OLEH:
NIM : E1A017036
KELAS : B/V
UNIVERSITAS MATARAM
2019
1
2
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmad dan
KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Sistem Reproduksi Cumi-Cumi”
ini dengan penuh rasa tanggung jawab guna memenuhi salah satu syarat penugasan mata kuliah
Fisiologi Hewan. Makalah ini membahas mengenai sistem reproduksi cumi-cumi, klasifikasi,
dan struktur anatomi pada cumi-cumi. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif atau membangun dari berbagai
pihak. Mudah-mudahan makalah ini berguna dan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Juni Kartini
2
3
DAFTAR ISI
A. Pembahasan ................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ............................................................................................... 17
B. Saran … ....................................................................................................17
3
4
ABSTRAK
Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang memiliki
nilai ekonomis penting dan mengandung nilai gizi tinggi dengan cita rasa yang khas. Cumi-cumi
secara taksonomis termasuk kelas Chepalopoda. Musim penangkapan cumi-cumi yang paling
intensif terjadi pada musim pemijahan dimana pada musim ini cumi-cumi yang tertangkap pada
umumnya telah matang gonad. Cumi-cumi Loliginidae akan melakukan migrasi pada musim
panas dengan membentuk kelompok yang besar, menuju ke dasar perairan berpasir pada
kedalaman antara 30-40 m untuk melakukan pemijahan. Cumi-cumi Loligo sp. melakukan
pemijahan sepanjang tahun dan mencapai puncaknya pada saat terjadi kenaikan suhu perairan.
ABSTRACT
Squid (Loligosp.) Is one of the marine biologi calre sources that has important economic
value and contain shigh nutritional value with a distinctivetaste. Squid is taxonomically included
in theChepalopoda class. The most intensive season for catching squid occurs in the spawning
season where in this season the squid caught are generally ripe gonads. Loliginidae squid
willmigrate in the summer by forming large groups, heading to the bottom of sandy waters at a
dept hof 30-40 m for spawning. Loligo sp. S. Do spawning through out the year and reach a peak
when there is an increase in water temperature.
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cumi-cumi merupakan sumberdaya hayati laut yang memiliki nilai ekonomis
cukup tinggi. Permintaan dunia akan sumberdaya ini terus meningkat dari tahun ke tahun
terutama dari negara-negara asia seperti Jepang, China, Thailand dan Filipina. Jepang
sebagai negara yang paing banyak membutuhkan cumi-cumi telah mengembangkan
usaha penangkapan yang modern dalam perikanan cumi-cumi.
Di Indonesia sumberdaya cumi-cumi belum terkelola secara maksimal, bahkan di
beberapa daerah yang memiliki potensi cumi-cumi cukup besar seperti Teluk Pelabuhan
ratu cumi-cumi hanya sebagai hasil tangkapan sampingan. Secara umum kegiatan
penangkapan cumi-cumi di Indonesia masih berskala tradisional dan dilakukan di daerah
perairan yang dangkal. Dengan demikian hanya cumi-cumi pantai yang baru
termanfaatkan, sedangkan sumberdaya cumi-cumi lepas pantai belum termanfaatkan.
Cumi-cumi (Loligo spp) masuk dalam kelas Cepalophoda, famili Loligonidae.
Hewan ini mempunyai kepala yang besar dan bermata sangat tajam. Pada kepala terdapat
lengan-lengan berjumlah delapan dan dua tentakel yang berguna untuk pergerakan,
mencari mangsa, dan proses reproduksi. Mata cephalophoda dapat melihat dan berfungsi
seperti vertebrata. Cangkang Loligo spp kecil berupa lempengan yang melekat pada
mantel. Fungsinya di segi ekologi sangat signifikan dalam keseimbangan alam.
Loligo spp merupakan komoditas perikanan yang cukup berperan dalam segi
ekologi dan ekonomi. Dimana sebagai hewan karnivora, Loligo spp memakan udang dan
kepiting, dan Loligo spp juga merupakan mangsa dari hewan diatasnya seperti lumba-
lumba, anjing laut, paus, sehingga keseimbangan alam terjadi. Dari segi ekonomi, cumi-
cumi sebagai produk hasil tangkap mempunyai kontribusi cukup tinggi. Cumi-cumi
sebagai bahan pangan dengan protein tinggi, dan sebagai umpan pada jaring ikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi cumi-cumi (Loligi sp)?
2. Apa saja struktur dan anatomi cumi-cumi (Loligi sp)?
5
6
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi cumi-cumi (Loligo sp).
2. Untuk mengetahui struktur dan anatomi cumi-cumi (Loligo sp).
3. Untuk mengetahui sistem reproduksi pada cumi-cumi (Loligo sp).
D. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui klasifikasi dan strktur anatmi pada cumi-cumi (Loligo sp).
2. Mengetahui pentingnya informasi tentang sitem reproduksi pada cumi-cumi (Loligo sp).
E. Batasan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis membatasi masalah atau ruang lingkup
penulisan pada hal-hal yang mengenai sistem reproduksi pada cumi-cumi ,beberapa batasan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut yaitu, ruang lingkup hanya meliputi klasifikasi,
srtuktur dan anatomi, serta reproduksi pada cumi-cumi.
6
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
Cephalopoda (dalam bahasa latin, cephale : kepala, podos : kaki) adalah Mollusca
yang memiliki kaki di kepala. Tubuh simetri bilaeral, kaki yang terbagi menjadi lengan-
lengan yang dilengkapi alat penghisap dan sistem saraf terpusat di kepala berkembang baik,
mata dengan kemampuan baik, perenang cepat, kulit ber kromatofor yang dapat berubah
warna, dapat merayap atau berenang di dasar. Kelompok hewan ini berbadan lunak dan
tidak mempunyai cangkang, kecuali nautilus, dan cumi-cumi yang mempunyai cartilaginous
pen tipis di dalam tubuhnya. Mempunyai mantel yang menyelimuti sekeliling tubuh,
membentuk kerah yang agak longgar pada bagian leher. Mempunyai sifon yang menyedot
air melalui insang dan digunakan untuk menyemprotkan air untuk mendorong, sehingga
dapat bergerak dengan cpat. Jenis-jenis Cephalopoda yaitu : cumi-cumi (Loligo spp), sotong
(Sepia spp) dan gurita (Octopus spp). Hidup Cephalopoda seluruhnya di laut dengan
merayap atau berenang di dasar laut (Romimohtarto dan Juwana, 2007).
Cumi-cumi adalah kelompok hewan Cephalopoda atau jenis moluska yang hidup di
laut. Nama Cephalopoda dalam bahasa Yunani berarti kaki kepala, hal ini karena kakinya
yang terpisah menjadi sejumlah tangan yang melingkari kepala. Seperti semua
Cephalopoda, cumi cumi dipisahkan dengan memiliki kepala yang berbeda. (Sarwojo,2005).
B. Kajian Empiris
7
8
Cumi-cumi merupakan penghuni semi pelagis atau Domersal pada daerah pantai dan
paparan benua sampai kedalaman 400 m. hidup bergerombol atau soliter baik ketika sedang
berenang maupun pada waktu istirahat (Bames 1947). Beberapa spesies ini menembus
sampai perairan payau. Melakukan pergerakan diunal yang berkelompok dekat dengan dasar
perairan pada saat siang hari dan akan menyebar pada malam hari. Bersifat fotoaksis positif
(tertarik pada cahaya), oleh karena itu sering ditangkap dengan dengan menggunakan alt
bantu cahaya (Roper et. al, 1984).
Beberapa jenis cumi-cumi yang ada di Indonesia yang mempunyai nilai jual cukup
tinggi adalah Loligo duvaucelli, Loligo edulis, Doryteuthis sp, dan Sepioteuthis lessoniana
(Hamzah, 1991). Sepiotheutis lessoniana termasuk dalam jenis cumi dalam famili
Loliginidae, tapi bentuk mantelnya sekilas hampir sama dengan sotong, sehingga cumi S.
lessoniana atau bigfin squid ini lebih dikenal dengan nama sotong. Siklus hidupnya relatif
singkat yaitu: 4 bulan, dan pertumbuhannya meningkat drastis setelah berumur lebih dan 10
minggu. (Delianis dan Murdjani, 2008).
Menurut Bames (1967 dalam Bakriel 1985), Cumi-cumi hamper ditemukan pada
semua laut di dunia, mulai dari perairan pantai yang dangkal sampai pada bujur Barat
Lautan Pasifik dan Lautan Indonesia. Di Indonesia terdapat hampir di semua perairan,
misalnya Perairan Pantai Barat Sumatera (Aceh dan Sumatera utara), selatan Jawa (Jawa
Barat dan Jawa Timur), Selatan Malaka (Aceh, Sumatera Utara dan Riau), timur Sumatera
(Sumatera Selatan dan Lampung), utara Jawa (Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat da Jawa
Timur), Bali, NTT, NTB, selatan barat Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah,
sebelah selatan Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya (Anonim, 1985).
Cumi-cumi adalah sekelompok hewan Cephalopoda yang hidup di air laut. Cumi-
cumi memiliki tubuh yang lunak, hidup bergerombol dan tertarik pada cahaya. Beberapa
jenis Cephalopoda seperti cumi memiliki nilai komersial dan merupakan salah satu
sumberdaya hayati yang paling penting dalam sektor perikanan laut. Reproduksi cumi
8
9
(Loligo sp) berlangsung secara seksual, dimana memilki organ reproduksi berumah dua
(dioseus).
D. Hipotesis
9
10
BAB III
TEKNIK PENULISAN
Penyusunan makalah ini di lakukan dengan waktu yang relatif sangat singkat karena
mengingat waktu yang tidak memungkinkan dan memang tidak terlalu membutuhkan waktu
yang lama. Dalam penyusunan makalah ini saya menggunakan literatur dalam melengkapi
informasi tentang sistem reproduksi pada cumi-cumi ini dan sebagai referensi penulis juga
mengambil informasi lain hasil-hasil penelitian orang lain dan buku-buku yang berkaitan dengan
sistem reproduksi pada cumi-cumi serta dari jurnal-jurnal yang ada di internet.
10
11
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan penghuni demersak atau semi plagik pada
daerah pantai dan paparan benua sampai kedalaman 400m. beberapa spesies hidup
sampai di perairan payau. Cumi-cumi melakukan pergerakan diurnal, yaitu pada
siang hari akan berkelompok dekat dasar perairan dan akan menyebar pada kolom
perairan pada malam hari. Cumi-cumi tertarik pada cahaya (fototaksis positif), oleh
karena itu sering ditangkap dengan menggunakan bantuan cahaya (Roper et.al,
1983).
11
12
12
13
Hewan ini memiliki dua ginjal atau nefridia berbentuk segitiga berwarna
putih yang berfungsi menapis cairan dari ruang pericardium dan membuangnya ke
dalam rongga mantel melalui lubang yang terletak di sisi usus (Clarke, 1986).
13
14
Proses ketika Loligo spp akan kawin adalah adanya tarian untuk memikat
pasangannya. Di bawah kulit cumi-cumi tersusun sebuah lapisan padat kantung-kantung
pewarna lentur yang disebut kromatofora. Dengan menggunakan lapisan ini, cumi-cumi
14
15
dapat mengubah penampakan warna kulitnya, yang tidak hanya membantu dalam
penyamaran akan tetapi juga sebagai sarana komunikasi dan pre-kawin. Ritual pre-
kolpuasi, hampir selalu melibatkan perubahan warna dari kulit cumi-cumi, dimana jantan
berusaha menarik perhatian betina, juga berfungsi untuk menantang jantan yang lain.
Misalnya, seekor cumi-cumi jantan menunjukkan warna yang berbeda ketika kawin
dengan warna yang digunakan ketika berkelahi dengan seekor penantang. Saat cumi-
cumi jantan bercumbu dengan cumi-cumi betina, kulitnya berwarna kebiruan. Jika jantan
lain datang mendekat pada waktu ini, ia menampakkan warna kemerahan pada separuh
tubuhnya yang terlihat oleh jantan yang datang itu. Merah adalah warna peringatan yang
digunakan saat menantang atau melakukan serangan.
Telur dari cumi-cumi betina melewati oviduct dengan diselimuti oleh membran
seperti kapsul yang dihasilkan oleh kelenjar oviducal. Pada saat bersamaan di dalam
mantel, kelenjar nidamental menyediakan lapisan tambahan atau pelapis telur. Pada
Loligo spp, yang bermigrasi ke perairan dangkal untuk bertelur, kelenjar nidamental
melapisi telur-telur dengan lapisan agar-agar yang banyak, terdiri dari 100 telur. Cumi-
cumi betina memegang telur dengan lengan dan dibuahi dengan sperma yang
diinjeksikan dari organ penerima sperma (seminal receptacle). Kapsul telur tersebut
mengeras, sebagai reaksi dengan air laut, dan ditempelkan pada substrat. Cumi-cumi
dewasa akan mati setelah kawin dan meletakkan telur. Cephalopoda (gurita dan cumi-
15
16
cumi) cenderung untuk tumbuh dengan cepat untuk matang, reproduksi, dan mati, kecuali
nautilus yang tumbuh lambat, dan dapat reproduksi untuk beberapa tahun setelah dewasa.
16
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Genus Loligo dari famili Loliginidae ordo Theutoidae adalah merupakan
kelompok cumi-cumi pantai yang memiliki banyak spesies yang bernilai ekonomi
tinggi. Cumi-cumi ini dapat ditemukan di seluruh perairan dunia baik yang beriklim
tropis maupun subtropis. Cumi-cumi ini merupakan hewan karnivora yang bersifat
pelagis pada malam hari dan tinggal di dasar perairan pada siang hari.
Pertumbuhan cumi-cumi betina lebih cepat dari pada cumi-cumi jantan.
Ukuran cumi-cumi jantan dewasa lebih besar dari pada cumi-cumi betina. Cumi-cumi
memiliki laju pertumbuhan yang cepat hingga masa hidupnya pendek hanya sekitar 3
tahun. Pada daerah subtropics pertumbuhan cumi-cumi lebih cepat dari daerah
subtropis.
Cumi-cumi merupakan hewan dicious yang memijah di perairan lebih
dalam. Cumi-cumi melepaskan kapsul telur yang akan lebih cepat menetas pada suhu
hangat. Umumnya cumi-cumi pertama kali matang gonad ketika berumur 4 – 6 bulan.
Beberapa jenis cumi-cumi mati setelah melakukan pemijahan yang pertama kalinya.
Tahap perkembangan awal daur hidup cumi-cumi melewati 4 fase yaitu pelepasan
telur, perkembangan embrio, penetasan dan para larva.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pemakalah pada umumnya dan pembaca
pada umunya. Amin
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia.
Bursca, R.C and G.J. Brusca. 1990. Invertebrates Sinauter Associates. Inc Publishers;
Sunderland Massachusetts.
Clarke, M.R. 1986. A Handbook For the Identification of Cephalopod Beaks. Clarendron
Press; Oxford.
Delianis, P. dan M. Murdjani. 2008. Siklus Hidup Cumi Sepiotheutis lessiniana Sebagai
Satu Bahan Acuan dalam Teknologi Budidaya untuk Peningkatan Kelestarian
Cumi di Perairan Sitobondo. Abstrak. Ilmu Kelautan 14:67-71.
Hadi, Susantoro. S. Trijoko, Y.A. Purwesti. 2005. Biologi Kelas X jilid Ib. edisi 2005.
Sunda Kelapa; Bandung.
Hanlon, R.T. and J.B. Messenger. 1996. Cephalopod Behavior. Cambridge University
Press; Cambridge.
Jantzen, Troy M. and Jon N. Havenhand. 2003. Journal: Reproductive Behavior in the
Squid (Sepioteuthis australis) From South Australia: Interactions on the
Spawning Grounds. School of Biological Sciences Flinder University; Adelaide.
18
19
Rocha, F., Guerra A. and Gonzalez A.F. 2001. A review of Reproductive strategies in
cephalopods. Biol. Rev.76,291-304.
Roper, C.F.E. and G.L. Voss. 1983. Guidelines for taxonomic description of cephalods
species. Mem. Natl. Mus. Vic. 44: 48-63.
Roper, C.F.E., M.J Sweeney and C.E Neuen. 1984. Cephalopods of The Word. And
Annottated and Illustrated Ratalogue of Spesies of Interest to Fisheries. FAO
Species Catalogue.
Wytki, K. 1961. Physical Oceanography of the South-East Asian Waters. Naga Report. 2:
1-145.
19