Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA PASIEN DENGAN PROLAPSUS TALI PUSAR

I. KONSEP DASAR TEORI

A. Pengertian Prolapsus Tali Pusar


Prolaps tali pusat adalah penurunan tali pusat ke dalam vagina mendahului bagian
terendah janin yang mengakibatkan kompresi tali pusat di antara bagian terendah janin
dan panggul ibu (Prawiroharjo, 2012).

Prolaps tali pusat adalah keadaan darurat obstetrik langka yang terjadi ketika tali pusat
turun di samping atau di luar bagian presentasi janin.Hal ini dapat mengancam jiwa janin
karena aliran darah melalui pembuluh pusar tidak mampu mengkompromi kompresi tali
pusar diantara janin dan rahim, leher rahim, atau leher panggul.Keadaan ini membuat
janin dapat mengalami hipoksia yang dapat berakibat pada asfiksia (Phelan, 2013).

Dari beberapa definisi tersebut disimpulkan bahwa prolaps tali pusat adalah letak tali
pusat yang berada di samping atau dibagian terendah yaitu jalan lahir janin yang dapat
menyebabkan kompresi pada tali pusat sehingga fungsi tali pusat menjadi terganggu.

Gambar 2.1 Gambar Prolaps Tali Pusat

B. Klasifikasi

Prolaps Tali pusat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Occult prolapsed, jika tali pusat terletak di samping kepala atau di dekat pelvis tapi
tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina.
2. Tali pusat terdepan (tali pusat terkemuka), jika tali pusat berada disamping bagian
besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah dari bagian bawah
janin sedangkan ketuban masih intek atau belum pecah.
3. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli), jika tali pusat teraba keluar atau berada
disamping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat
dapat prolaps ke dalam vagina ataubahkan diluarvagina setelahketuban pecah
(Winkjosastro, 2005).

Sumber: www.google.com

Gambar 2.2 Klasifikasi Prolaps Tali Pusat

C. Etiologi
1. Etiologi fetal
a. Presentasi yang abnormal seperti letak lintang,letak sungsang, presentasi bokong,
terutama presentasi kaki.
b. Prematuritas. Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur, yang salah
satunya disebabkan karena bayi yang kecil sehingga kemungkinan untuk aktif
bergerak.
c. Gemeli dan multiple gestasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan
adaptasi, frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar, kemungkinan presentasi
yang tidak normal.
d. Polihidramnion, sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yang tidak
engage.
e. Rupturmembran amnion spontan. Keadaan ketuban pecah dini tersebut membawa
sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke vagina.
2. Etiologi Maternal

a. Disproporsi kepala panggul


Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak dapat turun dan
pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat menumbung.
b. Bagian terendah yang tinggi
Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi meskipun panggul
normal.

3. Etiologi dari tali pusat dan plasenta

a. Tali pusat yang panjang


Semakin panjang tali pusat, maka semakin mudah menumbung.

b. Plasenta letak rendah


Jika plasenta dekat serviks maka akan menghalangi penurunan bagian terendah.
Disamping itu insersi tali pusat lebih dekat serviks.

D. Tanda dan Gejala


1. Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagina.
2. Tali pusat dapat dirasakan atau diraba dengan tangan didalam bagian yang lebih
sempit dari vagina.
3. Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana tali pusat ditekan
antara bagian presentase dan tulang panggul.
4. Auskultasi terdengar jantung janin ireguler
5. Terdapat bradikardia janin ( DJJ <100x/menit)
6. Hipoksia janin ditandai dengan gerakan janin yang jarang dan lemah.

E. Patofisiologi
Beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus tali pusat diantaranya ruptur
membran amnion spontan, kehamilan kembar, polihidroamnion, kehamilan prematur,
janin terlalu kecil, kelainan presentasi. Penyebab primer yang timbul akibat prolaps tali
pusat adalah ruptur membran yang spontan terjadi sebelum bagian presentasi berada pada
leher panggul. Ketika kantung cairan amnion ruptur, tiba-tiba terjadi desakan yang kuat
menyebabkan cairan mengalir dengan cepat terus menuju vagina sehingga membuat tali
pusat menuju vagina. Pada kehamilan ganda maka kemungkian terjadinya prolaps tali
pusat akan semakin besar karena jika terjadi desakan antara janin akan membuat janin
mengalami kelainan presentasi seperti letak melintang. Keadaan polihidroamnion, dimana
terdapat cairan ketuban banyak menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam
rahim. Dan keadaan ini dapat mengakibatkan kelainan presentasi (letak sungsang, lintang,
presentasi kepala). Sedangkan pada kehamilan prematur selain terjadi hidramnion juga
terjadi ukuran janin yang kecil karena usia gestasi yang masih muda sehingga janinnya
memiliki ukuran kepala yang kecil. Keadaan tali pusat yang panjang danplasenta previa
juga menjadi penyebab terjadinya prolaps tali pusat. Semua keadaan tersebut akan
menyebabkan janin sulit beradaptasi terhadap panggul ibu, sehingga PAP (pintu atas
panggul) tidak tertutupi oleh bagian bawah janin, dan inilah yang mengakibatkan tali
pusat bergeser atau turun dari tempatnya sehingga terjadilah prolaps tali pusat.
F. Pathway

Plasenta previa Tali pusat Kehamilan Rupture Kehamilan


panjang kembar membrane prematur
spontan

Janin sulit beradaptasi terhadap panggul ibu

PAP tidak tertutupi oleh bagian bawah janin

Tali pusat bergeser / turun dari tempat

Prolapsus tali pusat

Tali pusat menumbung Tali pusat berkemuka Tali pusat occult

Sirkulasi janin terganggu

Risiko cedera terhadap


janin dibuktikan oleh Hipoksia janin
adanya hipoksia

Gawat janin

Gerakan janin melemah

Ansietas b/d krisis


situasional, ancaman
yang dirasakan ibu
G. Komplikasi dan Prognosis
1. Komplikasi
1. Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban menyebabkan
bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta
pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin.
Sedangkan pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri
vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama
apabila dicurigai terjadi distosia.Infeksi merupakan bahaya yang serius yang
mengancam ibu dan janinnya pada partus lama (Chuningham dkk, 2005).
Komplikasi lain seperti laserasi jalan lahir, ruptura uretri, atonia uretri dapat
terjadi akibat upaya menyelamatkan janin.

2. Pada janin
a. Gawat janin
Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak memperoleh oksigen
yang cukup.

Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:

1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120x/menit atau lebih dari
160x/menit.
2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10x/hari).
3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan, atau tali pusat
pulsasinya lemah, maka prognosis janin akan memburuk (Prawirohardjo,2012)

b. Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan, dan


ketrampilan motorik (kemampuan untuk bergerak dalam cara yang
terkoordinasidan terarah) akibat dari rusaknya otak karena trauma lahir atau
patologi intrauterin (Chuningham dkk, 2005).
2. Prognosis
Prognosisnya baik apabila diagnosis serta penatalaksanaan yang tepat sesuai
klasifikasi prolaps, memburuk jika prolaps tidak segera diketahui dan ditangani
sehingga menyebabkan hipoksia pada bayi sehingga bayi mati dalam kandungan.
Kematian perinatal sekitar 20%-30% pada janin, prognosis janin akan membaik
dengan sectio caesar (Prawirohardjo,2012).

H. Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus prolapstali pusat, pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan:

a. Tes prenatal dapat menunjukkan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple.
b. Pemeriksaan vagina menunjukkan perubahan posisi tali pusat, dapat terlihat dari
vagina, teraba secara kebetulan, auskultasi terdengar jantung janin.
c. Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut jantung janin atau monitoring DJJ.
d. Ultrasound atau pelvimetri sinar-x, mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi janin,
posisi dan formasi.

I. Penatalaksanaan
1) Tatalaksana Umum
a) Tali pusat terkemuka
Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi dengan
posisi knee chest atau Trendelenburg. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
menyediakan layanan seksio sesarea.
b) Tali pusat menumbung
Perhatikan apakah tali pusat masih berdenyut atau tidak. Jika sudah tidak
berdenyut, artinya janin telah mati dan sebisa mungkin pervaginam tanpa
tindakan agresif. Jika tali pusat masih berdenyut:
(1) Berikan oksigen 4-6 L/menit melalui masker atau nasal kanul
(2) Hindari memanipulasi tali pusat. Jangan memegang atau memindahkan
tali pusat yang tampak pada vagina secara manual.
(3) Posisi ibu Trendelenburg atau knee-chest.
(4) Dorong bagian terendah janin ke atas secara manual untuk mengurangi
kompresi pada tali pusat.
(5) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang melayani seksio sesarea. Pada saat
proses transfer dengan ambulans, posisi knee chest kurang aman,
sehingga posisikan ibu berbaring ke kiri
2) Tatalaksana Khusus
a) Di rumah sakit, bila persalinan pervaginam tidak dapat segera berlangsung
(persalinan kala I), lakukan seksio sesarea. Penanganan yang harus dikerjakan
adalah sebagai berikut:
(1) Dengan memakai sarung tangan steril/disinfeksi tingkat tinggi (DTT),
masukkan tangan melalui vagina dan dorong bagian terendah janin ke atas.
(2) Tangan yang lain menahan bagian terendah di suprapubis dan nilai
keberhasilan reposisi.
(3) Jika bagian terendah janin telah terpegang kuat di atas rongga panggul,
keluarkan tangan dari vagina dan letakkan tangan tetap di atas abdomen
sampai operasi siap.
(4) Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV secara perlahan untuk
mengurangi kontraksi uterus.
b) Bila persalinan pervaginam dapat segera berlangsung (persalinan kala II),
pimpin persalinan sesegera mungkin.
(1) Presentasi kepala: lakukan ekstraksi vakum atau cunam dengan episiotomi
(2) Presentasi sungsang: lakukan ekstraksi bokong atau kaki lalu gunakan
forsep Piper atau panjang untuk mengeluarkan kepala
(3) Letak lintang: segera siapkan seksio sesaria
c) Siapkan segera resusitasi neonates.
J. Algoritma Penanganan Prolapsus Plasenta

Gambar 2.3 Algoritma Prolaps Tali Pusat


II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway (jalan napas)
Kaji Bunyi napas tambahan seperti napas ber-bunyi, stridor, ronkhi, pada
klien dengan peningkatan produksi secret, dan kemampuan batuk yang
menurun sehingga sering didapatkan sumbatan jalan nafas.

2) Breathing (pernapasan)
Pada pengkajian breathing dilakukan dengan look, listen, feel yang dinilai
yaitu irama nafas apakah teratur atau tidak teratur atau pola nafas tidak
efektif, adakah hipoksemia berat , adakah retraksi otot interkosta, dispnea,
sesak nafas , adakah bunyi wheezing atau ronchi.

3) Circulation (sirkulasi)
Hal yang perlu dikaji dan diperhatikan adalah denyut nadi pasien baik
frekuensi dan kualitas denyut nadi pasien, bunyi jantung irama tak teratur,
bunyi ekstra, denyut menurun, warna kulit dan kelembaban berubah,
missal; pucat sianosis, berkeringat, edema, haluaran urine menurun bila
curah jantung menurun berat.Terjadi hipoksia pada janin karena kurangnya
sirkulasi dari ibu ketali pusat. DJJ tedengar lemah dan denyut tali pusat
teraba lemah.Pertanyaan yang bisa muncul yaitu sebagai berikut.
a. Apakah nadi takikardi atau apakah bradikardi ?
b. Apakah terjadi penurunan TD ?
c. Bagaimana kapilery refill ?
d. Apakah ada sianosis ?
e. Apakah DJJ terdengar lemah?
f. Apakah denyut tai pusar teraba lemah?
4) Disability (kesadaran)
Pemeriksaan Neurologis
GCS : E:- , V:- , M:-
Reflex Fisiologis : Reflex Patologis :
Kekuatan Otot :

Skala nyeri :-
5) Exposure
Tergantung keadaan pasien, pada beberapa pasien terjadi peningkatan suhu
tubuh ada juga yang tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.

b. Pengkajian Sekunder
1) Keluhan Utama
Klien dengan Prolapsus tali pusat memiliki keluhan tidak terdapat kontraksi
pada janin dikarenakan hipoksia pada bayi. Klien merasa cemas karena
terdapat tali pusat menonjol ke luar vagina
2) Riwayat kesehatan sekarang:
Klien merasa cemas karena terdapat tali pusat di luar vagina. Klien masuk
rumah sakit dikarenakan hipoksia yang terjadi pada bayi akibat Prolapsus
tali pusat.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Trauma selama kehamilan, misalnya: dekompresi uterus pada hidroamnion
dan gemeli; kehamilan prematur; tarikan pada tali pusat yang pendek akibat
pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan
persalinan; trauma langsungseperti jatuhdan lain-lain.
4) Riwayat kesehatan keluarga. Belum ditemukan adanya hubungan antara
faktor genetic/ herediter dengan kejadian Prolapsus tali pusat.
5) Riwayat obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnya agar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada
kehamilan sekarang.
6) Alergi
Pengkajian tentang riwayat alergi sangat diperlukan, kerena berkaitan
dengan terapi (khususnya terapi medis dan pemberian diet) pada klien
selama dirawat di rumah sakit.
7) Riwayat psikososial terfokus:
a) Intra personal
Pada ibu hamil dengan Prolapsus tali pusat pada umumnya akan
mengalami kecemasan mengenai keadaan bayi nya maupun keadaan
dirinya sendiri. Apalagi pada klien yang mengalami kehamilan anak
pertama. Tingkat kecemasan dapat dilihat dari perilaku klien, tanggapan
klien tentang sakitnya.

Pada tahap ini, perawat sangat dibutuhkan untuk memberikan edukasi


pada klien terkait prosedur kondisi penyakit dan juga prosedur medis
yang akan dijalani oleh klien, perawat juga perlu memperkuat koping
klien serta memberi motivasi untuk mengurangi kecemasan yang
dirasakan klien.

b) Inter personal
Perawat mengkaji peran klien dalam keluarga dan dalam masyarakat,
serta kebiasaan kehidupan sehari-hari klien dalam keluarga maupun
masyarakat. Hubungan klien dengan suami dan anggota keluarga
lainnya, dukungan yang diberikan yang diberikan pada klien baik dari
keluarga maupun social masyarakat.
8) Pemeriksaan Fisik terfokus
a. Kepala :
(1) Rambut : Kebersihan kulit kepala
(2) Wajah : Adanya kloasma gravidarum atau tidak
(3) Mata : Konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak.
(4) Hidung : Kebersihan sekret ada atau tidak, sinus paranasal
membesar atau tidak.
(5) Mulut : Kebersihan mukosa mulut merah atau tidak, gigi
berlubang atau tidak.
(6) Telinga :Kebersihan liang telinga, ada serumen atau tidak.
(7) Leher : Kelenjar tiroid membesar atau tidak.
b. Toraks :
1) Inspeksi: Frekuensi pernapasan teratur atau tidak, pada payudara
adastriae dan linea atau tidak, areola mamae hiperpigmentasi atau
tidak,serta puting susu menonjol datar atau terbenam.
2) Palpasi : Ada pembengkakan pada payudara atau tidak.
3) Auskultasi : Bunyi napas normal atau tidak, bunyi jantung SI-S2
diapeks
c. Abdomen :
(1) Inspeksi : Ada striae dan linea atau tidak, ada bekas luka operasi
atau tidak.
(2) Palpasi : Tinggi fundus uteri, pemeriksaan leupold.
(3) Auskultasi : DJJ normal tidak.
d. Vulva : Kebersihan vulva, fluor albus ada atau tidak.
e. Ekstremitas : ada varises atau tidak, edema ada atau tidak
9) Tanda-tanda vital
Pada Prolapsus tali pusat yang disertai ketuban pecah dini lebih dari satu
jam dimungkinkan adanya tanda gejala infeksi seperti adanya perubahan
tanda-tanda vital berupa kenaikan suhu tubuh, pola nafas.
10) Eleminasi
Distensi usus dan kandung kemih mungkin ada akibat Prolapsus talipusat
11) Genetalia:
Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan posisi dari tali pusat. Kaji
adanya kelainan pada jalan lahir atau janin seperti panggul yang
sempit,letak lintang, letak sunsang, polihidramnion, janin kembar, janin
yang terlalu kecil, atau kejadian ketuban pecah dini.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pada Janin
1) Risikocedera terhadap janin yang dibuktikan oleh adanya hipoksia.
2. Pada Ibu
1) Ansietas b/d krisis situasional, ancaman yang dirasakan ibu dibuktikan
dengan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi.
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan TujuandanKriteriaHasil (NOC) Intervensi (NIC)
1 Risiko cedera terhadap janin Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC Label: Pemantauan Denyut Jantung Janin
yang dibuktikan oleh adanya selama ... x ... jam diharapkandapat 1. Identifikasi status obstetrik
hipoksia mengatasi risiko cedera pada janin dengan 2. Periksa denyut jantung selama 1 menit
kriteria hasil : 3. Monitor denyut jantung janin
NOC : Tingkat Cedera 4. Monitir tanda vital ibu
1. Tidak mengalami perdarahan 5. Jelaskan tujuan dan prosedur
2. Denyut jantung janin dalam batas Pemantauan
normal (120-160x/menit). 6. Memberikan oksigen 4-6L/menit melalui nasal
3. Frekuensi pernafasan cukup baik kanul jika tali pusat masih berdenyut.
4. Tali pusat janin berdenyut 7. Posisikan ibu trendelenburg atau knee chest.
NIC Label: Pengukuran Gerakan Janin
1. Identifikasi pengetahuan dan kemampuan ibu
menghitung gerakan janin
2. Monitor gerakan janin
3. Hitung dan catat gerakan janin (minimal 10 kali
gerakan dalam 12 jam)
4. Berikan oksigen 2-3 L/menit jika gerakan janin
belum mencapai 10 kali dalam 12 jam
5. Anjurkan posisi miring kiri saat menghitung
gerakan janin, agar janin dapat memperoleh oksigen
dengan meningkatkan sirkulasi fetornaternal

2 Ansietas b/d krisis situasional, Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC Label: Reduksi Ansietas
ancaman yang dirasakan ibu selama ... x ... jam diharapkan ansietas 1. Monitor tanda-tanda ansietas
dibuktikan dengan merasa pada ibu dapat teratasi dengan kriteria 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
khawatir dengan akibat dari hasil : kepercayaan
kondisi yang dihadapi. NOC : Tingkat Agitasi 3. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
1. Rasa gelisah meurun dialami
2. Status hidrasi pasien membaik (pasien 4. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
tidak mengalami dehidrasi atau perlu
kekurangan cairan) 5. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
3. Tekanan darah pasien membaik ketegangan
(tekanan darah dalam batas normal antara NIC Label: Terapi Relaksasi
100-130mmHg). 1. Identifikasi teknin relaksasi yang pernah efektif
4. Nadi radial pasien cukup membaik digunakan
(nadi dalam batas normal yaitu 60- 2. Anjurkan mengambil posisi nyaman
100x/menit). 3. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
4. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
uang dipilih
5. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis.
Napas dalam, peregangan, atau imaninasi
terbimbing).
D. Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi.
E. Evaluasi
a. Evaluasi Formatif ( Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan )
b. Evaluasi Sumatif ( merefleksikan rekapitulasi dan synopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu ).
( Poer, 2012 )
DAFTAR PUSTAKA

Benson. 2012.Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.

Ben-zion.2013. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC

Norwitz. 2007.Persalinan Prematur. Dalam : Safitri, Amalia dan Rina Astikawati (editor). At a
Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Erlangga.

Nugroho. 2010. Buku Ajar Obstetri, untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Sodikin.2009. Buku Saku Perawatan Tali Pusat.Jakarta: EGC.


LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT
PADA PASIEN DENGAN PROLAPSUS TALI PUSAR

OLEH :

OLEH KELOMPOK V :

1. I GDE ANDRE KRISNANDHA SWARA (P07120216074)


2. KETUT ELFIRASANI (P07120216075)
3. GDE ARYYA ASTAWA PUTRAYANA (P07120216076)
4. NI LUH KOMANG MEGA RATNASARI (P07120216077)
5. IDA AYU PUTU APSARI DEWI (P07120216078)
6. I GUSTI AYU ARI PURNAMAWATI (P07120216079)
7. NI MADE RAI WIDIASTUTI (P07120216080)
8. I DEWA AYU DWI APRIANI (P07120216081)

TINGKAT 4B SEMESTER VII

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI D-IV KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019

Anda mungkin juga menyukai