Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM III

EMBRIOLOGI
(AKBK 3417)

“OOGENESIS”

Disusun Oleh :
Putri Wulandari
(2110119220012)
Kelompok I B

Asisten Dosen :
Dina Awaliyah
Muhammad Mahdad Al Madani

Dosen Pengampu :
Drs. H. Kaspul, M.Si.
Dr. Bunda Halang, M.T.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
OKTOBER 2023
PRAKTIKUM III

Topik : Oogenesis
Tujuan : Untuk mengetahui Oogenesis yang terjadi dalam ovarium tikus
putih (Rattus norvegicus L.)
Hari/Tanggal : Kamis/05 Oktober 2023
Tempat : Laboratorium Biologi Umum PMIPA FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Alat dokumentasi
2. Alat tulis
3. Baki
4. Bracket holder
5. Buku penuntun
6. Mikroskop elektrik
B. Bahan
1. Preparat jadi ovarium mencit

II. CARA KERJA


1. Mengamati sediaan mikroanatomi ovarium tikus putih (Rattus norvegicus
L.) dengan menggunakan mikroskop.
2. Menggambar dan memberi keterangan jenis-jenis folikel-folikel yang
terdapat dalam preparat ovarium tersebut.
III. TEORI DASAR
Telur dihasilkan dalam ovarium Sel oogonia yang bersifat diploid
membelah secara mitosis menghasilkan sel oogonia tambahan. Pada
kebanyakn hewan akuatik dam amfibia proses tersebut terjadi sekali actahun
Akan tetapi pada reptilian, buruhing dalam mammalia, proses tersebut
berhenti lama sebelum lahir. Sebenarnya pada waktu itu fetus dari manusia
(bayi yang sedang berkembang), berumur 15 minggu dan multiplikasi
oogonia hampir selesat Ini tentu saja membenarkan penekanan Weismann
pada asolasi dini plasma nuftah (germflasm) dari somaplasma (Kaspul, 2023).
Pembentukan telur mulai terjadi ketika oogonia mulai tumbuh dan
berubah menjadi oosit primer Sel-sel diploid ini memasuki profase dari
pembelahan mitosis pertama dan sejak itu perkembangannya berhenti
Perkembangan oosit primer lebih lanjut tak terjadi sampai saat hewan siap
memasuki periode kegiatan reproduksi. Pada kodok, hal ini terjadi sekali
satahun, biasanya dalam musim semi setelah dewasa Kemudian ribuan oosit
primer mulai suatu periode pertumbuhan yang menolok dan masing masing
terselubung dalam seberkas sel yang disebut folikel Bahan makana dialihkan
dan sel-sel folikel tersebut ke oosit yang sedang tumbuh. Volume telur kodoj
meningkat lebih dari sejuta kali dalam periode ini (Kaspul, 2023).
Ketika fase perkembangan ini selesai, sel telur suatu bulatan besar
dengan sitoplasma yang mengandung jumlah besar DNA, RNA, kuning telur,
mitokondria day tetesan minyak. Dalm telur kodok bahan ini tidak tersebar
merata, tetapi meningkat dan kutub ke kutub bagian gelap dari telur ini,
diselubungi oleh apa yang biasa disebur kutub anumal Selam kuning telur,
sebagian besar unsure pokok telur terpusat deka kutub in demikian pula inn
(nucleus) Konsentrasi kuning telur meningkat ke arah sebaliknya, salah kutub
vegetal yang berwarna muda (Kaspul, 2023).
Ketika pertumbuhan oosit primer hampir sempurna, pembelahan
meiosis pertama selesai pula Sitoplasma tidak terbagi sama rata ke dalam
kedua sel-sel anaknya, tetapi hampir sebagian besar hanya ke salah satu sel
anaknya Sel anak lainnya disebut badan kutub (Kaspul, 2023).
Pada kebanyakan vertebrata, pembelahan meiosis kedua hanya sampai
pada metaphase dari kemudian berhenti pada waktu itu, telur siap untuk lepas
dari folikel. suatu proses yang disebut ovulasi Folikel dan dinding ovari
robek, sehingga telur dapat masuk ke dalam rongga tubuh. Kemudian telur
tersebut memasuki oviduct, dimana bahan pelengkap dapat ditambahkan,
pada tekur katak ialah cincin bersifat gelatin dari albumen (Kimball, 2000
dalam Kaspul, 2023).
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Flowchart

