MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Tumbuhan
Yang dibina oleh
Prof. Dra. Herawati Susilo, M. Sc., Ph.D.
Disajikan pada Rabu, 20 September 2017
Oleh
Kelompok 10/ Offering B
1. Afmalia Nurul Arfianti NIM : 160341606078
2. Rike Dwi Wahyuna NIM : 160341606067
3. Syifa Nur Azizah S. H. NIM : 160341606048
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ...........................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................
1.2. Rumusan Masalah .............................
1.3. Tujuan ................................................................
1.4. Manfaat ...............................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Nutrisi pada Tumbuhan
2.5 Toksisitas......................................................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .........................................................................
B. Saran ................................................................................
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan berbeda dengan hewan. Tumbuhan bersifat autotroph yakni
dapat menyusun zat makanannya sendiri, karena dapat berfotosintesis.
Sedangkan, hewan bersifat heterotroph yakni tidak dapat menyusun zat
makanannya sendiri, karena tidak dapat berfotosintesis. Hewan hanya dapat
hidup dari zat makanan yang sudah jadi, seperti glukosa, amilum, lemak, dan
protein yang sudah dibuat tumbuhan.
Nutrisi dapat diartikan sebagai proses untuk memperoleh nutrien,
sedangkan nutrien dapat diartikan sebagai zat-zat yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Untuk keperluan hidupnya tumbuh-tumbuhan
memerlukan nutrien yang berupa mineral dan air. Mineral diperoleh tumbuhan
dari dalam tanah, demikian pula air dapat diperoleh dari dalam tanah. Mineral-
mineral tersebut di dalam tanah larut dalam air. Larutanlarutan mineral
tersebut kemudian diserap oleh akar tumbuhan dan dapat sampai di daun
melalui pembuluh xilem.
Bulu akar merupakan bagian akar yang halus sekali yang merupakan
tonjolan dari epidermis dan berperan dalam penyerapan unsur-unsur yang
diperlukan tanaman dari dalam tanah. Bulu akar biasanya tumbuh di ujung-
ujung akar yang baru tumbuh dan setelah itu dapat mati, sehingga pada akar
yang sudah tua tidak terdapat bulu akar.
Nutrisi pada tumbuhan antara lain terjadi melalui akar. Air dan mineral
yang diperlukan tumbuhan dari dalam tanah diserap oleh akar kemudian
diangkut ke seluruh tubuh tumbuhan melalui sel-sel pembuluh jaringan ikat.
Sel-sel pembuluh jaringan ikat ini dapat diibaratkan sebagai selang yang dapat
dipergunakan untuk mengalirkan air dari akar hingga ke daun.
Jaringan ikat pembuluh pada tumbuhan terdiri atas xilem dan phloem.
Xilem berperan untuk mengangkut air dan unsur-unsur hara atau unsur-unsur
kimia dari akar hingga ke daun. Floem merupakan ikatan pembuluh yang
mengangkut bahan-bahan hasil fotosintesis ke seluruh tubuh. Nutrien bagi
tanaman diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti
pertumbuhan dan pembiakan. Nutrien yang diperoleh tumbuhan akan
disimpan dalam tubuh tumbuh-tumbuhan tersebut, dan dipergunakan. Tubuh
tumbuhan atau tanaman, sebagian besar terdiri atas tiga unsur, yaitu karbon
(C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Unsur-unsur ini merupakan unsur
pembangun karbohidrat dan lemak. Unsur-unsur tersebut merupakan
komponen utama pembangun dinding sel tumbuhan. Unsur tersebut
diambilnya dari udara berupa karbon dioksida (CO2) dan O2 serta dari tanah
berupa air (H2O). Tumbuhan tak mungkin hidup dengan ketiga unsur ini saja.
Tumbuhan perlu membentuk protoplas yang mengandung protein dari unsur-
unsur C,H,O,N dan asam nukleat dari C,H,O,N,S,P, serta unsur-unsur lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja unsur esensial dan unsur benefisial yang diperlukan tumbuhan?
2. Bagaimana tanda defisiensi nutrien pada suatu tumbuhan?
3. Bagaimana tanda toksisitas nutrien pada suatu tumbuhan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui macam unsur esensial dan benefisial yang diperlukan
tumbuhan
2. Mengetahui tanda defisiensi nutrien pada suatu tumbuhan
3. Mengetahui tanda toksisitas nutrien pada suatu tumbuhan
1.4 Manfaat
1. Mengetahui macam unsur esensial dan benefisial yang diperlukan
tumbuhan
2. Mengetahui tanda defisiensi nutrien pada suatu tumbuhan
3. Mengetahui tanda toksisitas nutrien pada suatu tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Nutrisi Pada Tumbuhan
Nutrisi tumbuhan mempelajari tentang unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman serta fungsi unsur-unsur tersebut pada kehidupan tanaman. Sebagai
sains, nutrisi tanaman berhubungan dengan fisiologi tumbuhan. Proses fisika,
kimia, fisiologi serta biokimia ini berkaitan dengan interaksi tanaman dengan
kimia medianya, dimana tahap awal adalah memperoleh unsur-unsur kimia, serta
distribusinya dalam tanaman. Hal ini merupakan bidang nutrisi tanaman
(Hakimah dkk, 2002).
Pertumbuhan dan mutu tanaman sangat dipengaruhi oleh kadar nutrisi
yang tersedia dalam media tanam dan dapat diserap oleh tanaman. Beraneka
ragam unsur dapat ditemukan di dalam tubuh tumbuhan, tetapi tidak berarti bahwa
seluruh unsurunsur tersebut dibutuhkan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya.
Unsur-unsur yang terdapat di dalam tanah cukup banyak. Seringkali tanah
mengandung unsur yang diperlukan maupun yang tidak diperlukan bagi tanaman.
Dalam konsentrasi yang tinggi unsur-unsur tersebut dapat merusak tanaman.
Unsur yang diperlukan dalam jumlah yang banyak seperti nitrogen, fosfor,
kalium, dan sebagainya biasanya tidak begitu berbahaya bagi tanaman walaupun
dalam jumlah yang berlebihan. Lain halnya dengan unsur-unsur yang hanya
diperlukan dalam jumlah yang kecil umpamanya mangan, molybdenum, boron
dan sebagainya.
1. Natrium
2. Silikon
Silicon bukan termasuk unsure hara esensial pada tanaman. Hal ini
dikarenakan fungsinya secara fisiologis belum diketahui.
3. Kobalt
Kobalt (Co) adalah sejenis unsur jejak dan logam berat yang
ditemukan di dalam tanah (Hansen et al, 2001; Guevara dkk, 2002)
yang dapat dimasukkan ke dalam situs aktif dan membuat enzim
urease tidak aktif (Yamaguchi dkk , 1999).
2. Phosphorus (P)
Tanaman membutuhkan P untuk pembentukan ATP (energi), fosfat gula,
dan asam nukleat. Gejala defdisiensi P biasanya lebih dapat diamati pada
tanaman muda (Gambar 2.7) yang membutuhkan P lebih banyak dari
tanaman yang sudah berkembang penuh.
Defisiensi P mempengaruhi daun yang tua pertama-tama yang dapat
menunjukkan warna jingga akibat akumulasi gula pada tanaman yang
kekurangan P yang menguntungkan sintesis anthocyanin.
Gambar 2.7 Gejala defisiensi P (fosfor) pada tanaman jagung. Sumber: Sawyer
(2004)
3. Kalium (K)
Kalium digunakan tanaman untuk aktivasi enzim (protein khusus yang
berfungsi sebagai katalis dan co-factor), fotosintesis, pembentukan protein,
dan transport gula. Unsur K juga dibutuhkan untuk pergerakan stomata
dan memelihara netralitas muatan (electroneutrality) dalam sel.
Gejala defisiensi K adalah khlorosis mulai terutama pada ujung daun dan
berkembang pada tepi daun ke arah bawah (pangkal daun) dengan tulang
daun utama pada bagian tengah daun tetap hijau yang membentuk V untuk
warna kuning (Gambar 2.8).
Daun yang mengalami defisiensi K dapat juga menunjukkan bercak bercak
kecil setempat atau area khlorosis dengan daun terbakar pada bagian tepi.
4. Sulfur (S)
Tanaman membutuhkan S (Sulfur) untuk pembentukan asam amino dan
karenanya protein tertentu serta beberapa senyawa lain.
Diagnosis gejala defisiensi S dapat sulit dilakukan dengan gejalanya yang
menyerupai gejala defisiensi N dan Mo
Berbeda dengan defisiensi N dan Mo, gejala defisiensi S mula-mula terjadi
pada daun muda yang menunjukkan corak garis dengan warna hijau muda
hingga kuning (Gambar 2.9)
Pada tanaman ubikayu, gejala defisiensi S nampak pada daun muda
dengan warna hijau kuning hingga kuning (Gambar 2.10)
Gambar 2.14 Gejala defisinsi Ca pada tanaman tomat. Sumber: Epstein & Bloom
(2004)
Gambar 2.15 Posisi lamella tengah dan defisiensi Ca pada tanaman ubikayu.
Sumber: Copyright c Pearson Education, Inc., publishing as Benjamin Cummings
(kiri),
Gambar 2.16 Gejala defisiensi Ca pada akar dan daun tanaman ubikayu
2.4.2 Unsur Hara Mikro
1. Besi (Fe)
Tanaman membutuhkan Fe (Iron) yang memainkan peranan penting dalam
reaksi respirasi dan fotosintesis. Defisiensi Fe mengakibatkan penurunan
pembentukan khlorofil yang dicirikan oleh khlorosis antar tulang daun
dengan perbedaan yang jelas antara area khlorosis dan tulang daun pada
daun muda (Gambar 2.17 & 2.18).
Daun dengan defisiensi Fe sering menunjukkan khlorosis pada antar
tulang daun yang menghasilkan jejaring warna hijau. Dengan tingkat
defisiensi yang semakin tinggi, seluruh daun akan nampak kuning-
memutih yang kemudian berubah menjadi nekrosis. Tanaman yang
mengalami defisiensi unsur hara Fe sering dijumpai pada tanah berkapur
akibat presipitasi Fe pada pH tinggi yang mengurangi ketersediaan Fe, dan
sering diikuti dengan defisiensi unsur mikro seperti Mn, Cu dan Zn.
Gambar 2.17 Gejala defisiensi Fe (besi) pada tanaman kacang tanah dan jagung.
Sumber: Bennett (1993)/kiri, dan Sawyer (2004)/kanan
Gambar 2.18 Gejala defisiensi Fe pada tanaman kedelai (atas) dan ubikayu
(bawah)
2. Mangan (Mn)
Tanaman membutuhkan Mn (Manganese) untuk aktivitas beberapa enzim,
dan untuk proses fotosintesis khususnya evolusi O2.
Khloroplast adalah organella sel yang paling sensitif terhadap defisiensi
Mn (Mengel & Kirkby, 2001). Sebagai konsekuensinya, suatu gejala
defisiensi Mn adalah khlorosis antar tulang daun pada daun muda (Gambar
2.19).
3. Seng (Zn)
Tanaman membutuhkan Zn (Zinc) untuk pembentukan hormon tumbuh
yang penting terutama untuk perpanjangan ruas.Mobilitas Zn dalam tubuh
tanaman tergolong sedang sehingga gejala defisiensi mula-mula akan
nampak pada daun tengah.Daun yang mengalami defisiensi Zn
menunjukkan khlorosis antar tulang daun khususnya setengah bagian daun
antara tepi daun dan tulang daun tengah (midrib), yang menghasilkan
corak garis-garis, dan beberapa bercak kecil dapat juga timbul (Gambar
2.20).
Area khlorosis dapat juga nampak hijau pucat, kuning, dan bahkan putih.
Defisiensi Zn berat akan mengakibatkan daun menjadi putih kelabu dan
mati atau gugur prematur.
Dengan peranan penting Zn pada perpanjangan ruas, tanaman yang
mengalami defisiensi Zn akan nampak pendek kerdil.
Pada tanaman ubikayu, defisiensi Zn dapat menunjukkan gejala daun
terbalik dengan warna hijau pucat (Gambar 2.21).
Gambar 2.19 Gejala defisiensi Mn pada tanaman jeruk, dan gejala toxisitas pada
tanaman French bean
Gambar 2.20 Gejala defisiensi Zn (seng, Zinc) pada tanaman jagung dan kedelai
(kiri), serta pada tanaman ubikayu (kanan)
4. Copper (Cu)
Tanaman membutuhkan Cu (tembaga) untuk pembentukan khlorofil dan
sintesis protein serta untuk mendukung proses respirasi.
Tanaman yang mengalami defisiensi Cu menunjukkan khlorosis pada daun
muda, pertumbuhan yang terhambat, pemasakan yang lambat
(pembentukan anakan yang sangat lambat pada tanaman biji-bijian), rebah,
dan warna coklat (melanosis) pada beberapa kasus.
Pada tanaman serealia, hasil biji sering sangat rendah (Gambar 2.21), dan
biji dapat tidak terbentuk pada kasus defisiensi Cu yang sangat berat.
Gambar 2.21. Gejala defisiensi Cu (tembaga, Copper) pada tanaman gandum.
Sumber: Solberg et al. (1999)
5. Boron (B)
Fungsi utama B (boron) pada tanaman berhubungan dengan pembentukan
dinding sel dan jaringan reproduksi.
Tanaman yang mengalami kekurangan defisiensi B menunjukkan
khlorosis pada daun muda dan kematian titik tumbuh utama atau titik
tunas atas (terminal bud) (Gambar 2.22).
Daun dapat menunjukkan warna coklat gelap, luka yang tidak teratur yang
berkembang menjadi nekrosis pada kasus berat. Bercak kuning pucat dapat
juga dijumpai pada pangkal daun.
Dengan gangguan pada pertumbuhan dinding sel, daun dan batang dari
tanaman yang mengalami defisiensi B menjadi rapuh dan mengalami
distorsi dengan ujung daun cenderung menebal dan melengkung seperti
pada daun kelapa sawit (Gambar 2.22).
Tanaman yang mengalami defisiensi B tumbuh perlahan dan nampak
kerdil sebagai akibat dari ruas yang pendek. Gejala defisiensi dengan
toxisitas B dapat hampir sama seperti pada tanaman ubikayu (Gambar
2.23).
Gambar 2.22 Gejala defisiensi Cu (tembaga, copper) pada tanaman ubikayu (kiri),
gejala defisiensi B (boron) pada beberapa tanaman (kanan)
Gambar 2.23 Gejala toxisitas B pada tanaman ubikayu (kiri) dan jeruk (kanan)
6. Molybdenum (Mo)
Molybdenum dibutuhkan untuk aktivitas enzim pada tanaman dan untuk
fiksasi nitrogen pada tanaman leguminosa (kacang-kacangan).
Dengan hubungan yang cukup erat antara fungsi N dan Mo pada tanaman
leguminosa, gejala defisiensi Mo sering menyerupai gejala defisiensi N
dengan pertumbuhan yang terhambat dan khlorosis (Gambar 2.24).
Gejala awal tanaman yang mengalami defisiensi Mo adalah khlorosis
secara umum, yang hampir sama dengan gejala defisiensi N, yang dapat
diikuti dengan noktah belang-belang bersama dengan khlorosis intervein
(antara tulang daun).
Gejala lain dari defisiensi Mo disamping warna pucat pada daun adalah
gejala seperti terbakar, melekuk dan menggulung. Daun dapat juga
nampak tebal atau rapuh dan akhirnya layu yang meninggalkan hanya
tulang daun.
Gambar 2.24 Gejala defisiensi Mo (Molybdenum) pada tanaman rockmelon (kiri),
dan tomat (kanan), dan tomat (kanan). Sumber: Weir (2004)/kiri, dan Epstein &
Bloom (2004)/kanan
7. Khlor (Cl)
Tanaman membutuhkan konsentrasi Cl (khlor) yang cukup tinggi dalam
jaringannya untuk turgiditas dan fotosintesis. Tanah umumnya mengdung
Cl cukup banyak terutama pada area salin, dan defisiensi Cl dapat terjadi
pada tanah daerah pedalaman yang mengalami pencucian tinggi.
Gejala defisiensi Cl yang paling umum adalah khlorosis dan layu untuk
daun muda. Khlorosis terjadi pada bagian depresi datar antar tulang daun
dari helai daun.
Layu pada bagian tepi daun dan system perakaran yang bercabang banyak
juga merupakan ciri spesifik dari defisiensi Cl yang dijumpai pada
tanaman serealia (Mengel & Kirkby, 2001).
Bercak khlorosis dan nekrosis dapat dijumpai sepanjang daun dengan
batas yang jelas antara bagian jaringan yang mati dan hidup (Gambar
2.25).
Pada kasus dengan tingkat defisiensi yang lebih tinggi, ciri berkarat sering
nampak pada bagian atas daun dewasa sebagaimana yang ditunjukkan
daun tomat (Gambar 2.25).Tanaman umumnya toleran pada Cl, tapi
beberapa spesies seperti tanaman avocado dan anggur sensitif terhadap Cl
dan dapat menunjukkan toxisitas pada konsentrasi Cl yang rendah dalam
tanah.
Sensitivitas terhadap defisiensi Cl dapat berbeda antara varietas, dan gejala
penyakit daun tertentu yang hampir sama dengan gejala defisiensi Cl
sering ditafsirkan salah sebagai bercak daun fisiologi (Engel et al., 2001).
Gambar 2.25 Gejala defisiensi Cl (Chlorine) pada tanaman tomat dan gandum
(WB881 durum wheat) yang ditanam secara hidroponik. Sumber: Epstein &
Bloom (2004)/tomat; Engel et al. (2001)/gandum
2.5 Toksisitas
Umumnya ada tiga jenis zat beracun, yaitu kimia, biologi, dan fisika:
Zat beracun kimiawi meliputi zat-zat inorganik seperti timah, merkuri,
asbestos, asam hidrofluorat, dan gas klorin, serta zat-zat organik seperti
metil alkohol, sebagian besar obat-obatan, dan racun dari makhluk hidup.
Zat beracun biologis meliputi bakteri dan virus yang dapat menciptakan
penyakit di dalam organisme hidup. Toksisitas biologis sulit diukur karena
"batas dosis"-nya bisa berupa satu organisme tunggal. Secara teori, satu as
dosis"-nya bisa berupa satu organisme tunggal. Secara teori, satu virus,
bakteri, atau cacing dapat bereproduksi dan mengakibatkan infeksi parah.
Akan tetapi, di dalam inang yang memiliki sistem kekebalan tetap,
toksisitas yang tertanam di dalam organisme diseimbangkan oleh
kemampuan inang untuk melawan balik; toksisitas yang efektif adalah
gabungan dari kedua belah hubungan tersebut. Keadaan sejenis juga dapat
terjadi pada beberapa jenis agen beracun lainnya.
Zat beracun fisik adalah zat-zat yang karena sifat alamiahnya mampu
mengganggu proses biologis. Misalnya, debu batu bara dan serat asbestos
yang dapat mematikan jika dihirup. Keracunan obat adalah suatu efek obat
yang timbul pada pasien karena beberapa faktor seperti miss use (salah
penggunaan), miss dose (salah dosis), salah pemberian obat,dan lain lain
yang sifatnya tidak di sengaja atau disengaja. Sedangkan alergi obat
adalah suatu reaksi yang ditimbulkan olah tubuh akibat pemberian
senyawa asing.
Gejala keracunan sering sulit untuk diobati karena kelebihan nutrien yang
satu dapat menyebabkan kekurangan unsur hara lainnya. Sebagai contoh, gejala
klasik mangan toksisitas, yang sering terjadi dalam tanah yang tergenang air,
adalah munculnya bintik-bintik coklat karena pengendapan MnO2 dikelilingi oleh
chlorotic vena. Tapi kelebihan mangan juga dapat menyebabkan kekurangan zat
besi, magnesium, dan kalsium. Mangan bersaing dengan besi dan magnesium
untuk penyerapan dan magnesium untuk mengikat enzim. Mangan juga
menghambat kalsium translokasi menuju ke puncak, menyebabkan gangguan
yang dikenal sebagai '' crinkle daun.'' Dengan demikian gejala dominan mangan
toksisitas sebenarnya mungkin gejala besi, magnesium, dan kekurangan kalsium.
Kelebihan mikronutrien biasanya menghambat pertumbuhan akar, bukan
karena akar lebih sensitif daripada tunas tetapi karena akar organ pertama untuk
mengumpulkan nutrisi. Hal ini terutama berlaku tembaga dan seng.
BAB III
A. KESIMPULAN
1. Nutrisi pada tumbuhan terbagi menjadi nutrisi makro dan nutrisi mikro.
Dimana kedua nutrisi tersebut terdiri atas beberapa unsur yang mempunyai fungsi
spesifik masing-masing dalam metabolisme tumbuhan.
B. SARAN
Hakimah Halim dkk. 2002. Buku Ajar Nutrisi Tanaman. Banjarbaru: Universitas