) 90%.
Apabila tekanan oksigen arteri (pa02) tetap rendah (kurang dari 60
mmHg) meskipun telah diberikan oksigen 50% berarti terdapat shunt yang
bermakna dari kolaps alveoli dan perlu dipertimbangkan pemberian inflasi
paru dengan manuver reekspansi paru atau intubasi endotrakhea dan ventilasi
mekanik. Pada kasus PPOM maka Pa02 dipertahankan sekitar sedikit diatas
60 mmHg saja untuk menghindari hilangnya rangsang respirasi.
Modul SkillabA-JILID I 1
Kerja pernafasan meningkat ( laju nafas meningkat, nafas dalam,
bemafas dengan otot tambahan)
Adanya peningkatan kerja otot jantung (miokard)
Indikasi klinisnya:
Henti jantung paru
Gagal nafas
Gagal jantung atau ami
Syok
Meningkatnya kebutuhan o2 (luka bakar, infeksi berat, multiple
trauma)
Keracunan co
Post operasi, dll
Metode & peralatan min. yang harus diperhatikan pada therapi O2:
Mengatur % fraksi O2 (% FiO2)
Mencegah akumulasi kelebihan CO2
Resistensi minimal untuk pernafasan
Efesiensi & ekonomis dalam penggunanan 02
Diterima pasien Pa02 kurang dari 60 mmHg
PEMANTAUAN TERAPI O2
1. Wamakulit pasien. Pucat/ Pink / merah membara.
2. Analisa Gas Darah (AGD)
3. Oksimetri
4. Keadaan umum
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed
Nama :
No. Mhs :
1 Cucitangan
2 Memberitahu klien
3 Isi glass humidifier dengan water for irigation
setinggi batas yang tertera
4 Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/
sentral oksigen
5 Cek fungsi flow meter dan humidifeir dengan
memutar pengatur konsentrasi 02 dan Amati ada
tidaknya gelembung udara dalam glass flow eter
6 Menghubungkan catheter nasal/ kanul nasal dengan
flowmeter
7 Alirkan oksigen ke Kateter Nasal dengan aliran
antara 1 -6 liter/ menit. Canule Nasal dengan aliran
antara 1 -6 liter/ menit
8 Alirkan oksigen ke sungkup muka partial
rebreathing dengan aliran udara 8-12 l/mnt.
9 Alirkan oksigen ke: Sungkup muka non rebreathing
dengan aliran 8-12 l/mnt
10 Cek aliran kateter nasa!/ kanul nasal dengan
menggunakan punggung tangan untuk mengetahui
ada tidaknya aliran oksigen.
11 Olesi ujung kateter nasal/ kanul nasal dengan jeli
sebeluin dipakai ke pasien
12 Pasang alat Kateter nasal/ kanul nasal pada klien.
13 Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir
sesuai yang diinginkan
14 Cucitangan
15 Rapihkan peralatan kembali
16 Dokumentasikan pada status klien
Total skor
SPIROMETRI
Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah de n ga
Modul SkillabA-JILID I 5
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed
mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang
disebut spirometri. Spirometer terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan di
atas bak air, dan drum tersebut diimbangi oleh suatu beban. Dalam drum
terdapat gas untuk bernapas, biasanya udara atau oksigen dan sebuah pipa
yang menghubungkan mulut dengan ruang gas. Apabila seseorang bernapas
dari dan ke dalam ruang ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman
yang sesuai di atas gulungan kertas yang berputar. Gambar dibawah ini
adalah sebuah spirogram yang menunjukkan perubahan volume paru pada
berbagai kondisi pernapasan. Untuk memudahkan pengertian peristiwa
ventilasi paru, maka udara dalam paru pada diagram dibagi manjadi empat
volume dan empat kapasitas, berikut ini.
"Volume" Paru
Empat "volume" paru, bila semuanya dijumlahkan, sama dengan volume
maksimal paru yang mengembang. Arti dari masing-masing volume ini
adalah sebagai berikut:
1. Volume alun napas/TV (tidal) adalah volume udara yang diinspirasi atau
diekspirasi setiap kali bernapas normal; besarnya kira-kira 500 mililiter
pada rata-rata orang dewasa muda.
2. Volume cadangan inspirasi/VCI (inspiratory reserve volume)adalah
volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume alun
napas normal; dan biasanya mencapai 3000 mililiter.
3. Volume cadangan ekspirasi/VCE adalah jumlah udara ekstra yang dapat
diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi alun napas normal;
jumlah normalnya adalah sekitar 1000 mililiter.
4. Volume residu yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru
setelah ekspirasi paling kuat. Volume ini besarnya kira-kira 1200 mililiter.
Modul SkillabA-JILID I 6
Waktu (detik)
Keterangan :
o TV = tidal volume (500 ml)
o VCI = volume cadangan inspirasi (3.000 ml)
o Kl = kapasitas inspirasi (3.500 ml)
o VCE = volume cadangan ekspirasi (1.000 ml)
o VR = volume residual (1.200 ml)
o KRF = kapasitas residual fungsional (2.200 ml)
o KV = kapasitas vital (4.500 ml)
o KPT = kapasitas paru total (5.700 ml)
"Kapasitas" Paru
Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang-kadang
perlu menyatukan dua atau lebih volume di atas. Kombinasi seperti itu
disebut kapasitas paru, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kapasitas inspirasi (KI) sama dengan volume alun napas ditambah
volume cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500 mili-
liter) yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi
normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas residu fungsional (KRF) sama dengan volume cadangan
ekspirasi ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa
dalam paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2200 mililiter).
3. Kapasitas vital (KV) sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah
volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara
maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih
dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian. mengeluarkan
sebanyak-banyaknya (kira-kira 4500 mililiter).
4. Kapasitas paru total (KPT) adalah volume maksi-mum. di mana paru
dapat dikembangkan se-besar 'mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira
5700 mililiter); jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume
residu.
5.Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (forced expiratory volume,
FEVi). Volume udara yang dapat diekspirasi selama detik pertama
ekspirasi pada penentuan KV. Biasanya FEV1 adalah sekitar 80%; yaitu,
dalam keadaan normal 80% udara yang dapat dipaksa keluar dari paru yang
mengembang maksimum dapat dikeluarkan dalam 1 detik pertama.
Pengukuran ini memberikan indikasi laju aliran udara maksimum yang
dapat terjadi di paru.
VENTILASI ALVEOLUS
Yang paling penting dari sistem ventilasi paru adalah terus menerus
memperbarui udara dalam area pertukaran gas paru, di mana udara dan darah
paru saling berdekatan. Yang termasuk area-area ini adalah alveoli, kantong
alveolus, duktus alveolaris, •bronkiolus respiratorius. Kecepatan udara baru
yang masuk pada area ini disebut ventilasi alveolus. Na-jnun, anehnya,
selama pernapasan normal dan tenang, volume alun napas hanya cukup
Untuk mengisi saluran napas bagian bawah sampai bronkiolus terminalis,
dengan hanya sebagian kecil udara inspirasi yang masuk ke dalam alveoli.
Oleh karena itu, bagaimana caranya udara yang baru ini bergerak dari
bronkiolus terminalis ke dalam alveoli melalui jarak yang pendek ini?
Jawabannya adalah: dengan cara difusi. Difusi disebabkan oleh gerakan
kinetis molekul-mo-lekul, tiap molekul gas begerak dengan kecepatan finggi
di antara molekul lainnya. Kecepatan gerak molekul dalam udara pernapasan
demikian besar melalui jarak yang begitu pendek yaitu dari bronkiolus
terminalis ke alveoli di mana gas bergerak hanya
dalam waktu sepersekian detik.
VA=FrekA(VT-VD)
di mana VA adalah volume ventilasi alveolus per menit, Frek adalah frekuensi
pernapasan per menit, VT adalah volume alun napas, dan VD adalah volume
ruang rugi. Jadi, dengan volume alun napas normal sebesar 500 mililiter,
ruang rugi normal 150 mililiter, dan frekuensi pernapasan 12 kali per menit,
ventilasi alveolus sama dengan 12 x (500-150), atau 4200 ml/menit.