(Sumber: Dok.
Kelompok I B, 2023)

(Sumber: Dok.
Kelompok I B, 2023)
Menyiapkan alat dan Mengamati preparat
bahan yang akan menggunakan
digunakan mikroskop elektrik

(Sumber: Dok.
Kelompok I B, 2023)

Mendokumentasikan
preparat ovarium
B. Foto pengamatan
1. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Corpus Luteum
2. Folikel Primordial
3. Folikel Primer
4. Folikel Sekunder
5. Folikel Tersier

2. Foto Pengamatan
2 Keterangan :
1. Corpus Luteum
5
2. Folikel Primordial
4
1 3. Folikel Primer
4. Folikel Sekunder
3
5. Folikel Tersier

(Perbesaran : 10 x 10)
(Sumber: Dok. Kelompok I B, 2023)

3. Foto Literatur
5 Keterangan :
3 1. Corpus Luteum

4 2. Folikel Primordial
1
3. Folikel Primer
4. Folikel Sekunder
2 5. Folikel Tersier

(Sumber: Dok. Kelompok I B, 2023)


V. ANALISIS DATA
Praktikum kali ini adalah oogenesis yang bertujuan untuk mengetahui
Oogenesis yang terjadi dalam ovarium tikus putih (Rattus norvegicus L.).
pada praktikum kali ini menggunakan preparat jadi ovarium mencit.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10 x 10 terlihat adanya folikel primordial, folikel primer, folikel
sekunder, folikel tersier dan corpus luteum.
Folikel Primer adalah tahap awal perkembangan folikel ovarium.
Folikel primer terdiri dari oosit (sel telur yang belum matang) yang dikelilingi
oleh lapisan sel granulosa. Pada tahap ini, oosit masih dalam tahap meiosis I.
Folikel Sekunder merupakan tahap kedua dalam perkembangan folikel
ovarium. Pada tahap ini, folikel primer mengalami pertumbuhan lebih lanjut
dan menebal. Lapisan granulosa juga menjadi lebih tebal, dan cairan folikuler
mulai terbentuk di dalam folikel. Folikel tersier adalah tahap selanjutnya
dalam perkembangan folikel ovarium. Pada tahap ini, folikel sekunder terus
berkembang dan mengalami diferensiasi. Kavitasi atau pembentukan rongga
folikuler yang lebih besar terjadi, dan folikel tersier terisi cairan folikuler.
Oosit dalam folikel ini masih berada pada tahap meiosis I.
Berdasarkan literatur, dalam embriologi, folikel primordial merujuk
pada struktur yang terbentuk dalam perkembangan awal ovarium (indung
telur) pada janin perempuan. Folikel primordial adalah struktur yang
mengandung sel telur (ovosit) yang belum matang dan dikelilingi oleh sel-sel
pendukung yang disebut sel granulosa. Folikel primordial ini adalah bentuk
awal dari folikel ovarium yang akan berkembang lebih lanjut selama siklus
menstruasi dan berperan penting dalam reproduksi perempuan (Hikmah,
2014).
Di dalam folikel primordial, sel telur dalam tahap oosit diploid (belum
mengalami pembelahan meiosis yang diperlukan untuk pembuahan) dan
dikelilingi oleh lapisan sel granulosa yang berfungsi memberikan dukungan
nutrisi dan regulasi hormonal untuk sel telur. Folikel primordial ini biasanya
ada dalam jumlah besar dalam ovarium perempuan sejak lahir, tetapi hanya
beberapa yang akan berkembang menjadi folikel yang lebih matang selama
siklus menstruasi. Folikel yang berkembang ini akan melepaskan sel telur
yang dapat dibuahi oleh sperma dalam proses yang dikenal sebagai ovulasi
(Hikmah, 2014).
Folikel primordial dan perkembangan folikel selama siklus menstruasi
merupakan bagian penting dalam reproduksi perempuan dan regulasi hormon
ovarium seperti hormon FSH (Follicle-Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormone) berperan dalam mengatur pertumbuhan dan
perkembangan folikel ini (Hikmah, 2014).
Selanjutnya, dalam embriologi, folikel primer adalah struktur yang
terdapat pada ovarium (indung telur) pada tahap awal perkembangan telur
(ovum) pada wanita. Folikel primer merupakan salah satu tahap
perkembangan folikel ovarium sebelum menjadi folikel antral yang lebih
matang. Folikel primer terdiri dari ovum yang dikelilingi oleh satu lapisan sel
somatik yang disebut sel granulosa (Lina et al, 2021).
Selama perkembangan folikel, folikel primer akan mengalami
sejumlah tahap perkembangan yang melibatkan proliferasi sel granulosa dan
pertumbuhan ovum. Tahap ini penting dalam persiapan telur untuk ovulasi
(pelepasan telur dari ovarium) dan kemudian pembuahan jika sperma bertemu
dengan telur yang telah matang (Lina et al, 2021).
Selama siklus menstruasi, beberapa folikel primer akan mulai
berkembang menjadi folikel antral, di mana ruang berisi cairan (antrum)
mulai terbentuk di sekitar sel granulosa. Salah satu folikel antral yang
dominan akan menjadi folikel dominan yang kemudian akan melepaskan telur
saat ovulasi. Jadi, folikel primer adalah tahap awal dalam perkembangan
folikel ovarium dan merupakan komponen penting dalam siklus menstruasi
dan reproduksi pada wanita (Lina et al, 2021).
Kemudian, Folikel sekunder merupakan tahap penting dalam proses
ovulasi. Pada saat yang tepat dalam siklus menstruasi, folikel antral yang
paling dominan akan terus tumbuh dan berkembang menjadi folikel Graafian
yang lebih besar, yang akhirnya akan melepaskan sel telur selama ovulasi.
Proses ini merupakan bagian integral dari reproduksi manusia dan berperan
dalam pembentukan embrio jika pembuahan terjadi setelah ovulasi (Ernawati
et al, 2017).
Folikel tersier, Folikel tersier adalah tahap selanjutnya dalam
perkembangan folikel ovarium. Pada tahap ini, folikel sekunder terus
berkembang dan mengalami diferensiasi. Kavitasi atau pembentukan rongga
folikuler yang lebih besar terjadi, dan folikel tersier terisi cairan folikuler.
Oosit dalam folikel ini masih berada pada tahap meiosis I (Pratiwi &
Firmawati, 2019).
Folikel tersier yang matang secara penuh dan siap untuk ovulasi
menjadi folikel Graaf. Folikel ini berisi oosit yang sudah selesai meiosis I,
dan jika terjadi ovulasi, oosit akan memasuki tahap meiosis II. Folikel Graaf
juga memiliki membran pelapis yang tipis yang melapisi folikel dan
membentuk tonjolan pada permukaan ovarium yang siap pecah untuk
melepaskan oosit. jadi, folikel tersier adalah tahap dalam perkembangan
folikel ovarium sebelum menjadi folikel Graaf, yang kemudian dapat
mengalami ovulasi dan berperan penting dalam reproduksi manusia (Pratiwi
& Firmawati, 2019).
Dalam embriologi, corpus luteum adalah struktur sementara yang
terbentuk dalam ovarium (indung telur) setelah pelepasan sel telur (ovulasi)
dari folikel ovarium. Corpus luteum berperan penting dalam mendukung awal
kehamilan dan perkembangan embrio pada manusia dan mamalia lainnya
(Islami, 2020).
Corpus luteum memiliki peran utama dalam menjaga kehamilan pada
awal trimester pertama. Ini menghasilkan hormon progesteron yang penting
untuk menjaga lapisan endometrium (lapisan rahim) yang tebal dan mampu
mendukung implantasi embrio yang baru terbentuk. Progesteron juga
membantu menjaga kontraksi otot rahim, yang dapat mengganggu
perkembangan embrio jika terjadi terlalu dini (Islami, 2020).
Oogenesis adalah proses pembentukan ovum (sel telur) dalam
ovarium. Oogenesis terjadi dalam ovarium. Kebanyakan ovarium vertebrata
sepasang, kecuali bangsa burung (Aves) hanya satu yang berkembang. Pada
dasarnya ovarium terdiri dari bagian korteks berisi sel telur dan bagian
medulla berisi jaringan ikat. Ukuran ovarium tergantung dari jumlah telur
yang diproduksi. Pada mammalia sangat kecil, pada vertebrata rendah relatif
besar dan telur yang dibentuk jumlahnya cukup besar.
Ovarium pada masa reproduksi penuh dengan telur yang masak
(Daryono, 2010). Pada pemotongan ovarium tampak terdiri atas lapisan
korteks sebelah luar yang tebal dan tidak berbatas tegas dengan medulla pada
bagian tengahnya. Medula ovarium terdiri atas jaringan ikat jarang yang
berisi pembuluh darah besar yang berkelok-kelok, pembuluh limfe dan saraf,
dikarenakan medulla berhubungan langsung dengan hilus.
Korteks ovarium sendiri terdiri atas stroma jaringan ikat yang
mengandung banyak sekali sel-sel, yang didalamnya terbenam folikel-folikel
ovarium. Sel-sel stroma berbentuk seperti kumparan dengan inti memanjang
dan mirip dengan sel-sel otot polos yang kecil. Sel-sel ini tersusun padat
dalam serat-serat kolagen yang halus.
Pada stroma korteks membentuk suatu kapsul yang padat dan tipis
yang disebut dengan tunika albuginea, yang terletak di bawah basement
membrane dari epitel germinativum (Junqueira, 2002). Fisiologi ovarium
sangat erat kaitanya dengan pembentukan dan perkembangan folikel
(folikulogenesis). Folikulogenensis merupakan proses dimana sel-sel
germinal di ovarium berkembang diantara sel-sel somatik serta menjadi matur
dan mampu untuk difertilisasi. Folikulogenesis diatur oleh sinyal- sinyal di
dalam ovarium dan hormon-hormon dari hipofisa (Suheimi, 2007).
Menurut Partodihardjo (1992), perkembangan folikel ovarium melalui
beberapa tahap yaitu pembentukan folikel primer, pembentukan folikel
sekunder, pembentukan folikel tertier dan pembentukan folikel de graaf.
Folikel-folikel ovarium terdiri atas satu oosit dan suatu lapisan epitel yang
mengelilinginya.
Kebanyakan folikel-folikel ovarium adalah folikel primordial,
sebagian besar dijumpai pada bagian korteks ovarium yang terletak langsung
di bawah tunika albuginea. Suatu sel folikel primordial terdiri atas satu oosit
dan dikelilingi oleh selapis sel-sel epitel gepeng yang disebut dengan sel-sel
folikuler (Junqueira, 2002).
Tahap pertama merupakan tahap pembentukan folikel primer yang
berasal dari satu sel epitel benih yang membelah diri. Sel yang nantinya akan
menjadi ovum berada ditengah-tengah dikelilingi oleh sel-sel kecil hasil
pembelahan tadi yang nantinya akan berkembang menjadi sel granulosa.
Stadium pertama pertumbuhan folikel adalah pembesaran ovum yang diikuti
oleh perkembangan lapisan-lapisan sel granulosa sekitar ovum
(Partodihardjo, 1992).
Tahap kedua merupakan tahap pertumbuhan folikel sekunder. Terjadi
pada waktu hewan betina telah lahir dan menjalani proses pendewasaan
tubuh. Folikel sekunder ini bentuknya lebih besar karena jumlah sel-sel
granulosanya lebih banyak, ovumnya telah memiliki pembungkus tipis yang
disebut dengan membrana vitelin, apabila diluar membran vitelin sudah
terdapat satu lagi membran yang lebih tebal yang disebut dengan zona
pelusida (Partodihardjo, 1992).
Selapis tebal zona pellucida mengelilingi oosit yang tersusun paling
sedikit 3 glikoprotein yang berbeda. Oosit dan sel-sel folikular (sel-sel
granulosa) memberikan kontribusi pada sintesis zona. Pada akhir tahap
perkembangan ini, beberapa lapisan dari sel-sel yang menyerupai jaringan
ikat dibentuk di sekitar lamina basalis yang nantinya disebut sebagai lapisan
teca (Junquiera,1982).
Tahap ketiga merupakan tahap pertumbuhan folikel tersier.
Pertumbuhan menjadi folikel tertier ini terjadi pada waktu hewan menjadi
dewasa dan dilanjutkan pada siklus birahi. Folikel tertier ditandai dengan
ukuran yang lebih besar dari pada folikel sekunder dan letaknya lebih jauh
dari korteks.
Selain itu pada folikel tertier juga ditandai dengan terbentuknya
antrum (Partodihardjo, 1992). Dengan berlanjutnya perkembangan folikel
tertier, maka akan terbentuk dua lapisan sel teca yaitu lapisan dalam teca
interna yang berdifferensiasi di dalam sel teca interstitial dan lapisan luar teca
eksterna yang berdifferensiasi menjadi sel otot polos.
Sel teka berasal dari stroma ovarium dan segera bersifat epitheloid dan
berfungsi menyekresi bagian terbesar esterogen, sedangkan sel-sel granulosa
akan menyekresikan progesteron (Guyton, 1995). Teka eksterna terdiri dari
sel otot polos yang tersusun secara konsentris, yang mana dipersarafi oleh
saraf otonom.
Teka interna mengandung kumpulan dari sel-sel epitel besar yang
disebut sel teka interstitial. Sel teka interstitial memiliki reseptor sel untuk LH
dan insulin. Sebagai respon terhadap stimulasi LH dan insulin, sel tersebut
akan menghasilkan kadar androgen tinggi, umumnya androstenedion.
Teka interna banyak menerima vaskularisasi yang berasal dari jalinan
kapiler longgar yang mengelilingi folikel Graaf saat proses pertumbuhan
(Partodihardjo, 1992). Tahap keempat merupakan tahap perkembangan dari
folikel tersier menuju folikel de Graff. Tahap ini terjadi beberapa hari
menjelang estrus. Dalam folikel de Graff, ovum terbungkus oleh masa sel
yang disebut dengan cumulus ooporus.
Telur bersama dengan massa sel yang membungkusnya menonjol ke
dalam ruang antrum yang penuh dengan cairan folikel. Pada umumnya telur
ini terletak dibagian yang berhadapan dengan bagian folikel yang nantinya
akan pecah pada waktu ovulasi. Hanya kadang-kadang saja telur terletak tepat
pada bagian yang akan pecah pada waktu ovulasi.
Komponen lain dari folikel de graaf adalah sel-sel granulosa. Sel-sel
ini melapisi dinding antrum, juga menjadi cumulus oophorus; massa sel
granulosa yang membungkus sel telur dan terletak paling dekat dengan telur
disebut corona radiata (Partodihardjo, 1982).
Pecahnya folikel de graaf dan keluarnya ovum dari dalam folikel
disebut peristiwa ovulasi. Dinding folikel mula-mula retak dibagian stigma,
yaitu suatu tempat di bagian permukaan folikel yang menonjol keluar dari
bagian badan ovarium; lalu cairan folikel melelh keluar. Bersama keluarnya
cairan folikel inilah ovum keluar. Jaringan folikel yang masih tetap ada di
ovarium setelah ovulasi berkembang menjadi korpus luteum, yaitu jaringan
endokrin yang mensekresikan hormon betina selama fase luteal (luteal phase)
siklus ovarium (Campbell, 2004).
Pada ovarium ditemukan dua corpus, yaitu corpus luteum dan corpus
albicans. Corpus luteum atau disebut yellow body berasal dari folikel de graaf
yang telah berovulasi. Disebut badan kuning karena sel-sel granulosanya
yang mengandung pigmen lipokrom yang berwarna kuning. Corpus luteum
selain mengandung sel granulosa, juga jaringan ikat yang berasal dari teca
interna. Antrum dimasuki darah serta jaringan ikat (Yatim, 1996).
Ovulasi folikel yang tinggal bersama teca interna menjadi suatu
badan. Badan ini tampak kekuningan sehingga disebut badan kuning atau
corpus luteum. Sel folikelnya yang biasa pula disebut sel granulosa karena
banyak mengandung granula, mensekresi progesterone dan estrogen.
Progesteron mengontrol implantasi embrio dalam uterus dan mencegah
terjadinya pertumbuhan folikel baru serta ovulasi Liquor folliculi-nya sudah
terperas keluar ketika proses ovulasi dan bekas antrum diisi dengan jaringan
ikat.
Sel granulosa kini disebut sel lutein granulosa. Sitoplasma berisi
lipokhrom, pigmen kuning. Itulah yang menyebabkan badan itu berwarna
kuning. Lapisan luar badan ini terdiri dari sel lutein theca, yang asalnya
adalah dari theca interna folikel.
Proses terbentuknya korpus luteum yaitu setelah terjadinya ovulasi,
rongga folikel terisi oleh darah dan cairan limfe akibat terjadinya pendarahan
dalam folikel, sehingga membentuk struktur yang disebut korpus
haemorragikum (Hafez, 1993).
Dengan adanya pendarahan, hewan betina tidak lagi birahi dan
memasuki fase luteal. Fase luteal darah yang ada akan membeku dalam
rongga folikel diresorbsi dan proses luteinasai dimulai sehingga terbentuklah
korpus luteum oleh sel-sel granulose dan sel-sel teka (Nalbandov, 1990).
Bila terjadi kebuntingan, korpus luteum akan dipertahankan dan
dikenal dengan nama korpus luteum graviditatum, namun jika tidak terjadi
kebuntingan maka korpus luteum akan mengalami regresi (Thomaszewska,
1991).
Corpus albicans (jaringan parut putih) adalah corpus luteum spurium
dan verum yang sudah berhenti bekerja mnghasilkan homon berupa parut
yang dimasuki banyak serat jaringan ikat. Corpus albikans menetap untuk
waktu tertentu dan secara berangsur diserap oleh makrofag dari stroma.
Folikel yang telah melepas oosit sekunder berubah menjadi korpus
luteum, korpus luteum mengalami degenerasi sehingga membentuk korpus
albicans. Karena pada umumnya hanya satu ovum yang dilepaskan pada
setiap siklus mens (rata-rata 28 hari) kalau dihitung dari menarche/12 tahun
sampai manopause/50 tahun maka jumlah total ovum yang dapat dilepaskan
adalah 450 (Partodihardjo, 1992). Setiap ovarium mempunyai bagian-bagian
histologi sebagai berikut :
1. Germinal Epithelium atau epitel germinativum adalah epitel selapis gepeng
atau selapis kuboid yang menutupi permukaan ovarium (Junqueira, 2002).
2. Tunica Albuginea atau tunika albuginea adalah selapis jaringan ikat padat
yang menyebabkan warna ovarium menjadi keputihan dan terletak di
bawah epitel germinativum (Junqueira, 2002).
3. Ovarian Cortex atau daerah korteks terletak dibawah tunika albuginea,
merupakan daerah yang terutama ditempati folikel ovarium dan oositnya.
Folikel ini terbenam dalam jaringan ikat (stroma) di daerah korteks.
Stroma ini terdiri atas fibroblas berbentuk kumparan khas yang berespon
dengan berbagai cara terhadap rangsangan hormon dari fibroblas organ
lain (Junqueira, 2002).
4. Ovarian Medulla atau daerah medula yang terletak dibawah daerah
korteks, merupakan bagian terdalam ovarium. Tidak ada batas tegas antara
daerah korteks dan medulla, tetapi daerah medulla tersusun dari jaringan
ikat longar dan berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf
(Junqueira, 2002).
5. Ovarian Follicles atau folikel ovarium terdapat di daerah korteks dan
terdiri atas oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih sel folikel, atau sel
granulosa. Ketika sel folikel membentuk selapis sel kuboid, folikel ini
sekarang disebut folikel primer unilaminar. Sel folikel terus berproliferasi
dan membentuk epitel folikel berlapis, atau lapisan granulosa, dengan sel-
sel yang saling berkomunikasi melalui taut rekah. Folikel ini kini disebut
folikel primer multilaminar atau preantrum. Sewaktu folikel tumbuh,
terutama karena sel granulosa bertambah besar dan bertambah banyak,
folikel ini berpindah ke daerah korteks yang lebih dalam. Cairan (liquor
folliculi) mulai mengumpul di antara sel-sel folikel. Celah-celah kecil yang
mengandung cairan ini menyatu, dan sel-sel granulosa mengatur diri
membentuk rongga yang lebih besar, yaitu antrum. Folikel ini sekarang
disebut folikel sekunder atau folikel antrum (Junqueira, 2002).
6. Mature (Graafian) Follicle atau folikel matang, pra-ovulasi, atau folikel
Graaf, sangat besar (berdiameter sekitar 2,5 cm) sehingga dapat menonjol
dari permukaan ovarium dan dapat dideteksi dengan ultrasonografi.
Folikel ini merupakan folikel dominan yang dapat mengalami ovulasi dan
biasanya hanya satu untuk setiap siklus menstruasi. Sedangkan folikel
lainnya mengalami atresia (Junqueira, 2002).
7. Corpus Luteum atau korpus luteum (badan kuning) merupakan folikel
matang setelah ovulasi. Korpus luteum menghasilkan progesterone,
estrogen, relaxin, dan inhibin akibat rangsangan LH (Luteinizing
Hormone). Nasib korpus luteum ditentukan oleh ada tidaknya kehamilan.
Setelah dirangsang LH, korpus luteum terprogram untuk bersekresi selama
10-12 hari. Jika tidak ada rangsangan hormon lain dan tidak ada
kehamilan, sel-sel korpus luteum akan berdegenerasi melalui apoptosis.
Fibroblas di dekatnya memasuki daerah ini dan membentuk parut jaringan
ikat padat yang disebut korpus albikans atau badan putih (karena
banyaknya kolagen) (Junqueira, 2002).
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) dalam
tubuh wanita. Beberapa faktor yang mempengaruhi oogenesis meliputi:
1. Usia, kualitas dan kuantitas telur yang dihasilkan selama oogenesis
dipengaruhi oleh usia wanita. Wanita lahir dengan jumlah telur yang
terbatas, dan kualitas telur cenderung menurun seiring bertambahnya
usia.
2. Hormon seperti hormon luteinizing (LH) dan hormon folikel-stimulasi
(FSH) yang diproduksi oleh kelenjar pituitari memainkan peran penting
dalam mengatur oogenesis. LH dan FSH merangsang pertumbuhan
folikel ovarium dan proses pematangan sel telur.
3. Faktor genetik juga memengaruhi oogenesis. Mutasi genetik tertentu
dapat menyebabkan gangguan dalam perkembangan sel telur dan dapat
menghasilkan kelainan genetik pada keturunan.
4. Kesehatan umum tubuh, termasuk nutrisi dan kebugaran fisik, dapat
mempengaruhi oogenesis. Nutrisi yang buruk atau gangguan makan,
misalnya, dapat mengganggu produksi telur yang sehat.
5. Pengaruh Psikologis, stres dan faktor-faktor psikologis lainnya dapat
mempengaruhi siklus menstruasi dan oogenesis. Keseimbangan hormon
yang terganggu akibat stres dapat menghambat proses oogenesis.
6. Kebiasaan Hidup, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebihan,
dan penggunaan narkoba dapat mempengaruhi oogenesis dan kesehatan
reproduksi wanita.
VI. KESIMPULAN
1. Oogenesis adalah proses pembentukan ovum (sel telur) dalam ovarium.
Oogenesis terjadi dalam ovarium. Pada dasarnya ovarium terdiri dari
bagian korteks berisi sel telur dan bagian medulla berisi jaringan ikat.
Ukuran ovarium tergantung dari jumlah telur yang diproduksi.
2. Berdasarkan pengamatan pada praktikum oogenesis pada mamalia terdapat
folikel primordial, folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, dan
corpus luteum.
3. Folikel-folikel ovarium terdiri atas satu oosit dan suatu lapisan epitel yang
mengelilinginya. Kebanyakan folikel-folikel ovarium adalah folikel
primordial, sebagian besar dijumpai pada bagian korteks ovarium yang
terletak langsung di bawah tunika albuginea.
4. Pada ovarium ditemukan dua corpus, yaitu corpus luteum dan corpus
albicans. Corpus luteum atau disebut yellow body berasal dari folikel de
graaf yang telah berovulasi. Disebut badan kuning karena sel-sel
granulosanya yang mengandung pigmen lipokrom yang berwarna kuning.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses oogenesis adalah usia, hormon,
faktor genetik, kesehatan umum tubuh, pengaruh psikologis, dan kebiasaan
hidup.

VII.DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece-Mitchell. (2004). Biologi, Edisi Kelima, Jilid 3. Alih
bahasa: Wasmen Manulu. Jakarta: Erlangga.

Daryono, S. (2010). Buku Histologi. Solo. Lembaga Pengembangan


Pendidikan (LPP). UNS.

Ernawati Sinaga, E. S., Nonon Saribanon, N. S., Sa'adah, S. N., Sa'adah, S.


N., Ummu Salamah, U. S., Yulia Andani Murti, Y. A. M., ... &
Santa Lorita, S. L. (2017). Manajemen kesehatan menstruasi.

Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Anggota
IKAPI.

Hafez. (1993). Reproduction in Farm Animal 6th Edition. Philadelphia : LEA


& FEBIGER.
Hikmah, E. M. T. (2014). Pengaruh ekstrak air daun katu (Sauropus
androgynus (L.) Merr.) terhadap berat uterus dan tebal
endometrium mencit (Mus musculus L.) premenopause (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Islami, P. A. N. (2020). Penerapan Kunyit Asam Untuk Menurunkan Skala


Nyeri Dismenorea Pada Remaja Putri Di Kelurahan Talang Padang
Tahun 2020 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Pringsewu).

Junqueira, L.C. & Carneiro, J. (2002). Histologi Dasar. EDISI 3. Terjemahan


Adji Dharma Dari Basic Histology. Jakarta : Penerbit Buku
Kedoteran EGC.

Kaspul. (2023). Penuntun Praktikum Embriologi. Banjarmasin : CV Batang.

Lina Fitriani, S. S. T., Keb, M., Firawati, S. S. T., Keb, M., Raehan, S. S. T.,
& Keb, M. (2021). Buku Ajar Kehamilan. Deepublish.

Nalbandov,A. V. (1990). Fisiologi Reproduksi pada Mammalia dan Unggas.


Edisi Ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia.

Partodiharjo. S. (1982). Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara.

Pratiwi, H., & Firmawati, A. (2019). Embriologi Hewan. Universitas


Brawijaya Press.

Suheimi, K. (2007). Fisiologi Folikulogenesis dan Ovulasi. Makakah pada


Symposium Pertemuan Ilmiah. Jakarta.

Thomaszewska, et al. (1991). Reproduksi Tingkah Laku dan Produksi Ternak


di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Tortora, G. J. & Derrickson, B. (2009). Principles of Anatomy & Physiology.


USA : John wiley & Sons. Inc.

Yatim. W. (1996). Reproduksi dan Embriologi. Untuk Mahasiswa Biologi


Dan Kedokteran. Bandung : Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai