Anda di halaman 1dari 28

Ornithologi

FISIOLOGI AVES

Disusun Oleh :

Ananda Sari Munardi (180201115)


Riezky Amalia Natasya (180207044)
Teuku Muhammad Fazarqandi (180207134)
T. M. Bismi Djohan ( 170207039)
Zulhidayat ( 150207076)

Dosen Pembimbing :

Rizky Ahadi, M.Pd.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

FAKULTAS TARBIYAH KEGURUAN

DARUSSALAM BANDA ACEH TAHUN

2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga makalah yang berjudul “Fisiologi

Aves” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam tidak lupa penulis hanturkan

pada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia

dari alam kegelapan kepada alam yang penuh ilmu pengetahuan.

Penulisan makalah ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak baik ,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Makalah ini disusun untuk

menyelesaikan tugas pada mata kuliah Ornithologi dengan dosen pengampu

bapak Rizky Ahadi, M.Pd.

Penulis hanya manusia biasa yang memiliki keterbatasan, tentu makalah

ini tidak luput dari kekurangan. Dengan semangat amar makruf nahi mungkar dan

upaya meningkatkan ilmu pengetahuan, penulis senantiasa mengharapkan kritik

dan saran yang membangun untuk perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis sendiri.

Banda Aceh, 31 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sistem Pernafasan Aves .................................................................... 3


B. Sistem Pencernaan Aves ................................................................... 8
C. Reproduksi Aves ............................................................................. 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 24
B. Saran ................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang
memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung di temukan di Jerman dan di kenal
sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu banyak terinventarisasi, mulai
dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta yang lebih tinggi dari
orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800-10.200 spesies burung di seluruh dunia,
sekitar 1500 jenis diantaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini
secara ilmiah di golongkan ke dalam kelas Aves.
Kelas aves berasal dari bahasa latin dan nama ilmu yang mempelajari burung
yaitu Ornitohologi. Meskipun burung berdarah panas ia berkerabat dekat dengan
reptil. Bersama kerabat terdekatnya, suku Crocodylidae alias keluarga buaya,
burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria. Diperkirakan
burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang cakar depannya
memendek dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Sayap primitif
merupakan perkembangan dari cakar depan belum dapat digunakan untuk terbang,
hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang
lebih rendah.
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi
untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-
bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun
rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan
memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya
menjadi semakin ringan karenan adanya rongga-rongga udara didalamnya, namun
tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih,
sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang,
digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk. Ratusan jenis burung dapat ditemukan
di hutan-hutan tropis, burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir
pantai, tengah lautan, gua-gua batu perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing
jenis beradapatasi dengan lingkungan hidup dengan makanan sumber utamanya.

1
Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda warna dan bentuknya. Ada yang
memiliki paruh kuat dan adayang memiliki cakar tajam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman sistem pernafasan pada aves ?
2. Bagaimana sistem pencernaan pada aves ?
3. Bagaimana reproduksi aves ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami sistem pernafasan pada aves
2. Untuk mengetahui dan memahami sistem pencernaan pada aves
3. Untuk mengetahui dan memahami sistem reproduksi aves

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Pernapasan Aves


Metabolisme normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan
karbon dioksida sebagai sisa metabolisme yang harus di keluarkan dari luar tubuh.
Hewan-hewan vetebrata terlalu besar untuk terjadinya interaksi secara langsung
antara masing-maisng sel tubuh dengan lingkugan luar. Untuk itu organ-organ
tertentu bergabung dalam sistem pernafasan di khususkan untuk melakukan
pertukaran gas-gas pernapasan bagi tubuh hewan.
Pernapasan (respirasi) merupakan proses pembongkaran dan pembentukan
energi dengan menggunakan bantuan udara (oksigen). Dimana energi diperlukan
pada semua kegiatan tubuh yang merupakan salah satu mata rantai kegiatan
metabolisme. Pada proses respirasi oksigen sangat berperan penting dalam proses
pembakaran dan pembentukan energi tersebut, sehingga pemasukan oksigen tidak
boleh berhenti. Sistem pernafasan tersusun dari alat-alat pernafasan yang memiliki
fungsi dan prinsip kerja sendiri-sendiri yang membentuk proses pernafasan.
Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan
yang lain, ada yang berupa paru-paru, insang, kulit, trakea, bahkan ada beberapa
organisme yang belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung
dari lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera,
coelenterate, protozoa, dan cacing. Pada keempat hewan ini, oksigen berdifusi dari
lingkungan melalui rongga tubuh.

1. Alat Pernapasan pada Aves (Burung)


Burung adalah hewan yang berdarah panas, sama seperti mamalia, sehingga
suhu pada tubuh burung bersifat stabil, karena burung memiliki reseptor pada
bagian otak yang dapat pembantuan suhu tubuh, sehingga burung dapat
melakukan aktivitas pada suhu yang berbeda.
Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru.
Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang
dilindungi oleh tulang rusuk. Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang

3
hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak
yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya
panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir
trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat siring yang pada bagian
dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar.
Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi menjadi
mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi
ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus (di bagian dorsal).
Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus
(100 atau lebih).
Parabronkus berupa tabung-tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak
kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung
memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa atau kantung
udara (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap.
Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di
pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan. Karena adanya pundi-
pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien. Pundi-pundi hawa
terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior),
antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks
posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal).

Pundi-pundi hawa atau kantung udara memiliki beberapa fungsi berikut :

1. Membantu pernapasan, terutama pada waktu terbang, karena menyimpan


oksigen cadangan.
2. Membantu mempertahankan suhu badan dengan mencegah hilangnya
panas badan secara berlebihan.
3. Membantu memperkeras suara dengan memperbesar ruang siring.
4. Mengatur berat jenis (meringankan) tubuh pada saat burung terbang.

4
2. Mekanisme Pernapasan Burung

1. Pada Saat Istirahat


a. Fase inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan – volume rongga dada
membesar – tekanan mengecil – udara akan masuk melalui saluran
pernapasan. Saat inilah sebagian oksigen masuk ke paru – paru dan O2
berdifusi ke dalam darah kapiler, dan sebagian udara dilanjutkan masuk
ke dalam kantong – kantong udara.
b. Fase ekspirasi : tulang rusuk kembali ke posisi semula – rongga dada
mengecil – tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam alveolus dan
udara dalam kantong – kantong hawa bersama – sama keluar melalui paru
– paru. Pada saat melalui alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus,
dan darah melepas CO2 dan O2, dapat berlangsung saat inspirasi dan
ekspirasi.

Mekanisme Pernafasan Burung Saat Hinggap/Istirahat


Mengembang dan mengempisnya rongga dada terjadi akibat kontraksi
dan relaksasi otot antar tulang rusuk burung. Hal tersebut menimbulkan
gerakan tulang rusuk ke depan, ke arah bawah dan sebaliknya sehingga
terjadinya inspirasi dan ekspirasi. Pada saat burung hinggap, udara dalam
kantung hawa akan dikeluarkan untuk digantikan dengan yang segar. Setiap
proses atau daur menggunakan 3 langkah dalam sekali siklus. Tiap satu
gerakan (satu langkah) merupakan satu pekerjaan sendiri. Ketiga langkah

5
tersebut adalah hirup, simpan dan buang. Berikut ini adalah penjelasan
masing-masing langkah :
a. Langkah Pertama (Hirup)
Udara masuk melalui trakea dan primary bronchus dan langsung
menyebar ke Interclavicular Air Sac, Anterior Thoracic Air Sac, dan
Pasterior Thoracic Air Sac melalui saluran halus (Mesobronchus), dan
yang paling banyak menerima udara murni adalah Abdominal Air Sac.
b. Langkah Kedua (Simpan)
Udara tidak langsung keluar begitu saja, udara murni yang ditampung
didalam Abdominal Air Sac tersebut di salurkan ke kantung udara yang
lain.
c. Langkah Ketiga (Buang atau Udara keluar)
Udara keluar melalui Air Capillaries dan pertukaran gas tetap didalam
paru-paru, yaitu di bagian Parabronchi, selanjutnya melalui secondary
bronchus udara menuju trakea untuk dikeluarkan melalui lubang hidung.

2. Pada Saat Terbang


Pada saat terbang, burung tidak dapat menggerakkan tulang rusuknya. Oleh
sebab itu, pada saat burung terbang yang berperan penting dalam pernapasan
adalah kantong hawa. Inspirasi dan ekspirasinya dilakukan secara bergantian
oleh pundi – pundi hawa antar tulang korakoid (bahu) dan pundi hawa bawah
ketiak.
a. Fase inspirasi : pada saat sayap diangkat, pundi hawa antar tulang
karakoid terjepit, sedangkan pundi hawa antar tulang korakoid
mengembang, akibatnya udara masuk ke pundi hawa ketiak melewati
paru – paru, terjadilah inspirasi. Saat melewati paru – paru akan terjadi
pertukaran gas O2 dan CO2.
b. Fase ekspirasi : sebaliknya pada saat sayap diturunkan, pundi hawa ketiak
terjepit, sedangkan pundi hawa antar tulang korakoid mengembang,
sehingga udara mengalir keluar dari kantong hawa melewati paru – paru
sehingga terjadilah ekspirsi. Saat melewati paru – paru akan terjadi
pertukaran gas O2 dan CO2. Dengan cara inilah inspirasi dengan

6
ekspirasi udara dalam paru – paru burung saat terbang, jadi pertukaran
gas pada burung saat terbang juga berlangsung saat inspirasi dan
ekspirasi.

Mekanisme Pernafasan Burung Saat Terbang


Mengembang dan mengempisnya rongga dada tidak mungkin terjadi
karena otot antar tulang rusuk (musculus intercostalis) tidak mampu bergerak
karena terjepit oleh otot-otot terbang (musculus pectoralis mayor dan minor).
Gerakan sayap pada waktu terbang menyebabkan kantung hawa mengembang
dan mengempis bergantian sehingga udara dapat masuk ke paru-paru dan
terjadi pertukaran gas melalui Parabronchi. Oksigen diikat dan
karbondioksida dilepas.
Setiap proses atau daur menggunakan 2 langkah dalam sekali siklus.
Tiap satu gerakan (satu langkah) merupakan satu pekerjaan sendiri. Kedua
langkah tersebut adalah hirup dan simpan. Berikut ini adalah penjelasan
masing-masing langkah :
1. Langkah Pertama (Hisap)
Udara masuk melalui trakea dan primary bronchus dan langsung
menyebar ke Interclavicular air sac, Anterior thoracic air sac, Pasterior
thoracic air sac melalui saluran halus Mesobronchus, dan yang paling
banyak menerima udara murni adalah Abdominal air sac.
2. Langkah Kedua (Simpan)
Udara murni/bersih yang berada di Abdominal air sac mengalir melalui
Recurrent Bronchi menuju ke air capillaries, parabronchi dan terakhir di
cervical air sac. Di dalam cervical air sac tersebut udara tertahan, dan
udara kembali di sebarkan oleh cervical air sac, menuju kantung udara
lain. Selama burung tersebut masih dalam keadaan terbang, siklus
perputaran (langkah ke dua) udara terus berjalan di dalam tubuh
burung.

