Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

Mitosis dan Poliploidi

Oleh
Kelompok 3A :

Abrar Abid Mahendra (1910421011)


Annisa Murdwiantami (1910422013)
Zakia Rahma (1910423001)
Grescia Eka Putri (1910423013)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
MITOSIS DAN POLIPLOIDI

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum mitosis dan poliploidi ini yaitu mengaplikasikan teknik
pembuatan preparat kromosom tumbuhan dan hewan. Menentukan fase-fase
pembelahan mitosis sel yang teramati pada akar Allium sativum, akar Allium
ascalonicum, dan ekor kecebong Rana sp. Serta mengamati poliploidi pada akar
Allium ascalonicum dan Allium sativum.

II. LANDASAN TEORI


Sel adalah satuan kehidupan terkecil sebagai makhluk hidup. Sifat terpenting sel
adalah kemampuan untuk tumbuh dan membelah diri yang menghasilkan
molekul-molekul seluler baru dan memperbanyak diri. Di dalam sel terdapat
kromosom yang merupakan pembawa sifat keturunan. Kehidupan sel somatis
maupun sel gamet melalui 2 fase, yaitu interfase dan fase pembelahan (Suryo,
2001).
Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang berlangsung pada
jaringan titik tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman.
Proses mitosis terjadi dalam 4 fase, yaitu profase, metafase, anafase dan telofase.
Fase mitosis tersebut terjadi pada sel tumbuhan maupun hewan. Pada hewan,
terbentuknya aster dan terbentuknya alur di ekuator pada membran sel pada saat
telofase sehingga kedua sel anak menjadi terpisah. Tujuan dari pembelahan
mitosis adalah mewariskan semua sifat induk kepada kedua sel anaknya yang
terjadi secara bertahap fase demi fase (Abidin, 2014).
Induksi poliploidi pada tanaman telah banyak dilakukan dengan tujuan
untuk menghasilkan sel kromosom (genom) lebih dari sepasang (Arumingtyas,
2016). Teknik ini telah banyak dilakukan untuk meningkatkan variasi genom,
sekaligus sebagai salah satu metode pemuliaan tanaman yang mudah dilakukan
(Dinarti et al., 2006). Berdasarkan literatur dari Fajrina et al (2012) bahwa,
penggandaan kromosom merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
suatu tumbuhan, baik berupa peningkatan kandungan metabolit sekundernya
maupun toleransi terhadap faktor lingkungan, khususnya lingkungan yang
ekstrim.
Menurut Yang et al., (2011) dan Song et al., (2012) tanaman poliploidi
lebih tahan terhadap cekaman biotik dan abiotik. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas tanaman melalui induksi poliploidi. Poliploidi pada
tanaman yang berbunga dapat memperbaiki ukuran dan warna bunga, sedangkan
penerapannya pada tanaman sumber pangan dapat meningkatkan produktivitasnya
seperti ukuran buah, umbi maupun bunga yang lebih besar dibandingkan tanaman
diploidnya (Sattler et al., 2016). Hasil penelitian Setyowati et al., (2013)
menjelaskan bahwa, tanaman poliploidi diharapkan mampu menghasilkan
tanaman tetraploid atau poliploidi dengan adanya pembesaran ukuran sel,
termasuk sel stomata, meningkatkan kandungan metabolit sekunder dan biomassa
tanaman tersebut.

III. METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mitosis dan poliploidi dilaksanakan pada hari Jum’at, 09 April 2021
pukul 08.30 WIB secara online menggunakan video praktikum.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum mitosis dan poliploidi ini
adalah mikroskop, pipet tetes, pinset, gunting, kaca objek, cover glass, beaker
glass, pisau/silet, tisu, akar Allium sativum, akar Allium ascalonicum, ekor
kecebong Rana sp., kolkisin 0,01%, aceto orcein 2%, fiksatif Carnoy (3 etanol
absolut : 1 asam asetat), HCl 1%, aquades (contoh lain : sumsum tulang, epitel
usus).
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Mitosis
Adapun cara kerja praktikum mitosis yaitu ujung akar bawang dan akar kecebong
(beberapa direndam dalam kolkisin 0,01% selama 30 menit), lalu ditambahkan
fiksatif Carnoy (3 etanol absolut : 1 asam asetat) selama 30-60 menit dengan suhu
5⁰C, kemudian maserasi HCl 1% selama 30 detik dengan suhu 60⁰C (pada hewan
tidak), dan warnai larutan aceto orcein 2% selama 15-30 menit pada kaca objek,
serta tutup dengan cover glass dan di squash.
3.3.2 Poliploidi
Adapun cara kerja praktikum poliploidi yaitu akar bawang direndam dalam
kolkisin 0,01% selama 48 jam, bilas dengan aquades, lalu fiksasi fiksatif Carnoy
(3 etanol absolut : 1 asam asetat) selama 30-60 menit dengan suhu 5⁰C, kemudian
maserasi HCl 1 N selama 30 detik dengan suhu 60⁰C, dan diwarnai larutan aceto
orcein 2% selama 15-30 menit pada kaca objek, serta tutup dengan cover glass
dan di squash.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
A. Mitosis Pada Tumbuhan
1. Profase

(a) (b) (c)

Gambar 1. (a) Pengamatan Profase pada tumbuhan [Sumber: Dokumentasi kelas


B/KBI], (b) Pengamatan menggunakan kolkisin [Sumber: Dokumentasi kelas
B/KBI], (c) Profase pada literatur (Sumber: Campbell, Reece and Mitchell (2008)

Berdasarkan gambar 1, diketahui bahwa tahap profase pada tumbuhan


ditunjukkan dengan adanya letak kromosom yang tidak beraturan, serta
kromosom yang mulai menebal dan hilangnya nukleus. Hal ini sesuai dengan
Campbell, Reece and Mitchell (2008) bahwa pada saat profase, serat-serat
kromatin menjadi terkumpar lebih rapat dan kurang beraturan, terkondensasi
menjadi kromosom diskrit dan nukleolus lenyap. Setiap kromosom terduplikasi
tampak sebagai dua kromatid saudara identik yang tersambung pada sentromernya
dan sepanjang lengannya oleh kohesi (kohesi kromatid saudara.
Menurut Kusuma (2013), profase diawali dengan terjadinya pemadatan dan
penebalan kromosom, sehingga menjadi pendek dan tebal. Kemudian kromosom
bergerak menuju bagian tengah sel, yang terlihat menjadi dua untai kromatid yang
berdekatan dan dihubungkan oleh sentromer. Akhir dari profase yaitu
menghilangnya nukleolus dan membran nukleus serta terbentuknya
benang-benang spindle.

2. Metafase

(a) (b) (c)


Gambar 2. (a) Pengamatan Metafase tumbuhan [Sumber: Dokumentasi kelas
B/KBI],(b) Pengamatan menggunakan kolkisin [Sumber: Dokumentasi kelas
B/KBI], (c) Metafase pada literatur [Sumber: Campbell, Reece and Mitchell
(2008)]
Berdasarkan gambar 2, diketahui bahwa tahap metafase pada tumbuhan
ditunjukkan dengan kromosom-kromosom yang berada pada bidang pembelahan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (2002), Pada fase metafase merupakan
tahap mitosis yang paling lama, sering kali berlangsung sekitar 20 menit. Pada
metafase ditandai dengan kromosom kromosom menempatkan diri di bidang
tengah dari sel. Ciri utama fase ini adalah terbentuknya gelendong pembelahan,
gelendong pembelahan ini dibentuk oleh mikrotubula. Gelendong ini membentuk
kutub-kutub pembelahan tempat sentromer mikrotubula bertumpu. Pada fase ini,
setiap individu kromosom yang telah menjadi dua kromatid bergerak menuju
bidang equator. Benang – benang gelendong melekat pada sentromer setiap
kromosom. Terjadi kondensasi dan penebalan yang maksimal pada fase ini.
Sehingga kromosom terlihat lebih pendek dan tebal dibandingkan pada fase
lainnya. Selain itu, kromosom juga terlihat sejajar di tengah – tengah equator.
Sehingga sangat baik dilakukan analisis kariotipe pada fase ini
3. Anafase

(a) (b) (c)


Gambar 3. (a) Pengamatan anafase tumbuhan [Sumber: Dokumentasi kelas
B/KBI],(b) Pengamatan anafase menggunakan kolkisin [Sumber: Dokumentasi
kelas B/KBI], (c) Anafase pada literatur [Sumber: Campbell, Reece and Mitchell
(2008)]

Pada gambar 3, di atas dapat diketahui bahwa tahap anafase pada tumbuhan
ditunjukkan dengan tertariknya kromosom pada kutub-kutub yang berlawanan.
Hal ini didukung oleh Schulz-Schaeffer (1980), bahwa pada fase ini dimulai
ketika setiap pasang kromatid dari tiap – tiap pasang kromosom berpisah, masing
– masing kromatid bergerak menuju ke kutub yang berlawanan. Pemisahan ini
dimulai dari membelahnya sentromer. Sentromer yang telah membelah kemudian
ditarik oleh benang gelendong ke kutub yang berlawanan bersama dengan
kromatidnya. Menurut pendapat Campbell, Reece and Mitchell (2008),
menyatakan bahwa pada anafase merupakan tahap mitosis yang paling pendek.
Anafase dimulai ketika protein kohesin terbelah, ini memungkinkan kedua
kromatid saudara dari setiap pasangan memisah secara tiba-tiba. Kedua
kromosom anakan yang terbebas mulai bergerak menuju ujung-ujung sel yang
berlawanan saat mikrotubulus kinetokor memendek. Karena mikrotubulus ini
melekat ke wilayah sentromer, kromosom bergerak ke sentromer terlebih dahulu
(dengan kecepatan sekitar 1 mm/menit). Kemudian sel kinetokor memanjang saat
mikrotubulus non kinetokor memanjang. Pada akhir anafase, kedua ujung sel
memiliki koleksi kromosom yang sama dan lengkap.
4. Telofase

(a) (b) (c)

Gambar 4. (a) Pengamatan Telofase tumbuhan [Sumber: Dokumentasi kelas


B/KBI], (b) pengamatan telofase dengan kolkisin [Sumber: Dokumentasi kelas
B/KBI, (c) Telofase pada literatur [Sumber: Campbell, Reece and Mitchell
(2008)]

Berdasarkan gambar 4, diketahui bahwa tahap telofase pada tumbuhan


ditunjukkan dengan mulai terbentuknya dua sel anak, membran inti dan
nukleolus telah muncul. Hal ini sesuai dengan pendapat Kimball (1988), tahap
telofase diawali dengan berhentinya gerakan kromosom menuju kutub
pembelahan. Pada tahap ini sel kembali normal. Membran inti kembali terbentuk
dan benang spindle akan menghilang menjadi mikrotubule biasa. Pada bidang
pembelahan akan terjadi penebalan plasma yang dilanjutkan dengan proses
sitokonesis atau pembelahan sitoplasma.
Terbentuknya membran pada sel-sel baru dapat dikemukakan bahwa
benang-benang fragmoplas yang ada disekitar equator mengalami penebalan dan
penebalannya ini pada akhirnya akan saling mendekati sehingga bersentuhan
antara yang satu dengan yang lainya. Dengan demikian, antara kedua inti anak
sel itu dapat terbentuk membran sel baru. Sehingga, dari satu sel induk menjadi
dua sel anak yang merupakan sel-sel baru dengan jumlah kromosom
masing-masing dapat dikatakan sama dengan sel induk. Selanjutnya sel anak
tersebut setelah melalui periode tertentu akan menjadi sel dewasa yang siap
untuk melakukan pembelahan dan demikian seterusnya, (Crowder, 1997).
B. MITOSIS PADA HEWAN
1. Profase

Gambar 5. Profase ekor kecebong [Sumber: Pribadi (2013)]


Berdasarkan hasil pengamatan pada gambar 5, diketahui pada fase profase tampak
proses pemendekan benang-benang kromatin menjadi kromosom. Namun proses
degradasi inti dan pembelahan sentriol serta pembentukan benang spindel tidak
terlihat jelas dikarenakan proses tersebut dapat diamati dengan mikroskop
elektron. Hal ini sesuai dengan pendapat Yatim (1983) bahwa pada fase profase,
aktivitas pembelahan sel ditandai dengan berubahnya kromatin menjadi
kromosom. Sementara itu terjadi penggandaan tiap kromosom menjadi dua yang
disebut kromatid. Tiap kromatid masih melekat, berarti sentromer induk masih
satu. Nukleolus hilang, karyotheca hilang, sentriol diselimuti serat-serat radial
pendek, berpisah dan pergi ke kutub bersebrangan menjadi bintang kutub.
Terbentuknya serat gelendong di antara kedua bintang kutub.

