Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN

PERKEMBANGAN HEWAN

ACARA 1

APUSAN VAGINA

OLEH :

KELOMPOK IV

KELAS A/ V

 ANGGI YUNI ANGGRAENI (E1A017005)


 DEAYU MITHA LAILATUL M. (E1A017012)
 ELMIATUN (E1A017019)
 GUSTI AYU KARTIKA DEWI (E1A017027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
ACARA 1

APUSAN VAGINA

A. Pelaksanaan praktikum
1. Tujuan praktikum : untuk mengetahui siklus reproduksi pada
mencit betina.
2. Hari, tanggal praktikum : Selasa Oktober 2019
3. Tempat praktikum : laboratorium biologi 1 FKIP Universitas
Mataram.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Cutton bud.
b. Kaca benda.
c. Kaca penutup.
d. Mikroskop.
e. Pipet tetes.
2. Bahan
a. Garam fisiologis.
b. Mencit betina ( Mus musculus ).
c. Methylene blue.
C. Langkah kerja

Adapun langkah kerja praktikum tentang apusan vagina sebagai


berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Masing-masing kelompok mengambil 1 ekor mencit.
3. Mengambil 1 buah cutton buds dan basahi dengan garam fisiologis.
4. Mengoleskan cutton Bud yang telah dibasahi dengan garam fisiologis pada
bagian vagina mencit.
5. Mengoleskan cairan atau lendir yang keluar dari vagina mencit ke kaca
benda.
6. Menambahkan Satu Tetes methylene blue dan meratakannya di kaca
benda.
7. Menutup kaca benda dengan kaca penutup.
8. Mengamati apusan yang dibentuk menggunakan mikroskop.
9. Membersihkan alat dan bahan yang telah digunakan.
D. Hasil Pengamatan
kelompok Gambar Fase
1 Diestrus

