Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM II

EMBRIOLOGI
(AKBK 3417)

“KUALITAS SPERMATOZOA”

Disusun Oleh:
Putri Wulandari
(2110119220012)
Kelompok I B

Asisten Dosen:
Dina Awaliyah
M. Mahdad Al Madani

Dosen Pengampu:
Drs. H. Kaspul, M. Si.
Dr. Bunda Halang, M.T.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
SEPTEMBER 2023
PRAKTIKUM II

Topik : Kualitas Spermatozoa


Tujuan : Untuk mengetahui kualitas spermatozoa dengan mengamati
konsentrasi, motilitas, kecepatan gerak dan morfologi
Hari/tanggal : Kamis/ 21 September 2023
Tempat : Laboratorium Biologi Umum PMIPA FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Mikroskop binokuler elektrik 8. Pinset
2. Alat tulis 9. Kaca arloji
3. Alat dokumentasi 10. Toples
4. Baki 11. Lateks
5. Pipet tetes 12. Bracket holder
6. Gelas kimia 13. Mikrohemositometer
7. Alat bedah 14. Baki bedah
B. Bahan
1. Mencit jantan (Rattus norvegicus L.)
2. Kapas/tisu
3. NaCl 0,9%

II. CARA KERJA


Pengamatan kualitas spermatozoa meliputi konsentrasi, motilitas,
kecepatan gerak, dan morfologi spermatozoa. Cuplikan spermatozoa dapat
diperoleh dengan cara mengambil cauda epididimis kanan dari hewan tikus
putih jantan (Rattus norvegicus L.). Kemudian memasukkan cauda epididimis
ke dalam gelas arloji yang berisi 1 ml garam fisiologis hangat (37°C),
kemudian memotong-motongnya dengan gunting kecil hingga halus, dan
mengaduknya dengan gelas pengaduk. Suspensi yang telah diperoleh dapat
digunakan untuk pengamatan kualitas spermatozoa (Modifikasi dari First,
1991). Pengamatan kualitas spermatozoa dapat dilakukan menurut cara
Soehadi dan Arsyad (1983) sebagai berikut:
1. Konsentrasi spermatozoa :
a. Menghisap suspensi dengan pipet leukosit sampai tanda 1,0.
b. Mengencerkan suspensi spermatozoa yang berada di dalam pipet
leukosit, dengan larutan garam fisiologis sampai tanda 1,1 Kemudian
mengocok larutan suspensi dalam pipet sampai rata.
c. Membuang beberapa tetes campuran spermatozoa agar yang terhitung
mati adalah bagian yang benar-benar mengandung spermatozoa
homogen.
d. Memasukkan campuran spermatozoa ke dalam kotak-kotak kamar
hitung Neubauer, menghitung jumlah spermatozoa yang berada pada 16
kotak, dibawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali.
e. Hasil perhitungan merupakan jumlah spermatozoa dalam 10 ml
suspensi spermatozoa.
2. Motilitas dan kecepatan gerak spermatozoa dapat diamati pada suspensi
spermatozoa yang telah diteteskan pada bilik hitung Neubeaur dan
mengamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Motilitas
spermatozoa ditentukan dari 100 spermatozoa dalam satu lapangan
padang. Motilitas spermatozoa dinilai berdasarkan persen spermatozoa
dengan motilitas baik, yaitu spermatozoa yang bergerak cepat, lurus ke
depan, lincah dan aktif Kecepatan gerak spermatozoa diukur berdasarkan
waktu yang diperlukan spermatozoa untuk motil dan bergerak lurus
menempuh satu kotak mikrohemositometer.
3. Morfologi spermatozoa dapat diamati pada sediaan apus dengan
pewarnaan Hemotoksilin Mayer Pemeriksaan morfologi spermatozoa
dilakukan dengan membedakan bentuk spermatozoa normal dan abnormal
dari 100 spermatozoa yang diamati, hingga memperoleh data bentuk
spermatozoa dalam persen. Melakukan pengamatan di bawah mikroskop
dengan pembesaran 400 kali.
III. TEORI DASAR
Spermatozoa merupakan sel yang terdiri dari kepala dan ekor. pada
spermatozoa tikus, kepala membentuk struktur seperti bulan sabit (falciform).
Bagian ekor merupakan bagian paling panjang pada spermatozoa, terdiri dari
bagian leher, bagian tengah dan bagian utama, juga terdapat bagian paling
ujung (Kaspul, 2023)
Parameter sperma merupakan salah satu alat yang terpenting untuk
evaluasi kesuburan seorang pria maupun hewan jantan. Beberapa sifat sperma
yang sering dipakai sebagai parameter kualitas sperma diantaranya
konsentrasi, motilitas, kecepatan gerak, dan morfologi spermatozoa (Sochadi
dan Arsyad, 1983 dalam Kaspul, 2023)
Konsentrasi spermatozoa yang tinggi menunjukkan spermatogenesis
yang berjalan dengan baik dan proses pemeliharaan spermatozoa dalam
epididimis yang berjalan dengan baik juga (De Kretser, 1997, Norris, 1990,
Setchell, 1997 dalam Kaspul, 2023).
Berdasarkan mekanismenya, motilitas spermatozoa dapat dibedakan
menjadi dua jenis:
1. Spermatozoa dengan motilitas baik, yaitu spermatozoa yang bergerak lurus
ke depan, lancar, cepat dengan ekor yang berirama.
2. Spermatozoa dengan motilitas yang kurang baik, yaitu spermatozoa
dengan motilitas bergetar atau berputar, tanpa arah, lemah aglutinasi,
immature, dan motilitas spermatozoa karena kepala dan ekor asimetris.
(Sochadi dan Arsyad, 1983 dalam Kaspul, 2023)
Gerakan ekor spermatozoa disebabkan oleh aktifitas kontraktil dari
mikrotubula aksonema. gerakan ini sejenis denan pergesaran myosin dan
aktin pada serabut otot. Sumber energi utama adalah ATP. Gerakan kontraktil
diatur oleh kalsium dan stimulasi ATP, protein cincin dengan protein
mikrotubuli ganda ke-2 yang bergeser ke dalam ATP yang diperlukan untuk
kontraksi berhubungan dengn netbolisme di dalam mitokondria pada bagian
tengah ekor (Eddu, 1997 dalam Kaspul, 2023)
Menurut Sochadi dan Arsyad (1983) dalam Kaspul (2023),
pemeriksaan morfologi spermatozoa. ditunjukkan untuk melihat bentuk-
bentuk spermatozoa. Pada umumnya setiap penyimpangan morfologis dan
srtuktur spermatozoa yang normal dipandang sebagai abnormal. Abnormalitas
spermatozoa dapat dibedakan:
1. Abnormalitas kepala, kepala terlalu besar, kepala terlalu kecil, kepala
pipih, kepala dua dan amorfus, dan kepala bulat tanpa akrosom.
2. Abnormalitas bagian tengah; bagian tengah menebal, patah, melipat dan
melekuk
3. Abnormalitas ekor, ekor melingkar, ekor patah dan ekor lebih dari satu
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Flowchart

(Sumber: Dok. (Sumber: Dok.


Kelompok I B, 2023) Kelompok I B, 2023)

Menyiapkan alat dan Mengatur mikroskop


bahan yang akan hingga mendapatkan
digunakan garis 4x4 yang jelas

(Sumber: Dok. (Sumber: Dok.


Kelompok I B, 2023) Kelompok I B, 2023)

Membedah mencit Mematikan tikus putih


menggunakan alat dengan cara
bedah dan mengambil mematahkan tulang
bagian testis serta lehernya
cauda epididimis
(Sumber: Dok.
Kelompok I B, 2023)

(Sumber: Dok.
Kelompok I B, 2023)

Meletakkan testis dan Mencincang bagian


cauda epididimis pada cauda epididimis
kaca arloji yang berisi
garam fisiologis

(Sumber: Dok. (Sumber: Dok.


Kelompok I B, 2023) Kelompok I B, 2023)

Meletakkan sperma Mengambil sperma


mencit pada kaca dengan menggunakan
benda mikroskop pipet
B. Tabel Pengamatan
No Pengamatan Jumlah
1. Jumlah sperma hidup 15
2. Jumlah sperma mati 32

3. Konsentrasi 0,00047

4. Motilitas 0,319 %

5. Waktu gerak 60 s

6. Kecepatan gerak 3,33 x 10-6


m/s

C. Perhitungan
1. Konsentrasi Spermatozoa
Konsentrasi spermatozoa = (⅀ Sperma hidup + ⅀ Sperma mati) x10−5
=
(15 + 32) x 10−5
=
(47) x 1/105
= 0,00047

2. Motilitas
Motilitas = ⅀ Sperma hidup / ⅀ Sperma x 100%
= 15/47 x 100%
= 0,319 %

3. Kecepatan Gerak
V = Kecepatan
s = 0,05 mm x 4 = 0,2 mm = 0,0002 m
t = 60 s
v = s/t
v = 0,0002 m/ 60s
v = 3,33 x 10-6 m/s
D. Foto Pengamatan
1. Sperma Normal
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Kepala
2. Leher
3. ekor

b. Foto Pengamatan

Keterangan :

1 1. Kepala
2. Leher
3
3. Ekor
2

(Sumber: Dok. Kel. I B, 2023)

c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Kepala
3 2. Leher
1 2 3. Ekor

(Sumber: Hayati dkk, 2020)


2. Sperma Abnormal (Bergerombol)
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Kepala
2. Leher
3. Ekor

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1
1. Kepala
2. Leher
3. Ekor
2
3

(Sumber: Dok. Kel. I B, 2023)

c. Foto Literatur

2 3 Keterangan :
1. Kepala
2. Leher
3. Ekor
1

(Sumber: Hayati dkk, 2020)


3. Sperma Abnormal (Ekor dua)
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Kepala
2. Leher
3. Ekor

b. Foto Pengamatan

1 Keterangan :
3 1. Kepala
2. Leher
3. Ekor

(Sumber: Dok. Kel. I B, 2023)

c. Foto Literatur

2 1 Keterangan :
3
1. Kepala
2. Leher
3. Ekor

(Sumber: Hayati dkk, 2020)


V. ANALISIS DATA
Pada praktikum yang kali ini dengan topik Kualitas Spermatozoa
bertujuan untuk mengetahui kualitas spermatozoa dengan mengamati
konsentrasi, motilitas, kecepatan gerak dan morfologi. Adapun bahan-bahan
yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mencit jantan, kapas/ tisu dan
larutan NaCl 0,9%.
Reproduksi merupakan salah satu mekanisme yang dimiliki oleh
makhluk hidup untuk mempertahankan kelestarian spesiesnya dari kepunahan.
Reproduksi ada yang bersifat aseksual dan ada yang bersifat seksual.
Reproduksi seksual membutuhkan individu jantan dan individu betina untuk
melakukan reproduksi. Individu jantan akan mengeluarkan benih atau
spermatozoa yang akan memfertilisasi sel telur atau ovum dari individu betina.
Spermatozoa yang baik merupakan salah satu faktor dari fertilitas
jantan. Spermatozoa merupakan sistem sito struktural yang motil dimana
pembentukannya memerlukan kondisi yang sangat baik secara internal dan
eksternal agar terbentuk spermatozoa yang mampu menetrasi sel telur secara
sempurna. Analisis spermatozoa merupakan suatu cara untuk mengevaluasi
spermatozoa apakah cukup fertile untuk memfertilisasi sel telur. Analisis
spermatozoa dilakukan melalui beberapa macam cara misalnya konsentrasi,
morfologi, motilitas dan biokimia ejakulat.
Sistem reproduksi mencit jantan terdiri atas testis dan kantong skrotum,
epididimis dan vas deferens, sisa sistem ekskretori pada masa embrio yang
berfungsi untuk transport sperma, kelenjar aksesoris, uretra dan penis. Selain
uretra dan penis, semua struktur ini berpasangan. Epididimis adalah tuba terlilit
yang panjangnya mencapai 20 kaki (4 m sampai 6 m). Epididimis terletak pada
bagian dorsolateral testis, merupakan suatu struktur memanjang dari bagian
atas sampai bagian bawah testis. Organ ini terdiri dari bagian kaput, korpus dan
kauda epididimis. Bagian ini menerima sperma dari duktus eferen (Rugh,
1968).
Spermatozoa bergerak dari tubulus seminiferus lewat duktus eferen
menuju kepala epididimis. Epididimis merupakan pipa dan berkelok-kelok
yang menghubungkan vas eferensia pada testis dengan duktus eferen (vas
deferen). Kepala epididimis melekat pada bagian ujung dari testis dimana
pembuluh-pembuluh darah dan saraf masuk. Badan epididimis sejajar dengan
aksis longitudinal dari testis dan ekor epididimis selanjutnya menjadi duktus
deferen yang rangkap dan kembali ke daerah kepala. Epididimis berperan
sebagai tempat untuk pematangan spermatozoa sampai pada saat spermatozoa
dikeluarkan dengan cara ejakulasi. Spermatozoa belum matang ketika
meninggalkan testikel dan harus mengalami periode pematangan di dalam
epididimis sebelum mampu membuahi ovum (Frandson, 1992).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada sperma mencit
dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x10 terlihat bahwa sperma yang
hidup berjumlah 15 dan sperma yang mati berjumlah 32. Pada saat pengamatan
ditemukan sperma normal da sperma abnormal, abnormal disini ditandai
dengan sel sperma yang bergerombol dan juga sel sperma yang memiliki dua
ekor. Hal tersebut merupakan beberapa contoh sel sperma yang abnormal,
selain itu sel sperma abnormal juga dilihat dari pergerakan nya. Pergerakan
sperma yang normal dapat dikatakan cepat dan lurus kedepan sedangkan sel
sperma yang abnormal biasanya tidak berjalan lurus entah berbelok-belok
ataupun berputar di satu tempat saja.
Sel sperma tidak dapat bertahan lama setelah terpapar udara diluar
tubuh. Sperma hanya bisa bertahan selama 20–60 menit setelah ejakulasi atau
keluar dari tubuh. Kemampuan sel sperma bertahan hidup diluar tubuh
tergantung pada lingkungan dan seberapa cepat air mani mengering. penyakit
menular dan peninggian atau penurunan suhu udara karena kelembaban yang
tinggi juga dapat menyebabkan kegagalan pembentukan dan penurunan
produksi spermatozoa (Jiyanto, 2011).
Oleh karena itu, setelah testis dan cauda epididimisnya dikeluarkan dari
tubuh mencit, langsung diberi perlakuan dengan NaCl 0,9% sebagai larutan
pengencer. Larutan NaCl 0,9% memiliki sifat isotonis pada cairan sel dan
mampu mempertahankan perubahan pH sperma pada suhu kamar. Larutan
NaCl 0,9% juga memiliki sifat yang mirip dengan buffer dan berdasarkan hasil
uji pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, larutan NaCl 0,9% tidak
mempengaruhi kondisi fisik spermatozoa seperti kegunaan buffer fosfat
sebagai larutan pengencer cat Giemsa (Diarti, dkk. 2016).
NaCl digunakan karena larutan NaCl merupakan larutan fisiologis yaitu
suatu larutan istonik yang menjaga histologi sel agar tidak rusak. Epididimis
kauda yang sudah tercelup ke dalam NaCl dicacah selembut mungkin. Hal ini
dilakukan agar sperma keluar dari epididimis kauda dan menghidari kerusakan
spermatozoa yang terlalu tinggi.
Kesuburan seorang pria tidak hanya ditentukan oleh jumlah
spermatozoa yang mampu dikeluarkanya. Air mani yang diejakulasi akan
terdapat 400 juta spermatozoa. Walaupun jumlahnya besar, mengingat
ukuranya yang begitu kecil, spermatozoa hanya membentuk sebagian kecil dari
volume air mani. Sisanya adalah cairan yang disebut semen, yang berasal dari
berbegai kelenjar kelamin pria yaitu vesikel sminalis, prostat, dan kelenjar
Cowper (Hutapea,2002).
Bentuk spermatozoa seperti cabang yang terdiri atas:
 Kepala : lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti.
 Leher : penghubung kepala dan ekor.
 Ekor : panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energi sehingga dapat
bergerak.
Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa
ratus yang dapat mencapai tuba falopii. Spermatozoa yang masuk kedalam alat
genitalia wanita dapat hidup selama tiga hari, sehinnga cukup waktu
untukmengadakan konspsei, yaiut pertemuan inti ovum dengan inti
spermatozoa atau disebut juga fertilisasi dan membentuk zigot (Manuba,1998).
Morfologi spermatozoa merupakan salah satu parameter yang penting
untuk menilai fertilitas individu jantan. Setiap sperma yang mempunyai
morfologi abnormal tidak dapat membuahi ovum. Selama presentase
abnormalitas morfologi spermatozoa belum mencapai 20% maka individu itu
masih bisa dianggap fertil. Pada praktikum ini morfologi spermatozoa ada yang
normal dan ada yang abnormal.
Menurut Guyton dan Hall (1996), spermatozoa terdiri atas kepala dan
ekor. Kepala terdiri atas sel berinti padat dengan hanya sedikit sitoplasma dan
lapisan membran sel di sekitar permukaanya. Di bagian luar, dua pertiga
anterior kepala terdapat selubung tebal yang disebut akrosom yang terbentuk
dari alat golgi. Selubung ini mengandung sejumlah enzim yang serupa yang
ditemukan pada lisosom dari sel-sel khusus, termasuk hialuronidase yang dapat
mencerna filamen proteoglikan dari jaringan, dan enzim proteolitik yang sangat
kuat yang dapat mencerna protein. Ekor sperma, yang disebut flagellum
memiliki tiga komponen utama, yaitu:
1. Rangka pusat yang terbentuk dari 11 mikrotubulus, yang secara keseluruhan
disebut aksonema.
2. Membran sel tipis yang menutupi aksonema.
3. Sekelompok mitokondria yang mengelilingi aksenoma pada bagian
proksimal ekor disebut badan ekor (Guyton dan Hall, 1996)
Morfologi abnormal spermatozoa mencit meliputi kepala raksasa,
kelapa kecil, kepala ganda, ekor pendek, ekor ganda, dan kepala bulat karena
ada sisi sitoplasma melekat. Spermatozoa dapat abnormal, baik pada fertil atau
infertil. Hanya saja pada fertil jumlah spermatozoa yang abnormal lebih sedikit
dibanding pada infertil. Adanya spermatozoa yang abnormal disebabkan
gangguan dalam proses pembentukan sperma, terutama pada waktu
spermiogenesis. Gangguan ini bisa disebabkan karena faktor nutrisi, hormonal
obat, radiasi, dan penyakit (Yatim, 1994).
VI. KESIMPULAN
1. Morfologi spermatozoa secara umum terdiri dari kepala, leher, dan ekor.
2. NaCl digunakan karena larutan NaCl merupakan larutan fisiologis yaitu
suatu larutan istonik yang menjaga histologi sel agar tidak rusak.
3. Morfologi abnormal spermatozoa mencit meliputi kepala raksasa, kelapa
kecil, kepala ganda, ekor pendek, ekor ganda, dan kepala bulat.
4. Pada saat pengamatan ditemukan sperma normal da sperma abnormal,
abnormal disini ditandai dengan sel sperma yang bergerombol dan juga sel
sperma yang memiliki dua ekor.
5. Tujuan dari cauda epididimis yang dicacah adalah agar sperma keluar dari
epididimis cauda dan menghidari kerusakan spermatozoa yang terlalu
tinggi.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Diarti, M. W., Tatontos, E. Y., & Turmuji, A. (2016). Larutan Pengencer


Alternatif NaCl 0, 9% Dalam Pengecatan Giemsa Pada
Pemeriksaan Morfologi Spermatozoa. Jurnal Kesehatan Prima,
10(2), 1709-1716.

Guyton and Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. EGC.
Jakarta.

Hutapea, Dr. Albert M. 2002. Keajaiban-keajaiban dalam Tubuh Manusia.


Gramedia: Jakarta.

Jiyanto. (2011). Motilitas Dan Mortalitas Spermatozoa Sapi Bali Yang


Diencerkan Dengan Pengencer Kuning Telur Pada Volume
Pengenceran Yang Berbeda Di Bibd Tuah Sakato Payakumbuh.
Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Manuba, Ida Bagus. 1998. Penyakti Kandungan & Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta.

Rugh, R. 1968. The Mouse: Its Reproduction and Development. (Oxford


University Press, New York).

Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embryologi. Tarsito. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai