Anda di halaman 1dari 5

HASIL

1. Potensial air pada percobaan Solanum tuberosum


Praktikum dilakukan dengan cara mengukur panjang silinder kentang sesudah dan
sebelum direndam dalam larutan gula berbagai konsentrasi. Berdasarkan praktikum potensial
air menggunakan umbi kentang yang dipotong silindris dengan panjang masing-masing 2,5
cm mengalami penyusutan ukuran panjang. Potongan kentang yang telah dipotong
dimasukkan ke dalam toples yang berisi larutan gula dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%,
dan 20%. Ditutup dengan alumunium foil dan ditunggu selama 30 menit. Kemudian diukur
panjangnya menggunakan jangka sorong. Potongan kentang yang direndam dalam larutan
gula 0% tidak mengalami penyusutan atau pemendekan tetapi justru mengalami
pemanjangan, sedangkan silinder kentang yang direndam di dalam larutan gula 5%, 10%,
15%, 20% mengalami penyuustan atau pemendekan. Adapun data hasil pengukuran sebagai
berikut:

Tabel 1. Hasil Pengukuran Panjang Solanum Tuberosum Sebelum dan Sesudah Direndam di Dalam
Larutan Gula
Konsentrasi Sebelum (cm) Sesudah Rata-Rata
Data 1 (cm) Data 2 (cm) Data 3 (cm)
0% 2,5 2,73 2,57 2,56 2,62
5% 2,5 2,53 2,43 2,68 2,54
10% 2.5 2,71 2,37 2,60 2,56
15% 2,5 2,28 2,36 2,50 2,38
20% 2,5 2,33 2,26 2,37 2,32

a. Menghitung konsentrasi larutan sukrosa yang dipakai dalam percobaan setelah


dimasukkan ke dalam molar (M)
Mr sukrosa = Mr C12H22O11
= (12 x 12)+ (22 x 1)+( 11 x 6)
= 144+22+176
= 342
V = 100 ml
0% = 0 M
Menggunakan 5 gr sukrosa dalam 100 ml air
5% = 5/342 x 1000/100
= 0,15 M
Menggunakan 10 gr sukrosa dalam 100 ml air
10% = 10/342 x 1000/100
= 0,29 M
Menggunakan 15 gr sukrosa dalam 100 ml air
15% = 15/342 x 1000/100
=0,44 M
Menggunakan 20 gr sukrosa dalam 100 ml air
20% = 20/342 x 1000/100
= 0,58 M

Tabel 2. Potensial Air Pada Kentang (Solanum tuberosum)

% Perubahan =
Konsentrasi Panjang awal Panjang Panjang awal-panjang akhir x 100% =
Larutan (M) cm) akhir
Panjang awal
0 2,5 2,62 -4,8%
0, 15 2,5 2,54 -1,6%
0, 29 2,5 2,56 -2,4%
0,44 2,5 2,38 4,8%
0,58 2,5 2,32 7,2%

Sehingga diperoleh hubungan perubahan panjang dan konsentrasi larutan dalam molar
sebagai berikut:

Grafik 1. Presentase Perubahan Panjang Solanum tuberosum

% Perubahan Panjang
6

4
Perubahan Presentase Berat

-2

-4

-6

-8
0M 0,15 M 0,29 M 0,44 M 0,58 M
Konsentrasi 4.8 1.6 2.4 -4.8 -7.2

2. Potensial Osmotik pada percobaan Rhoeo discolor


Pada praktikum dilakukan dengan cara menghitung jumlah sel sayatan paradermal
epidermis Rhoeo discolor yang diketahui mengandung antosianin. Percobaan dilakukan
dengan menggunakan larutan gula dengan berbagai macam konsentrasi. Berdasarkan data
pengamatan pada konsentrasi larutan gula 0 % tidak ada sel yang mengalami plasmolisis.
Pada konsentrasi 5% dapat teramati bahwa plasmolisis terjadi pada ketiga objek, jumlah sel
yang mengalami plasmolisis masing-masing 12, 8, dan 4 sehingga jika dirata-rata ada 8 sel
yang mengalami plasmolisis dengan presentase 32%. Pada konsentrasi 10% dapat teramati
bahwa plasmolisis terjadi pada ketiga objek, jumlah sel yang mengalami plasmolisis masing-
masing 20, 18, dan 10 sehingga jika dirata-rata ada 16 sel yang mengalami plasmolisis
dengan presentase 64%. Pada konsentrasi 15% dapat teramati bahwa plasmolisis terjadi pada
ketiga objek, jumlah sel yang mengalami plasmolisis masing-masing 20, 25, dan 25 sehingga
jika dirata-rata ada 23 sel yang mengalami plasmolisis dengan presentase 92%. Pada
konsentrasi terbesar yakni 20% dapat teramati bahwa plasmolisis terjadi pada ketiga objek,
jumlah sel yang mengalami plasmolisis masing-masing 25, 25, dan 25 sehingga jika dirata-
rata ada 25 sel yang mengalami plasmolisis dengan presentase 100%. Sehingga dapat
dikatakan jika semakin tinggi konsentrasi larutan gula, maka jumlah sel yang mengalami
plasmolisis juga semakin tinggi.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Penghitungan Tingkat Plasmolisis pada daun Rhoeo discolor yang telah
direndam dengan larutan gula berbagai ukuran

No. Konsentrasi Jumlah Sel Jumlah Sel Rata-rata Prosentase sel yang
Larutan Seluruhnya yang Ter terplasmolisis (%)
Gula (%) Plasmolisis
1. 0 25 0 0 0
0
0
2. 5 25 12 8 32
8
4
3. 10 25 20 16 64
18
10
4. 15 25 20 23 92
25
25
5. 25 25 25 25 100
25
25

a. Menghitung konsentrasi larutan sukrosa yang dipakai dalam percobaan setelah


dimasukkan ke dalam molar (M)
Mr sukrosa = Mr C12H22O11
= (12 x 12)+ (22 x 1)+( 11 x 6)
= 144+22+176
= 342
V = 100 ml
0% = 0 M
Menggunakan 5 gr sukrosa dalam 100 ml air
5% = 5/342 x 1000/100
= 0,15 M
Menggunakan 10 gr sukrosa dalam 100 ml air
10% = 10/342 x 1000/100
= 0,29 M
Menggunakan 15 gr sukrosa dalam 100 ml air
15% = 15/342 x 1000/100
=0,44 M
Menggunakan 20 gr sukrosa dalam 100 ml air
20% = 20/342 x 1000/100
= 0,58 M
b. Menghitung potensial osmotik
0% => -s = MiRT
= 0. 1 0,083.298
=0
5% => -s = MiRT
= 0,15. 1 0,083.298
= -3,7
10% => -s = MiRT
= 0,29. 1 0,083.298
= -7,8

15% => -s = MiRT


= 0,44. 1 0,083.298
= -10,9
20% => -s = MiRT
= 0,58. 1 0,083.298
= -14,3
Dari perhitungan diatas dapat digambarkan hubungan konsentrasi larutan gula dengan
osmotik (konsentrasi sukrosa (molar).
Grafik 2. Pengaruh Konsentrasi Larutan Gula Terhadap Potensial Osmotik

Konsentrasi
0.7

0.6

0.5
Potensial osmotik

0.4

0.3

0.2

0.1

0
Konsentrasi 0 0.15 0.29 0.44 0.58

Anda mungkin juga menyukai