Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KOASISTENSI REPRODUKSI

“Vagina Smear pada Kucing”

OLEH:

MARIA JOSSIE DERAM NIHAMAKING, S.K.H


NIM. 2209022008
KELOMPOK 3B/2022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reproduksi hewan merupakan suatu proses menghasilkan individu baru dari individu
sebelumnya melalui aktivitas seksual. Setiap hewan mempunyai aktivitas seksual yang
menyertai sepanjang hidupnya, dan aktivitas seksual tersebut selalu berubah-ubah, kadang
tinggi dan kadang juga rendah. Proses reproduksi yang normal bergantung pada fisiologis
tubuh terutama fungsi organ serta mekanisme kerja hormon reproduksi. Mekanisme hormon
pada hewan betina akan mempengaruhi tingkah laku reproduksi, siklus estrus, ovulasi,
fertilisasi dan kemampuan memelihara kebuntingan hingga terjadinya kelahiran. Mekanisme
hormonal pada hewan jantan mempengaruhi tingkah laku dan performans reproduksi,
termasuk spermatogenesis yang menentukan keberhasilan proses reproduksi (Lestari dan
Ismudiono, 2014).
Penentuan siklus estrus dapat diketahui dengan berbagai cara, salah satunya melalui
pengamatan sitologi vagina (Nalley et al., 2011). Pengamatan sitologi vagina dilakukan
dengan vaginal smear untuk mengamati tipe sel dan proporsi masing-masing sel yang
ditemukan pada apusan vagina. Hasil yang didapatkan dari pengamatan tersebut dapat
menentukan fase yang sedang dialami oleh hewan betina yang diuji. Hewan yang ingin
diketahui fase pada siklus estrusnya adalah hewan betina yang dewasa kelamin dan tidak
sedang bunting. Perubahan sitologi vagina umumnya dipengaruhi oleh perubahan kadar
hormon progesteron dan estrogen selama siklus estrus yang mempengaruhi perkembangan
sel-sel epitel vagina. Pada fase luteal, sel epitel dari vagina akan didominasi oleh sel
parabasal, sedangkan memasuki fase estrus sel epitel berubah menjadi sel superfisial dan sel
tanduk (kornifikasi) yang menandakan hewan dalam keadaan puncak estrus (hormon estrogen
tinggi).
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu untuk menilai status reproduksi seekor hewan
betina dengan menentukan fase dalam siklus estrus pada hewan kucing betina melalui
vaginal smear.

1
BAB II
METODOLOGI

2.1 Materi
Bahan dan alat yang digunakan yaitu seekor kucing betina berumur 1 tahun,
cotton bud, object glass, cover glass, beaker glass, mikroskop, larutan NaCl 0,9%,
metanol dan pewarna giemsa.
2.2 Metode
Pelaksanaan metode vagina smear diawali dengan melakukan handling atau
restrain pada kucing dengan benar untuk mempermudah dalam membuat ulasan
vagina. Cutton bud steril dibasahi dengan larutan NaCl fisiologis, kemudian
dimasukkan ke dalam vagina kucing dan dilakukan swab dengan gerakan memutar
secara perlahan. Hasil swab vagina tersebut diulaskan pada permukaan object glass
dengan cara di rool lalu diangin-anginkan hingga kering. Selanjutnya, preparat ulasan
tersebut direndam dalam metanol selama kurang lebih 15 menit dan dikeringkan, lalu
dilanjutkan dengan perendaman dalam pewarna Giemsa selama 30 menit. Setelah
diwarnai, preparat tersebut kemudian dicuci dengan air mengalir secara perlahan
hingga bersih lalu dikeringkan. Pengamatan terhadap hasil ulasan vagina dilakukan
menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 10x dan 40x. Hasil pengamatan
berupa jenis dan jumlah sel yang ditemukan diamati dan diidentifikasi.

2
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Vagina Smear pada Kucing


Vagina smear merupakan metode untuk deteksi estrus pada beberapa hewan dengan
mengamati perubahan sel epitel pada vagina selama siklus estrus. Tujuan dilakukan
pemeriksaan ini yaitu untuk memastikan status kesehatan atau fisiologis reproduksi melalui
deteksi fase reproduksi hewan. Berdasarkan hasil pengamatan ulas vagina pada kucing
ditemukan 3 jenis sel yaitu sel intermediet, sel superfisial dan sel kornifikasi.
Pengamatan dilakukan pada 10 lapang pandang pada mikroskop dan ditemukan jenis sel
epitel yaitu didominasi oleh sel kornifikasi sebanyak 49 sel (Gambar 1C), diikuti oleh sel
superfisial sebanyak 29 sel (Gambar 1B), sel intermediet sebanyak 2 sel (Gambar 1A), dan
tidak ditemukan sel parabasal. Sel terkornifikasi merupakan sel epitel vagina yang berukuran
besar dan mengalami keratinisasi, berbentuk bentuk poligonal tanpa inti. Sel superfisial
merupakan sel epitel vagina yang berukuran besar dengan bentuk poligonal dengan inti kecil.
Sel intermediet merupakan jenis sel epitel vagina yang berbentuk bulat lonjong ataupun
poligonal dengan inti yang lebih besar daripada sel superfisial. Sel parabasal merupakan jenis
sel epitel vagina berbentuk bulat dengan ukuran yang paling kecil dibanding sel lainnya, serta
memiliki inti sel besar di tengah (Najamudin, 2010).

A B

Gambar 1. Hasil pengamatan vagina smear pada kucing. A: intemediet sel, B: sel superfisial,
C: sel. kornifikasi

3
Sesuai dengan hasil identifikasi persebaran sel epitel vagina dapat disimpulkan bahwa
kucing tersebut sedang berada dalam periode estrus karena didominasi oleh sel epitel
kornifikasi dan sel superfisial. Peningkatan jumlah sel epitel superfisial termasuk sel epitel
yang terkornifikasi ditentukan oleh peningkatan kadar hormon estrogen pada saat fase
folikular (Pertiwi et al., 2018). Peningkatan jumlah sel epitel terkornifikasi pada vagina
berfungsi untuk proteksi mukosa vagina pada saaat kopulasi dalam periode estrus. Metode
sitologi apus vagina pernah diterapkan pada kancil dengan akurasi pendeteksian estrus
mencapai 86% (Najamuddin et al., 2010). Akurasi hasil hingga mencapai 90% juga pernah
diperoleh dari aplikasi metode sitologi apus vagina untuk mendeteksi estrus pada anjing
(Reddy et al., 2011).

4
BAB IV
PENUTUP

Penentuan siklus reproduksi dapat diketahui dengan berbagai cara, salah satunya
melalui pengamatan sitologi vagina pada hewan betina. Pengamatan sitologi vagina
dilakukan untuk mengamati tipe sel dan proporsi masing-masing sel yang ditemukan pada
apusan vagina untuk menentukan fase reproduksi yang sedang dialami oleh hewan betina.
Sesuai dengan hasil identifikasi persebaran sel epitel vagina dapat disimpulkan bahwa kucing
tersebut sedang berada dalam periode estrus karena didominasi oleh sel epitel kornifikasi dan
sel superfisial.

5
DAFTAR PUSTAKA

Lestari T. D., dan Ismudiono. 2014. Ilmu Reproduksi Ternak. Surabaya: Airlangga
University Press.

Nalley W. M. M., Handarini R., Rizal M., Arifiaantini R. I., Yusuf T. L., dan Purwantara B.
2011. Penentuan Siklus Estrus Berdasarkan Gambaran Sitologi Vagina dan Profil
Hormon pada Rusa Timor. Jurnal Veteriner 12 (2): 98-106.

Pertiwi A. P., Tumbelaka L. I. T. A., dan Ulum M. F. 2018. Ultrasonographic and Vaginal
Cytological Diagnostics of the Queen. JITV 23 (3): 130-142.

Reddy K. C. S., Raju K. G. S., Rao K. S., dan Rao K. B. R. 2011. Vaginal Cytology,
Vaginoscopy and Progesterone Profil. Iraq Journal of Veterinary Science 25 (2): 51-54.

Anda mungkin juga menyukai