( perbesaran 10x10 )
2 Estrus

( perbesaran 10x10 )
3 Diestrus

( perbesaran 10x10 )
4 Metestrus

( perbesaran 10x10 )
5 Metestrus

( perbesaran 10x10 )
6 Estrus

( perbesaran 10x10 )
E. Pembahasan
1. Anggi Yuni Anggraeni
Merujuk pada Sitasiwi, Agung Janika dan Siti Muflikhatun
Mardiati, menyatakan bahwa siklus estrus merupakan suatu fase
reproduksi pada hewan betina non primata yang terjadi secara berulang,
ditandai dengan perubahan fisiologi dan tingkah laku. Siklus estrus pada
rodensia berlangsung 4 sampai 5 hari, terdiri dari 4 fase, yaitu proestrus,
estrus, metestrus dan diestrus. Merujuk Huda, Khaira., dkk dalam jurnal
Eksakta, menyatakan bahwa Proestrus adalah fase persiapan. Fase ini
biasanya pendek, gejala yang terlihat berupa perubahan-perubahan
tingkah laku dan perubahan alat kelamin bagian luar. Fase estrus terjadi
ovulasi dan pada fase ini juga terjadi puncak birahi pada hewan betina dan
siap menerima hewan jantan untuk kopulasi. Metestrus adalah fase dalam
siklus berahi yang terjadi segera setelah estrus selesai. Diestrus adalah
fase dalam siklus berahi yang ditandai dengan tidak adanya kebuntingan,
tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan menjadi tenang. Merujuk pada
Narulita, Erlia.,dkk. Menyatakan bahwa Periode estrus pada hewan
terjadi secara berulang dan membentuk suatu siklus yang disebut siklus
estrus. Siklus estrus merupakan salah satu aspek reproduksi yang
menggambarkan perubahan kandungan hormone reproduksi yang
disebabkan oleh aktivitas ovarium dibawah pengaruh hormone
gonadotrophin. Perubahan kandungan hormone reproduksi selanjutnya
menyebabkan perubahan struktur pada jaringan penyusun saluran
reproduksi.
Hasil pengamatan menyatakan bahwa kelompok 1 dengan
perbesaran 10x10 mendapatkan hasil pengamatan yaitu apusan vagina
mencit yang didapatkan adalah pada fase diestrus. Pada kelompok 2
dengan perbesaran yang sama mendapatkan hasil bahwa mencit berada
dalam fase estrus. Kelompok ketiga dengan perbesaran yang sama
mendapatkan hasil bahwa mencit berada dalam fase diestrus. Kelompok
keempat dengan perbesaran yang sama mendapatkan hasil bahwa masjid
berada pada fase metestrus Begitu juga dengan kelompok 5 yang dengan
perbesaran yang sama mendapatkan hasil yang sama tetapi dengan mencit
yang berbeda. Kelompok ke-6 dengan perbesaran yang sama pula
mendapatkan hasil bahwa masjid tersebut dalam keadaan atau fase estrus.
Kelompok 1 dan kelompok 3 mendapatkan bahwa apusan vagina pada
mencit berada pada fase diestrus karena pada preparat hasil pengamatan
yang diambil dari apusan vagina mencit tersebut terdapat sel epitel berinti,
leukosit, sel menanduk, dan lendir. Kelompok 2 dan kelompok 6
mendapatkan hasil bahwa mencit berada pada fase estrus karena pada
preparat yang diamati yang diambil dari mencit hanya terdapat sel
menanduk saja. Sedangkan pada kelompok 4 dan 5 didapatkan hasil
bahwa mencit berada pada fase metestrus yang ditandai dengan adanya
sel menanduk dan leukosit pada preparat yang diamati. Dari data-data di
atas dapat diketahui bahwa bawa mencit atau Mus musculus yang
digunakan sudah melewati fase proestrus dan rata-rata sudah memasuki
fase estrus di mana pada fase ini terjadi di puncak birahi pada hewan
betina tersebut, fase metestrus dimana Fase ini terjadi setelah fase estrus
lalu ada fase diestrus dimana pada fase ini tidak adanya kebuntingan dan
tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan menjadi tenang.
2. Deayu Mitha Lailatul Medinah
Merujuk pada buku Champbell dan gilbert,Adnan dkk menyatakan
bahwa satu siklus birahi terbagi menjadi 4 fase yaitu : proestrus, estrus,
metetrus, dan diestrus. Pada fase proestrus ovarium terjadi pertumbuhan
folikel dengan cepat menjadi folikel pertumbuhan tua atau disebut juga
dengan folikel de Graaf. Pada tahap ini hormon estrogen sudah mulai
banyak dan hormon FSH dan LH siap terbentuk. Pada apusan vaginanya
akan terlihat sel-sel epitel yang sudah tidak berinti (sel cornified) dan
tidak ada lagi leukosit. Sel cornified ini terbentuk akibat adanya
pembelahan sel epitel berinti secara mitosis dengan sangat cepat sehingga
inti pada sel yang baru belum terbentuk sempuna bahkan belum terbentuk
inti dan sel-sel baru ini berada di atas sel epitel yang membelah, sel-sel
baru ini disebut juga sel cornified (sel yang menanduk). Sel-sel cornified
ini berperan penting pada saat kopulasi karena sel-sel ini membuat vagina
pada mencit betina tahan terhadap gesekan penis pada saat kopulasi.
Perilaku mencit betina pada tahap ini sudah mulai gelisah namun
keinginan untuk kopulasi belum terlalu besar. Fase ini terjadi selama 12
jam. Setelah fase ini berakhir fase selanjutnya adalah fase estrus dan
begitu selanjutnya fase akan berulang. Pada fase estrus yang dalam bahasa
latin disebut oestrus yang berarti “kegilaan” atau “gairah” (Campbell et al,
2004), hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan gonadotropin-releasing
hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin pada
mencit, gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi
follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi (Gilbert,
2006). Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan
kandungan luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat
dipastikan mencit akan mengalami kehamilan.
Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih
aktif, dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian
kepada mencit jantan. Fase estrus merupakan periode ketika betina
reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan
akan mendekati mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan
melakukan semacam panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang suara
30 kHz – 110kHz yang dilakukan sesering mungkin selama masa
pedekatan dengan mencit betina, sementara itu mencit betina
menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial
yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik
perhatian mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena
terdapat organ vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya
Pada tahap ini vagina pada mencit betinapun membengkak dan berwarna
merah. Tahap estrus pada mencit terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal
dimana folikel sudah matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan ukuran
uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi
selama 12 jam. Lalu tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya
berlangsung selama 18 jam. Jika pada tahap estrus tidak terjadi kopulasi
maka tahap tersebut akan berpindah pada tahap matesterus.
Pada tahap metestrus birahi pada mencit mulai berhenti,
aktivitasnya mulai tenang, dan mencit betina sudah tidak reseptif pada
jantan. Ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran yang paling kecil
karena uterus menciut. Pada ovarium korpus luteum dibentuk secara aktif,
terdapat sel-sel leukosit yang berfungsi untuk menghancurkan dan
memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam. Pada tahap ini
hormon yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron yang
dihasilkan oleh korpus leteum. Tahap selanjutnya adalah tahap diestrus,
tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari. Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel
primer yang belum tumbuh dan beberapa yang mengalami pertumbuhan
awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah estrogen meski
kandungannya sangat sedikit. Fase ini disebut pula fase istirahat karena
mencit betina sama sekali tidak tertarik pada mencit jantan. Pada apusan
vagina akan terlihat banyak sel epitel berinti dan sel leukosit. Pada uterus
terdapat banyak mukus, kelenjar menciut dan tidak aktif, ukuran uterus
kecil, dan terdapat banyak lendir.
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok, pada perbesaran (10x10)
di dapatkan fase yaitu fase metestrus dimana pada fase ini di tandai
dengan birahi pada mencit mulai berhenti, aktivitasnya mulai tenang, dan
mencit betina sudah tidak reseptif pada jantan. Ukuran uterus pada tahap
ini adalah ukuran yang paling kecil karena uterus menciut. Pada ovarium
korpus luteum dibentuk secara aktif, terdapat sel-sel leukosit yang
berfungsi untuk menghancurkan dan memakan sel telur tersebut. Fase ini
terjadi selama 6 jam. Pada tahap ini hormon yang terkandung paling
banyak adalah hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus leteum.
3. Elmiatun
Pada mencit, siklus estrus dibagi menjadi 4 tahapan yaitu
proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Siklus ini terus berlangsung
dalam jangka waktu 4 sampai 5 hari, kecuali terhambat oleh kehamilan
dan fase anestrus, yaitu fase dimana mencit betina tidak ingin kawin
ataupun dekat dengan mencit jantan. Fase anestrus sering juga disebut
dengan fase istirahat pada siklus estrus yang terdapat diantara fase
metestrus dan diestrus ( Byers et al,2012). Pada mencit, siklus
dikelompokkan menjadi dua kategori , yaitu periode ketika mencit betina
bersikap reseptif (proestrus dan estrus) dan non-reseptif (metestrus dan
diestrus) (de Jong et al,2014).
Ketika mencit betina pada masa proestrus (masa pertama), tipe sel
yang muncul adalah sel epitel berinti dan beberapa sel epitel yang sudah
terkornifikasi. Leukosit mungki dapat juga ditemukan pada fase ini, jika
mencit betina masih berada pada tahapan proestrus awal. Fase kedua
(Estrus), yakni periode penerimaan seksual pada hewan betina yang
ditemukan oleh tingkat sirkulasi estrogen, pada fase ini terjadi penurunan
tingkat FSH dalam darah dan peningkatan LH. Ketiga (Metestrus),
merupakan perpanjangan dari fase estrus, dimana fase ini di tandai dengan
terbentuknya corpora lutea dan proporsi sel leukosit yang jumlahnya
mendominasi dibandingkan dengan sel yang lain. Fase terakhir (Diestrus),
adalah fase dimana corpora lutea yang sebelumnya sudah terbentuk,
kemudian bekerja secara optimum, ditandai dengan adanya sel epitel
berinti, terdapat leukosit, sel menanduk, dan lendir (Byers et al,2012).
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 4 yang telah dilakukan,
diketahui bahwa fase yang sedang terjadi pada mencit (Mus musculus)
betina yang diamati adalah fase Metestrus. Dengan menggunakan
perbesaran 10x10 pada mikroskop, dapat diamati fase Metestrus
merupakan fase singkat ketika corpora lutea terbentuk, namun gagal
dalam proses lutenizing yang disebabkan oleh kekurangan hormon
progesteron. Lapisan rahim akan mulai menua dan terjadi pembentukan
sel epitel terkornifikasi dan keberadaan leukosit polimorfonuklear disekat
vagina yang muncul kembali akibat tidak terjadinya fertilisasi. Hasil
pengamatan kelompok 4 sama dengan kelompok 5. Sedangkan kelompok
1 dan 3 menemukan fase diestrus. Kemudian, kelompok 2 dengan 6
menemukan fase estrus.
4. Gusti Ayu Kartika Dewi
Merujuk Huda, Khaira., dkk dalam jurnal Eksakta, menyatakan
bahwa pada satu siklus berahi terbagi menjadi 4 fase, yaitu : proestrus,
estrus, metetrus dan diestrus. Proestrus adalah fase persiapan. Fase ini
biasanya pendek, gejala yang terlihat berupa perubahan-perubahan
tingkah laku dan perubahan alat kelamin bagian luar. Pada fase ini folikel
de Graaf tumbuh dibawah pengaruh FSH dan menghasilkan estrogen
dalam jumlah banyak. Pada fase ini, estradiol menyebabkan betina mulai
mau didekati jantan. Estrus adalah fase yang terpenting dalam siklus
berahi, karena dalam fase ini hewan betina memperlihatkan gejala yang
khusus untuk tiap-tiap jenis hewan dan dalam fase ini pula hewan betina
mau menerima pejantan untuk kopulasi. Ciri khas dari estrus adalah
terjadinya kopulasi Fase estrus dipengaruhi mekanisme hormonal yaitu
hubungan antara hormon-hormon hipotalamus-hipofisis (GnRH, LH,
FSH), hormon-hormon ovarial (estradiol dan progesteron) dan hormon
uterus (prostaglandin).
Metestrus adalah fase dalam siklus berahi yang terjadi segera
setelah estrus selesai. Pada fase ini, ovarium mengandung corpora lutea
dan folikel-folikel kecil. Fase ini ditandai dengan bertumbuhnya CL dan
selsel granulosa folikel dengan cepat yang dipengaruhi oleh LH dari
adenohiphofisa. Diestrus adalah fase dalam siklus berahi yang ditandai
dengan tidak adanya kebuntingan, tidak adanya aktivitas kelamin dan
hewan menjadi tenang. Dari periode permulaan diestrus, endometrium
masih mempelihatkan kegiatan, yaitu pertumbuhan kelenjar-kelenjar
endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok dan banyak
diantaranya yang berkelok hingga membentuk spiral. Siklus ini
dikendalikan oleh hormon-hormon reproduksi yang dihasilkan oleh
hipotalamus, hipofisis dan ovarium . Siklus reproduksi yang lain dan
identik dengan hewan mamalia primata juga terjadi pada hewan mamalia
nonprimata yang dikenal dengan siklus estrus. Siklus ini juga memiliki
empat fase yaitu : diestrus, proestrus, estrus dan metetrus (postestrus).
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok, pada berbesaran (10x10)
didapatkan hasil yaitu fase metestrus dimana pada fase ini ditandai
dengan adanya sel yang menanduk dan titik-titik kecil yang dise4but
leukosit. Pada fase ini Fase ini ditandai dengan bertumbuhnya CL dan sel-
sel granulosa folikel dengan cepat yang dipengaruhi oleh LH dari
adenohiphofisa. Fase ini berbeda dengan estrus dimana letak Bedanya
ialah bahwa meskipun gejala estrus masih dapat dilihat tetapi hewan
betina telah menolak pejantan untuk aktivitas kopulasi. Serviks telah
menutup, kelenjar-kelenjar serviks merubah sifat hasil sekresinya dari cair
menjadi kental. Lendir kental ini berfungsi sebagai sumbat lumen
serviks.sedangkkan pada kelompok 1 dan 3 mendapatkan fase diestrus ,
kelompok 2 dan 6 mendapatkan fase estrus.

F. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum apusan vagina ini adalah :
1. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui siklus reproduksi pada mencit
betina.
2. Terdapat 4 fase reproduksi pada mencit yaitu fase proestrus, estrus,
metetrus dan diestrus.
3. Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada mencit yang digunakan
dalam praktikum ini tidak ada yang berada dalam fase proestrus.
4. Fase diestrus ditandai dengan adanya sel epitel berinti, leukosit, sel
menanduk, dan lendir.
5. Fase estrus ditandai dengan adanya sel menanduk saja.
6. Fase metestrus yang ditandai dengan adanya sel menanduk dan leukosit.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2006. Reproduksi Dan Embriologi. Makasar :Biologi FMIPA.

Byers, S.L., Wiles, M.V., Dunn, S.L., Taft, R.A . 2012 . Mouse Estrous Cycle
Identification Tool and Images . Plos ONE. 7 (4).

Campbell Et Al.2004,Reproduksi Dan Perkembangan Hewan. Jakarta: Erlangga.


De Jong, T.R., Beiderbeck, D.I., Neumann, I.D . 2014 . Measuring Virgin Female
Aggression in the Female Intruder Test (FIT): Effects of Oxytocin,
Estrous Cycle, and Anxiety. PloS ONE (3).

Huda, Khaira., dkk. 2017. Pengaruh Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata


Nees.) Terhadap Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L. Swiss Webster).
Jurnal Eksakta. 18 (2) Hal 70.

Merujuk pada Sitasiwi, Agung Janika dan Siti Muflikhatun Mardiati. 2016. Efek
Antifertilitas Ekstrak Air dari Biji Carica papaya terhadap Keteraturan
Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi.
1(1).

Muljono,Ibertus Teguh. 2001. Presentasi jenis – jenis leukosit pada Tiap Fase
siklus Reproduksi Tikus putih (Rattussp). Bogor : Kedokteran hewan ITB.

Narulita, Erlia , dkk. 2017. Perubahan Kadar Estradiol Dan Histologi Yterus
Mencit (Mus Musculus) Betina Dengan Induksi Progesteron Sintetik.
Biosfera. 34 (3).

Novriyanti, Ernie , dkk . 2014. Pengaruh Ekstrak Biji Kapas (Gossypium hirsute
L.) Terhadap Reproduksi Mencit Betina (Mus musculus L., Swiss Webster)
Jurnal Sainstek. 6( 1).

Anda mungkin juga menyukai