Anda di halaman 1dari 29

PLANT and INORGANIC NUTRIENT

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Tumbuhan
Yang dibina oleh
Prof. Dra. Herawati Susilo, M. Sc., Ph.D.
Disajikan pada Rabu, 20 September 2017

Oleh
Kelompok 10/ Offering B
1. Afmalia Nurul Arfianti NIM : 160341606078
2. Rike Dwi Wahyuna NIM : 160341606067
3. Syifa Nur Azizah S. H. NIM : 160341606048

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Sepetmber 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehatan dan juga waktu
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul Akar, tanah
dan...... dengan lancar dan tepat waktu. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu
Prof. Dr. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D selaku dosen pembina matakuliah fisiologi
tumbuhan. Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan dan juga sumber
belajar mengajar di dalam perkuliahan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
kami. Oleh karena itu, kami berharap pembaca memberikan kritikan yang
konstruktif dan logis untuk membangun kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Malang, 20 September 2017

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ...........................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................
1.2. Rumusan Masalah .............................
1.3. Tujuan ................................................................
1.4. Manfaat ...............................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Nutrisi pada Tumbuhan

2.2 Unsur Esensial bagi Tumbuhan


2.3 Unsur lain yang menguntungkan bagi
tumbuhan....................................................................

2.4 Gejala Defisiensi .......................................................

2.5 Toksisitas......................................................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .........................................................................
B. Saran ................................................................................
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan berbeda dengan hewan. Tumbuhan bersifat autotroph yakni
dapat menyusun zat makanannya sendiri, karena dapat berfotosintesis.
Sedangkan, hewan bersifat heterotroph yakni tidak dapat menyusun zat
makanannya sendiri, karena tidak dapat berfotosintesis. Hewan hanya dapat
hidup dari zat makanan yang sudah jadi, seperti glukosa, amilum, lemak, dan
protein yang sudah dibuat tumbuhan.
Nutrisi dapat diartikan sebagai proses untuk memperoleh nutrien,
sedangkan nutrien dapat diartikan sebagai zat-zat yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Untuk keperluan hidupnya tumbuh-tumbuhan
memerlukan nutrien yang berupa mineral dan air. Mineral diperoleh tumbuhan
dari dalam tanah, demikian pula air dapat diperoleh dari dalam tanah. Mineral-
mineral tersebut di dalam tanah larut dalam air. Larutanlarutan mineral
tersebut kemudian diserap oleh akar tumbuhan dan dapat sampai di daun
melalui pembuluh xilem.
Bulu akar merupakan bagian akar yang halus sekali yang merupakan
tonjolan dari epidermis dan berperan dalam penyerapan unsur-unsur yang
diperlukan tanaman dari dalam tanah. Bulu akar biasanya tumbuh di ujung-
ujung akar yang baru tumbuh dan setelah itu dapat mati, sehingga pada akar
yang sudah tua tidak terdapat bulu akar.
Nutrisi pada tumbuhan antara lain terjadi melalui akar. Air dan mineral
yang diperlukan tumbuhan dari dalam tanah diserap oleh akar kemudian
diangkut ke seluruh tubuh tumbuhan melalui sel-sel pembuluh jaringan ikat.
Sel-sel pembuluh jaringan ikat ini dapat diibaratkan sebagai selang yang dapat
dipergunakan untuk mengalirkan air dari akar hingga ke daun.
Jaringan ikat pembuluh pada tumbuhan terdiri atas xilem dan phloem.
Xilem berperan untuk mengangkut air dan unsur-unsur hara atau unsur-unsur
kimia dari akar hingga ke daun. Floem merupakan ikatan pembuluh yang
mengangkut bahan-bahan hasil fotosintesis ke seluruh tubuh. Nutrien bagi
tanaman diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti
pertumbuhan dan pembiakan. Nutrien yang diperoleh tumbuhan akan
disimpan dalam tubuh tumbuh-tumbuhan tersebut, dan dipergunakan. Tubuh
tumbuhan atau tanaman, sebagian besar terdiri atas tiga unsur, yaitu karbon
(C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Unsur-unsur ini merupakan unsur
pembangun karbohidrat dan lemak. Unsur-unsur tersebut merupakan
komponen utama pembangun dinding sel tumbuhan. Unsur tersebut
diambilnya dari udara berupa karbon dioksida (CO2) dan O2 serta dari tanah
berupa air (H2O). Tumbuhan tak mungkin hidup dengan ketiga unsur ini saja.
Tumbuhan perlu membentuk protoplas yang mengandung protein dari unsur-
unsur C,H,O,N dan asam nukleat dari C,H,O,N,S,P, serta unsur-unsur lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja unsur esensial dan unsur benefisial yang diperlukan tumbuhan?
2. Bagaimana tanda defisiensi nutrien pada suatu tumbuhan?
3. Bagaimana tanda toksisitas nutrien pada suatu tumbuhan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui macam unsur esensial dan benefisial yang diperlukan
tumbuhan
2. Mengetahui tanda defisiensi nutrien pada suatu tumbuhan
3. Mengetahui tanda toksisitas nutrien pada suatu tumbuhan
1.4 Manfaat
1. Mengetahui macam unsur esensial dan benefisial yang diperlukan
tumbuhan
2. Mengetahui tanda defisiensi nutrien pada suatu tumbuhan
3. Mengetahui tanda toksisitas nutrien pada suatu tumbuhan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Nutrisi Pada Tumbuhan
Nutrisi tumbuhan mempelajari tentang unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman serta fungsi unsur-unsur tersebut pada kehidupan tanaman. Sebagai
sains, nutrisi tanaman berhubungan dengan fisiologi tumbuhan. Proses fisika,
kimia, fisiologi serta biokimia ini berkaitan dengan interaksi tanaman dengan
kimia medianya, dimana tahap awal adalah memperoleh unsur-unsur kimia, serta
distribusinya dalam tanaman. Hal ini merupakan bidang nutrisi tanaman
(Hakimah dkk, 2002).
Pertumbuhan dan mutu tanaman sangat dipengaruhi oleh kadar nutrisi
yang tersedia dalam media tanam dan dapat diserap oleh tanaman. Beraneka
ragam unsur dapat ditemukan di dalam tubuh tumbuhan, tetapi tidak berarti bahwa
seluruh unsurunsur tersebut dibutuhkan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya.
Unsur-unsur yang terdapat di dalam tanah cukup banyak. Seringkali tanah
mengandung unsur yang diperlukan maupun yang tidak diperlukan bagi tanaman.
Dalam konsentrasi yang tinggi unsur-unsur tersebut dapat merusak tanaman.
Unsur yang diperlukan dalam jumlah yang banyak seperti nitrogen, fosfor,
kalium, dan sebagainya biasanya tidak begitu berbahaya bagi tanaman walaupun
dalam jumlah yang berlebihan. Lain halnya dengan unsur-unsur yang hanya
diperlukan dalam jumlah yang kecil umpamanya mangan, molybdenum, boron
dan sebagainya.

