Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

PERKEMBANGAN HEWAN

ACARA I

APUSAN VAGINA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK I

 JOHANES PURWADI (E1A017035)


 JUNI KARTINI (E1A017036)
 NURMAWAN EKA S. (E1A017053)
 PEMY RIA SUCIANI (E1A017058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
ACARA I
APUSAN VAGINA

A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan praktikum : Untuk mengetahui fase estrus pada mencit.
2. Hari, tanggal praktikum : Senin, 28 Oktober 2019
3. Tempat praktikum : Laboratorium Biologi II FKIP, Universitas
Mataram.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Kaca benda.
b. Kaca penutup.
c. Mikroskop.
d. Pipet tetes.

2. Bahan
a. Cutton bud.
b. Garam fisiologis.
c. Mencit betina.
d. Metilen blue.
e. Tisu.

C. Langkah Kerja
Adapun langkah kerja pada praktikum apusan vagina mencit,
sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menelentangkan mencit betina pada meja praktikum (daerah ventral
diatas).
3. Membasahi cutton bud dengan larutan fisiologis.
4. Mengarahkan cutton bud pada vagina mencit untuk memperoleh lendir
yang akan diamati.
5. Mengoleskan lendir di cutton bud pada kaca benda.
6. Menambahkan 1 tetes metilen blue pada apusan vagina mencit.
7. Meratakan dan membiarkan sesaat hingga cukup kering.
8. Menutup kaca benda dengan kaca penutup.
9. Mengamati kaca benda dengan mikroskop.
10. Mendokumentasikan hasil pengamatan.
11. Menentukan fase estrus mencit berdasarkan hasil pengamatan.
12. Membersihkan meja praktikum.

D. Hasil Pengamatan
1. Gambar hasil pengamatan
Keterangan :
Fase estrus akhir

(Sumber: Dokumen pribadi, 2019)

2. Fase diestrus

( Sumber: Dokumentasi pribadi, 2019)


3. Fase Metestrus

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2019)

4. Fase Estrus akhir

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2019)

5. Fase Proestrus

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2019)


6. Fase Diestrus

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2019)

E. Pembahasan
1. Johanes Purwadi
Siklus estrus merupakan siklus yang terutama diregulasi oleh
hormon estrogen. Hormon estrogen mempengaruhi struktur histologi
lapisan epitel penyusun dinding vagina sehingga sel epitel vagina
mengalami perubahan selama siklus estrus. Siklus estrus pada hewan
dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan esktrinsik. Faktor intrinsik utama
yang mempengaruhi siklus estrus adalah umur dan genetic. Faktor
ekstrinsik diantaranya adalah fotoperiodisme, suhu dan suplai makanan
(Sitastiwi, 2016: 71). Siklus estrus menunjukkan peluang untuk
mengalami kebuntingan. Mencit merupakan hewan poliestrus yaitu
siklus estrus dapat terjadi secara teratur sepanjang tahun. Satu kali
siklus estrus memiliki 4 tahap yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan
diestrus. Proestrus dan estrus terjadi pada fase folikuler, sedangkan
metestrus dan diestrus terjadi pada fase luteal ovarium. Mencit
mengalami proestrus sekitar 12 jam, estrus 12 jam, metestrus 21 jam,
dan diestrus 57 jam (Ramadhani, 2016: 6-7).
Proestrus adalah fase persiapan. Fase ini biasanya pendek,
gejala yang terlihat berupa perubahan-perubahan tingkah laku dan
perubahan alat kelamin bagian luar. Tingkah laku betina agak lain
dengan kebiasaannya. Alat kelamin betina luar mulai memperlihatkan
tanda-tanda bahwa terjadi peningkatan peredaran darah di daerah itu.
Meskipun telah ada perubahan yang menimbulkan gairah sex, namun
hewan betina ini masih menolak pejantan yang datang karena tertarik
oleh perubahan tingkah laku tersebut. Estrus adalah fase yang
terpenting dalam siklus berahi, karena dalam fase ini hewan betina
memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap jenis hewan dan
dalam fase ini pula hewan betina mau menerima pejantan untuk
kopulasi. Ciri khas dari estrus adalah terjadinya kopulasi. Metestrus
adalah fase dengan gejala yang dapat dilihat dari luar tidak terlihat
nyata, namun pada umumnya masih didapatkan sisa-sisa gejala estrus.
Serviks telah menutup, kelenjar-kelenjar serviks merubah sifat hasil
sekresinya dari cair menjadi kental. Lendir kental ini berfungsi sebagai
sumbat lumen serviks. Diestrus adalah fase dalam siklus berahi yang
ditandai dengan tidak adanya kebuntingan, tidak adanya aktivitas
kelamin dan hewan menjadi tenang. Periode permulaan diestrus,
endometrium masih mempelihatkan kegiatan, yaitu pertumbuhan
kelenjar-kelenjar endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok
dan banyak diantaranya yang berkelok hingga membentuk spiral. Pada
pertengahan fase diestrus kegiatan-kegiatan endometrium ini
berdegenerasi yang akhirnya hanya tinggal kelenjar-kelenjar
permukaan yang cetek. Dalam periode permulaan diestrus, corpus
hemorrhagicum mengkerut karena di bawah lapisan hemorhagik ini
tumbuh sel sel kuning yang disebut luteum. Diestrus adalah fase yang
terlama diantara fase-fase yang terdapat dalam siklus berahi (Huda,
2017: 71).
Hasil pengamatan pada apusan vagina mencit (Mus musculus)
menandakan bahwa mencit tersebut berada pada fase estrus akhir. Hal
itu tandai dengan ditemukanya banyak sel-sel menanduk saja. Dan
tidak ditemukan sel yang lainya seperti sel spitel berinti, dan leukosit,
atau bahkan lendir. Menurut Agung Janika Sitasiwi (2016),
menyatakan bahwa hasil apus vagina pada fase proestrus sel epitel
masih berbentuk bulat. Fase estrus memperlihatkan sel-sel epitel yang
sudah mengalami kornifikasi, tanpa inti dan dengan pewarnaan Giemsa
berwarna biru pucat. Hewan coba yang berada pada fase metestrus
ditandai dengan epitel kornifikasi dengan jumlah yang sedikit dengan
jumlah leukosit yang cukup tinggi. Hasil apus vagina hewan coba yang
berada pada fase diestrus menunjukkan sel-sel yang berbentuk
kolumnar dengan inti sel yang jelas.

2. Juni Kartini
Fase estrus merupakan kelanjutan dari fase proestrus. Fase
estrus ditandai dengan perkembangan folikel sekresi yang kuat dari
hormone estrogen, dan sangat sedikit progesterone. Namun pada
fase estrus ini akan diakhiri dengan terjadinya ovulasi atau
pembentukan sel telur pada ovarium. Pada fase ini juga akan terjadi
kerantinisasi sel epitel atau epitel degenerasi. Sel epitel yang
mengalami degenerasi ini alias terjadi pembentukan folikel yang
baru untuk persiapan pasca terjadinya ovulasi. Fase estrus pada
mencit ditandai dengan kondisi vagina mirip pada saat fase
proestrus, namun jaringannya berwarna merah jambu lebih terang,
selain itu juga ditandai oleh keinginan untuk kawin dilihat dari
keadaan tikus yang tidak tenang, keluar lendir dari dalam vulva,
pertumbuhan folike meningkat cepat (Xiao, dkk, 2014).
Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap
diestrus, proestrus, estrus, dan metestrus. Tahapan siklus dapat
ditentukan dengan melihat gambaran sitologi avusan vagina. Pada
saat estrus, vagina mempelihatkan sel-sel epitel yang menanduk.
Avusan vagina biasanya dibuat pada hewan-hewan laboratorium,
umpanya mencit dan tikus, sebelum hewan jantan dan betina
disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal.
Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak.
Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahwa
kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari
kehamilan yang ke nol (Adnan, 2006).
Pada fase estrus, terlihat pengaruh estrogen dan
dikarakteristikkan oleh sel kornifikasi yang nyata (jelas) dan
hilangnya leukosit. Pada akhir fase estrus, lapisan kornifikasi
tampak sloughed off dan invasi leukosit terjadi. Selama diestrus
leukosit tampk berlimpah. Fase prosetrus, tanpa leukosit dan
dikarakteristikkan oleh sel epitel yang dinukleasi. Fase estrus
terjadi dengan pengaruh horon gonadotropin dan sekresi estrogen
mempunya pengaruh yang besar. Fase metestrus, selama fase ini
dimana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus depengruhi oleh
progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan
mungkin berakhir 1-5 hari. Fase diestrus dikarakteristikkan oleh
aktivitas corpus luteum dalam memproduksi progesterone (Hill,
2006).
Berdasarkan hasil pengamatan pada avusan vagina Mencit
(Mus muculus) menunjukkan bahwa terjadinya estrus akhir yang
ditandai dengan adanya sel epitel menanduk. Menurut Chakraborti
(2013) menyatakan bahwa estrus merupakan klimaks fase, folike
betina siap menerima jantan. Produksi estrogen akan bertambah
dan terjadi ovulasi. Dinding mukosa uterus akan mengembang dan
mengandung sel-sel darah. Sel-sel epitel menanduk merupakan
indikator terjadinya ovulasi. Mejelang ovulasi leukosit semakin
banyak menerobos lapisan mukosa vagina kemudian lumen.
3. Nurmawan Eka Saputri
Merujuk pada Narulita dkk (2017), menyatakan bahwa periode
estrus pada hewan terjadi secara berulang-ulang dan membentuk suatu
siklus yang disebut dengan siklus estrus. Siklus estrus sendiri
merupakan salah satu bagian dari tahapan reproduksi yang
menggambarkan perubahan kandungan hormone reproduksi.
Perubahan ini dapat disebabkan oleh aktivitas ovarium dibawah
pengaruh hormone gonadotropin. Perubahan hormone menyebabkan
perubahan struktur pada jaringan penyusun saluran reproduksi.
Siklus estrus pada mencit terdiri dari 4 fase utama, yaitu
proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Pada fase estrus terjadi
ovulasi dan menjadi fase puncak birahi pada hewan betina. Pada fase
ini, mencit betina siap menerima mencit jantan untuk melakukan
kopulasi. Fase lainnya yaitu, fase proestrus atau fase persiapan. Pada
fase ini mencit betina menjadi gelisah, memperdengarkan suara yang
tidak seperti biasanya atau malah berdiam diri. Selanjutnya fase
metestrus yakni fase yang terjadi segera setelah fase estrus. Pada fase
ini mencit betina telah menolak mencit jantan untuk kopulasi, serviks
menutup serta lendir menjadi lebih kental. Fase terakhir adalah fase
diestrus dimana corpus hemorrhagicum mengkerut karena tumbuhnya
sel-sel kuning yang disebut luteum dibawah lapisan hemorhagik
(Huda dkk, 2017).
Memasuki siklus estrus mencit betina akan mengalami
peningkatan jumlah lendir. Kelimpahan lendir banyak dieksresikan
saat puncak birahi. Umumnya warna lendir tersebut lebih bening dan
dapat mengalir ke vagina, vulva bahkan pangkal ekor (Novriyanti dkk,
2014).
Pengamatan terhadap apusan vagina mencit betina
menunjukkan bahwa mencit tersebut sedang berada pada fase estrus
akhir. Hal ini ditandai dengan banyaknya ditemukan sel-sel
menanduk. Sel menanduk ini dapat dikenali dari bentuknya yang
menyerupai kotak dengan bagian yang kosong pada tengahnya. Pada
seluruh bagian apusan yang diamati hanyak tampak sel menanduk
tersebut. Sedangkan jika ditemukan sel menanduk dan sel epitel
berinti, maka mencit berada pada fase proestrus.Atau jika ditemukan
sel menanduk dan leukosit maka mencit berada pada fase metestrus.
Demikian pula dengan mencit yang berada pada fase diestrus ditandai
dengan ditemukannya sel epitel berinti, sel menanduk, leukosit, dan
lendir.

4. Pemy Ria Suciani


Vaginal smear atau apusan vagina adalah metode yang
digunakan untuk mengetahui fase estrus pada mencit. Metode vaginal
smear digunakan karena dapat menunjukkan hasil yang lebih akurat
dibandingkan dengan metode lainnya. Metode ini menggunakan sel
epitel dan leukosit sebagai faktor identifikasi untuk mengetahui fase
estrus yang dialami oleh mencit. Sel epitel merupakan sel yang terletak
di permukan vagina, sehingga apabila terjadi perubahan kadar estrogen
maka sel epitel merupakan sel yang paling awal terkena dampak dari
perubahan tersebut. Leukosit merupakan sel antibodi yang terdapat di
seluruh bagian suatu organisme. Keberadaan leukosit di vagina
berfungsi untuk membunuh bakteri dan kuman yang dapat merusak
ovum. Sel epitel berbentuk oval atau polygonal, sedangkan leukosit
berbentuk bulat dan berinti. Vaginal smear memudahkan kita untuk
menentukan fase estrus pada mencit betina berdasarkan proporsi tipe
sel yang nampak pada preparat apusan (Zinck dan Lima, 2013).
Pada mencit, siklus estrus dibagi menjadi 4 tahapan yaitu
proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Siklus ini terus berulang
dalam jangka waktu 4 sampai 5 hari, kecuali terhambat oleh kehamilan
dan fase anestrus, yaitu fase dimana mencit betina tidak ingin kawin
ataupun dekat dengan mencit jantan. Fase anestrus sering juga disebut
dengan fase istirahat pada siklus estrus yang terdapat di antara fase
metestrus dan diestrus. Pada mencit, siklus estrus akan menjadi
semakin lama seiring dengan bertambahnya usia mencit (Le et al,
2014).
Jika kandungan FSH lebih rendah dibandingkan kandungan
luteinizing hormone (LH) dan terjadi coitus, maka dapat dipastikan
mencit akan mengalami kehamilan. Pada tahap estrus vagina pada
mencit betina pun membengkak dan berwarna kemerahan. Tahap
estrus pada mencit terjadi dalam dua tahap yaitu tahap estrus awal
dimana folikel sudah matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan
ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini
terjadi selama 12 jam. Lalu tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi
yang hanya berlangsung selama 18 jam. Jika pada tahap estrus tidak
terjadi kopulasi, maka tahap tersebut akan berpindah pada tahap
matesterus (Soeminto, 2000).
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa
fase yang sedang terjadi pada mencit betina yang diamati adalah fase
estrus. Hal tersebut ditandai dengan ditemukannya sel menanduk pada
preparat apusan vagina yang merupakan ciri fase masa estrus. Fase
estrus merpakan periode penerimaan seksual pada hewan betina yang
ditentukan oleh tingkat sirkulasi estrogen. Pada fase ini terjadi
penurunan tingkat FSH dalam darah dan peningkatan LH.
F. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa, mencit betina yang diamati dengan metode apusan
vagina terindikasi sedang berada pada fase estrus akhir. Hal ini ditandai
dengan hanya ditemukan sel epitel menanduk pada apusan vagina tersebut
yang menjadi ciri dari fase estrus akhir.

2. Saran
Pada saat praktikum jangan lupa membersihkan kaca preparat agar
tidak terjadi kesalahpahaman dalam meliahat objek. Semoga
praktikum kedepannya menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. (2006). Reproduksi dan Embrilogi. Jurusan Biologi. FMIPA


UNM: Makasar.

Chakraborty, P, Roy SK. (2013). Expression Of Estrogen Receptor A 36

(ESR36) In The Hamster Ovary Througout The Estrous Cycle:

Effects Of Gonadotropins. Plos One 8(3): e58291. doi: 10.1371.

Journal. Pone. 0058291.

Hill, Mtabut. (2006). Estrous Cycle. Sidney: The University Of New

Southwales.

Huda, N.K., Ramadhan S., Yuni A. (2017). Pengaruh Ekstrak Sambiloto


(Andrographis paniculata Nees.) terhadap Siklus Estrus Mencit
(Mus musculus L., Swiss Webster). Eksakta18 (2):69-76. E-ISSN:
2549-7464.

Le, A.H., Bonachea, L.A., Cargill, S.L. (2014). Meloxicam and


Buprenorphine Treatment after Ovarian Transplantation Does Not
Affect Estrous Cyclicity and Follicular Integrity in Aged CBA/J
Mice. PLoS ONE 9(8), pp. E106013.

Narulita, E., Jekti P., Khoirul A., Fikri A.R.H.O. (2017). Perubahan Kadar
Estradiol dan Histologi Uterus Mencit (Mus musculus) Betina
dengan Induksi Progesteron Sintetik. Biosfera 34(3):117-122. DOI:
10.20884/1.mib.2017.34.3.487.
Novriyanti, E., Ramadhan S., Nofri Z., Siska A.R. (2014). Pengaruh
Ekstrak Biji Kapas (Gossypium hirsutum L.) Terhadap Reproduksi
Mencit Betina (Mus musculus L., Swiss Webster). Jurnal Saintek
6(1):1-16. ISSN: 2085-8019.
Ramadhani, Siska Adelya. (2016). Pengendalian Folikulogenesis Ovarium
Mencit (Mus musculus) Dengan Pemberian Ekstrak Biji Kapas
(Gossypium hirsutum). Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Soeminto. 2000. Embriologi Vertebrata. Purwokerto: Unsoed.
Sitastiwi, Agung Janika., dan Siti Muflikhatun Mardiati. (2016). Efek
Antifertilitas Ekstrak Air dari Biji Carica papaya terhadap
Keteraturan Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L.). Buletin
Anatomi dan Fisiologi. 1(1): 68-74.

Xiao, L., Zhang, C., Li, X., Gong, S., Hu, R., Balasubramanian, R., &

Zhou, Q. Y. (2014). Signaling Roleof Prokineticin 2 on the

Estrous Cycleof Female Mice. PloS one, 9(3).

Zinck, L., Lima, S. Q. (2013). Mate Choice in Mus musculus Is Relative


and Dependent on the Estrous State. PLoS ONE 8(6), pp. E66064.

Anda mungkin juga menyukai