Anda di halaman 1dari 18

PENUNTUN PRAKTIKUM

STRUKTUR
PERKEMBANGAN HEWAN 1

TIM PENGAMPU MATA KULIAH


Dr. Syamsiara Nur, M.Pd.
Gaby Maulida Nurdin, S.Si., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberkan
nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Atas nikmat dan karunia-Nya pula
penuntun praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan 1 dapat terselesaikan.
Penuntun ini disusun dari berbagai literatur yang diperuntukkan sebagai bahan
pegangan mahasiswa pendidikan biologi yang menempuh matakuliah Struktur dan
Perkembangan Hewan 1.
Semoga penuntun ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya yang terlibat
dalam bidang Zoologi. Penuntun ini masih jauh dari sempurna, maka saran dan
kritik yang membangun sangat penyusun harapkan.
Sekian dan terimakasih.

Majene, 30 September 2021

Punyusun,

Dosen Pengampuh

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
Unit 1. SPERMATOZOA ........................................................................... 1
Unit 2. HISTOLOGI ................................................................................... 6
Unit 3. PROTOZOA ................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15

iii
UNIT 1.
SPERMATOZOA

A. TUJUAN
- Mengamati sel sperma secara makroskopis (pH, bau, viskositas/kekentalan,
dan warna)
- Mengamati sel sperma secara mikroskopis (struktur normal, abnormal, dan
pergerakan sel sperma)
B. DASAR TEORI
Morfologi sperma dievaluasi berdasarkan dengan adanya struktur kepala,
leher, badan, dan ekor. Abnormalitas pada morfologi kepala berhubungan dengan
penetrasi ovum yang buruk, sedangkan abnormalitas pada leher, badan, dan ekor
mempengaruhi motilitas (Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014, WHO. 2010). Sperma
yang normal memiliki kepala berbentuk oval dengan panjang sekitar 5 μm dan lebar
3 μm dan memiliki satu ekor flagel dengan panjang 45 μm (Gambar. 1). Struktur
penting untuk penetrasi pada ovum adalah tudung akrosom yang mengandung
enzim yang terletak di ujung kepala sperma. Tudung akrosom harus mencakup kira-
kira setengah dari kepala sperma dan menutupi kira-kira dua pertiga dari nukleus
sperma. Leher melekat pada ekor dan badan. Badan memiliki panjang kira-kira 7,0
μm dan merupakan bagian paling tebal dari ekor karena dikelilingi oleh selubung
mitokondria yang menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh ekor untuk motilitas
(Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014, WHO. 2010).

Gambar 1. Struktur normal spermatozoa

Abnormalitas yang diidentifikasi secara rutin dalam struktur kepala meliputi


kepala ganda, kepala besar dan amorf, kepala berbentuk seperti jarum, kepala
meruncing, dan kepala sempit. Ekor sperma abnormal yang sering ditemui adalah

1
ekor ganda, menggulung, atau menekuk (Gambar 2). Leher panjang yang abnormal
dapat menyebabkan kepala sperma menekuk ke belakang dan mengganggu
motilitas (Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014).

Gambar 2. Bentuk abnormal kepala dan ekor spermatozoa


(Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014).

C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
I. Pengamatan Sel Sperma Secara Makroskopis
a. pH
pH semen menunjukkan keseimbangan antara nilai pH dari sekresi prostat yang
asam dan sekresi vesikula seminal yang bersifat alkali. pH harus diukur dalam
1 jam ejakulasi karena dapat terjadi penurunan CO2. pH normal semen bersifat
basa dengan rentang 7,2 hingga 8,0. Peningkatan pH menunjukkan infeksi di
dalam saluran reproduksi. Penurunan pH mungkin berhubungan dengan
peningkatan cairan prostat.
Cara kerja :
a. Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol
penampung
b. baca hasil
b. Bau Sperma
Sperma yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk
mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk
membaui sperma atau sebaiknya dilakukan oleh praktikan laki-laki. Bau sperma

2
yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik)
yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat (Oka TG. 1998). Secara biokimia sperma
mempunyai bau seperti klor/ kaporit.
Cara kerja:
a. Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya.
b. Dalam laporan bau dilaporkan: khas/tidak khas.
c. Dalam keadaan infeksi, sperma berbau busuk/amis.
c. Warna sperma
Semen yang normal memiliki warna putih kelabu, tampak translusen, dan
memiliki bau basi yang khas. Ketika konsentrasi sperma sangat rendah,
spesimen mungkin tampak hampir jernih. Peningkatan kekeruhan putih
menunjukkan adanya sel darah putih (leukosit) dan infeksi di dalam saluran
reproduksi. Variasi jumlah warna merah berhubungan dengan adanya sel darah
merah dan bersifat abnormal. Warna kuning dapat disebabkan oleh adanya
kontaminasi urin, pengumpulan spesimen setelah abstinensia yang
berkepanjangan, dan obat-obatan. (Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014, WHO.
2010).
Cara kerja:
a. Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar
belakang warna putih menggunakan penerangan yang cukup
b. Catat warna sperma yang diamati
d. Viskositas (Kekentalan)
Viskositas spesimen mengacu pada konsistensi cairan dan mungkin
berhubungan dengan likuifaksi spesimen. Spesimen yang mengalami likuifaksi
secara tidak lengkap bersifat menggumpal dan sangat kental. Spesimen semen
yang normal harus mudah ditarik ke dalam pipet dan membentuk tetesan kecil
yang tidak tampak menggumpal atau berserabut ketika jatuh dari pipet akibat
gravitasi. Tetesan yang membentuk benang lebih panjang dari 2 cm dianggap
sangat kental dan dicatat sebagai abnormal. Derajat 0 (cair) hingga 4 (seperti
gel) dapat ditetapkan untuk laporan viskositas. Viskositas juga dapat dilaporkan
sebagai rendah, normal, atau tinggi. Peningkatan viskositas dan likuefaksi yang
tidak sempurna dapat menghambat pemeriksaan motilitas sperma, konsentrasi
sperma, deteksi antibodi antisperma, dan pengukuran marker biokimia
(Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014, WHO. 2010).
Cara Kerja :
Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara:
Cara subyektif
a. Permukaan sperma disentuh dengan pipet atau batang pengaduk,
b. Kemudian tarik pipet atau batang pengaduk hinga terbentuk benang yang
panjangnya 3 – 5 cm. Makin panjang benang yang terjadi makin tinggi
viskositasnya.

3
Cara Pipet Elliason
a. Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering.
b. Pipet cairan sperma sampai angka
c. Tutup bagian atas pipet dengan jari
d. Arahkan pipet tegak lurus
e. Jalankan stopwatch
f. Jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya
dengan detik

II. Pengamatan Sel Sperma Secara Mikroskopis


1. Struktur sel sperma normal dan abnormal
Cara kerja :
a. Sperma diaduk hingga homogen
b. Cairan sperma diambil 1-3 tetes kemudian ditaruh diatas obyek glass lalu
ditutup dengan cover glass
c. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40X dan 100X
d. Amti sel sperma per lapangan pandang untuk menemukan adanya sel
sperma abnormal
e. Gambar dan foto hasil pengamatan yang ditemukan
2. Pergerakan sel sperma
Pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah 20 menit karena dalam
waktu 20 menit sperma tidak kental, sehingga spermatozoa mudah bergerak,
akan tetapi jangan lebih dari 60 menit setelah ejakulasi. Karena dengan
bertambahnya waktu maka spermatozoa akan memburuk pergerakannya, serta
pH dan bau mungkin akan berubah. Gerak spermatozoa yang baik adalah gerak
kedepan dan arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zig-zag,
berputar-putar dan lain-lain (Gandosoebrata, 2016).
Cara kerja :
a. Lakukan hal yang sama dengan cara kerja pengamatan struktur sel sperma
b. Amati di bawah mikroskop pergerakan sel sperma
c. Catat berapa persen hasil pengamatan sel sperma yang bergerak, tidak
bergerak, bergerak baik (lurus), bergerak kurang baik (zig zag, dll)

4
D. HASIL PENGAMATAN
a. Pengamatan makroskopis sel sperma
Indikator Pengamatan Sel Sperma
No
pH Bau Viskositas/kekentalan Warna

b. Pengamatan mikroskopis sel sperma


Gambar Keterangan Gambar
No
Pengamatan Gambar Literatur
1

* sperma normal, abnormal, dan pergerakan sperma

5
UNIT 2.
HISTOLOGI (JARINGAN)

A. TUJUAN
- Mengamati jaringan penyusun pada organ-organ hewan.
B. DASAR TEORI
Jaringan Hewan merupakan jenis jaringan yang umumnya dimiliki oleh
vertebrata dan manusia. Jaringan pada hewan ada 2 kelompok utama, yaitu jaringan
germinal dan jaringan somatis. Jaringan germinal terletak di dalam gonad (organ
yang memproduksi sel sperma atau ovum) dan merupakan jaringan yang secara
terus menerus menghasilkan sel benih/sel kelamin. Sementara sebagian besar
jaringan lain adalah jaringan somatis/jaringan tubuh yang terdiri dari 4 jaringan
dasar, yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat/penunjang, jaringan saraf, dan
jaringan otot.
1. Jaringan Epitelium
Jaringan epitel merupakan lapisan terluar dari organ yang menjadi pemisah
antara organ dan lingkungan luarnya. Tersusun secara kompak dan tidak ada ruang
antarsel. Dengan demikian fungsi yang paling mendasar dari jaringan epitel yaitu:
a. Menjadi pelindung bagi jaringan atau organ yang dibungkusnya. Baik
melindungi dari gangguan mekanis seperti gesekkan, benda tajam, tekanan,
panas, dan gangguan patogen/mikroorganisme atau senyawa berbahaya.
b. sebagai kelenjar yang mengeluarkan zat-zat seperti hormon, enzim,
pelumas/lubrikasi agar permukaan epitel tetap basah (organ tertentu).
Jaringan epitelium berdasarkan strukturnya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Epitelium pipih (squamous), berbentuk seperti lapisan pipih, inti bulat dan
terletak di tengah,
b. Epitelium batang (silindris/columnar), berbentuk seperti batang, inti bulat dan
terletak pada bagian dasar sel, dan
c. Epitelium kubus (cuboidal), berbentuk kubus, inti bulat dan di tengah.

Gambar 3. Struktur Jaringan Epitel

6
2. Jaringan Ikat
Jaringan ini berguna untuk mengikat, menyokong, serta mengubungkan
satu jaringan dengan lainnya. Seluruh jaringan ikat berada di dalam tubuh
hewan. Di dalamnya terkandung pembuluh darah dalam jumlah banyak, kecuali
jaringan ikat di tulang rawan. Keberadaan jaringan ikat jauh lebih sedikit
dibandingkan epitel. Persebaran jaringan ikat ada di dalam matriks yang
tersusun atas jaringan serabut yang merekat di atas material solid, gel, maupun
cairan (Ferdinand & Ariebowo, 2009).
Macam-macam jaringan ikat dibedakan berdasarkan struktur dan
fungsinya, sebagai berikut:
a. Jaringan ikat longgar
Jaringan ini bersifat elastis karena matriksnya mengandung serat kolagen,
rutikuler dan elastin. Macam-macam selnya adalah makrofag, fibroblast, sel
plasma, sel tiang, dan sel lemak. Jaringan ikat longgar berfungsi sebagai
pembungkus organ-organ tubuh dan menghubungkan bagian-bagian dari
jaringan lainnya. Jaringan itu dapat dijumpai pada mesentarium (selaput
perut), pembungkus pembuluh darah, selaput myelin pada akson syaraf, dan
lapisan subkutan kulit.
b. Jaringan ikat padat.
Jaringan ini bersifat tidak elastis karena matriknya tersusun atas serat
kolagen yang berwarna putih yang padat sehingga cairannya berkurang. Sel-
sel jaringan ikat ini hanya fibroblast. Kolagen adalah senyawa protein yang
keras, berwarna putih, dan elastis. Jaringan ikat padat berfungsi untuk
menghubungkan berbagai organ tubuh seperti pada katub jantung, kapsul
persendian, fasia, tendon, dan ligamen.

Gambar 4. Struktur Jaringan Ikat


3. Jaringan Otot
a. Otot Rangka
Otot rangka juga dapat disebut sebagai otot lurik, terdiri atas sel yang
bentuknya silinder dan memanjang. Meskipun sangat panjang, otot ini tidak
memiliki percabangan dan panjangnya sekitar 3 hingga 4 cm. Inti sel otot rangka

7
tersebar di bagian tepi sel dan jumlahnya sangat banyak. Otot lurik juga memiliki
miofibril letaknya sejajar dengan serabut otot. Karena susunan ini, otot rangka
terbagi menjadi dua sisi yaitu isotrop (sisi terang) dan anisotrop (sisi gelap)
sehingga tampak bergaris-garis (Bakhtiar, 2011). Otot rangka bergerak dengan kuat
dan cepat dan dapat dikontrol oleh hewan karena bekerja karena kesadaran atau
biasa disebut sebagai otot volunter. Terdapat saraf yang berasal dari sistem pusat
saraf pada setiap sel otot rangka (Bakhtiar, 2011).
b. Otot Polos
Otot polos terdiri atas sel yang bentuknya seperti gelondong, ukurannya
sekitar 20 hingga 50 milimikron. Inti selnya terdapat di bagian tengah dan hanya
ada satu inti sel. Berbeda dengan otot rangka yang bisa digerakkan secara sadar,
otot polos bergerak tanpa harus menerima perintah. Pergerakan atau kontraksi otot
polos adalah hasil dari perintah saraf-saraf terutama yang berasal dari sistem saraf
otonom (Bakhtiar, 2011). Otot polos dapat bergerak terus-menerus seumur hidup
hewan tanpa mengalami kelelahan. Waktu yang diperlukan untuk otot polos
berkontraksi cukup bervariasi, umumnya mulai dari 30 hingga 180 detik.
c. Otot Jantung
Ketika karakteristik otot lurik atau otot rangka dan otot polos digabung,
maka terbentuklah otot jantung. Dilihat dari susunannya secara fisik, otot ini sangat
mirip seperti otot lurik. Namun cara kerjanya tidak dapat dikontrol oleh hewan,
sama seperti otot polos. Kontraksinya berlangsung mengikuti irama. Inti sel otot
jantung letaknya ada di bagian tengah dan jumlahnya mulai dari satu hingga dua
buah. Kinerja otot jantung juga dikendalikan oleh saraf sistem otonom secara
langsung. Sesuai dengan namanya, otot ini hanya terletak di jantung dan pembuluh
darah besar yang letaknya ada di sekitar jantung (Bakhtiar, 2011).

A B C

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Gambar 5. Struktur otot polos (A), otot lurik (B), otot jantung (C)

4. Jaringan Saraf
Jaringan saraf adalah jaringan yang berfungsi untuk menghantarkan impuls
(rangsangan). Jaringan saraf menghantarkan impuls dari alat-alat indra ke pusat
saraf (otak dan sumsum tulang belakang), serta menghantarkan impuls dari pusat

8
saraf ke organ lainnya. Jaringan saraf tersusun dari dua macam sel, yaitu neuron
(sel saraf ) dan neuroglia (sel penyokong).

Gambar 6. Struktur neuron (sel saraf)


C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan sederhana dalam praktikum jaringan hewan ini antara lain mikroskop
dan preparat awetan yang terdiri atas:
• Jaringan epitel squamosum
• Jaringan epitel cilindris
• Otot polos
• Otot serat melintang
• Otot Jantung
• Tulang
• Jaringan ikat mukosa mulut
2. Prosedur Kerja
Pengamatan Preparat Awetan
a. Siapkan mikroskop dan preparat awetan yang tersedia di laboratorium
kecuali jaringan ikat mukosa mulut
b. Letakkan preparat tersebut di bagian meja mikroskop.
c. Amati dengan pembesaran 10x, 40x dan 100x (dengan minyak imersi).
d. Amati terus hingga terlihat lapisan jaringan, serta struktur jaringan. Gambar
dan berikan keterangan.
Pengamatan Prepatan Mukosa Mulut
a. Siapkan objek glass bersih yang telah di tetesi air di bagian tengah.
b. Ambil sel epitel rongga mulut dari bagian pipi dalam dengan cara
digerakkan tusuk gigi sebanyak 10-15 kali.
c. Oleskan tusuk gigi yang mengandung sel epitel di permukaan objek glass,
selanjutnya tutup dengan deck glass.
d. Amati dengan pembesaran 10x, 40x dan 100x (dengan minyak imersi).
e. Amati terus hingga terlihat lapisan jaringan, serta struktur jaringan. Gambar
dan berikan keterangan.

9
D. HASIL PENGAMATAN
Keterangan Gambar
No Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
1

10
6

11
UNIT 3
PROTOZOA

A. TUJUAN
- Mengamati struktur dan perkembangan protozoa
B. DASAR TEORI
Protozoa adalah hewan bersel satu yang hidup sendiri atau dalam bentuk
koloni/kelompok. Protozoa dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan alat geraknya :
1. Rhizopoda, alat geraknya dengan pseudopodia atau kaki semu.
2. Flagellata. alat geraknya dengan dengan flagel (bulu cambuk)
3. Ciliata, alat geraknya dengan silia (rambut getar)
4. Sporozoa, tidak memiliki alat gerak.
Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual. Secara
aseksual protozoa dapat mengadakan pembelahan diri menjadi 2 anak sel (biner),
tetapi pada Flagelata pembelahan terjadi secara longitudinal dan pada Ciliata secara
transversal. Beberapa jenis protozoa membelah diri menjadi banyak sel
(schizogony). Pada pembelahan schizogony, inti membelah beberapa kali
kemudian diikuti pembelahan sel menjadi banyak sel anakan. Perkembangbiakan
secara seksual dapat melalui cara konjugasi, autogami, dan sitogami. Protozoa yang
mempunyai habitat atau inang lebih dari satu dapat mempunyai beberapa cara
perkembangbiakan. Sebagai contoh spesies Plasmodium dapat melakukan
schizogony secara aseksual di dalam sel inang manusia, tetapi dalam sel inang
nyamuk dapat terjadi perkembangbiakan secara seksual.
C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan sederhana dalam praktikum protoza antara lain mikroskop dan
dan sampel air (air kolam, air sungai, air laut)
2. Prosedur Kerja
• Teteskan sampel air di bagian tengah objek glass
• Homogenkan dan tutup dengan deck glass
• Letakkan preparat tersebut di bagian meja mikroskop.
• Amati dengan pembesaran 10x, 40x dan 100x (dengan minyak imersi).
• Catat jenis protozoa yang diperoleh, kemudian perhatikan alat
pergerakannya
• Gambar dan berikan keterangan.

12
D. HASIL PENGAMATAN

Keterangan Gambar
No Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
1

13
6

14
DAFTAR PUSTAKA

Gandosoebrata R. 2016. Penuntun Laboratorium Klinik. 16th Edition. Jakarta:


Dian Rakyat. 171-5p.
Maya dan Nurhidayah. 2020. Zoologi Invertebrata. Jawa Barat: Widina.
Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014. Urinalysis and Body Fluid. 6th Edition. Ward
MM. Editor. United State: FA Davis Company. 204-13p.
WHO. 2010. WHO Laboratory Manual for The Examination and Processing of
Human Semen. 5th Edition. Switzerland: 7-44p

15

Anda mungkin juga menyukai