2. Metafase

Gambar 6. Metafase ekor kecebong [Sumber: Pribadi (2013)]


Berdasarkan hasil pengamatan pada gambar 6, diketahui pada fase metafase
tampak kromosom berada di bidang ekuator. Menurut Kusnadi (2011), pada saat
proses metafase dinding inti benar-benar melebur, benang gelendong meluas,
terdapat bidang pembelahan (ekuator), kromatid menuju bidang pembelahan
berkumpul/berderet pada bidang pembelahan, terbentuk benang antar
kromatid/benang interkromosom (interzonal). Pada metafase awal membran
nukleus lenyap, nukleolus lenyap, kromosom berada di tengah - tengah sel
dalam sitoplasma, dalam sitoplasma terbentuk 2 sentriol, dari sentriol keluar
benang plasma (fragmoplas) berbentuk gelendong disebut fase gelendong inti.
Sedangkan pada fase metafase akhir gelendong inti makin jelas berbentuk
kumparan, semua kromosom berada di bidang ekuator disebut fase papan inti
atau papan metafase, sentromer tepat di ekuator, kromosom sangat jelas
berbentuk seperti bintang (Salimah, 2007)

3. Anafase

Gambar 7. Anafase ekor kecebong [Sumber: Pribadi (2013)]

Berdasarkan hasil praktikum tampak kromosom mulai memisahkan diri ke


masing-masing kutub dan fase ini berperan penting dalam pembagian jumlah
kromosom. Kedua kromatid kakak beradik memisahkan diri dan masing-masing
bergerak sebagai kromosom anakan menuju ke kutub dari spindel yang
berlawanan letaknya. Menurut Suryo (1995), proses ini didahului oleh
membelahnya sentromer menjadi dua bagian. Fase ini menyelesaikan
pembagian jumlah kromosom secara kuantitatif sama ke dalam sel anakan.
Kecuali itu juga berlangsung pembagian bahan genetik secara kualitatif sama.
Anafase merupakan tahap mitosis yang paling pendek, seringkali berlangsung
hanya beberapa menit. Anafase dimulai ketika protein kohesin terbelah. Ini
memungkinkan kedua kromatid saudara dari setiap pasangan memisah secara
tiba-tiba. Setiap kromatid pun menjadi satu kromosom utuh. Kedua kromosom
anakan yang terbebas mulai bergerak menuju ujung-ujung sel yang berlawanan
saat mikrotubulus kinetokor memendek. Karena mikrotubulus ini melekat ke
wilayah sentromer, kromosom bergerak ke sentromer terlebih dahulu (dengan
kecepatan sekitar 1 mm/menit). Sel memanjang saat mikrotubulus nonkinetokor
memanjang. Pada akhir anafase, kedua ujung sel memiliki koleksi kromosom
yang sama dan lengkap (Campbell, 2008).

4. Telofase

Gambar 8. Telofase ekor kecebong [Sumber: Pribadi (2013)]


Berdasarkan hasil praktikum pada tahap telofase tampak proses sitokinesis yaitu
bagian tengah sel mengkerut, sitoplasma sel akan membelah selanjutnya akan
terjadi tahap replikasi DNA serta sintesis organel. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Campbell (2008) bahwa pada tahap telofase, dua nukleus anakan
terbentuk dalam sel. Selaput nukleus muncul dari fragmen-fragmen selaput
nukleus sel induk dan bagianbagian lain dari sistem endomembran. Nukleous
muncul kembali. Kromosom menjadi kurang terkondensasi. Mitosis, pembelahan
satu nukleus menjadi dua nukleus yang identik secara genetik, sekarang sudah
selesai. Pembelahan sitoplasma biasanya sudah berlangsung cukup jauh pada
akhir telofase, sehingga kedua sel anakan muncul tak lama setelah mitosis
berakhir. Pada sel hewan, sitokinesis melibatkan pembentukkan lekukan
penyibakan, yang membagi sel manjadi dua.

C. POLIPLOIDI
(a) (b) (c)

Gambar 9. (a) Profase normal pada tumbuhan [Sumber: Dokumentasi kelas


B/KBI], (b) Poliploidi tahap profase dan telofase [Sumber: Dokumentasi kelas
B/KBI], (c) Poliploidi tahap profase literatur [Sumber: Arya dan Aida (2011)]

Berdasarkan gambar 9, diketahui bahwa poliploidi tahap profase pada


tumbuhan ditunjukkan dengan adanya pembesaran sel poliploid. Pembesaran
yang terjadi pada sel poliploid berupa meningkatnya ukuran sel sehingga sel
poliploid lebih besar dari sel normal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Setyowati, Sulistyaningsih, dan Purwantoro
(2013) bahwa peningkatan jumlah kromosom berkaitan dengan ukuran sel dan
inti sel. Hal tersebut merupakan salah satu indikasi terjadinya poliploidi.
Peningkatan jumlah kromosom disertai dengan peningkatan ukuran sel dan
diameter inti sel ujung akar yang lebih besar pada perlakuan kolkisin
dibandingkan kontrolnya.
Salah satu cara untuk memperbaiki genetik tanaman adalah dengan induksi
poliploidi. Tanaman poliploid merupakan tanaman yang memiliki tiga atau lebih
set kromosom dalam sel-selnya. Sehingga sel-selnya besar. Sifat umum dari
tanaman poliploid antara lain tanaman menjadi lebih kekar, bagian tanaman
lebih besar meliputi akar, batang, daun, bunga dan buah (Escadon, Hagiwara,
dan Alderete, 2006).

V. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Akar merupakan salah satu jaringan yang sel-sel penyusunnya adalah
sel-sel somatik, khusus pada ujung akar bersifat meristematik, inilah
alasan digunakannya akar dalam praktikum mitosis.
2. Pembuatan preparat kromosom hewan dan tumbuhan menggunakan teknik
squash. Pada tumbuhan pembuatan preparat melalui proses maserasi
dengan HCL 1 N, sedangkan pembuatan preparat kromosom hewan tidak
melalui proses maserasi.
3. Pembelahan mitosis pada tumbuhan terdiri dari fase profase, metafase,
anafase dan telofase. Pembelahan mitosis hewan pada kecebong meliputi
fase profase, metafase, anafase dan telofase.
4. Pada pengamatan poliploidi diberi kolkisin 0,05% menyebabkan sel pada
Allium ascalonicum dan Allium sativum membesar dan meningkatkan
ukuran sel dan penambahan jumlah kromosom.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, A. Z. 2014. Studi Mitosis Bawang untuk Pembuatan Media Pembelajaran.
Preparat Mitosis. Jurnal BioEdu. Vol. 3. No. 3.
Arumingtyas, E. L. 2016. Genetika Mendel dan Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu
Genetika. Malang : Universitas Brawijaya Press.
Campbell, N.A. 2002. Biologi Edisi kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga
Campbell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid I. Jakarta: Erlangga
Crowder, L, V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kimball, J. W. 1988. Biologi Jilid 2. Erlangga: Jakarta
Dinarti, D., Susilo, A. W., Meinhardt, L. W., Ji, K., Motilal, L. A., Mischke, S.,
dan Zhang, D. 2015. Genetic Diversity and Parentage in Farmer Selections
of Cacao from Southern Sulawesi, Indonesia revealed by Microsatelite
Markers. Breeding Science, 65 (5), 438 - 446.
Fajrina, A., Idris, M., dan Surya, N. W. 2012. Penggandaan Kromosom dan
Pertumbuhan Somaklonal Andalas (Morus macroura Miq. Var macroura)
yang Diperlakukan dengan Kolkisin. Jurnal Produksi Tanaman 6 (5) : 783 -
790.
Kusnadi. 2011. Reproduksi Sel. http://file.upi.edu/Direktori/FPMI
PA/JUR._PEND._BIOLOGI.pdf
Kusuma, Dinastutui Anggraeni. 2013. Indeks Mitosis Ujung Akar Kecambah Dan
Anatomi Batang Serta Daun Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) Di
Bawah Pemaparan Medan Magnet 0,2 mT. Skripsi. Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Pribadi, T.B. 2013. Mitosis Hewan vs Mitosis Tumbuhan. Artikel
http://web.unair.ac.id
Salimah,I. 2007. Pembelahan Sel. http://blogs.unpad.ac.id/syariful
mubarok/files/2011/08/HANDOUT-5-PEMBELAHAN-SEL.pdf.
Sattler, M. C., Carvalho, C. R., dan Clarindo, W. R. 2016. The Polyploidy and Its
Key Role In Plant Breeding. Planta, 243 (2) : 281 - 296.
Schulz-Schaeffer, J. 1980. Cytogenetics : Plants, Animals, Humans.
Springer-Verlag. New York, Heidelberg, Berlin.
Setyowati, M., Sulistyaningsih, E., dan Purwantoro, A. 2013. Induksi Poliploidi
dengan Kolkisin pada Kultur Meristem Batang Bawang Wakegi (Allium x
Wakegi Araki). Ilmu Pertanian (Agricultural Science), 16 (1) : 58 - 76.
Song, C., Liu, S., Xiao, J., He, W., Zhou, Y., Qin, Q., dan Liu, Y. 2012. Polyploid
Organisms Science. China Life Sciences, 55 (4) : 301-311.
Suryo. 1995. Sitogenetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Suryo. 2001. Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Yang, J., Lee, S. H., Goddard, M, E., Visscher, P, M. 2011. GCTA : A Tool for
Genome-Wide Complex Trait Analysis. The American Journal of Human
Genetics, 88 (1) : 76 - 82.
Yatim, W. 1983. Genetika. Tarsitu: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai