PENGELOLAAN LINGKUNGAN
OLEH
NIM : E1A017036
KELAS : B/VI
UNIVERSITAS MATARAM
2020
1. Jelaskan urgensi (pentingnya mempelajari) Pengetahuan Lingkungan!
Jawaban:
Pengetahuan lingkungan merupakan pengetahuan yang mengkaji hubungan
makhluk hidup dengan lingkungannya dalam hubungannya dengan dampak kehidupan
manusia serta berupaya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Sementara ada ahli yang memasukkan pengetahuan lingkungan ini ke dalam
lingkup ilmu pengetahuan (science) namun ada pula yang memasukkan ke dalam lingkup
pengetahuan (knowledge), masing-masing memiliki alasan tersendiri. Ruang lingkup
pengling meliputi segala permasalahan yang melingkupi umat manusia yang terdiri dari
lingkungan biotik, abiotik, sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya.
Menurut St. Munajat Danu Saputra dalam Darsono, lingkungan adalah semua
benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan tingkat perbuatannya, yang
terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup
serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
Pendidikan berwawasan lingkungan menjadi penting karena dunia sekarang
mengalami ketidakseimbangan (disequilibrium), oleh sebab itu pembangunan sekarang
harus mengalami penyesuaian. Sejak kira-kira tiga dasawarsa terakhir, para pakar dari
berbagai bidang ilmu telah sampai pada kesimpulan yang sama, yaitu bahwa lingkungan
kehidupan di planet Bumi ini telah mengalami berbagai gangguan dengan dampak yang
mengkhawatirkan karena mengancam keberlanjutan kesejahteraan hidup, bahkan
kesintasan (survival) manusia. Kecenderungan global menunjukkan bahwa penurunan
dalam kualitas kondisi lingkungan serta kualitas dan kuantitas ketersediaan sumberdaya
alam terus berlangsung. Penyebab utama semua gangguan lingkungan itu ternyata
berpangkal pada manusia sendiri, sebagai akibat dari laju peningkatan populasinya yang
sangat tinggi. Berbagai kegiatan manusia, yang pada dasarnya dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, secara langsung ataupun tidak, telah memberikan
dampak besar pada lingkungan yang seringkali berskala global.
Berbagai upaya terus dilakukan untuk menanggulangi permasalahan lingkungan
dan untuk memahami kepentingan lingkungan jangka panjang. Salah satu upaya penting
adalah diadakannya pendidikan lingkungan yang dapat diberikan secara formal ataupun
informal. Pendekatan dalam pengetahuan lingkungan bersifat multidisipliner dan
interdisipliner, karena ilmu ini mengintegrasikan beberapa cabang ilmu mengenai
perikehidupan manusia serta kaitannya dengan berbagai aspek lingkungan masyarakat
(mis. sosiologi, ekonomi, seni-budaya, politik, antropologi, pertanian-perikanan
kehutanan, rekayasa, planologi, ilmu manajemen, matematika, geologi, biologi, kimia
dan fisika). Asas-asas utama yang digunakan sebagai landasan aspek keterkaitan,
hubungan pengaruh-mempengaruhi dan kesaling-bergantungan antara manusia dengan
lingkungan sosial, alami, ekonomi atau pun budayanya, adalah asas-asas ekologi.
1. Komponen Abiotik
Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang
merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan
tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan
waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan
faktor yang memengaruhi distribusi organisme. Komponen abiotik adalah komponen
ekosistem yang terdiri dari makhluk tak hidup atau benda mati, meliputi :
a. Tanah: Sifat-sifat fisik tanah yang berperan dalam ekosistem meliputi tekstur,
kematangan, dan kemampuan menahan air.
b. Air: Persediaan air dipermukaan tanah akan mempengaruhi kehidupan
tumbuhan dan hewan. Hal-hal penting pada air yang mempengaruhi
kehidupan makhluk hidup adalah suhu air, kadar mineral air, salinitas, arus
air, penguapan, dan kedalaman air.
c. Udara: Udara merupakan lingkungan abiotik yang berupa gas yang berbentuk
atmosfer yang melingkupi makhluk hidup. Oksigen, karbondioksida, dan
nitrogen merupakan gas yang paling penting bagi kehidupan makhluk hidup.
d. Cahaya matahari: Cahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi
kehidupan dibumi ini. Salah satunya sebagai faktor utama yang diperlukan
dalam proses fotosintesis.
e. Suhu atau temperature: Setiap makhluk hidup memerlukan suhu yang optimal
untuk kegiatan metabolisme dan perkembangbiakannya.
2. Komponen Biotik
Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang
hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu
ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa), Komponen biotik adalah
komponen ekosistem yang terdiri dari makhluk hidup yang meliputi tumbuhan,
hewan, dan manusia. Berdasarkan peranannya komponen biotik dalam ekosisteem
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Produsen: Adalah makhluk hidup yang dapat membuat makanan sendiri
dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis. Contoh : semua
tumbuhan hijau.
b. Konsumen: Adalah makhluk hidup yang tidak dapat membuat makanan
sendiri dan menggunakan makanan yang dihasilkan oleh produsen baik secara
langsung maupun tidak langsung. Contoh : hewan dan manusia. Tingkatannya
Konsumen. Berdasarkan tingkatannya konsumen dibedakan menjadi empat,
yaitu :
1. Konsumen I/primer adalah konsumen/makhluk hidup yang memakan
produsen. Contoh : herbivora/hewan pemakan tumbuhan.
2. Konsumen II/sekunder adalah konsumen/makhluk hidup yang memakan
konsumen I. Contoh : karnivora/hewan pemakan daging.
3. Konsumen III/tertier adalah konsumen/makhluk hidup yang memakan
konsumen II. Contoh : omnivora/hewan pemakan segala.
4. Konsumen puncak adalah konsumen terakhir atau hewan yang menduduki
urutan teratas dalam peristiwa makan dimakan.
Pengurai
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan
organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro
(sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Pengurai disebut
juga redusen adalah jasad renik yang dapat menguraikan makhluk lain menjadi
zat hara. Contoh : bakteri dan jamur. Organisme pengurai menyerap sebagian
hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang
dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri
dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang
memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu. Tipe dekomposisi
ada tiga, yaitu:
1. aerobik: oksigen adalah penerima elektron / oksidan.
2. anaerobik: oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron
/oksidan.
3. fermentasi: anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai
penerima elektron. komponen tersebut berada pada suatu tempat dan
berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur. Misalnya,
pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai
komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton
yang terapung di air sebagai komponen pengurai, sedangkan yang termasuk
komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut
dalam air.
manusia.
Ada beberapa nilai manfaat keanekaragaman hayati bagi manusia, diantaranya adalah
nilai biologi, nilai pendidikan, nilai estetika dan budaya, nilai ekologi, serta nilai religius.
Namun manusia tidak bisa pula menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa IPTEK
mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Tetapi akibat tindakan
penyesuaian yang harus dipenuhi dalam memenuhi permintaan akan berbagai jenis
sumber daya (resources), agar proses industri dapat menghasilkan berbagai produk yang
dibutuhkan oleh manusia, seringkali harus mengorbankan ekologi dan lingkungan hidup
manusia. Hal ini dapat kita lihat dari pesatnya perkembangan berbagai industri yang
dibangun dalam rangka peningkatan pendapatan (devisa) negara dan pemenuhan berbagai
produk yang dibutuhkan oleh manusia. Disamping itu, IPTEK dikembangkan dalam
bidang antariksa dan militer, menyebabkan terjadinya eksploitasi energi, sumber daya
alam dan lingkungan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai produk yang dibutuhkan
oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Gejala memanasnya bola bumi akibat efek
rumah kaca (greenhouse effect) akibat menipisnya lapisan ozone, menciutnya luas hutan
tropis, dan meluasnya gurun, serta melumernnya lapisan es di Kutub Utara dan Selatan
Bumi dapat dijadikan sebagai indikasi dari terjadinya pencemaran lingkungan kerena
penggunaan energi dan berbagai bahan kimia secara tidak seimbang (Toruan, dalam
Jakob Oetama, 1990: 16 – 20). Selain itu, terdapat juga indikasi yang memperlihatkan
tidak terkendalinya polusi dan pencemaran lingkungan akibat banyak zat-zat buangan dan
limbah industri dan rumah tangga yang memperlihatkan ketidak perdulian terhadap
lingkungan hidup. Akibat-akibat dari ketidak perdulian terhadap lingkungan ini tentu saja
sangat merugikan manusia, yang dapat mendatangkan bencana bagi kehidupan manusia.
Oleh karena itu, masalah pencemaran lingkungan baik oleh karena industri maupun
komsumsi manusia, memerlukan suatu pola sikap yang dapat dijadikan sebagai modal
dalam mengelola dan menyiasati permasalahan lingkungan.