Ventilasi jauh lebih efisien sekaligus lebih kompleks pada burung daripada
mamalia. Ketika burung-burung bernapas, mereka melewatkan udara melalui

7
permukaan pertukaran gas hanya ke satu arah. Lebih lanjut, udara segar yang baru
masuk tidak bercampur dengan udara yang telah mengalami pertukaran gas. Untuk
membawa udara segar ke paru-parunya, burung menggunakan delapan atau
Sembilan kantong udara yang terletak di kedua sisi paru-paru. Kantong-kantong
udara tidak berfungsi secara langsung dalam pertukaran gas, namun berperan
sebagai alat peniup yang menjaga udara mengalir melalui paru-paru. Sebagai ganti
alveoli, yang merupakan ujung buntu, tempat pertukaran gas pada paru-paru burung
adalah saluran-saluran mungil yang disebut parabronki. Aliran udara melalui
seluruh sistem paru-paru dan kantung udara memerlukan dua siklus inhalasi dan
ekshalasi. Pada beberapa saluran, arah pergeran udara berganti-ganti. Akan tetapi,
di dalam parabronki, udara selalu mengalir ke arah yang sama.
Karena udara dalam paru-paru burung diperbaharui pada setiap ekshalasi, PO2
maksimum di dalam paru-paru lebih tinggi pada burung dibandingkan pda
mamalia. Inilah salah satu alasan burung berfungsi lebih baik daripada mamalia
pada tempat yang tinggi. Sebagai contoh, manusia menghadapi kesulitan yang besar
dalam memperoleh O2 yang cukup untuk mendaki puncak-puncak tertinggi di bumi,
seperti gunung Everest (8.850 m), di Himalaya. Namun, angsa kepala belang dan
sejumlah spesies burung yang lain terbang dengan mudah di atas Himalaya selama
bermigrasi.

B. SISTEM PENCERNAAN AVES


Sistem pencernaan unggas terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ
pelengkap yang berperan dalam proses perombakan bahan makanan, baik secara
fisik maupun secara kimia menjadi zat-zat makanan yang mudah diserap oleh
dinding pencernaan. Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-
zat makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh
jaringan-jaringan tubuh. Saluran pencernaan unggas terdiri atas cavum oris,
esofagus, tembolok, proventikulus, ventrikulus, usus halus, usus besar, dan kloaka.
Sistem pencernaan unggas berbeda dengan sistem pencernaan ternak mamalia atau
ternak ruminansia, karena pada unggas tidak memiliki gigi untuk melumat
makanan. Unggas menimbun makanan yang dimakan di dalam tembolok.

8
Tembolok adalah modifikasi dari esofagus. Fungsi utama dari organ ini adalah
untuk menyimpan makanan sementara dan tempat maserasi biji-bijian. Struktur
histologi tembolok unggas terdiri atas 4 lapisan, yaitu tunika mukosa, tunika
submucosa, tunika muscularis, dan tunis serosa. Tembolok dilapisi dengan epitel
pipih banyak lapis mengandung kelenjar mucus yang berfungsi membasahi dan
melicinkan dinding ingluvies, selain itu sebagai cairan lubrikasi yang dapat
menghaluskan makanan.

Pencernaan burung dimulai dengan mulut. Paruh burung mengganti bibir dan
gigi mamalia serta bervariasi dalam bentuk, ukuran, panjang dan fungsi sesuai
dengan jenis makanan yang dikonsumsi. Pipit memiliki paruh kerucut pendek,
sedangkan burung pemangsa seperti elang memiliki paruh bengkok yang kuat untuk
merobek daging. Lidah atau paruh disesuaikan dengan jenis makanan yang
dikonsumsi burung. Pelatuk memiliki paruh panjang sempit yang berfungsi sebagai
tombak, yang memungkinkan mereka untuk mengekstrak serangga dari lubang
mereka mengebor di kayu mati. Burung pemangsa dan finch memiliki paruh
pendek, tebal, lidah berdaging yang memungkinkan mereka untuk memanipulasi
makanan mereka.
Unggas dan pelikan memiliki lidah yang memungkinkan makanan menjadi
mudah didorong ke bagian belakang mulut untuk menelan. Mulut burung relatif
tidak penting dalam makan dan mencerna makanan dibandingkan dengan misalnya,
mulut mamalia. Namun, sebagian besar burung yang memiliki kelenjar ludah dan
paruh dan lidah yang membantu burung memanipulasi makanan untuk menelan.

9
Setelah meninggalkan mulut, makanan melewati kerongkongan dalam
perjalanan ke perut (pada burung yang disebut proventrikulus). Burung memiliki
dua bagian perut, bagian kelenjar yang dikenal sebagai proventrikulus dan sebagian
otot yang dikenal sebagai lambung otot. Asam klorida, lendir dan enzim
pencernaan, pepsin, disekresikan oleh sel-sel khusus dalam proventrikulus dan
memulai proses mogok struktur bahan makanan. Makanan kemudian melewati ke
bagian kedua dari perut, lambung otot. Rempela/ampela tersebut melakukan fungsi
yang sama seperti gigi mamalia, grinding dan pembongkaran makanan, sehingga
memudahkan enzim pencernaan untuk memecah makanan. Dalam kebanyakan
burung rempela mengandung butiran pasir atau batu-batu kecil untuk membantu
proses penggilingan.
Usus kecil adalah di mana makanan dicerna dan diserap. Usus kecil bervariasi
panjang dan struktur tergantung pada diet spesies. Burung karnivora cenderung
memiliki usus kecil lebih pendek dan kurang kompleks. Burung herbivora memiliki
usus kecil panjang serta lebih berkembang. Enzim, diproduksi di pankreas,
memecah protein dan lemak di usus kecil. Nutrisi tersebut kemudian diserap
melalui membran usus dan ke dalam aliran darah. Pada burung l Arge usus
direduksi menjadi pendek, koneksi tanpa sifat antara usus halus dan kloaka. Kloaka
adalah daerah memegang final untuk produk limbah pencernaan sampai mereka
voided melalui ventilasi.

Pada prinsipnya sistem pencernaan burung dibagi menjadi 3 macam :


1. Sistem Pencernaan Secara Mekanis
Secara kekanis dirongga mulut makanan didorong secara mekanis oleh
lidah menuju kerongkongan (esophagus) disini makanan tersebut menuju
tembolok, selanjutnya didorong menuju empedal dan didalam empedal (ampela)
bahan makanan mengalami proses pengecilan partikel secara mekanis agar luas
permukaan serapannya menjadi lebih luas atau lebar.

2. Sistem Pencernaan Secara Enzimatis


Kelenjar yang banyak didalam tubuh burung mempu mencerna makanan
secara enzimatis, di dalam rongga mulut bahan makanan dicerna oleh amilase

10
ptialin untuk mengubah pati menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Di
dalam lambung, pakan yang dalam proses pencernaan (ingesta) diasamkan oleh
keberadaan asam khlorida (HCI) atau asam lambung. Asam ini sangat penting
untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin yang sangat dibutuhkan untuk
mencerna protein menjadi pepton (senyawa protein yang lebih sederhana)
sehingga dapat diserap oleh usus halus. Kemudian ingesta didorong menuju usus
halus yang terdiri dari 3 bagian yaitu duodenum, jejunum dan illeum. Pada
dinding doudenum ini terdapat pankreas yang menghasilkan beberapa enzim
seperti amilase dan lipase. Amilase untuk mencerna pati menjadi karbohidrat
yang lebih sederhana. Lipase penting untuk mencerna lemak menjadi asam
lemak yang akan diserap oleh usus halus. Kemudian mengalami absorbsi nutrien
dalam usus halus, ingesta selanjutnya didorong menuju usus besar dan disini
sedikit mengalami absorbsi nutrien.

3. Secara Biologis
Sistem pencernaan ini dilakukan oleh mikroba sehingga proses pencernaan
ini kemudian disebut pencernaan secara mikro-biologis. Proses pencernaan
secara mikro-biologis terjadi ketika ingesta tertahan didalam usus besar, seperti
sekum dan usus besar. Pada Unggas khususnya ayam, guna meningkatkan
efektifitas pencernaan secara biologis ini maka pada saat sekarang
dikembangkan berbagai macam produk probiotik maupun prebiotik (pakan
mikroba) yang tujuannya untuk memperbanyak jumlah mikroorganisme yang
menguntungkan didalam saluran pencernaan. Mikroba ini sekaligus mendesak
keberadaan mikroba patogen yang dapat merugikan derajat kesehatan unggas.
Namun tampaknya pada burung hal ini belum terlalu berkembang.

Proses Pencernaan Oleh Saluran Pencernaan


1. Proses didalam rongga mulut
Di dalam rongga mulut, makanan dicampur dengan air ludah dan enzim air
ludah (saliva). Air ludah ini berfungsi sebagai bahan lubrikasi, air ludah juga
berfungsi sebagai enzim dalam proses pencernaan secara enzimatis. Komposisi
air ludah didominasi oleh air yang mengandung 99,00 % air dan 1% campuran

11
mucin, mineral dan a-amilase. Amilase saliva mencerna pati (amilum) dan
polisakarida sejenis serta dapat aktif hingga ujung esofagus.

