Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PERKEMBANGAN HEWAN

“PERKEMBANGAN EMBRIO PADA AVES”

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Hewan

OLEH :

NAMA : CATHERINE SEPTIANORA ZULFA

NIM : 18031098

PRODI : PENDIDIKAN BIOLOGI (B)

DOSEN : 1. Relsas Yogica, S.Pd,M.Pd

2. Prof. Lufri, M.S

ASISTEN : 1. Marysa Faradhila

2. Mita Meydi Putri

3. Regina Putri

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
Perkembangan Embrio Aves

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa terampil membuat sediaan embrio aves pada berbagai umur inkubasi.
2. Melalui pengamatan sedian embrio, mahasiswa mampu menentukan stadium perkembangan aves.
3. Mahasiswa mampu menentukan ciri-ciri utama embrio dari setiap stadium umur inkubasi.

B. Waktu Praktikum
Hari/Tanggal : Jumat/ 25 Oktober 2019
Pukul : 13.20-15.50 WIB
Tempat : Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang

C. Dasar Teori
Telur segar memiliki kondisi isi telur yang baik dimana kondisi putih telurnya kental dan tebal
dengan kuning telur yang berada ditengah.
Awal perkembangan embrio ayam menunjukkan bahwa splanknopleura dan somatopleura meluap
keluar dari tubuh embrio hingga di atas yolk. Daerah luar tubuh embrio dinamakan daerah ekstra embrio.
Mula-mula tubuh embrio tidak mempunyai batas sehingga lapisan-lapisan ekstra embrio dan intra embrio
saling berkelanjutan. Dengan terbentuknya tubuh embrio, secara berurutan terbentuk lipatan-lipatan tubuh
sehingga tubuh embriohampir terpisah dari yolk. Adanya lipatan-lipatan tubuh, maka batas antara daerah
intra dan ekstra embrio menjadi semakin jelas. Daerah kepala embrio mengalami pelipatan yang disebut
dengan lipatan kepala dan meisahkan antara bagian intra dan ekstra embrio. Lipatan kepala membentuk
sub sephal. Pada bagian lateral tubuh juga terbentuk lipatan tubuh lateral dan memisahkan bagian ekstra
dan intra embrio. Bagian posterior mengalami pelipatan dan dukenal dengan nama lipatan ekor
membentuk kantung sub kaudal. Lipatan-lipatan tersebut embentuk dinding saluran percernaan primitive.
Bagian tengah usus tengah yang menghadap yolk tetap terbuka dan pada daerah ini, dinding kantung yolk
berhubungan dengan dinding usus pada kantung yol. Walaupun kantung yolk berhubungan dengan usus
melalui tangkai yolk, namun makanan tidak diambil embrio melalui tangkai yolk (Adnan, 2008).

Pembelahan lebih sukar dan terbatas pada suatu keeping pada kutup anima, disini berlangsung
pembelahan partial atau meroblastis. Sel-sel yang membelah itu membentuk cangkang bentuk cakram
yang disebut sebagai blastodis yang merupakan blastomer sentral yang melepasan diri dari detoplasma di
bawahnya dan terbentuk rongga sempit yang merupakan bagian pinggir, blastomer tidak jelas terpisah dari
detoplasma dan ia terus menerus e dalam detoplasma (Yatim,2005).
Proses morfogenetik yang disebut sebagai gastrulasi adalah pengaturan kembali sel-sel blastula
secara dramatis. Gastrula berbeda rinciannya dari satu kelompok hewan dengan kelompok hewan yang
lainnya, tetapi suatu kumpulan perubahan seluler yang sama menggerakkan pengaturan spasial embrio ini.
Mekanisme seluler yang umum tersebut adalah perubahan-perubahan motilitas sel, perubahan dalam
bentuk sel dan perubahan dalam adhesi (penempelan) seluler ke sel lain dan ke molekuler matriks
ekstraseluler. Hasil penting dari gastrulasi adalah beberapa sel dekat permukaa blastula berpindah ke
lokasi baru yang lebih dalam. Hal ini akan mentransformasi blastula menjadi embrio berlapis tiga yang
disebut gastrula (Campbell, 2008).

Blastulasi pada ayam termasuk blastula yang berbentuk pipih atau cakram (diskoblastik) yang
mempunyai bagian-bagian sebagai berikut: periblas hipoblas dan juga sentoblas. Gastrulasi pada ayam
merupaan proses dari pembentukan stria primitif yang terdiri dari alur dan pematang primitif berupa garis
dilinea mediana, Stria primitif berbentuk sempurna pada inkubasi telur 18 jam (Sugiyanto, 2006).

Tahap neurula ayam nirip dengan embrio katak yaitu melalui tahap keeping neural, lipatan neural,
dan bumbung neural. Organogenesis merupakan proses lanjut setelah terbentuk neurula. Proses ini
meliputi pembentukan bakal organ dari lapisan ectoderm, mesoderm dan endoderm. Perkembangan embio
ayam pada berbagai umur inkubasi merupakan media yang jelas untuk memperlihatkan organogemesis
(Tim Dosen UNM, 2008) .

Dalam perkembangannya, embrio dibantu oleh kantung kuning telur, amnion, dan alantois.
Dinding kantung kuning telur dapat menghasilkan enzim yang berfungsi mengubah isi kuning telur
sehingga mudah diserap embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi sebagai
pembawa oksigen ke embrio, menyerap zat asam dari embrio, mengambil sisa-sisa pencernaan yang
terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta membantu mencerna albumin.
Layaknya seorang bayi dalam perut ibunya,embrio anak ayam di dalam telur juga mengalami
perkembangan yang signifikan dari hari ke hari. Embrio di dalam telur sebagai awal mula kehidupan
seekor ayam ternyata memiliki keunikan pertumbuhan di dalamnya Pengetahuan tentang perkembangan
embrio di dalam telur perlu diketahui di hatchery dengan cara memahami cirri-cirinya(Aspan, 2009).
Perkembangan embrio terjadi diluar tubuh induk. Telur-telur diinkubasikan dengan menggunakan
mesin-mesin penetas telur buatan, seperti "Missouri" Bandung (Sri Sudarwatl dan Tlen Wiati Suryono,
1975). Embrio mengambil bahan makanan dari dalam telur sehingga induk tidak mampu
menambahkannya. Ungggas tidak memiliki siklus estrus dan tidak terjadi double ovulasi sebab ovulasi
terjadi beberapa saat ( 30 menit ) setelah peneluran, dan ovulasi berikutnya tidak akan terjadi apabila
dalam oviduk masih terdapat telur. (Tienwati, 2007).
Perkembangan embrio ayam dalam telur selama proses penetasan, penting untuk diketahui. Pada
hari pertama, selama inkubasi selama 16 jam, tanda pertama diketahui adalah embrio ayam dan setelah 24
jam sudah terbentuk mata. Pada hari ke-2 selama inkubasi satu jam, mulai terbentuk jantung. Pada hari
ke-3 masa inkubasi 8 jam, mulai terbentuk amnion, 6 jam kemudian terbentuk alantois, dan seterusnya
sampai hari ke-21.
Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama berkembang, embrio
memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur berupa kuning telur, albumen, dan kerabang
telur. Itulah sebabnya telur unggas selalu relatif besar. Perkembangan embrio ayam tidak dapat
seluruhnya dilihat, dengan mata telanjang. Namun dibutuhkan alat bantu seperti mikroskop maupun kaca
pembesar. Untuk mengetahui perkembangan secara makroskopis kita bias melihat dari cirri-ciri
perkembangannya setiap hari(Hardi, 2005)
Layaknya seorang bayi dalam perut ibunya, embrio anak ayam dalam telur juga mengalami
perkembangan yang signifikan dari hari ke hari. Embrio di dalam telur sebagai awal mula kehidupan
seekor anak ayam ternyata memiliki keunikan pertumbuhan di dalamnya. Pengetahuan tentang
perkembangan embrio di dalam telur perlu diketahui di Hatchery namun tidak ada salahnya jika kita
sebagai mahasiswa biologi turut serta mengetahuinya. Secara umum embrio telur ayam mengalami
perkembangan dari hari ke hari yang dimulai dengan asal mula lempengan embrio pada tahap
blastodermal.
Pada hari pertama ini Nampak ada rongga segmentasi yang berada di bawah area pelusida,
terdapat cincin yang berwarna lebih gelap dari sekitarnya. Hari ke dua jalur pertama pada pusat
blastoderm mulai muncul, membran vitelum mulai muncul yang merupakan organ yang berperan dalam
penutrisi makanan embrio. Hari ketiga embrio telah berada disisi kiri dan mulai muncul system peredaran
darah, struktur jantung sudah mulai nampak berdenyut. Hari keempat rongga amniotik mulai berkembang
mengelilingi embrio yang berisi cairan amniotik yang berfungsi untuk melindungi embrio dan
memperbolehkan embrio bergerak. Nampak pula tunas-tunas anggota badan yang akan berkembang
seperti tunas anggota badan bagian depan dan tunas badan bagian belakang. Hari kelima, embrio
mengalami peningkatan ukuran dan mulai membentuk huruf C dengan kata lain calon bakal kepala
bergerak mendekati ekor.
Hari keenam, membrane vitellum terus berkembang dan mengelilingi dari separuh kuning telur.
Fissure ada di antara jari kesatu, kedua dan ketiga dari anggota badan bagian atas dan antara jari kedua
dan ketiga anggota badan bagian bawah, jari kedua lebih panjang dari jari yang lain. Pada hari ketujuh
nampak cairan yang makin mengencer dan di bagian leher sehingga menampakkan perpisahan antara
bagian kepala dan bagian badan, terjadi pembentukan paruh dan nampak pula otak pada bagian kepala
yang ukurannya lebih kecil di bandingkan dengan embrio.
Hari kedelapan, membran vitellum menyelimuti (menutupi) hampir seluruh kuning telur.
Pigmentasi pada mata mulai nampak. Bagian paruh atas dan bagian bawah mulai terpisah, demikian juga
dengan sayap dan kaki. Leher merenggang dan otak telah berada di dalam rongga kepala serta terjadi
pembukaan indra pendengar bagian luar. Hari kesembilan kuku mulai nampak, mulai tumbuh folikel bulu
pertama. Alantois mulai berkembang dan meningkatnya pembuluh darah pada vitellus. Hari kesepuluh
lubang hidung masih sempit, terjadi pertumbuhan kelopak mata, perluasan bagian distal anggota badan.
Membran vitellum mengelilingi kuning telur dengan sempurna. Folikel bulu mulai menutup bagian bawah
anggota badan dan patuk paruh mulai nampak. Hari kesebelas lubang palpebran memiliki bentuk elips
yang cenderung menjadi encer. Alantois mencapai ukuran maksimal, sedangkan vitellus semakin
menyusut dan embrio sudah nampak seperti anak ayam (Kimball, 2005).
Hari keduabelas folikel bulu mengelilingi bagian luar indra pendengar meatus dan menutupi
kelopak mata bagian atas, kelopak mata bagian bawah menutupi 2/3 atau bahkan ¼ bagian kornea. Hari ke
13 sisik dan cakar sudah mulai tampak jelas, hari ke 14 punggung telah tampak meringkuk atau
melengkung sementara bulu hamper menutupi seluruh tubuhnya. Hari ke 15 biasanya kepala embrio sudah
mengarah ke bagian tumpul bagian telur, hari ke 16 embrio sudah mengambil posisi yang baik di dalam
kerabang. Sisik, cakar dan paruh sudah mengeras. Pada hari ke 17 paruh embrio sudah mengarah ke
kantung udara, pada hari ke 18 embrio yang sudah tampak jelas seperti ayam akan mempersiapkan diri
untuk menetas. Jari kaki, sayap dan bulunya sudah berkembang dengan baik.
Pada hari ke 19 biasanya paru ayam sudah siap mematuk dan menusuk selaput kerabang dalam.
Sedangkan pada hari ke 20 kantung kuning telur sudah masuk seluruhnya kedalam rongga perut Pada hari
kedua puluh ini terjadi serangkaian proses penetasan yang dimulai dengan kerabang mulai terbuka. Untuk
membuka kerabang ini, ayam menggunakan paruhnya dengan cara mematuk. Semakin lama, kerabang
akan semakin besar membuka, sehingga ayam dapat bernafas. Pada saat ini kelembaban sangat penting
agar pengeringan selaput kerabang dan penempelan perut pada kerabang dapat dicegah. Selanjutnya ayam
memutar tubuhnya dengan bantuan dorongan kakinya. Dengan bantuan sayapnya, keadaan pecahnya
kerabang semakin besar (Tim Dosen UNM,2012).
D. Alat dan Bahan
Alat :
1. Inkubator
2. Gelas arloji
3. Petridish
4. Botol spesimen
5. Seperangkat alat bedah
6. Gelas objek dan kaca penutup
7. Keranjang plastik
8. Kain serbet
9. Tissue serbet
10. Kutex
11. Kertas saring
12. Sunlight
13. Handsoap

Bahan :
1. Telur ayam fertil
2. Larutan fisiologis
3. Vaselin
4. Larutan fiksatif : bouin
5. Pewarna (eosin)
6. Alkohol berseri
- alkohol 35%
- alkohol 50%
- alkohol 70%
- alkohol 80%
- alkohol 90%
- alkohol 96%
7. Xylol
- xylol 1 (1:3)
- xylol 2 (1:1)
- xylol 3 (3:1)
- xylol murni
E. Cara kerja
1) Memasukkan telur kedalam inkubator sesuai dengan waktu inkubasi pada suhu lebih kurang 38 o
C/ 37,5oC
2) Memberi tanda pada telur untuk menentukan bagian atas dan bagian bawah
3) Membalik telur dalam waktu 1x4 jam
4) Setelah sampai waktunya, sesuai dengan umur embrio yang akan diamati (misal: 24, 36, 48, 60,
72 Jam) melakukan pembuatan preparat dan sediaan utuh dari embrio ayam tersebut dengan
prosedur sebagai berikut:
 Mengambil telur dari dalam inkubator dengan tetap mempertahankan posisi telur (tidak boleh
dibalik atau diputar).
 Membuka cangkang dengan gunting yang tajam, kemudian masukkan embrio kedalam
larutan fisiologis pada kaca arloji yang sudah diolesi vaselin setipis mungkin.
 Memisahkan embrio dari kuning telur dengan cara menggunting membran vitelin diluar
pinggir terminal pembuluh darah (sinus terminalis).
 Membuang kuning telur dengan menggunakan pipet tetes dan cuci embrio dengan hati-hati
menggunakan larutan fisiologis sampai tidak ada lagi kuning telur yang melekat pada embrio.
 Merentangkan embrio pada kaca arloji sambil mengurangi larutan fiksatif dengan bantuan
kertas saring yang telah dipotong kecil-kecil, dan siapkan kertas saring yang ada lingkaran
(lobang berbentuk lingkaran) yang ukurannya lebih besar sedikit dari embrio, selanjutnya
dipasangkan pada embrio secara hati-hati agar embrio tepat berada di tengah lingkaran dan
tidak menempel pada bagian kertas saring yang tidak dilobangi.
 Menfiksasi dengan larutan Bouin dengan cara meneteskan larutan tersebut secara hati-hati
pada kertas saringnya, kemudian larutan fiksatif diteteskan pada embrio sehingga seluruh
embrio terendam dalam larutan fiksatif. Waktu fiksatif sekitar 4 jam.
 Setelah selesai fiksasi, memasukkan embrio yang masih melekat pada kertas saring pada
larutan berikut:
1. Alkohol 70% sampai larutan fiksatif Bouin yang melekat pada jaringan hilang sama
sekali dapat dipercepat dengan mengganti-ganti Alkoholnya.
2. Alkohol 50% selama 10 menit
3. Alkohol 35% selama 10 menit
4. Aquades selama 10 menit
5. Eosin selama 12 jam
6. Cuci dengan akuades sehingga kelebihan zat pewarna hilang
7. Alkohol 35% selama 30 menit
8. Alkohol 50% selama 30 menit
9. Alkohol 70% selama 30 menit
10. Alkohol 80% selama 30 menit
11. Alkohol 90% selama 30 menit
12. Alkohol 96% selama 15 menit

 Melakukan penjernihan dalam larutan berikut:

1. Xylol : Alkohol 1 : 3 selama 10 Menit


2. Xylol : Alkohol 1 : 1 selama 10 Menit
3. Xylol : Alkohol 3 : 1 selama 5 Menit
4. Xylol murni selama 2 Menit
Blastoderm dalam Xylol akan menjadi kaku dan keras, usahakan agar blastoderm atau kertas
saring pada waktu dalam campuran Xylol ataupun dalam Xylol murni tetap rata dan tidak
melengkung. Hal ini dapat dicegah dengan cara memberi beban (kaca penutup) diatas
blastoderm.

 Meletakkan embrio diatas kaca objek yang sudah bersih, dan untuk embrio yang muda perlu
diberi Canda Balsam/Kutex pada kaca objek yang memiliki cekungan.

F. Hasil Pengamatan
Objek Keterangan
72 jam - Organ organ sudah terlihat jelas
- Terbentuk 3 pasang somit
- Mulai terbenuk bakal telinga, hidung, faring,
serta bagian atriu dan ventrikel pada jantung

36 jam - terbentuk bakal otak


- terbentuk 15 pasang somit
- terjadi proses pertumbuhan pembuluh darah
- derivate endometrium telah berkembang
menjadi usus besar

48 jam - terlihat hati dengan jelas


- terdapat 2 lobus pada bagian hati
- terbentuk 27 pasang somit
- lapisan mesoderm membentuk bagian
reproduksi dan ginjal

60 jam - terbentuk lensa mata dan mata


- terbentuk 51 pasang somit
24 jam - terbentuk bakal organ
- terbentuk 3 pasang somit

G. Pembahasan
Pada praktikum perkembangan embrio aves yang dilakukan pada tanggal 19 November 2019
peletakan telur ayam yang pertama (72 jam) yang dilakukan di Laboratorium Zoologi FMIPA UNP pada
pukul 12.00 WIB. Kami melakukan peletakan dengan jumlah 16 telur, karena setiap kelompoknya kami
meletakan dua buah pada keranjang yang telah disediakan. Berlanjut 4 jam setelah itu, kami memutar telur
tepatnya pukul 16.00 WIB. Begitupun pemutaran pukul 20.00 WIB. Kami menggunakan sistem piket
dalam hal peletakan dan pemutaran telur, begitupun selanjutnya pada 4 jam berikutnya.
Pada peletakan kedua (60 jam) tepatnya hari minggu pukul 00.00 WIB, yang melakukan pemutaran
adalah laki-laki, karena para wanita tidak diperbolehkan untuk tidur di laboratorium. Begitupun
selanjutnya pada pemutaran pukul 04.00 WIB. Selanjutnya pemutaran pukul 08.00 WIB dilakukan
bergiliran.
Pada peletakan ketiga (48 jam) tepatnya hari minggu pukul 12.00 WIB. Prosesnya juga sama dengan
peletakan dan pemutaran sebelumnya.
Pada peletakan keempat (36 jam) tepatnya hari senin pukul 00.00 WIB juga dilakukan sesuai dengan
proses sebelumnya. Dilakukan secara bergiliran.
Pada peletakan terakhir (24 jam) tepatnya senin pukul 12.00 WIB juga dilakukan dengan bergiliran.
Proses eksekusi yang kami lakukan pada haris selasa pukul 12.00 WIB, namun dikarenakan pada
pukul 12.00 WIB kami jug ada jam praktikum KHI di Lab Zoo, kami harus menyelesaikan terlebih dahulu
praktikum kami. Sekita pukul 13.00 WIB kami mulai melakukan eksekusi dan mulai memisahkan embrio
dengan yolk.
Kami mengerjakannya perkelompok. Namun setiap kelompok tidak semua telur yang berhasil,
dikarenakan kesalahan cara kerja saat pemisahan embrio dengan yolk, saat penggunaan larutan fisiologis
yang begitu banyak, maka embrio terpisah dengan pembuluh darah dan mengakibatkan embrio terlipat
atau terpotong dan kesalahan saat pelekatan pada kertas saring dengan lobang untuk embrionya terlalu
kecil yang mengakibatkan embrio menempel pada kertas saring, serta kesalahan saat pemilihan telur saat
melakukan peletakan, dengan menggunakan telur yang steril.
Setelah di keringkan dengan memberikan vaselin diatas kaca arloji, ternyata tidak semuanya berhasil,
setelah diangkat dan kami melakukan proses fiksasi dengan dimasukannya embrio ke dalam larutan
bouing pada petridish yang telah disedikan ternyata hanya beberapa embrio yang berhasil di masukan ke
larutan bouing. Selanjutnya kami menunggu selama 4 jam agar larutan bouing mampu mempertahankan
struktur jaringan yang ada pada embrio tersebut.
Setelah 4 jam, kami melakukan proses alkohol berseri turun, dengan tujuan menetralkan embrio dari
larutan bouing yang berkonsentrasi tinggi. Kami memulai dari alkohol 70% yang dilakukan hingga larutan
bouing luntur. Setelah itu alkohol 50% yang dilakukan dengan didiamkan hingga 10 menit. Begitupun
pada larutan 35% didiamkan selama 10 menit. Selanjutnya dilakukan proses serupa pada aquades
didiamkan selama 10 menit lalu kami masuk dalam proses pewarnaan menggunakan eosin yang
didiamkan selama 12 jam.
Berlanjut keesokan harinya setelah 12 jam, kami melakukan proses alkohol berseri naik. Namun
sebelum dilakukan alkohol berseri terlebih dahulu dicuci dengan aquades, lalu jika warnanya luntur maka
embrio diangkat ke dalam larutan alkohol 35%, didiamkan selama 30 menit, begitupun pada alkohol 50%,
70%, 80%, 90%, namun tidak pada alkohol 96%. karena alkohol 96% didiamkan selama 15 menit, setelah
itu kami memasuki tahap penjernihan.
Pada tahap penjernihan mengggunakan larutan xylol ysng berfungsi dalam penetralan serta
membersihkan sisa sisa larutan yg telah dilakukan saat larutan berseri. Pertama itu kami memberi larutan
xylol 1 dengan perbandingan 1:3 yang didiamkan selama 10 menit. Setelah itu pada larutan xylol 2 dengan
perbandingan 1:1 yang didiamkaan selama 10 menit. Setelah itu pada larutan xylol 3 dengan perbandingan
3:1 yang hanya didiamkan dalam waktu 5 menit. Setelah itu pada larutan xylol murni didiamkan selama 2
menit. Setelah 2 menit embrio yg masiha da dikertas saring kita keringkan diatas kaca arloji yang telah
diberikan vaseliln, namun pada proses pengeringan ini kesalahan kami, dikarenakan tidak diberikannya
vaselin pada kaca arloji. Sehingga embrio yg kami keringkan tersebut lengket dan hanya 2 buah embrio
yang berhasil dijadikan preparat. Sebenarnya embrio kami kelihatan jelas di mikroskop, namun
dikarenakan kesalahan cara kerja, jadi embrio lengket dan hancur saat dipisahkan dengan kaca arloji.
Setelah dilakukan berbagai langkah dari 80 telur, embrio yang berhasil kami buat dari kelas
Pendidikan Biologi B adalah 2 buah yaitu pada peletakan 72 jam dan peletakan 48 jam.
Dikarenakan kami bisa dibilang gagal, akhirnya kami melakukan peletakan pada hari kamis pukul
12.00 WIB tanggal 24 Oktober 2019. Pada peletakan tahap kedua ini kami tidak diterapkannya
sistem piket, namun sistem siapa peduli pada praktikum embrio ini.
Peletakan tahap ini kami lakukan sesuai dengan peletakan tahap pertama juga, namun perbedaannya
pada jumlah telur, karena jumlah telur pada peletakan tahap 2 ini kami meletakan 8 telur setiap
peletakannya. Dan perbedaan pada saat pewarnaan yaitu waktunya sebelumnya 12 jam, namun kami
hanya 3 jam jika sudah terlihat merah atau 4 jam karena telah dibuat baru larutan eosinnya oleh dosen dan
kepala laboratorium zoologi.
Setelah dijalani tahap demi tahap, alhamdulillah embrio yang kami lakukan pada tahap 2 ini berjalan
lancar dan alhamdulillah pada semua peletakan kami berhasil. Pada peletakan 24 jam terlihat bagian bakal
bakal tubuh serta jumlah somit yang berjumalah 3 pasang. Selanjutnya pada peletakan 36 jam terlihat
bagian bakal usus dan terbentuknya 15 pasang somit. Selanjutnya peletakan 48 jam terlihat bakal usus
besar dan terbentuk bakal otak, serta terbentuk 27 pasang somit. Selanjutnya pada peletakan 60 jam,
terlihat bakal mata dan lensa mata serta terbentuknya 39 pasang somit. Dan terakhir pada peletakan 72 jam
telah terbentuk organ organ pasti serta organ yang menjadi bakal tadi telah terlihat jelas pada embrio 72
jam ini serta terbentuk 51 pasang somit.
Demikianlah cerita singkat saya pada pembahasan praktikum perkembangan embrio ini, apabila ada
kata salah dan menyakikan hati mohon dimaafkan.
H. Kesimpulan
1. Tahapan perkembangan embrio telur ayam terdiri dari morula, blastulasi dan gastrulasi
2. Faktor yang mempengaruhi perkembangan embrio ini adalah :
a. Peletakan telur 45˚
b. Pemutaran telur yang searah
c. Umur telur ( telur vertil) usia maximal 3hari
d. Suhu inkubator (36,5˚C-37,5˚C)
e. Cara kerja yang teliti
3. Perhitungan somit dimulai saat 22 hari terbentuk 1 pasang somit
4. Larutan bouing berkonsentrasi tinggi dan larutan eosin berkonsentrasi rendah
5. Penggunaan xylol yang berguna dalam penetralan dan pembersihan zat sisa alkohol

DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Campbell. 2008. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Sugiyanto. 2006. Perkembangan Hewan. Fakultas Biologi UGM: Yokyakarta.

Tim Dosen UNM. 2008. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar : Universitas
Negeri Makassar.

Yatim.2005. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito : Bandung.

Aspan. 2009. Embriogenesis. Bandung : Erlangga.

Hardi Susilo,. Dkk. 2005. Struktur dan Perkembangan Hewan. Yogyakarta: Biologi UGM.

Kimball, John W. 2005. Biology. Addison-Wesley Publishing Company: Inc., New.

Tienwati. 2007. Biologi Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Tim Dosen Penyusun. 2012. Penuntun Praktikum Embriologi. Malang: Unversitas Negeri Malang.

LAMPIRAN

a. Penyusunan telur sebelum dimasukkan ke inkubator.


b. Pemecahan cangkang dan penuangan telur ke kaca arloji.

c. Pemisahan yolk dengan embrio dan pemberian kertas saring pada embrio.

d. fiksasi
e. pemberian alkohol berseri turun.

f. pewarnaan dengan eosin

g. pemberian alkohol berseri naik

h. penjernihan dengan xylol

HASIL EMBRIO SELAMA TAHAP KEDUA

Anda mungkin juga menyukai