Oleh :
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
“Berfikir Kritis Dalam Management Kasus Hiv/Aids” tepat pada waktunya dan
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah “Keperawatan
HIV/AIDS”.
maupun susunannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan
dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan
datang.Semoga Makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis tetapi juga
bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 3
C. Tujuan.............................................................................................................. 3
B. Saran................................................................................................................19
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
atau komunikasi. Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana
perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk
menganalisis prorses berpikir . Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen
AIDS merupakan salah satu penyakit menular seksual yang masih menjadi
perbincangan utama dalam permasalahan global. AIDS adalah singkatan dari Acquired
Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus). Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar
seperti kuman, virus, dan penyakit. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan
melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh, sehingga akhirnya tubuh mudah
terserang berbagai jenis penyakit (IKAPI, 2010). Seseorang yang positif mengidap HIV
belum tentu mengidap AIDS. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus
merusak sistem imun. Akibatnya virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya
menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh (Sopiah, 2009)
AIDS merupakan salah satu penyakit menular seksual yang masih menjadi
perbincangan utama dalam permasalahan global. AIDS adalah singkatan dari Acquired
Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat
1
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus). Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar
seperti kuman, virus, dan penyakit. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan
melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh, sehingga akhirnya tubuh mudah
terserang berbagai jenis penyakit (IKAPI, 2010). Seseorang yang positif mengidap HIV
belum tentu mengidap AIDS. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus
merusak sistem imun. Akibatnya virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya
menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh (Sopiah, 2009)
Kasus HIV pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987 di Bali
perkembanagn HIV saat itu masih di katakana tidak terjadi penambahan kasus secara
signifikan. Akan tetapi pada tahun 1993 terjadi ledakan pertama di Indonesia yaitu
penambahan kasus baru tahun 1993 bertambah melebihi angka seratus. AIDS merupakan
salah satu penyakit menular seksual yang masih menjadi perbincangan utama dalam
permasalahan global. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,
yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan
penyakit. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan atau merusak
sistem pertahanan tubuh, sehingga akhirnya tubuh mudah terserang berbagai jenis penyakit
(IKAPI, 2010). Seseorang yang positif mengidap HIV belum tentu mengidap AIDS.
Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya
virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena
indikasi penurunan preventasi HIV yang melegakan Indonesia justru sebaliknya. Indonesia
2
justru mengalami laju pertumbuhan yang sangat pesat dalam urusan epidemi HIV/AIDS.
Situasi epidemi HIV di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dan tentunya ini sangat memprihatinkan. Indonesia kini tergolong concentrated
level of epidemic artinya prevalensi pada subpopulasi tertentu secara konsisten telah
Dalam memanagement kasus HIV kepada klien, perawat harus mempunyai kode
etik dan moral, dalam menjalankan praktik keperawatan, ada beberapa masalah etik yang
sering dijumpai perawat isu mengenai pasien seperti HIV/AIDS, aborsi ,transplantasi organ,
keputusan untuk mengakhiri hidup. Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan
standar dan prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan
untuk melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Berpikir Kritis
rasa ingin tahu, integritas intelektual, intuisi, berpikiran terbuka, tekun dan refleksi. Para
Berpikir kritis merupakan cara berpikir untuk mengolah ide, gagasan maupun
keperawatan kepada pasien. Berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang
b. Rasional dan Beralasan artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis
presepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu
untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan
kejadian.
d. Bagian dari suatu sikap yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil
pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau
e. Kemandirian berpikir yaitu seorang berpikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak
pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu,
f. Berpikir adil dan terbuka yaitu mencoba untuk beruubah dari pemikiran yang salah
mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika
i. Kriteria (criteria) yaitu dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau
patokan. Untuk sampai kearah mana maka harus menemukan sesuatu untuk
sumber pembelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita
5
fakta-fakta, berdasarkan sumber yang kredibel, teliti tidak benas dari logika yang
j. Sudut pandang yaitu cara memandang atau menafkirkan dunia ini, yang akan
Kemampuan kritis setiap orang berbeda-beda, hal ini didasarkan oleh banyaknya
faktor yang mempengaruhi berpikir kritis setiap individu. Menurut Rubenfeld &
Scheffer (1999 dalam Maryam, Setiawati, Ekasari, 2008) ada 8 faktor yaitu :
a. Kondisi fisik
seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada kondisi yang menuntut
pemikiran matang untuk memecahkan suatu masalah, tentu kondisi seperti ini sangat
cepat.
b. Keyakinan diri/motivasi
Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari, 2008) mengatakan motivasi
c. Kecemasan
6
Menurut Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan kecemasan dapat menurunkan
Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis adalah terjebak
dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan kebiasaan dan rutinitas
yang tidak baik dapat menghambat penggunaan penyelidikan dan ide baru.
e. Perkembangan intelektual
dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik terhadap stimulus.
f. Konsistensi
cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit dan waktu yang dapat
g. Perasaan
Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu : sedih, lega,
senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang harus mampu mengenali
h. Pengalaman
Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang pemula menjadi
seorang ahli.
7
4. Model Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
Model T.H.I.N.K (Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas And Creativity,
Knowing How You Think) dikemukakan oleh Rubenfeld & Scheffer (2006). Model
berpikir yang terkait dengan konteks situasi ketika proses berpikir tersebut terjadi.
Berpikir kritis merupakan proses kompleks yang jauh dari berpikir lurus. Walaupun
berpikir kritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian untuk dipelajari, komponen-
Ingatan total berarti mengingat beberapa fakta atau mengingat tempat dan
bagaimana cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Ingatan total juga merupakan
dalam pikiran. Setiap orang memiliki beragam klaster yang sangat besar, hal ini
mewakili pengetahuan yang sangat dikuasai oleh orang tersebut. klaster lain merupakan
klaster yang kecil, seorang pemula dalam keperawatan memiliki klaster pengetahuan
keperawatan yang kecil dan akan berkembang dengan sangat cepat selama kuliah.
b. Kebiasaan (Habits)
Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga menjadi
sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat diterima dalam
melakukan segala hal yang berhasil, menghemat waktu, atau yang diperlukan. Kebiasaan
8
c. Penyelidikan (Inquiry)
isu yang mungkin segera tampak dengan jelas. Penyelidikan juga merupakan jenis
berpikir yang sangat penting untuk mencapai kesimpulan. Kesimpulan dapat dicapai
kesimpulan pertama
5) Membandingkan informasi yang baru dengan informasi yang telah diketahui tentang
Ide baru dan kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus bagi
seseorang. Pemikiran pribadi ini melebihi pemikiran yang biasanya guna membentuk
memiliki ide melebihi ide-ide dalam buku ajar. Berpikir kreatif bukanlah untuk orang
yang penakut, seseorang harus bersedia mengambil resiko yang terkadang membuatnya
terlihat bodoh dan tidak sesuai dengan karakternya. Pemikir kreatif menghargai
9
e. Mengetahui bagaimana anda berpikir (Knowing How You Think)
tetapi bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Berpikir tentang
bagaimana anda berpikir tidak sesederhana seperti yang terdengar. Sebagian besar kita
“hanya berpikir”, kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan bagaimana
kita berpikir. Namun, keperawatan mengharuskan kita untuk menjadi pemikir kritis.
Bagian dari berpikir kritis adalah terus-menerus berusaha membuat seseorang berpikir
dengan lebih baik atau untuk “mengetahui bagaimana anda berpikir”. Membuat
seseorang berpikir, mungkin lebih baik tidak dilakukan jika orang tersebut tidak
mengetahui dari mana ia harus memulai. Salah satu cara untuk mengidentifikasi posisi
anda saat ini dan mulai mengeksplorasi bagaimana anda berpikir adalah dengan
menggunakan refleksi-diri.
digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya
ada”. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa
individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan
10
c. Mengolah fakta dan data.
g. Evaluasi.
B. Manajemen Kasus
Manajemen kasus adalah pelayanan yang diberikan pada klien yang rentan agar
mereka memperoleh bantuan yang dibutuhkan dalam sistem pemberian pelayanan yang
adalah akses pelayanan dan kordinasi”, yang berkaitan dengan bantuan berbasis masyarakat
bukan lembaga. Klien-klien rentan ini, termasuk yang menderita gangguan kejiwaan, orang
lanjut usia terlantar, dan penyandang cacat mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam
mengkoordinasikan bantuan dari institusi dan lembaga yang memberikan dukungan medis,
pemantauan atau monitoring dan evaluasi untuk menangani masalah secara sistematis
11
Manajemen kasus merupakan suatu pendekatan dalam pemberian pelayanan yang ditujukan
untuk menjamin agar klien yang mempunyai masalah ganda dan kompleks dapat
Koordinasi disini dilakukan secara professional teamwork yaitu antara pekerja sosial
satu dengan yang lainnya atau dengan profesi lain sehingga upayanya dapat diperluas
kasus adalah:
A process to plan, seek, advocate for, and monitor services from different social
services or health care organizations and staff on behalf of a client. The process enables
serve a given client through professional teamwork, thus expanding the range of needed
services offered. Case management limits problems arising from fragmentation of services,
staff turnover, and inadequate coordination among providers. Case management can occur
within a single, large organization or within a community program that coordinates services
among settings.
“Sebuah proses untuk merencanakan, mencari, advokasi, dan memonitor layanan dari
layanan sosial yang berbeda atau organisasi perawatan kesehatan dan staf atas nama klien.
Proses ini memungkinkan pekerja sosial dalam sebuah organisasi, atau dalam organisasi-
klien yang diberikan melalui kerja sama tim profesional, sehingga memperluas cakupan
yang timbul dari fragmentasi layanan, pergantian staf, dan koordinasiyang tidak memadai
12
antara penyedia. Manajemen kasus dapat terjadi dalam satu organisasi besar atau dalam
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen kasus
adalah orang atau tim yang dirancang untuk mengorganisasi, melakukan koordinasi dan
membuat suatu jaringan kerja yang berkelanjutan dari dukungan yang bersifat formal dan
informal dan merancang kegiatan untuk mengoptimalkan fungsi dan kesejahteraan dari
Adapun standar manajemen kasus untuk seorang pekerja sosial menurut NASW
sebagai berikut:
Manajer kasus pekerja sosial harus mematuhi dan mempromosikan etika dan nilai
profesi pekerja sosial dengan menggunakan kode etik NASW sebagai panduan pengambilan
b. Kualifikasi (qualifications)
Manajer kasus pekerja sosial harus memiliki gelar sarjana muda atau mahir dalam bidang
sosial dari sekolah atau program yang di akreditasi oleh dewan pendidikan pekerjaan sosial,
c. Pengetahuan (knowladge)
Manajer kasus pekerja sosial harus memperolh dan mempertahankan pengetahuan tentang
teori terkini, bukti praktik informasi, konteks sosiohistoris, kebijakan, penelitian, dan metode
13
d. Budaya dan kompetensi bahasa(cultural and linguistic competence)
Manajer kasus pekerja sosial harus menyediakan dan memfasilitasi akses pelayanan
yang sesuai budaya dan bahasa sesuai dengan indikator NASW untuk pencapaian dalam
e. Asesmen (assessment)
Manajer kasus pekerja sosial harus melibatkan klien dan bila sesuai, anggota lainnya
dalam sistem klien dalam proses pengumpulan dan pengambilankeputusan yang terus
berlanjut untuk membantu klien mengidentifikasi sasaran, kekuatan dan tantangan mereka.
and monitoring)
Manajer kasus pekerja sosial harus berkolaborasi dengan klien untuk merencanakan,
klien, meningkatkan kesejahteraan klien dan menolong klien sampai mencapai keberhasilan.
Manajer kasus pekerja sosial harus menganjurkan hak, keputusan kekuatan, dan
kebutuhan klien dan harus mempromosikan akses klien terhadap sumber daya, dukungan dan
layanan.
interorganizational collaboration)
Manajer kasus pekerja sosial harus mempromosikan kolaborasi antara rekan kerja
dan organisasi untuk meningkatkan pemberian layanan dan memfasilitasi pencapaian tujuan
klien.
Manajer kasus pekerja sosial harus berpartisipasi dalam evaluasi formal yang sedang
kasus dalam catatan klien yang tepat pada waktu yang tepat. Dokumentasi pekerjaan sosial
harus dicatat di atas kertas atau dipelihara dengan aman, dan diungkapkan sesuai ketentuan
undang-undang.
Manajer kasus pekerja sosial harus bertanggung jawab mengadvokasi beban kasus
dan lingkup pekerjaan yang memungkinkan perencanaan, penyediaan, dan evaluasi kualitas
Manajer kasus pekerja sosial harus bertanggung jawab secara pribadi atas
manajemen kasus yang di adopsi dari tahapan intervensi pekerja sosial. Tahapan-tahapannya
sebagai berikut:
Proses manajemen kasus HIV dimulai dengan wawancara awal dan dalam berbagai
setting wawancara ini digabung dengan intake. Tujuan utama wawancara awal adalah
membangun rapport yang nyaman yang memfasilitasi pengembangan suatu hubungan kerja
sama dan menempatkan pekerja sosial sebagai titik aman dalam kontak dengan klien.
Dalam intake dilakukan asesmen awal tentang kebutuhan klien yang bertujuan untuk
menjembatani kesenjangan antara kebutuhan akan layanan dan sistem sumber daya.
15
d. Asesmen (Assessment)
Assesment merupakan kunci dalam membangun profil dasar bagi rujukan layanan awal,
pengembangan rencana pelayanan, dan kriteria evaluasi hasil pelayanan. Instrumen formal
digunakan untuk mengumpulkan informasi seperti data dasar klien, informasi medis,
situasi kehidupan, sejarah dan situasi pribadi, relasi dan dukungan sosial, pendidikan
kesehatan, keberfungsian psikososial dan status mental, status fungsional, kebutuhan dan
isu-isu layanan, dan isu-isu legal. Manajer kasus menjalankan dua fungsi baru yang semakin
meningkat, yaitu melakukan assesment risiko dan kemampuan klien untuk patuh pada
assessment risiko penularan HIV mencakup identifikasi hambatan bagi klien untuk
mengurangi risiko penularan serta pendidikan tentang penularan HIV dan cara untuk
mengurangi risiko. Apabila perilaku berisiko diidentifikasi, maka diatasi melalui rencana
pelayanan serta dipantau dalam konteks relasi manajemen kasus yang terus berlangsung.
Fungsi tambahan, yaitu menentukan kemampuan untuk patuh, harus dilakukan dalam kerja
sama dengan tim medis. Peran manajer kasus tidak hanya mengidentifikasi dan membantu
e. Perencanaan (Planning)
menyeluruh untuk klien sesuai dengan hasil assessment. hasil-hasil identifikasi masalah yang
didapatkan dari tahap assessment (sesuai dengan keinginan klien, masalah kebutuhannya,
serta sumber daya yang tersedia), kemudian disusun menjadi suatu formulasi masalah, dan
perencanaan.
16
f. Pelaksanaan (Implementation)
Dalam tahap pelaksanaan pekerja sosial dan klien melakukan tindakan untuk
mencapai tujuan rencana pelayanan. Tahap ini mencakup dua hal, yaitu direct service yaitu
pelayanan langsung dan indirect service atau pelayanan tidak langsung. Manajer kasus
dalam tahap pelayanan langsung atau direct service harus mampu mendampingi dan
mendukung klien untuk melakukan perubahan lebih baik, agar bisa lebih semangat menjalani
hidup dan bisa memiliki keahlian agar dapat membanggakan dirinya sendiri dan orang lain.
g. Pemantauan (Monitoring)
Monitoring merupakan salah satu tugas utama setelah tahap pelaksanaan atau
melanjutkan komunikasi dengan penyedia layanan lain. Proses monitoring terdiri dari dua
bagian. Pertama, menentukan apakah perencanaan pelayanan sudah lengkap dan berhasil
dijalankan sesuai dengan kebutuhan klien. Kedua, berfokus apakah tujuan pelayanan yang
g. Evaluasi (Evaluation)
manajemen kasus, menentukan apakah populasi yang terkena HIV dalam suatu wilayah
h.Pengakhiran (Termination)
Terminasi yang tepat dilakukan apabila klien telah mendapatkan apa yang telah
menjadi tujuannya, klien telah mampu mandiri untuk mengatur dirinya sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai, klien telah berhasil kerjasama dengan lembaga pelayanan sosial, sistem
komunitasnya atau yang lainnya sesuai dengan yang telah direncanakan. Pada masa transisi
17
manajer kasus mengajak klien untuk berperan aktif merencanakan kegiatan dan pemenuhan
kebutuhannya secara mandiri. Akan tetapi selain proses yang diakhiri atas dasar kesepakatan
18
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
atau komunikasi. Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana
perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk
menganalisis prorses berpikir . Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen
asuhan keperawatan. Manajemen kasus HIV/AIDS adalah suatu layanan yang mengaitkan
dan mengkoordinasikan bantuan dari institusi dan lembaga yang memberikan dukungan
B. Saran
jaringan kerja yang berkelanjutan dari dukungan yang bersifat formal dan informal dan
19
DAFTAR PUSTAKA
Ghoni, M.Djunaedi dan Almanshur, Fauzan. Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media,2012.
Halim, Akbar. dkk. Pedoman Manajemen Kasus Perlindungan Anak. Jakarta: Direktorat
Pelayanan Anak dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial, 2010.
Hermawati, Istiana. Metode dan Tekhnik dalam Praktek Pekerjaan Sosial. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa, 2001.
Julianto, Irwan. Jika Ia Anak Kita: Aids dan Jurnalisme Empati. Jakarta: KOMPAS, 2002
Nasrunodin. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis Dan Sosial, edisi ke-2.
Surabaya: Airlangga University Press,2014.
Roberts, Albert R dan Greene, Gilbert J. Buku pintar pekerja sosial, edisi pertama. Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia, 2008.
20
21
22