2. Proses didalam tembolok (Crop)


Tembolok (crop) terdapat didalam tenggorokan bagian akhir. Tenggorokan
merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dengan lambung. Dibagian
ini makanan tidak mengalami proses pencernaan apapun. Makanan hanya
melewati saluran ini saja. Makanan dapat lewat dan melalui bagian ini dengan
lancar karena 2 hal yaitu : peristiwa peristaltis dinding saluran esofagus serta
gaya gravitasi bumi yang membantu menarik makanan masuk menuju organ
pencernaan berikutnya. Ketika memasuki rongga mulut, makanan dapat masuk
ke tenggorokan dengan bantuan lidah kaku yang terdapat pada pangkal (bagian
belakang) rongga mulut tersebut. Tembolok merupakan tempat penampungan,
penimbunan, pelunakan dan penyimpanan pakan yangmasuk untuk sementara
waktu. Dibagian ini makanan yang dikumpulkan ditampung dan ditimbun
sebanyak mungkin dan selanjutnya mengalami proses perendaman oleh
pengaruh cairan yang disekresikan atau dikeluarkan oleh dinding tembolok
sehingga menjadi lebih lunak.
Pelunakan ini sangat penting untuk memudahkan proses pembongkaran
fisik pakan dan memudahkan enzim pencernaan melakukan penetrasi kedalam
makanan. Bagi burung, tembolok merupakan organ yang mengatur rasa lapar
dan kenyang. Kontrol ini pada burung diatur oleh 2 hal yaitu kontrol fisik dan
kontrol khemis. Secara fisik, burung akan merasa lapar bila tembolok kosong
dan sebaliknya jika penuh akan merasa kenyang. Secara khemis rasa lapar
dipengaruhi oleh kadar gula (glukosa) dalam darah. Apabila kadar glukosa darah
turun hingga dibawah ambang batas lapar, burung akan mulai merasa lapar, jika
burung mulai makan,kadar glukosa naik hingga mencapai ambang batas
kenyang, burung akan merasa nyaman dan menghentikan aktivitas makannya
(karena merasa kenyang). Pada pagi hari, tembolok burung kosong dan burung
merasa lapar, apabila burung makan, pakan akan langsung dilewatkan dari
esofagus menuju proventrikulus tanpa masuk tembolok terlebih dahulu. Apabila
burung makan terus, pakan yang antri dicerna akan tertahan dan transit terlebih

12
dahulu di tembolok. Apabila tembolok telah penuh, burung akan merasa
kenyang secara fisik. Burung akan segera berhenti makan meskipun sebenarnya
kebutuhan energinya belum terpenuhi, apabila makanan yang dikonsumsi
mengandung energi tinggi maka apabila kebutuhan energinya telah terpenuhi,
burung akan merasa kenyang secara khemis. Burung akan segera berhenti makan
meskipun temboloknya belum penuhterisi pakan

3. Proses didalam Proventrikulus


Lambung (proventrikulus) yang asam karena pengaruh asam lambung
(HCI) akan menghentikan aktivitas enzim amilase saliva. Tingkat keasaman
(pH) pada organ ini berkisar pada 2,0 yang masuk dalam kriteria sangat asam.
Enzim yang aktif pada proventrikulus adalah pepsin dan renin. Selain kedua
enzim tersebut, diproventrikulus juga disekresikan cairan yang mengandung air,
garam an organik, pepsinogen dan lipase. Pepsinogen melakukan pencernaan
protein secara tidak langsung. Lipase lambung melakukan pencernaan lemak
menjadi asam lemak dan gliserol. Di dalam proventrikulus tidak terjadi
pencernaan karbohidrat secara spesifik.

4. Proses didalam Ampela (Gizzard)


Proses pelumatan pakan didalam gizzard dibantu oleh grit. Grit umumnya
berupa kerikil/batu kecil, pecahan kaca, remukan kerang, dll. Grit ini membantu
gizzard dalam melumatkan makanan menjadi partikel - partikel lebih kecil agar
permukaan makanan lebih luas dalam menerima penetrasi enzim - enzim
pencernaan. Proses pelumatan pakan ini sangat penting dalam proses pencernaan
makanan. Semakin banyak bagian makanan yang terkena penetrasi enzim
pencernaan maka semakin besar kesempatan nutrien dalam (ingesta) makanan
tercerna menjadi nutrien- nutrien yang siap diserap dan dipergunakan dalam
proses metabolisme.

5. Proses didalam usus halus


Usus halus terdiri atas duodenum (usus 12 jari), jejunum dan ileum.
Duodenum merupakan tempat utama absorbsi nutrien pakan yang telah tercerna.

13
Absorbsi nutrien oleh duodenum ini dibantu oleh sekresi 4 cairan, yaitu cairan
duodenum, cairan empedu, cairan pankreas dan cairan usus. Fungsi usus adalah
melindungi dinding duodenum dari pengaruh suasana asam dari lambung
(proventrikulus). Cairan (garam) empedu dihasilkan oleh hati, cairan ini
mengandung asam empedu dan zat warna empedu (K+ dan Na+) adalah
mengemulsikan lemak, mengaktifkan fungsi lipase pankreas serta menstabilkan
emulsi dengan cara menghidrolisis lemak (menjadi asam lemak dan gliserol).

6. Proses didalam usus besar


Didalam usus besar masih terdapat substansi makanan yang belum atau
tidak tercerna dan tidak terabsorbsi oleh usus halus, seperti selulosa dan
hemiselulosa. Selulosadan hemilulosa tidak terhidrolisis oleh enzim apapun yang
dihasilkan burung.

7. Proses didalam sekum dan Kolon


Didalam sekum dan kolon terdapat kegiatan jasad renik, seperti bakteri
proteolitik dengan fungsi utama mencerna protein - protein yang belum tercerna
di usus halus seperti skatole, indole, fenol, asam - asam lemak, H2S, asam - asam
amino dan lain sebagainya. Selain pencernaan protein tahap kedua tersebut
diatas, didalam sekum juga terjadi proses hidrolisis selulosa dan hemiselulosa
secara sangat terbatas. Selain itu jasad renik yang terdapat pada sekum juga
mensintesis vitamin B (sebagian kecil diabsorbsi). Sintesis vitamin B ini seakan
tidak terlalu penting lagi karena setelah sekum tidak terdapat lagi organ yang
secara signifikan mengabsorbsi nutrien.

14
Dalam digesti (digestion) atau pencernaan, tahap kedua dari pengolahan
makanan, makanan dipecah menjadi molekul-molekul yang cukup kecil untuk
diabsorpsi oleh tubuh. Tahap ini penting karena hewan tidak dapat langsung
menggunakan protein, karbohidrat, asam nukleat, lemak, dan fosfolipid dalam
makanan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah bahwa molekul-molekul ini
terlalu besar untuk melewati membrane dan memasuki sel-sel hewan. Selain itu,
molekul-molekul besar dalam makanan tidak semuanya identik dengan molekul-
molekul yang dibutuhkan oleh hewan untuk jaringan-jaringan dan fungsi-fungsi
tertentu. Akan tetapi, ketika molekul-molekul besar dalam makanan dipecah
menjadi komponen-komponennya, hewan dapat menggunakan molekul-molekul
yang lebih kecil ini untuk merakit molekul-molekul besar yang dibutuhkan.
Misalnya, walaupun lalat buah dan manusia memiliki makanan yang sangat
berbeda, keduanya mengubah protein di dalam makanannya menjadi 20 jenis asam
amino yang sama, yang kemudian digunakan untuk merakit semua protein-protein
spesifik bagi spesies tersebut.

C. Reproduksi Aves
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan
melestarikan jenis agar testis akan menuju vas deferens dan kloaka, sedangkan alat
kelamin betina pada burung terdiri dari ovarium kiri dan oviduk.
Kelompok burung merupakan hewan ovipar, walaupun kelompok burung
tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh internal
yaitu merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan
betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat
kelamin jantan kedalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan
yang hidup di darat (terrestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan
mamalia, pada burung proses fertilisasi ini dilakukan dengan cara saling
menempelkan kloaka, contoh aves antara lain yaitu burung elang, burung merati,
burung merak, burung hantu, burung gagak, ayam dan jenis burung lainnya.
Sebagian besar burung membangun sarangnya untuk menyimpan telur dan
mengerainya, jumlah telur yang di letakkan di dalam sarangnya ynag bervariasi

15
tergntung spesiesnya ada yang hanya 1,3 atau ada yang sampai 14 butir. Masa
inkubasi (pengeraman) pada burung berbeda-beda. Burung- burung darat yang kecil
masa ingkubasinya 28 hari, sedangkan burung unta 42-60 hari. Anak-anak burung
yang bersifat atricial membutuhkan kurang lebih seminggu setelah menetas untuk
meninggalkan sarang. Semua anak-anak burung memerlukan pemeliharaan setelah
di tetaskan yang berupa pemberian makan, penjagaan atau perlindungan dari sinar
matahari atau hujan.

1. Sistem Genitalia Jantan


a. Testis
Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya
licin,terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial.Pada
musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan
spermatozoa.

b. Saluran reproduksi
Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf
bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil,duktus
deferen bagian distal yang sangat panjang membentuksebuah gelendong
yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posteriordari duktus aferen
berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloakasebagai
duktus ejakulatori. Duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang
kecilkemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada
hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.

Gambar alat reproduksi burung jantan

16
2. Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium
Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang
kiri,dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.

b. Saluran reproduksi
Oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya panjang,
bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi
menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulum yang punya
bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostiumyang
dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan
mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane
sel telur dalam dan luar.Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang
kapur.

Gambar alat reproduksi burung betina

3. Proses Fertilisasi
Fertilisasi (fertilization) ialah penyatuan sperma dan sel telur yang bisa
berlangsung secara eksternal maupun internal. Pada spesies dengan fertilisasi
eksternal, betina melepaskan sel-sel telur ke lingkungan, tempat jantan dan
kemudian memfertilisasinya. Spesies yang lain melaksanakan fertilisasi
internal, sperma diletakkan di dalam atau di dekat saluran reproduktif betina, dan
fertilisasi terjadi di dalam saluran tersebut. Hewan yang melakukan reproduksi
dengan cara fertilisasi internal adalah burung (aves) dan hewan menyusui

17
(mamalia). Fertilisasi internal merupakan suatu adaptasi yang memungkinkan
sperma untuk mencapai sel telur secara efisien, bahkan saat lingkungan kering.
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium
kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium
dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung
oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung
jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di
kloaka. Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma
masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati
kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah
dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.

4. Pembentukan Telur
Telur pada unggas mengandung banyak zat-zat makanan untuk persediaan
perkembangbiakan embrio pada masa penetasan. Telur tidak ubahnya susu pada
mamalia adalah hasil sekresi dari sistem reproduksi dan mekanisme endokrin,
metabolik dan kimia. Bertelur sama dengan mekanisme laktasi. Telur unggas
mengandung makanan untuk perkembangan embrionik selama pertumbuhan di
luar tubuh induk. Embrio sangat tergantung pada zat makanan yang terdapat
dalam telur. Karena itu lemak dari sudut kalori lebih pekat dari pada gula, maka
telur lebih kaya akan lemak dari pada gula (dibandingkan dengan susu).

a. Ovarium
Pada awal perkembangan embrio, terdapat dua ovarium dan dua ovidak.
Bagian sebelah kanan mengalami atrofi sehingga pada saat menetas yang
tinggal hanya ovarium dan ovidak bagian kiri. Sebelum produksi telur
ovarium terisi penuh oleh folikel yang mengandung ova. Beberapa ova
cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata, sedangkan yang lainnya
harus menggunakan mikroskop. Beberapa ribu ova terdapat pada setiap
hewan betina. Saat dewasa ova menjadi kuning telur yang berukuran penuh
dan berperan penting untuk produksi telur selama hewan hidup.

18
b. Yolk / Kuning telur
Kuning telur (yolk) bukan sel reproduktif sejati, tetapi merupakan
sumber bahan pakan bagi sel kecil (blastoderm) dan selanjutnya digunakan
oleh embrio untuk menunjang pertumbuhannya.
Apabila unggas telah mencapai dewasa, ovariumnya dan oviduknya
mengalami perubahan-perubahan sekitar selama 11 hari sebelum bertelur
pertama, yaitu kelenjar pituitary anterior memproduksi folikel stimulating
hormone (FSH). Akibatnya, ukuran folikel ovarium bertambah. Ovarium
yang aktif mulai mengahsilkan hormone esterogen, progesteron,
testosterone. Sementara ukuran ovidak bertambah besar sehingga
memungkinkan memproduksi protein albumen, membrane kerabang,
kalsium karbonat kerabang, dan kultikula.
Yolk pertama menjadi dewasa karena sebagian besar bahan yolk yang
diproduksi di hati dialirkan oleh darah langsung ke yolk. Satu atau dua hari
kemudian, yolk ke dua mulai berkembang, dan seterusnya sampai pada saat
telur pertama dikeluarkan sekitar 5-10 yolk sedang dalam proses
pekembangan. Setiap yolk menjadi dewasa membutuhkan wkatu 10-11 hari.
Pada awalnya penimbunan bahan yolk sangat lambat dan warnanya terang.
Akhirnya, ovum mencapai diameter 6mm. pada saat pertumbuhannya
mencapai tingkat yang terbesar dan diameter bertambah sekitar 4 mm setiap
hari. Selama periode yang singkat sekitar 7 hari sebelum ovulasi 95-99%,
material yolk ditambahkan
Kuning telur atau yolk terdiri dari badan berbentuk bola besar, dari 25
sampai 150 μm garis tengah, yang terbagi-bagi adalah dalam suatu tahapan
yang berkelanjutan. Yolk yang kecil ukurannya sangat kecil diperkirakan
berdiameter sekitar 2 μm. Kuning telur berisi hanya sekitar 50% air. Sisa
terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan 1: 2; lipid yang ada dalam
bentuk lipoprotein.
Lebih lanjut menyatakan pada umumnya sintesis protein kuning telur
berasal dari hati atas rangsangan hormon estrogen. Kemudian diangkut oleh
darah nemuju indung telur (ovarium). Dalam ovarium aves mengandung

19
1.000 sampai 3.000 folikel, ukurannya sangat bervariasi dari ukuran
mikrokopik sampai sebesar satu kuning telur. Kuning telur yang lebih kecil
mulai tumbuh dengan cepat sekitar 10 hari sebelum dilepaskan ke dalam
infundibulum. Kuning telur diliputi oleh suatu membran folikuler, yang
menempelkannya pada ovari. Membran ini memiliki suatu bagian yang
terlihat hanya sedikit mengandung pembuluh darah. Bagian atau daerah itu
disebut stigma. Inilah tempat dimana kuning telur robek dan melepaskan
ovum pada saat ovulasi. Karena zat-zat makanan disalurkan melalui
membran folikuler dari aliran darah menuju ke ovidak, sejumlah darah
kadang-kadang dilepaskan bersama-sama kuning telur itu karena tempat
pecahnya tidak selalu tepat pada stigma. Inilah yang kadang menyebabkan
munculnya suatu blood spot di dalam telur.

c. Pengendalian Hormon Bertelur


Reproduksi, berkaitan dengan sistem pengendalian pada ayam yang
sedang bertelur, yang disebut hierarki folikuler yakni gradasi berat dan
ukuran folikel. Hanya satu folikel yaitu yang terbesar yang menjadi masak
dan di ovulasikan dalam waktu satu hari, segera setelah folikel ini pecah,
kemudian nomor 2 terbesar tumbuh menjadi besar, demikian seterusnya
peristiwa tersebut terjadi berurutan. Rincian permainan hormonal antara
ovarium dengan sistem hipotalamus-hipofiseal unggas semuanya jelas,
kecuali kita ketahui benar-benar ialah bahwa ovarium secara total
tergantung pada hormon Gonadotrofik yang berasal dari pituitari. Telah
diketahui bahwa hipotalamus dalam pengendalian pelapisan LH dan FSH
hipofisa. Diakuinya hipotalamus melalui cara pembedahan, tepatnya pada
nuklei praoptik di daerah paraventrikuler, ternyata dapat menghentikan
ovulasi.

d. Oviduk
Oviduk merupakan sebuah pipa yang panjang dimana yolk lewat dan
bagian telur lainnya disekresikan. Secara normal ukurannya kecil,
diameternya relatif kecil tetapi menjelang ovulasi pertama ukuran dan

20
ketebalan dindingnya bertambah besar. Setelah ovulasi ovum ditangkap oleh
fimbria dan masuk kedalam infundibulum kuning telur akan berdiam kurang
lebih selama ¼ jam dan dibagian ini terjadi pertemuan dengan sel jantan,
setelah itu diteruskan ke magnum. Disini telur menerima lapisan albumen.
Sekresi albumen pada magnum dikontrol oleh dua hormone, yaitu hormon
estrogen yang fungsi utamanya menyebabkan perkembangan anatomi dan
perkembangan kelenjar seluruh oviduk, tetapi estrogen saja tidak dapat
menyebabkan pembentukan calon albumen dalam kelenjar, atau sekresi
albumen sendiri ke dalam lumen magnum. Hormon yang kedua dibutuhkan
untuk kepentingan kedua-duanya, baik pembentukan atau sekresi albumen.
Androgen dan progesteron yang kedua-duanya beraksi terhadap
magnum yang berkembang karena estrogen, dapat menyebabkan
pertumbuhan granula albumen dan pelepasan granula ini ke dalam lumen.
Setelah pertumbuhan magnum yang didukung oleh estrogen dan
pembentukan granula albumen yang disebabkan baik androgen ataupun
progesteron, satu peristiwa lagi masih tertinggal yaitu sekresi albumen
kedalam lumen. Hal ini biasanya terpicu oleh adanya benda asing di
magnum , apakah itu ovum ataukah benda asing yang berada dalam
magnum.
Albumen pada sebutir telur terdiri dari empat lapisan. Masing-masing
adalah Chalazae (27%), putih kental (57%), putih telur encer dalam
(17,3%), dan putih telur encer bagian luar (23%). Keempat lapisan tersebut
diproduksi pada magnum tetapi putih telur encer luar tdak lengkap sampai
air ditambahkan di uterus.
Setelah albumen dalam perjalanan di magnum selama 2,5 jam atau 3
jam, telur bergerak ke isthmus, disini disekersikan kerabang lunak. Bagian
oviduk ini secara histologis berbeda dengan magnum tetapi dikontrol oleh
hormon yang sama, yang beraksi dengan cara yang sama dan dalam
rangkaian tahap yang sama, seperti yang terjadi pada magnum. Pada daerah
isthmus mendapat pelapisan membran yaitu membran luar dan membran
dalam, dalam keaadaan normal masing-masing membran menempel, kecuali
pada suatu tempat dimana membran tersebut berpisah yaitu pada ujung

21
tumpul telur. Perpisahan kedua membran tersebut membentuk suatu rongga
udara. Telur tinggal di isthmus selama kurang lebih 1,5 jam dan setelah
menerima kerabang lunak dan air, dibagian ini ditambahkan pula Natrium,
Kalsium dan garam. Telur tersebut bergerak ke kelenjar kerabang atau yang
dinamakan pula uterus, telur tinggal di daerah ini selama kurang lebih 22
jam, dan kerabang kapur disekresikan menyelubungi

e. Pengeluran Telur (Oviposisi)


Dalam kondisi normal telur dibentuk bagian tumpul terlebih dahulu.
Jika induk tidak terggangu pada saat bertelur, sebagian besar telur akan
dikeluarkan dengan ujung tumpul lebih dulu. Hal ini tidak diketahui secara
pasti sebabnya, tetapi diketahui bahwa sesaat sebelum dikeluarkan, telur
diputar secara horisontal (tidak ujung ke ujung), 180 derajat sesaat sebelum
telur itu dikeluarkan. Ovulasi secara normal terjadi 30 menit setelah telur
dikeluarkan. Interval waktu dapat bervariasi antara 7 sampai 74 menit.
Lebih lanjut menyatakan pengeluaran telur dirangsang oleh cahaya sehingga
merangsang dan meningkatkan suplai FSH. Hormon ini pada gilirannya
melalui aktivitas ovari mengakibatkan terjadinya ovulasi dan oviposisi.

22
Fungsi bagian-bagian telur aves :
1. Titik embrio : bagian yang akan berkembang menjandi embrio
2. Kuning telur : cadangan makanan embrio
3. Kalaza : menjaga goncangan embrio
4. Putih telur : menjaga embrio dari goncangan
5. Rongga udara : cadangan oksigen bagi embrio
6. Amnion : Amnion adalah semacam membran/selaput yang melindungi
Embrio dalam telur.

Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan
membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan
memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yan baru menetas
masih menutup matanya dan belum dapat mencari makanannya sendiri , dan perlu di
besarkan dalam sarang.

Gambar telur yang sedang dierami oleh induknya

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru,
selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi
hawa atau kantung udara (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut,
leher, dan sayap. Pada saat burung hinggap, udara dalam kantung hawa akan
dikeluarkan untuk digantikan dengan yang segar, sedangkan pada saat burung
terbang yang berperan penting dalam pernapasan adalah kantong hawa.
2. Sistem pencernaan unggas terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ
pelengkap yang berperan dalam proses perombakan bahan makanan, baik secara
fisik maupun secara kimia menjadi zat-zat makanan yang mudah diserap oleh
dinding pencernaan. Unggas menimbun makanan yang dimakan di dalam
tembolok.
3. Kelompok burung merupakan hewan ovipar, walaupun kelompok burung tidak
memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh internal yaitu
merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan
betina. Telur pada unggas mengandung banyak zat-zat makanan untuk persediaan
perkembangbiakan embrio pada masa penetasan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kata kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman
pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dosen pengampu dan teman-teman mengenai
pembahasan serta penulisan makalah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Jainuddin, dkk. 2014. “Struktur Histologi Tembolok (Ingluvies) Pada Unggas”. Jurnal
Medika Veterinaria. Vol. 8. No. 1
Neil A. Campbell dan Jane B. Reece. 2010. Biologi Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Risa Purnamasari dan Dwi Rukma Santi. 2017. Fisiologi Hewan. Jawa Timur : Program
Studi Arsitektur UIN Sunan Ampel
Suprijatna, Edjeng. 2008. Ilma Dasar Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tenzer Amy, dkk. 2004. Struktur Perkembangan Hewan. Malang :UM Press

25

Anda mungkin juga menyukai