RESPIRASI
Judul ........................................................................................................................................................... 1
R E S P I R A S I ............................................................................................................................................. 1
Daftar Isi ..................................................................................................................................................... 3
BAB I : Pendahuluan.................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................................. 4
BAB II : Pembahasan ................................................................................................................................... 5
1. Definisi Respirasi Avertebrata ......................................................................................................... 5
2. Alat Pernafasan Avertebrata ........................................................................................................... 5
1. Mekanisme Pernafasan Avertebrata ............................................................................................... 6
2. Sruktur Histologi Insang Avertebrata .............................................................................................. 8
3. Mekanisme Pemompaan Air ........................................................................................................... 9
4. Konsumsi Oksigen Avertebrata ..................................................................................................... 10
5. Tingkat Metabolisme Avertebrata ................................................................................................ 11
6. Pengukuran Respirasi Avertebrata ................................................................................................ 12
Daftar Pustaka .......................................................................................................................................... 17
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
SIstem organ yang memungkinkan makhluk hidup menjalankan fungsinya, diantaranya
pada sistem pernapasan. Fungsi pernapasan akan bekerja sama dengan sistem transportasi agar
proses metabolisme pada tubuh dapat berjalan dengan baik. System respirasi atau pernapasan
merupakan salah satu study terhadap struktur dan fungsi tubuh manusia.
Sistem respirasi atau sistem pernapasan terdapat pada manuasia dan hewan (seperti :
insekta, ikan, amfibi dan burung). Sedangkan sistem pernapasan pada manusia terjadi melalui
saluran penghantar udara yaitu alat-alat pernapasan yang terdapat dalam tubuh, dimana
masing-masing alat pernapasan tersebut memiliki fungsi yang berbeda- beda.
Hewan avertebrata adalah kelompok hewan yang tidak memiliki tulang belakang.
Mereka merupakan kelompok yang sangat beragam, termasuk cacing, spons, ubur-ubur,
serangga, dan moluska. Sistem respirasi mereka dapat bervariasi tergantung pada spesiesnya
dan mencakup berbagai mekanisme seperti difusi, insang, trakea, atau bahkan menggunakan
seluruh permukaan tubuh untuk pertukaran gas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan definisi respirasi hewan avertebrata?
2. Alat pernafasan apa yang digunakan cumi-cumi untuk menunjang sistem respirasinya?
Lalu, bagaimana mekanisme pernafasannya?
3. Bagaimana struktur histologi dari insang avertebrata khususnya cumi-cumi?
4. Bagaimana mekanisme dari pemompaan air avertebrata (cumi-cumi)?
5. Seperti apakah konsumsi O2 pada hewan avertebrata air terkhusus cumi-cumi?
6. Bagaimana tingkat metabolisme dari avertebrata air (cumi-cumi)?
7. Bagaimana penjelasan terkait pengukuran respirasi pada hewan avertebrata air
terkhusus cumi-cumi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem respirasi secara general dan pda avaertebrata
2. untuk mengetahui organ-organ respirasi avertebrata
3. Untuk mengetaui mekanisme pernafasan pada avertebrata
4. Untuk mengetahui struktur histoligi insang pada avertebrata
5. Untuk mengetahui mekanisme pemompaan air pada avertebrata
6. Untuk mememahami tingkat konsumsi oksigen pada avertebrata
7. Untuk mengetahui cara kerja metabolisme pada avertebrata
8. Untuk mengetahui pengukuran respirasi pada avertebrata
BAB II : Pembahasan
1. Proses pernapasan dimulai ketika cumi-cumi membuka celah insang mereka. Celah
insang ini disebut sifon dan digunakan untuk mengalirkan air melalui insang. Sifon ini
juga berfungsi untuk mengeluarkan air dari rongga insang setelah oksigen diambil
dan karbon dioksida dilepaskan.
2. Ketika cumi-cumi membuka sifonnya, air masuk ke dalam rongga insang. Air ini
mengandung oksigen yang akan diambil oleh pembuluh darah di permukaan insang.
Selama proses ini, oksigen diangkut melalui membran insang dan diserap oleh darah
cumi-cumi. Pada saat yang sama, karbon dioksida yang dihasilkan oleh metabolisme
sel cumi-cumi dilepaskan ke dalam air melalui insang.
3. Setelah pertukaran gas terjadi di insang, air yang sudah teroksidasi keluar dari rongga
insang melalui sifon. Cumi-cumi dapat mengatur ukuran celah sifon untuk
mengontrol laju aliran air melalui insang, sesuai dengan kebutuhan oksigen mereka.
Selain insang, cumi-cumi juga memiliki sistem pernapasan tambahan yang dikenal sebagai
saluran mantel. Mantel cumi-cumi memiliki pembuluh darah yang berfungsi sebagai
organ pernapasan tambahan. Meskipun peran utama insang, saluran mantel membantu
memperluas kemampuan pernapasan cumi-cumi, terutama dalam situasi ketika insang
mungkin tidak efisien, seperti ketika cumi-cumi sedang bergerak cepat atau berburu
mangsa.
1. Jantung Cabang (Branchial Hearts): Cumi-cumi memiliki dua jantung cabang yang terletak di
pangkal insang. Jantung cabang bertanggung jawab memompa darah ke insang untuk
dioksigonisasi. Fungsinya adalah memompa darah yang rendah oksigen dari tubuh ke insang,
di mana darah ini akan mengalami pertukaran gas dengan air sekitar untuk mendapatkan
oksigen.
2. Insang (Gills): Insang pada cumi-cumi memiliki filamen dan lamelan. Filamen yang berfungsi
untuk pertukaran gas. Mereka merupakan lembaran-lembaran halus yang tersusun berjajar
di sepanjang insang sedangkan Lamella adalah lipatan-lipatan pada filamen insang yang
memperbesar area permukaan, Ini memungkinkan lebih banyak darah untuk berkontak
dengan air, meningkatkan efisiensi pertukaran gas. dan Darah yang mengalir melalui insang
akan mengambil oksigen dari air dan melepaskan karbon dioksida.
3. Jantung Sistemik (Systemic Heart): Darah yang telah dioksigonisasi di insang kemudian
kembali ke jantung sistemik. Jantung sistemik ini adalah organ yang lebih besar dan
memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh cumi-cumi untuk menyuplai oksigen ke
jaringan-jaringan.
4. Peredaran Darah: System sirkulasi tertutup dari cumi-cumi sangat menarik karena ada 3
pompa untuk memelihara sirkulasi. Satu jantung memompa darah ke semua organ interna
dan jaringan tubuh. Dua jantung lainnya benar-benar bekerja memompa darah dari organ
organ interna dan jaringan ke insang, yang merupakan tempat terjadinya pertukaran gas.
Untuk memahami keuntungan dari system yang demikian baik untuk diketahui bahwa
tekanan yang dihasilkan oleh kontraksi sebuah jantung seluruhnya hampir berhamburan, bila
darah masuk ke kapiler-kapiler. Meskipun kapiler-kapiler kecil total daerah sayatan
melintang dari kapiler-kapiler yang menerima darah dari sebuah pembuluh darah besar
cukup lebih besar daripada sayatan melintang pembuluh darah itu sendiri. Pertukaran terjadi
hanya ketika darah sedang melalui kapiler-kapiler. Jadi, ketika melalui insang-insang,
darah kehilangan tekanan yang dapat menyebarkannya ke jaringan-jaringan dengan
cepat. Sebaliknya, ketika melalui kapiler-kapiler dari jaringan, darah kehilangan tekanan
yang dapat kemudian memaksa darah kembali ke insang.
Cumi-cumi (mollusca: cephalopoda), termasuk gurita dan cumi-cumi biasa, memiliki sistem
sirkulasi air yang canggih dan unik yang memungkinkan mereka untuk bergerak dengan cepat dan
mengontrol pengapalan mereka di dalam air. Pemompaan air pada cumi-cumi berperan penting dalam
beberapa fungsi, termasuk pernapasan, manuver, dan propelensi. Organ pemompaan air utama pada
cumi-cumi adalah hidrokista. Hidrokista merupakan struktur kantong elastis yang terhubung dengan
rongga tubuh cumi-cumi. Fungsi utama hidrokista adalah untuk mengontrol volume cairan dalam rongga
tubuh, yang memungkinkan cumi-cumi untuk menghasilkan gerakan dan mendorong diri mereka melalui
air.
Proses pemompaan air pada cumi-cumi melibatkan pengisian dan pengosongan hidrokista
dengan cairan. Ketika hidrokista diisi dengan cairan, volume rongga tubuh meningkat. Ketika hidrokista
dikosongkan, volume rongga tubuh berkurang. Perubahan volume ini menghasilkan pergerakan yang
mendorong cumi-cumi maju atau ke arah tertentu sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain hidrokista,
cumi-cumi juga memiliki otot-otot yang terlibat dalam pemompaan air dan gerakan tubuh secara
keseluruhan. Otomatisasi otot ini memainkan peran penting dalam mengontrol aliran cairan dalam
hidrokista dan menghasilkan gerakan yang diperlukan untuk berbagai aktivitas, termasuk propelensi,
pernapasan, dan manuver.
Kombinasi antara hidrokista dan otot-otot yang terkait adalah apa yang memungkinkan cumi-
cumi untuk memiliki kemampuan pergerakan yang lincah dan efisien di dalam air, serta memungkinkan
mereka untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan. Proses pemompaan air pada cumi-cumi
melibatkan pengisian dan pengosongan hidrokista dengan cairan. Berikut adalah rangkaian mekanisme
pemompaan air pada cumi-cumi:
1. Pengisian Hidrokista : Ketika cumi-cumi ingin melakukan propelensi atau manuver tertentu, mereka
mengkontraksikan otot-otot yang terhubung dengan hidrokista. Kontraksi otot menyebabkan cairan
disedot dari rongga tubuh ke dalam hidrokista melalui saluran yang terhubung. Sebagai hasilnya,
hidrokista mengembang atau mengisi dengan cairan.
2. Pengosongan Hidrokista : Setelah hidrokista terisi penuh dengan cairan, cumi-cumi kemudian
mengontraksikan otot-otot hidrokista untuk memompa kembali cairan ke dalam rongga tubuh. Ini
menyebabkan hidrokista mengempis atau mengosongkan cairan kembali ke dalam rongga tubuh.
Perubahan volume hidrokista akibat pengisian dan pengosongan cairan menghasilkan dorongan
atau gaya yang diperlukan untuk propelensi atau manuver. Cumi-cumi dapat mengatur arah gerakan dan
kecepatan mereka dengan mengendalikan aliran cairan dalam hidrokista.
- Propelensi adalah proses atau hasil dari mendorong atau menggerakkan sesuatu maju dengan
kekuatan atau dorongan. Dalam konteks biologi laut atau perairan, propelensi merujuk pada
gerakan maju atau pergerakan ke depan dari organisme di dalam air. Ini bisa dilakukan dengan
berbagai cara, seperti melalui gerakan tubuh, menggunakan anggota tubuh seperti sirip atau
tentakel, atau melalui mekanisme khusus seperti jet propulsion atau pemompaan air, seperti yang
terjadi pada cumi-cumi.
- Manuver adalah tindakan atau proses melakukan gerakan atau perubahan posisi dengan cepat
atau lincah, terutama untuk menghindari sesuatu atau mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks
biologi, manuver dapat merujuk pada gerakan atau perubahan posisi yang dilakukan oleh
organisme untuk beradaptasi dengan lingkungan, menghindari predator, atau menangkap
mangsa. Manuver ini sering kali melibatkan pergerakan yang cepat, lincah, dan kadang-kadang
kompleks, tergantung pada spesies dan situasi yang dihadapi oleh organisme tersebut.
Tingkat aktivitas juga memengaruhi konsumsi oksigen pada cumi-cumi. Saat cumi-cumi
bergerak lebih banyak, seperti saat berburu mangsa atau menghindari pemangsa, mereka
membutuhkan lebih banyak energi dan lebih banyak oksigen yang dibutuhkan. Di sisi lain, saat
mereka beristirahat atau bersembunyi, kebutuhan oksigen mereka dapat berkurang.
● Ukuran tubuh
Ukuran cumi-cumi memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan oksigen mereka.
Cumi-cumi yang lebih besar memiliki volume tubuh yang lebih besar dan oleh karena itu
memerlukan lebih banyak oksigen untuk mendukung fungsi organ-organ vital mereka. Misalnya,
cumi-cumi raksasa seperti cumi-cumi kolosal (Giant Squid) memiliki kebutuhan oksigen yang lebih
tinggi dibandingkan dengan spesies cumi-cumi yang lebih kecil.
● Suhu
Konsumsi oksigen akan meningkat ketika dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu yang tinggi, reaksi
kimia dalam tubuh cumi-cumi berlangsung lebih cepat, meningkatkan laju metabolisme mereka.
Sebagai hasilnya, kebutuhan oksigen mereka juga meningkat. Sebaliknya, pada suhu yang lebih
rendah, cumi-cumi memiliki metabolisme yang lebih lambat, sehingga memerlukan oksigen lebih
sedikit.
Adapun fakto-faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen menurut Lager (1977) adalah
sebagai berikut :
Ikan membutuhkan nutrisi dan energi dalam tubuhnya untuk dapat melakukan aktivitas. Nutrisi yang
dibutuhkan berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang cukup. Sebagai organisme
heterotrof, ikan membutuhkan nutrisi-nutrisi tersebut dari makanannya. Makanan yang dikonsumsi oleh
ikan akan mengalami proses pencernaan di dalam sistem pencernaan sebelum nutrisi makanan
dimanfaatkan untuk keperluan biologis ikan. Proses pencernaan dalam sistem pencernaan akan
melibatkan peran enzim-enzim pencernaan. Laju pencernaan makanan umumnya berkolerasi dengan
laju metabolisme ikan. Tingkat metabolisme ikan akan meningkat ketika suhu air berada pada keadaan
optimal. Percepatan metabolisme ikan ini harus diimbangi dengan makanan yang diperoleh dari
lingkungan. Peningkatan laju metabolisme ikan yang dipengaruhi oleh peningkatan suhu media pada
batas tertentu juga dapat meningkatkan laju konsumsi makanan sehingga mempercepat pertumbuhan
ikan. Berikut adalah mekanisme pencernaan pada avertebrata hewan air:
1. Dimulai di mulut : Proses pencernaan dimulai di mulut, di mana makanan dimasukkan ke dalam
tubuh. Mulut mungkin dilengkapi dengan gigi atau struktur lain yang membantu dalam
penghancuran makanan menjadi partikel yang lebih kecil.
3. Menuju lambung : Di lambung, makanan dicerna lebih lanjut oleh asam lambung dan enzim
pencernaan. Proses ini membantu memecah makanan menjadi komponen yang lebih kecil yang
dapat diserap oleh tubuh.
4. Masuk ke dalam usus halus : Setelah melalui lambung, makanan masuk ke dalam usus halus. Di
sini, nutrisi diserap ke dalam darah melalui dinding usus halus. Proses ini memungkinkan tubuh
untuk menggunakan nutrisi dari makanan untuk pertumbuhan, energi, dan fungsi tubuh lainnya.
5. Bergerak ke usus besar : Sisa-sisa makanan yang tidak dicerna sepenuhnya bergerak ke usus
besar, di mana air dan nutrisi tambahan diserap kembali ke dalam tubuh. Sisa-sisa makanan yang
tidak dapat dicerna akhirnya dikeluarkan sebagai kotoran.
6. Diakhiri di anus : Proses pencernaan diakhiri dengan pengeluaran kotoran melalui anus.
Organ pencernaan pada cumi-cumi terdiri atas mulut yang mengandung radula dan dua rahang
yang terbuat dari kitin berbentuk seperti paruh burung atau betet. Pada saat cumi-cumi ingin
memakan makanannya, cumi-cumi mengeluarkan gerak yang dinamakan gerak kontraksi otot,
selanjutnya makanan di bawa ke esofagus, lambung, usus, rektum anus, yang bermuara kerongga
mantel. Pencernaan pada cumi-cumi dilengkapi dengan dua kelenjar ludah di masa bakal, dan di
dekat ujung anterior hati yang digunakan untuk mensekresikan racun di daerah rahang. cumi-cumi
juga mempunyai dua kelenjar, yaitu kelenjar hati di anterior dan kelenjar pankreas di posterior.
Makanan cumi-cumi berupa ikan udang dan molusca moluska lainnya. Lambung pada cumi-cumi
bersifat moskular dan berfungsi mencampurkan makanan dari hasil ekskresi dari kelenjar
pencernaan. Cumi-cumi juga memiliki dua ginjal yang disebut kelenjar lidah mental sebagai sistem
ekskresi dan dua buah ginjal yang fredia yang berbentuk segitiga berwarna putih yang berfungsi
menapis cairan dari ruang perikardium dan membuang ke rongga mantel melalui lubang yang
terletak di sisi usus, di dalam sistem digitatum cumi-cumi juga menyimpan kantong tinta yang
letaknya berdekatan dengan kelenjar pencernaan tinta ini berwarna hitam dikarenakan di
dalamnya mengandung pigmen melanin sehingga tinta tersebut berwarna hitam yang digunakan
untuk menyeburkan ke arah musuh apabila cumi-cumi merasa terganggu.
Pengukuran frekuensi napas pada cumi-cumi dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung
pada peralatan yang tersedia dan kebutuhan penelitian. Salah satu cara yang umum dilakukan
adalah sebagai berikut:
Persiapan Cumi-Cumi
Pastikan cumi-cumi dalam keadaan tenang dan stabil sebelum pengukuran dimulai. Hal ini dapat
dilakukan dengan menempatkan cumi-cumi dalam wadah air yang sesuai dengan spesies dan
ukurannya.
Observasi Langsung
Dalam pengaturan laboratorium, pengukuran frekuensi napas dapat diamati secara langsung
dengan memperhatikan gerakan insang atau perubahan volume air yang masuk dan keluar dari
mantel cumi-cumi.
Penggunaan Sensor
Sensor oksigen atau sensor lainnya yang dapat mendeteksi perubahan dalam air dapat
digunakan untuk mengukur frekuensi napas. Sensor ini biasanya ditempatkan di dalam wadah
air tempat cumi-cumi berada.
Perekaman Video
Perekaman video dapat digunakan untuk memantau gerakan insang cumi-cumi selama periode
waktu tertentu. Video kemudian dianalisis secara manual atau dengan bantuan perangkat lunak
untuk menghitung frekuensi napas.
Analisis Data
Setelah data pengukuran dikumpulkan, frekuensi napas dapat dihitung dengan menghitung
jumlah napas yang terjadi dalam jangka waktu tertentu, biasanya per menit.
Penting untuk memperhatikan bahwa pengukuran frekuensi napas pada cumi-cumi dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk suhu air, tingkat oksigen, stres, dan kondisi
lingkungan lainnya. Oleh karena itu, kontrol terhadap faktor-faktor ini penting dalam menjaga
konsistensi dan validitas hasil pengukuran.
Pemantauan Visual
Melibatkan pengamatan langsung terhadap gerakan insang atau organ pernapasan lainnya pada
cumi-cumi yang sedang diamati. Meskipun sederhana, metode ini dapat memberikan informasi
awal tentang pola pernapasan.
Mengukur kadar oksigen dan karbon dioksida dalam air di sekitar cumi-cumi dapat memberikan
gambaran tentang proses pernapasan mereka. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan sensor
oksigen dan karbon dioksida yang terpasang di dalam akuarium atau lingkungan penelitian.
Melibatkan pengukuran perubahan volume air yang dilewati melalui insang cumi-cumi selama
periode waktu tertentu. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukuran
aliran air atau sensor yang terhubung dengan insang cumi-cumi.
Pengukuran Metabolisme
Pemantauan Perubahan pH
Setiap metode pengukuran memiliki kelebihan dan keterbatasan tersendiri, dan kombinasi
beberapa metode seringkali memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang
aktivitas pernapasan cumi-cumi.
Oksigen merupakan senyawa yang dibutuhkan oleh hampir seluruh makhluk hidup di bumi ini.
Dalam kajian fisiologi oksigen ini digunakan dalam proses metabolisme yaitu bahan bakar untuk
mengoksidasi zat makanan.
Respirometri melibatkan penempatan hewan dalam ruang tertutup atau cairan oksigenasi,
dengan mengukur perubahan kadar oksigen atau produksi karbon dioksida. Metode ini
membantu menentukan tingkat konsumsi oksigen, aktivitas metabolisme, dan adaptasi fisiologis
hewan tersebut. Penelitian semacam itu sering dilakukan untuk memahami ekologi, fisiologi,
dan respons hewan terhadap lingkungan.
3. Hubungkan tabung dengan pita berskala lalu dibalut dengan plstisin agar menghindari
kebocoran udara
4. Teteskan cairan eosin dari pita bersakala ditunggu hingga eoisin pada skala 0
5. Pergerakan Eosin pd pipa berskala diamati dan dicatatat setiap 2menit sekali
PERHITUNGAN:
Selisih skala posisi eoisin awal dengan skala eosin akhir pipa berskala
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan saat mengukur oksigen (O2) dengan respiometer
melibatkan kontrol suhu, kelembaban, serta memastikan bahwa organisme yang diuji dalam
kondisi optimal untuk pengukuran respirasi yang akurat. Selain itu, pengawasan terhadap
tekanan atmosfer dan perubahan volume gas juga penting dalam interpretasi hasil respiometri.
Sistem tertutup respirometri pada avertebrata berguna untuk memahami aspek-aspek seperti
efisiensi respirasi, adaptasi terhadap lingkungan, atau respons terhadap perubahan kondisi.
Respirasi seluler pada avertebrata, yang melibatkan produksi energi di tingkat sel, umumnya
terjadi melalui proses oksidatif di mitokondria. Avertebrata, seperti serangga, moluska, dan
cacing, menggunakan jalur respirasi seluler yang mirip dengan vertebrata. Proses ini melibatkan
glikolisis, siklus asam sitrat, dan rantai transpor elektron untuk menghasilkan adenosin trifosfat
(ATP), sumber utama energi sel. Meskipun ada variasi dalam mekanisme, prinsip dasar respirasi
seluler tetap konsisten untuk mendukung kehidupan sel avertebrata.
Glikolisis adalah tahap pertama respirasi seluler dan terjadi di sitoplasma. Glukosa dipecah
menjadi dua molekul piruvat, menghasilkan sedikit ATP dan NADH.
Siklus asam sitrat, juga dikenal sebagai siklus Krebs, berlangsung di dalam mitokondria. Piruvat
diubah menjadi asam sitrat dan melalui serangkaian reaksi, menghasilkan NADH, FADH2, dan
sedikit ATP.
Rantai transpor elektron terjadi di membran dalam mitokondria. NADH dan FADH2 mengirimkan
elektron melalui serangkaian protein, melepaskan energi yang digunakan untuk membuat
gradien elektrokimia. Energi ini digunakan untuk menghasilkan ATP melalui sintesis ATP.
Daftar Pustaka
Badole, A., Dhewantara, Y. L., & Nainggolan, A. (2020). Pengaruh Kepadatan Terhadap Pertumbuhan
Populasi Daphnia sp. Yang Dibudidayakan Dengan Oksigen Murni. Jurnal Ilmiah Satya Minabahari,
6(1), 1-10.
Blogspot. (2013). Sistem Peredaran Darah cumi - cumi. Diambil dari https://montzella.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 7 Maret 2024 pukul 3.30 WIB.
FITRIANZAH, A. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN:
BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF, PADA KELUARGA BAPAK H KHUSUSNYA ANAK A DI DESA
NEGARA NABUNG LAMPUNG TIMUR (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).
Sari, M. Autentikasi Spesies Cumi-Cumi di Perairan Belawan berdasarkan Biomarka Gen COI. Cumi-
cumi merupakan moluska tanpa cangkang yang termasuk dalam ordo Chepalopoda.
Wenny, S et al. (2023). Biozine Molusca dan Pemanfaatannya. Jambi. Salim Media Indonesia