Ventilasi alveolus adalah salah satu faktor penting yang menentukan
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli. Oleh karena itu,
hampir se-mua uraian mengenai pertukaran gas pada bab-bab sistem
pernapasan berikutnya menekankan tentang ventilasi alveolus.
Manfaat pengukuran berbagai volume dan kapasitas paru lebih dari
sekedar untuk pengetahuan akademik. Pengukuran tersebut memberikan
petunjuk bagi dokter yang merawat berbagai penyakit saluran pemapasan.
Terdapat dua kategori umum disfungsi pemapasan yang menimbulkan hasil
spirometri yang abnormal penyakit paru obstruktif dan restriktif . Walaupun
demikian, Anda jangan beranggapan bahwa keduanya adalah satu-satunya
kategori disfungsi pemapasan atau bahwa spirometri adalah satu-satunya uji
fungsi paru. Penyakit lain yang mengenai fungsi pemapasan mencakup (1)
penyakit yang mengganggu difusi O2; dan CO2; menembus membran paru;
(2) penurunan ventilasi akibat kegagalan mekanis, seperti pada penyakit
neuromuskulus yang mengenai otot-otot pemapasan, atau akibat penekanan
pusat kontrol pemapasan oleh alkohol, obat, atau zat kimia lain; (3) gangguan
aliran darah paru; atau (4) kelainan ventilasi/perfusi yang melibatkan ketidak-
cocokan udara dan darah, sehingga pertukaran gas men-jadi tidak efisien.
Sebagian penyakit paru sebenamya adalah campuran dari berbagai jenis
gangguan fungsional. Untuk menentukan kelainan apa yang ada, dokter
menggunakan berbagai uji fungsi pemapasan selain spirometri, termasuk
pemeriksaan sinar-X, penentuan gas-darah, dan pemeriksaan untuk mengukur
kapasitas membran kapiler alveolus.
GAMBAR Spirogram Abnormal yang Berkaitan dengan Penyakit Paru Obstruktif dan
Restriktif
(a) Spirogram pada penyakit paru obstruktif. Karena pasien penyakit paru obstruktif mengalami
kesulitan mengosongkan paru mereka daripada mengisinya, kapasitas paru total (KPT) pada
dasamya normal, tetapi kapasitas residual fungsional (KRF) dan volume residual (VR)
meningkat akibat bertambahnya udara yang terperangkap di dalam paru setelah ekspi-rasi.
Karena VR meningkat, kapasitas vital (KV) berkurang. Dengan lebih banyak udara yang
tertinggal di paru, KPT yang tersedia untuk pertukaran gas antara udara dan atmosfer berkurang.
Hal lain yang sering ditemukan adalah penurunan mencolok FEVi, karena laju (kecepatan) aliran
udara berkurang akibat obstruksi saluran pemapasan. Walaupun baik KV maupun FEV]
berkurang, penurunan FEVi lebih besar dibandingkan KV. Akibatnya, perbandingan FEV)
terhadap KV jauh lebih rendah daripada nilai normal sebesar 80%; yaitu, jumlah yang dapat
dihembuskan ke luar selama detik pertama jauh lebih kecil daripada 80% KV. (b) Spirogram
pada penyakit paru restriktif. Pada penyakit ini, compliance paru lebih kecil dari normal.
Kapasitas paru total, kapasitas inspirasi, dan KV berkurang, karena paru tidak dapat
dikembangkan seperti normal. Persentase KV yang dapat dihembuskan dalam 1 detik adalah
normal 80% atau bahkan lebih tinggi, karena udara dapat mengalir bebas melalui saluran
pemapasan. Dengan demikian, FEV]/KV% sangat bermanfaat untuk mem-bedalcan antara
penyakit paru obstruktif dan restriktif. Selain itu, berbeda dengan penyakit paru obstruktif, VR
pada penyakit paru restriktif biasanya normal.
1.
Alat dan bahan Spirom
eter
2. Mouthpiece
3. Tissu
PENILAIAN KETRAMPILAN MENGUKUR FUNGSI PARU
NAMA :
NIM :
LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
5 fJs*,%.
10
LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
10
Meñ@etahui
etult tootudi