Nutrisi yang dibutuhkan tanaman/tumbuhan dapat dilacak antara lain dari


komposisi kima penyusun suatu tanaman/tumbuhan tersebut, karena selain
sebagian besar massa organik suatu tumbuhan berasal dari CO2 udara, juga
tergantung pada kandungan nutrien tanah dalam bentuk air dan mineral.
Komposisi tumbuhan terdiri atas :

95% berupa bahan organik, dalam bentuk :

1. Kabohidrat (termasuk Sellulosa dari dinding sel)


2. Senyawa sulfur, nitrogen dan fosfat.

5% berupa bahan anorganik (50 unsur kimia)


Tumbuhan memerlukan kombinasi yang tepat dari berbagai nutrisi untuk
tumbuh, berkembang, dan bereproduksi. Ketika tumbuhan mengalami malnutrisi,
tumbuhan menunjukkan gejala-gejala tidak sehat. Nutrisi yang terlalu sedikit atau
yang terlalu banyak dapat menimbulkan masalah. Tanaman memerlukan sumber
nutrisi agar bisa tumbuh subur dan mnghasilkan produk yang berkualitas untuk
digunakan makhluk hidup lainnya. Nutrisi tanaman terbagi dalam dua jenis, yaitu
makronutrien dan mikronutrien.
Makronutrien dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan dalam jumlah yang
relatif tinggi ketimbang unsur hara mikronutrient. Kandungan unsur hara makro
pada jaringan tanaman, seperti N, 1000 kali lebih besar daripada kandungan unsur
hara mikro Zn. Berikut ini adalah klasifikasi dari unsur hara makro yakni : C, H,
O, N, P, S, Ca, Mg, (Na, Si). Sedangkan yang termasuk unsur-unsur hara mikro
adalah : Fe, Mn, Zn, Mo, B, Cl.
Pembagian nutrisi tanaman atas makro dan mikronutrient bersifat relatif
dan kadang-kadang dalam kasus-kasus lainnya kandungan makronutrient dan
mikronutrient ternyata lebih mudah daripada yang tercantum diatas. Misalnya saja
kandungan nutrisi dari Fe atau Mn ternyata hampir sama atau sebanding dengan
kandungan unsur hara dari S atau Mg. Kandungan unsur hara mikro sering
melampui kebutuhan fisiologisnya. Hal ini juga terjadi pada Mn. Klorida juga
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup tinggi pada beberapa spesies tanaman yang
dibutuhkan pada proses fotosintetis.
2.2 Unsur Esesnsial bagi Tumbuhan
Sebagian besar tanaman memerlukan sejumlah unsur hara yang relative
kecil untuk menyelesaikan sikus hidupnya dengan baik. Dimana, unsur yang
dibutuhkan tersebut dianggap sebagai unsur hara yang penting. Hal itu didasarkan
pada dua kriteria yang dikemukakan oleh E. Epstein (1972). Menurut Epstein,
sebuah unsur dianggap penting jika:
1. Jika unsur ini tidak ada, tumbuhan tidak dapat menyelesaikan
hidup normal
2. Unsur yang dibutuhkan tersebut merupakan bagian dari beberapa
penyusun tumbuhan penting atau metabolic
Unsur-unsur mineral yang dibutuhkan tumbuhan dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu unsur makro dan unsur mikro. Jenis dan peranan unsur-unsur
tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
1. Unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tumbuhan

Unsur Bentuk yang Fungsi utama


tersedia bagi
tumbuhan
Karbon (C) CO2 Komponen utama dari senyawa organik
tumbuhan
Oksigen (O) CO2; H20 Komponen utama dari senyawa organik
tumbuhan
Hidrogen (H) H2O Komponen utama dari senyawa organik
tumbuhan
Nitrogen (N) NO3; NH4 Komponen dari asam nukleat, protein,
hormon, klorofil, dan koenzym
Sulfur (S) SO4 Komponen dari protein, koenzym
Fosfor (P) H2PO4; HPO4 Komponen dari asam nukleat, fosfolipid,
ATP dan beberapa koenzym
Kalium (K) K Kofaktor dalam sintesis protein, mengatur
keseimbangan air, membuka dan menutup
stomata
Kalsium (Cl) Ca Pembentukan, pembuatan dan keestabilan
dinding sel, mengatur struktur dan
permeabilitas membran, aktivator
beberapa enzim, regulator respon sel
terhadap stimulus.
Magnesium (Mg) Mg Komponen ddari klorofil, aktivator
banyak enzim

2. Unsur hara mikro yang dibutuhkan oleh tumbuhan


Unsur Bentuk yang Fungsi utama
tersedia bagi
tumbuhan
Klor (Cl) Cl Diperlukan pada tahap penguraian air
dalam fotosintesis, mengatur
keseimbangan air
Besi (Fe) Fe; Fe Komponen dari sitokrom, aktivator
beberapa enzim
Boron (B) H2BO3 Kofaktor dalam sintesis klorofil, terlibat
dalam transport karbohidrat dan sintesis
asam nukleat
Mangan (Mn) Mn aktiv dalam pembentukan asam amino,
aktivator beberapa enzim, diperlukan
dalam tahapan penguraian air dalam
fotosintesis
Seng (Zn) Zn Aktiv dalam pembentukan klorofil,
aktivator beberapa enzym
Kuprum (Cu) Cu; Cu Komponen dari banyak enzym, reaksi
redoks dan biosintesis lignin
Molibdunum (Mo) MoO4 Essensial untuk fiksasi nitrogen, kofaktor
dalam reduksi nitrat
Nikel (Ni) Ni Kofaktor enzym yang berfungsi dalam
metabolisme nitrogen

Baik makro dan mikronutrien diperoleh akar tumbuhan melalui tanah.


Akar tumbuhan memerlukan kondisi tertentu untuk dapat mengambil nutrisi-
nutrisi tersebut dari dalam tanah. Pertama, tanah harus lembap sehingga nutrien
dapat diambil dan ditransport oleh akar. Kedua, pH tanah harus berada dalam
rentang dimana nutrien dapat dilepaskan dari molekul tanah. Ketiga, suhu tanah
harus berada dalam rentang dimana pengambilan nutrien oleh akar dapat terjadi.
Suhu, pH, dan kelembapan optimum untuk tiap spesies tumbuhan berbeda. Hal ini
menyebabkan nutrien tidak dapat dipergunakan oleh tumbuhan meskipun nutrien
tersebut tersedia di dalam tanah. Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol
oleh faktor dalam (internal), tetapi juga ditentukan oleh faktor luar (eksternal).
Salah satu faktor eksternal tersebut adalah unsur hara esensial. Unsur hara esensial
adalah unsur-unsur yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Apabila unsur
tersebut tidak tersedia bagi tanaman, maka tanaman akan menunjukkan gejala
kekurangan unsur tersebut dan pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Berdasarkan jumlah yang diperlukan kita mengenal adanya unsur hara makro dan
unsur hara mikro.

2.3 Unsur-unsur lain yang menguntungkan

Selain unsur-unsur yang telah disebutkan diatas, masih ada


elemen-elemen yang bermanfaat dan dapat di masukkan ke dalam
daftar elemen penting yang di butuhkan oleh tumbuhan. Unsur-unsur
tersebut antara lain: natrium, silicon, kobalt, dan selenium.

Unsur Na, Si, dan Co dianggap bukan unsur hara essensial,


tetapi hampir selalu terdapat dalam tanaman. Misalnya, unsur Na
pada tanaman di tanah garaman yang kadarnya relatif tinggi dan
sering melebihi kadar P (Fosfor).

1. Natrium

Natrium berfungsi untuk mempertahankan kadar air di daun.


Selain itu, Na juga dapat menggantikan unsur kalium (K+) apabila
tanaman kekurangan unsur kalium (Ratna, 2007:27). Natrium (Na)
dikenal sebagai unsur tambahan untuk beberapa jenis tanaman.
Menurut Wild dan Jones (1988), (dalam Jumberi, 2006:31) dikatakan
bahwa pengaruh Na akan sangat besar bila pasokan K+ bagi tanaman
tidak mencukupi. Unsur ini dapat mengurangi pengaruh yang
ditimbulkan oleh kekurangan K+ tapi tidak dapat menggantikan
fungsi K+ sepenuhnya. Konteks fotosistesis, Na+ berperan sebagai
unsur esensial bagi tanaman yang tergolong C4 dan CAM. Pentingnya
Na untuk kedua jenis tanaman ini dalam hal osmoregulation,
pemeliharaan turgor, dan untuk mengontrol aktivitas stomata
(Jumberi, 2006:42).

2. Silikon

Silicon bukan termasuk unsure hara esensial pada tanaman. Hal ini
dikarenakan fungsinya secara fisiologis belum diketahui.

Menurut definisi, unsure kimiaa dapat dikatakan hara esensial


bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman jika:

a. Unsur tersebut terlibat dalam metabolisme tanaman.


b. Tanaman tidak mampu melengkapi daur hidupnya, apabila unsure
tersebut tidak ada.

Si di perlukan untuk menjadikan daun yang tegak, sehingga


daun akan lebih efektif menangkap radiasi sinar matahari dan
efisien dalam penggunaan hara yang dapat menentukan tinggi
rendahnya tanaman.

Si akan membuat batang tanaman menjadi lebih kuat dan kekar,


sehingga lebih tahan terhadap serangan hama, dan tanaman menjadi
tidak mudah tumbang. Si juga dapat membuat perakaran tanaman
menjadi kuat, intensif, dan menaikkan root oxiding power, yaitu
kemampuan akar untuk mengoksidasi lingkungannya.

Tanaman yang kekurangan Si akan banyak mengalami kehilangan


air dari tanaman (transportasinya tinggi), karena permukaan
daunnya kurang terlindungi oleh silikat, sehingga tanaman menjadi
mudah mengalami kekeringan. Si banyak terdapat pada lapisan
epidermis daun, pelepah daun dan batang (Takahashi, 1995). Secara
umum pemberian silikat dapat memperbaiki fungsi fisiologis pada
tanaman dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama,
penyakit, dan terhadap kerebahan.

3. Kobalt

Kobalt (Co) adalah sejenis unsur jejak dan logam berat yang
ditemukan di dalam tanah (Hansen et al, 2001; Guevara dkk, 2002)
yang dapat dimasukkan ke dalam situs aktif dan membuat enzim
urease tidak aktif (Yamaguchi dkk , 1999).

Keberadaan kobalt di dalam tanah bisa sangat mempengaruhi


tanaman tertentu, terutama tanaman kacangan. Kobalt sangat penting
untuk tanaman kacangan seperti yang diperlukan untuk fiksasi
nitrogen oleh bakteri di nodul akar (Witte et al., 2002), dan
bahkan memiliki efek menguntungkan pada beberapa non-polongan
tanaman seperti kentang dan kedelai (Locke et al, 2000.).
Sebagai contoh, kobalt mendorong pertumbuhan bibit dan
meredakan jaringan penuaan usia karena menghambat aktivitas ACC
oksidase dan mengurangi produksi ETH (Lau dan Yang, 1976). Kobalt
juga dapat memberikan efek perlindungan pada daun bibit kentang
selama stres osmotik.
Selain menguntungkan ternyata kobalt bisa merugikan apabila
jumlahnya berlebih. Kelebihan kobalt menyebabkan pengurangan hasil
dan penghambatan dalam berasimilasi produksi di daun, dan bahkan
menghambat ekspor photoassimilates ke akar dan tenggelam lainnya
(Rauser dan Samarakoon, 1980). Kobalt yang berlebih juga
menyebabkan tekanan oksidatif (Tewari et al., 2002) dan dapat
mengakibatkan phytotoxity untuk tanaman (Chatterjee dan
Chatterjee, 2003).
Kobalt juga memiliki efek fisiologis yang berbahaya bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, seperti mengurangi aktivitas
urease (Yamaguchi et al, 1999; Witte et al, 2002) dan menghambat
transportasi asimilasi apabila dalam konsentrasi berlebih ( Rauser
dan Samarakoon, 1980).
Unsur kobalt bisa diberikan lewat aplikasi pupuk organik dan
pupuk majemuk meskipun hanya dalam jumlah relatif kecil.
4. Selenium

Selenium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang


memiliki lambang Se dan nomor atom 34. Ditemukan oleh Berzellius
pada tahun 1817, yang menemukannya bergabung bersama tellurium
(namanya diartikan sebagai bumi). Selenium adalah trace mineral
yang sangat penting bagi kesehatan yang baik tetapi diperlukan
hanya dalam jumlah kecil. Selenium adalah dimasukkan ke dalam
protein untuk membuat selenoproteins, yang enzim antioksidan
penting. Sifat antioksidan dari selenoproteins membantu mencegah
kerusakan sel dari radikal bebas.

2.4 Gejala Defisiensi


2.4.1Unsur Hara Makro
1. Nitrogen (N)
Nitrogen dibutuhkan tanaman untuk pembentukan berbagai senyawa
seperti asam amino, protein, asam inti atau nukleat (DNA dan RNA), dan
khlorofil
Gejala defisiensi N adalah khlorosis (hijau pucat sampai kuning) pada
daun tua, pertumbuhan yang terhambat (kerdil), dan nekrosis pada daun
yang lebih bawah pada kasus kekurangan N yang berat (Gambar 2.6)
Gambar 2.6 Perkembangan gejala defisiensi N (Nitrogen) pada tanaman jagung
yang menghasilkan bentuk V (kiri), dan gejala defisiensi N dilapangan (kanan).
Sumber:
http://www.gov.on.ca/OMAFRA/english/environment/efp/infosheet_16.html
(kiri), dan Sawyer (2004), Iowa State University (kanan)

2. Phosphorus (P)
Tanaman membutuhkan P untuk pembentukan ATP (energi), fosfat gula,
dan asam nukleat. Gejala defdisiensi P biasanya lebih dapat diamati pada
tanaman muda (Gambar 2.7) yang membutuhkan P lebih banyak dari
tanaman yang sudah berkembang penuh.
Defisiensi P mempengaruhi daun yang tua pertama-tama yang dapat
menunjukkan warna jingga akibat akumulasi gula pada tanaman yang
kekurangan P yang menguntungkan sintesis anthocyanin.

Gambar 2.7 Gejala defisiensi P (fosfor) pada tanaman jagung. Sumber: Sawyer
(2004)
3. Kalium (K)
Kalium digunakan tanaman untuk aktivasi enzim (protein khusus yang
berfungsi sebagai katalis dan co-factor), fotosintesis, pembentukan protein,
dan transport gula. Unsur K juga dibutuhkan untuk pergerakan stomata
dan memelihara netralitas muatan (electroneutrality) dalam sel.
Gejala defisiensi K adalah khlorosis mulai terutama pada ujung daun dan
berkembang pada tepi daun ke arah bawah (pangkal daun) dengan tulang
daun utama pada bagian tengah daun tetap hijau yang membentuk V untuk
warna kuning (Gambar 2.8).
Daun yang mengalami defisiensi K dapat juga menunjukkan bercak bercak
kecil setempat atau area khlorosis dengan daun terbakar pada bagian tepi.

4. Sulfur (S)
Tanaman membutuhkan S (Sulfur) untuk pembentukan asam amino dan
karenanya protein tertentu serta beberapa senyawa lain.
Diagnosis gejala defisiensi S dapat sulit dilakukan dengan gejalanya yang
menyerupai gejala defisiensi N dan Mo
Berbeda dengan defisiensi N dan Mo, gejala defisiensi S mula-mula terjadi
pada daun muda yang menunjukkan corak garis dengan warna hijau muda
hingga kuning (Gambar 2.9)
Pada tanaman ubikayu, gejala defisiensi S nampak pada daun muda
dengan warna hijau kuning hingga kuning (Gambar 2.10)

Gambar 2.9 Gejala defisiensi S (Sulfur) pada tanaman Jagung

Gambar 2.10 Gejala defisiensi S pada tanaman ubikayu


5. Magnesium (Mg)
Magnesium adalah unsur sentral dalam molekul khlorofil dan merupakan
suatu kofaktor penting untuk pembentukan ATP.
Defisiensi Mg tidak umum, dan gejala defisiensi Mg termasuk khlorosis
antar tulang daun pada daun tua. Tepi daun nampak kuning atau jingga
kemerah-merahan sedang tulang daun tengah tetap hijau.
Pada tanaman tomat, gejala defisiensi Mg pada daun yang lebih tua adalah
bercakbercak putih antar tulang daun dan seperti berkarat pada tepi daun
(Gambar 2.11). Ini berbeda dengan gejala defisiensi Mg pada tanaman lain
(Gambar 2.12 & 2.13) seperti jeruk dan appel yang menunjukkan secara
berurutan warna daun yang kuning dan coklat terbakar.
Gambar 2.11 Gejala defisiensi Mg (Magnesium) pada tanaman tomat. Sumber:
Epstein & Bloom (2004)

Gambar 2.12. Gejala defisiensi Mg pada tanaman jeruk dan appel

Gambar 2.13. Gejala defisiensi Mg pada tanaman ubikayu


6. Kalsium (Ca)
Kalsium umumnya adalah kation utama dalam lamella tengah dari dinding
sel dengan kalsium pektat (calcium pectate) sebagai bahan penyusun
utama.
Konsekuensinya adalah bahwa Ca berperanan penting dalam kekuatan
mekanis jaringan. Sebagai tambahan, Ca nampaknya memainkan peranan
penting dalam organisasi membran sel dengan mempertahankan
selektivitas terhadap berbagai ion.
Dengan peranan Ca sebagai bahan struktural, unsur ini sangat tidak mobil
dalam tanaman dan gejala defisiensi nampak pada bagian tanaman yang
baru tumbuh. Dalam beberapa kasus, jaringan tanaman yang lebih tua
dapat mengandung Ca yang cukup banyak sedang bagian yang baru
terbentuk mengalami defisiensi Ca.
Tanaman jagung jarang menunjukkan gejala defisiensi Ca. Jika defisiensi
Ca terjadi, ujung daun muda dapat seperti menempel pada daun yang lebih
bawah yang menunjukkan tampilan seperti tangga (Gambar 2.14).
Pada tanaman ubi kayu yang ditanam pada kondisi terkendali, ujung daun
nampak coklat seperti menggulung dengan pertumbuhan akar yang sangat
terhambat. Penghambatan pertumbuhan akar dengan defisiensi Ca jauh
lebih besar dari yang dengan difisiensi N, P dan K (Gambar 2.15 & 2.16).

Gambar 2.14 Gejala defisinsi Ca pada tanaman tomat. Sumber: Epstein & Bloom
(2004)
Gambar 2.15 Posisi lamella tengah dan defisiensi Ca pada tanaman ubikayu.
Sumber: Copyright c Pearson Education, Inc., publishing as Benjamin Cummings
(kiri),

Gambar 2.16 Gejala defisiensi Ca pada akar dan daun tanaman ubikayu
2.4.2 Unsur Hara Mikro
1. Besi (Fe)
Tanaman membutuhkan Fe (Iron) yang memainkan peranan penting dalam
reaksi respirasi dan fotosintesis. Defisiensi Fe mengakibatkan penurunan
pembentukan khlorofil yang dicirikan oleh khlorosis antar tulang daun
dengan perbedaan yang jelas antara area khlorosis dan tulang daun pada
daun muda (Gambar 2.17 & 2.18).
Daun dengan defisiensi Fe sering menunjukkan khlorosis pada antar
tulang daun yang menghasilkan jejaring warna hijau. Dengan tingkat
defisiensi yang semakin tinggi, seluruh daun akan nampak kuning-
memutih yang kemudian berubah menjadi nekrosis. Tanaman yang
mengalami defisiensi unsur hara Fe sering dijumpai pada tanah berkapur
akibat presipitasi Fe pada pH tinggi yang mengurangi ketersediaan Fe, dan
sering diikuti dengan defisiensi unsur mikro seperti Mn, Cu dan Zn.
Gambar 2.17 Gejala defisiensi Fe (besi) pada tanaman kacang tanah dan jagung.
Sumber: Bennett (1993)/kiri, dan Sawyer (2004)/kanan

Gambar 2.18 Gejala defisiensi Fe pada tanaman kedelai (atas) dan ubikayu
(bawah)
2. Mangan (Mn)
Tanaman membutuhkan Mn (Manganese) untuk aktivitas beberapa enzim,
dan untuk proses fotosintesis khususnya evolusi O2.
Khloroplast adalah organella sel yang paling sensitif terhadap defisiensi
Mn (Mengel & Kirkby, 2001). Sebagai konsekuensinya, suatu gejala
defisiensi Mn adalah khlorosis antar tulang daun pada daun muda (Gambar
2.19).
3. Seng (Zn)
Tanaman membutuhkan Zn (Zinc) untuk pembentukan hormon tumbuh
yang penting terutama untuk perpanjangan ruas.Mobilitas Zn dalam tubuh
tanaman tergolong sedang sehingga gejala defisiensi mula-mula akan
nampak pada daun tengah.Daun yang mengalami defisiensi Zn
menunjukkan khlorosis antar tulang daun khususnya setengah bagian daun
antara tepi daun dan tulang daun tengah (midrib), yang menghasilkan
corak garis-garis, dan beberapa bercak kecil dapat juga timbul (Gambar
2.20).
Area khlorosis dapat juga nampak hijau pucat, kuning, dan bahkan putih.
Defisiensi Zn berat akan mengakibatkan daun menjadi putih kelabu dan
mati atau gugur prematur.
Dengan peranan penting Zn pada perpanjangan ruas, tanaman yang
mengalami defisiensi Zn akan nampak pendek kerdil.
Pada tanaman ubikayu, defisiensi Zn dapat menunjukkan gejala daun
terbalik dengan warna hijau pucat (Gambar 2.21).

Gambar 2.19 Gejala defisiensi Mn pada tanaman jeruk, dan gejala toxisitas pada
tanaman French bean
Gambar 2.20 Gejala defisiensi Zn (seng, Zinc) pada tanaman jagung dan kedelai
(kiri), serta pada tanaman ubikayu (kanan)
4. Copper (Cu)
Tanaman membutuhkan Cu (tembaga) untuk pembentukan khlorofil dan
sintesis protein serta untuk mendukung proses respirasi.
Tanaman yang mengalami defisiensi Cu menunjukkan khlorosis pada daun
muda, pertumbuhan yang terhambat, pemasakan yang lambat
(pembentukan anakan yang sangat lambat pada tanaman biji-bijian), rebah,
dan warna coklat (melanosis) pada beberapa kasus.
Pada tanaman serealia, hasil biji sering sangat rendah (Gambar 2.21), dan
biji dapat tidak terbentuk pada kasus defisiensi Cu yang sangat berat.
Gambar 2.21. Gejala defisiensi Cu (tembaga, Copper) pada tanaman gandum.
Sumber: Solberg et al. (1999)
5. Boron (B)
Fungsi utama B (boron) pada tanaman berhubungan dengan pembentukan
dinding sel dan jaringan reproduksi.
Tanaman yang mengalami kekurangan defisiensi B menunjukkan
khlorosis pada daun muda dan kematian titik tumbuh utama atau titik
tunas atas (terminal bud) (Gambar 2.22).
Daun dapat menunjukkan warna coklat gelap, luka yang tidak teratur yang
berkembang menjadi nekrosis pada kasus berat. Bercak kuning pucat dapat
juga dijumpai pada pangkal daun.
Dengan gangguan pada pertumbuhan dinding sel, daun dan batang dari
tanaman yang mengalami defisiensi B menjadi rapuh dan mengalami
distorsi dengan ujung daun cenderung menebal dan melengkung seperti
pada daun kelapa sawit (Gambar 2.22).
Tanaman yang mengalami defisiensi B tumbuh perlahan dan nampak
kerdil sebagai akibat dari ruas yang pendek. Gejala defisiensi dengan
toxisitas B dapat hampir sama seperti pada tanaman ubikayu (Gambar
2.23).
Gambar 2.22 Gejala defisiensi Cu (tembaga, copper) pada tanaman ubikayu (kiri),
gejala defisiensi B (boron) pada beberapa tanaman (kanan)

Gambar 2.23 Gejala toxisitas B pada tanaman ubikayu (kiri) dan jeruk (kanan)
6. Molybdenum (Mo)
Molybdenum dibutuhkan untuk aktivitas enzim pada tanaman dan untuk
fiksasi nitrogen pada tanaman leguminosa (kacang-kacangan).
Dengan hubungan yang cukup erat antara fungsi N dan Mo pada tanaman
leguminosa, gejala defisiensi Mo sering menyerupai gejala defisiensi N
dengan pertumbuhan yang terhambat dan khlorosis (Gambar 2.24).
Gejala awal tanaman yang mengalami defisiensi Mo adalah khlorosis
secara umum, yang hampir sama dengan gejala defisiensi N, yang dapat
diikuti dengan noktah belang-belang bersama dengan khlorosis intervein
(antara tulang daun).
Gejala lain dari defisiensi Mo disamping warna pucat pada daun adalah
gejala seperti terbakar, melekuk dan menggulung. Daun dapat juga
nampak tebal atau rapuh dan akhirnya layu yang meninggalkan hanya
tulang daun.
Gambar 2.24 Gejala defisiensi Mo (Molybdenum) pada tanaman rockmelon (kiri),
dan tomat (kanan), dan tomat (kanan). Sumber: Weir (2004)/kiri, dan Epstein &
Bloom (2004)/kanan
7. Khlor (Cl)
Tanaman membutuhkan konsentrasi Cl (khlor) yang cukup tinggi dalam
jaringannya untuk turgiditas dan fotosintesis. Tanah umumnya mengdung
Cl cukup banyak terutama pada area salin, dan defisiensi Cl dapat terjadi
pada tanah daerah pedalaman yang mengalami pencucian tinggi.
Gejala defisiensi Cl yang paling umum adalah khlorosis dan layu untuk
daun muda. Khlorosis terjadi pada bagian depresi datar antar tulang daun
dari helai daun.
Layu pada bagian tepi daun dan system perakaran yang bercabang banyak
juga merupakan ciri spesifik dari defisiensi Cl yang dijumpai pada
tanaman serealia (Mengel & Kirkby, 2001).
Bercak khlorosis dan nekrosis dapat dijumpai sepanjang daun dengan
batas yang jelas antara bagian jaringan yang mati dan hidup (Gambar
2.25).
Pada kasus dengan tingkat defisiensi yang lebih tinggi, ciri berkarat sering
nampak pada bagian atas daun dewasa sebagaimana yang ditunjukkan
daun tomat (Gambar 2.25).Tanaman umumnya toleran pada Cl, tapi
beberapa spesies seperti tanaman avocado dan anggur sensitif terhadap Cl
dan dapat menunjukkan toxisitas pada konsentrasi Cl yang rendah dalam
tanah.
Sensitivitas terhadap defisiensi Cl dapat berbeda antara varietas, dan gejala
penyakit daun tertentu yang hampir sama dengan gejala defisiensi Cl
sering ditafsirkan salah sebagai bercak daun fisiologi (Engel et al., 2001).

Gambar 2.25 Gejala defisiensi Cl (Chlorine) pada tanaman tomat dan gandum
(WB881 durum wheat) yang ditanam secara hidroponik. Sumber: Epstein &
Bloom (2004)/tomat; Engel et al. (2001)/gandum

2.5 Toksisitas

Toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap


organisme. Toksisitas dapat mengacu pada dampak terhadap seluruh organisme,
seperti hewan, bakteri, atau tumbuhan, dan efek terhadap substruktur organisme,
seperti sel (sitotoksisitas) atau organ tubuh seperti hati (hepatotoksisitas). Secara
metafora, kata ini bisa dipakai untuk menjelaskan dampak beracun pada
kelompok yang lebih besar atau rumit, seperti keluarga atau masyarakat. Konsep
utama toksikologi adalah bahwa dampaknya bersifat tergantung pada dosis. Air
saja bisa mengakibatkan keracunan air jika dikonsumsi terlalu banyak, sementara
zat yang sangat beracun seperti bisa ular memiliki titik rendah tertentu yang
bersifat tidak beracun. Toksisitas juga tergantung pada spesies, sehingga analisis
lintas spesies agak bermasalah jika dilakukan. Paradigma dan standar baru sedang
berusaha melompati pengujian hewan, tetapi tetap mempertahankan konsep akhir
toksisitas.

2.5.1 Jenis toksisitas

Umumnya ada tiga jenis zat beracun, yaitu kimia, biologi, dan fisika:
Zat beracun kimiawi meliputi zat-zat inorganik seperti timah, merkuri,
asbestos, asam hidrofluorat, dan gas klorin, serta zat-zat organik seperti
metil alkohol, sebagian besar obat-obatan, dan racun dari makhluk hidup.
Zat beracun biologis meliputi bakteri dan virus yang dapat menciptakan
penyakit di dalam organisme hidup. Toksisitas biologis sulit diukur karena
"batas dosis"-nya bisa berupa satu organisme tunggal. Secara teori, satu as
dosis"-nya bisa berupa satu organisme tunggal. Secara teori, satu virus,
bakteri, atau cacing dapat bereproduksi dan mengakibatkan infeksi parah.
Akan tetapi, di dalam inang yang memiliki sistem kekebalan tetap,
toksisitas yang tertanam di dalam organisme diseimbangkan oleh
kemampuan inang untuk melawan balik; toksisitas yang efektif adalah
gabungan dari kedua belah hubungan tersebut. Keadaan sejenis juga dapat
terjadi pada beberapa jenis agen beracun lainnya.
Zat beracun fisik adalah zat-zat yang karena sifat alamiahnya mampu
mengganggu proses biologis. Misalnya, debu batu bara dan serat asbestos
yang dapat mematikan jika dihirup. Keracunan obat adalah suatu efek obat
yang timbul pada pasien karena beberapa faktor seperti miss use (salah
penggunaan), miss dose (salah dosis), salah pemberian obat,dan lain lain
yang sifatnya tidak di sengaja atau disengaja. Sedangkan alergi obat
adalah suatu reaksi yang ditimbulkan olah tubuh akibat pemberian
senyawa asing.

Gejala keracunan sering sulit untuk diobati karena kelebihan nutrien yang
satu dapat menyebabkan kekurangan unsur hara lainnya. Sebagai contoh, gejala
klasik mangan toksisitas, yang sering terjadi dalam tanah yang tergenang air,
adalah munculnya bintik-bintik coklat karena pengendapan MnO2 dikelilingi oleh
chlorotic vena. Tapi kelebihan mangan juga dapat menyebabkan kekurangan zat
besi, magnesium, dan kalsium. Mangan bersaing dengan besi dan magnesium
untuk penyerapan dan magnesium untuk mengikat enzim. Mangan juga
menghambat kalsium translokasi menuju ke puncak, menyebabkan gangguan
yang dikenal sebagai '' crinkle daun.'' Dengan demikian gejala dominan mangan
toksisitas sebenarnya mungkin gejala besi, magnesium, dan kekurangan kalsium.
Kelebihan mikronutrien biasanya menghambat pertumbuhan akar, bukan
karena akar lebih sensitif daripada tunas tetapi karena akar organ pertama untuk
mengumpulkan nutrisi. Hal ini terutama berlaku tembaga dan seng.

BAB III

A. KESIMPULAN

1. Nutrisi pada tumbuhan terbagi menjadi nutrisi makro dan nutrisi mikro.
Dimana kedua nutrisi tersebut terdiri atas beberapa unsur yang mempunyai fungsi
spesifik masing-masing dalam metabolisme tumbuhan.

2. Defisiensi yang terjadi karena berkurangnyasalah satu konsetrasi dari unsur,


akan mempengaruhi kelancaran dari proses metabolisme tumbuhan sehingga
menjadi tidak lancar atau terhambat.

3. Toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap


organisme. Toksisitas terbagi menjadi 3 jenis yaitu dari segi kimiawi, biologis,
dan fisik.

B. SARAN

1. Lebih mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam membuat makalah

2. Mengeksplorasi materi berdasarkan sumber yang akurat

3. Menjelaskan materi dengan penjelasan yang rinci dan berurutan


DAFTAR RUJUKAN

Hakimah Halim dkk. 2002. Buku Ajar Nutrisi Tanaman. Banjarbaru: Universitas

Lambung Mangkurat Fakultas Pertanian.

Sitompul. 2015. NUTRISI TANAMAN: Diagnosis Defisiensi Nutrisi Tanaman.


Malang: Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai