Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum

STRUKTUR HEWAN
Judul Praktikum : Euthanasi, Pembedahan dan Pembuatan Sediaan Hewan

Kelas : Biologi B

Asisten : 1. Zuliyanto Zakaria, S.pd, M.Si

2. Bimarto Bora

Kelompok : 8 ( Delapan )

1. Usman Amali
2. Yulianti A.S Karim
3. Raihan Kurniawati Bata
4. Masna Ahaya
5. Mu’min Pakaya

Nilai Paraf

LABORATORIUM JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2013

1
PRAKTIKUM I

A. Judul : Euthanasi, Pembedahan dan Pembuatan Sediaan Hewan


B. Tujuan : Mahasiswa dapat mengetahui teknik Euthanasi, pembedahan, dan
pembuatan sediaan hewan
C. Dasar Teori
Proses Euthanasi merupakan proses pengorbanan yang mengusahakan
sekecil mungkin terjadinya kerusakan pada bagian tubuh hewan. Euthanasi dapat
dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu metode Inhalasi, metode non
Inhalasi dan metode fisik (Tim penyusun. 2013)
Tubuh hewan secara morfologi terdiri atas unit sel, dan masing-masing sel
dengan mengadakan kesatuan dengan adanya substansi antar sel. Di dalam tubuh
hewan sel-sel ini terdapat dalam kelompok yang secara struktural dan fungsional
berbeda dengan kelompok sel yang lain. Kelompok-kelompok sel-sel tersebut
dikenal dengan jaringan. Preparat awetan jaringan hewan adalah salah satu media
pembelajaran Biologi yang sangat efektif. Dengan latar belakang seperti di atas,
maka diharapkan kita dapat mengamati dan melihat preparat dengan
menggunakan metode paraffin dengan pewarnaan tunggal.
Struktur suatu organisme terdiri dari bagian yang lunak dan keras.
Perbedaan struktur inilah yang akan menentukan metode yang digunakan untuk
membuat preparat. Struktur yang lunak umumnya mengunakan metode parafin
(metode irisan). Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan
melakukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan
preparat jaringan hewan ataupun tumbuhan yang tipis. Bahan berupa organ atau
jaringan yang lunak dibuat keras terlebih dahulu sebelum diamati dengan
melewati beberapa tahapan. Sedangkan bahan yang strukturnya keras dilakukan
dengan metode yang berbeda dapat langsung diiris yang sebelumya difiksasi dan
dibekukan.
Banyak cara dalam pembuatan preparat hewan, diantaranya adalah dengan

2
metode parafin. Metoda ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua
macam jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini.
Kebaikan-kebaikan metoda ini adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari
pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku,
tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode paraffin tebal irisan
dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan
dengan mudah bila menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh lebih cepat
dibandingkan dengan metode seloidin. Namun metode paraffin juga memiliki
kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-
jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan.
Percobaan pembuatan preparat permanen dengan metode parafin
dilakukan dengan beberapa tahapan, diantaranya pembiusan (narcose),
pengumpulan (colleting / diseksi), fiksasi (fixation), aerasi, dehidrasi, penjernihan
(clearing), infiltrasi (infiltration), penanaman (embedding), penyayatan
(sectioning), afiksasi (affixing), pewarnaan (staining) dan penutupan (mounting).
Pembiusan (narcose) ialah proses yang khusus untuk preparat hewan
bertujuan untuk memudahkan pengambilan jaringan atau bagian jaringan pada
hewan. Pembiusan berguna untuk mengambil organ hewan dalam keadaan hidup
sehingga organ yang diambil tidak jauh dari keadaan ketika hidup. Hindari
pembiusan yang berlebihan sehingga hewan tersebut mati. Pembiusan tidak perlu
dilakukan jika yang akan diambil atau diamati adalah jaringan yang menyangkut
kelenjar-kelenjar (endokrinologi), karena mungkin akan berpengaruh terhadap
hormon-hormon yang terkandung di dalamnya (Anonim. 2012)

Pengumpulan (colleting/diseksi) merupakan proses pengambilan jaringan


atau bagian jaringan dari sumber alami baik berupa tumbuhan ataupun hewan
yang akan digunakan sebagai bahan dasar dalam mikroteknik. Ketebalan jaringan
yang diambil harus disesuaikan dengan larutan infiltrasi agar seluruh jaringan
keras sehingga hasil yang didapatkan bagus. Pada jaringan hewan setelah
dilakukan pengambilan diperlukan proses pencucian (washing). Pencucian agar
organ yang dipilih bersih (bebas dari darah atau kotoran seperti pada organ
3
pencernaan) dengan menggunakan larutan fisiologis agar tidak terjadi perubahan
struktur sel dan jaringan dari organ tersebut. (Budimarwanti C. 2011 )
Pencucian (washing) adalah suatu tahap yang membedakan metode
paraffin hewan dengan tumbuhan. Jaringan hewan lebih cepat mengalami
dehidrasi yang merusak jaringan, sehingga perlu secepat mungkin dimasukan ke
dalam larutan fisiologis sebagai fiksasi sementara. Pencucian pada pembuatan
preparat hewan menggunakan larutan garam fisiologis. Sedangkan tumbuhan
cukup menggunakan aquadest. Pencucian yang tidak baik akan mengakibatkan
organ tida transparan ketika proses clearing.
Fiksasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mempertahankan
kondisi jaringan. Tujuan dari fiksasi adalah untuk mempertahankan morfologi sel
seperti semula, untuk mencegah terjadinya otolisis, dan untuk mencegah
pertumbuhan bakteri atau jamus. Beberapa jenis bahan yang biasa digunakan
sebagai bahan penfiksasi suatu jaringan., yaitu formalin, alkohol, larutan carnoi,
larutan zenker, larutan helly, larutan bouin, larutan susa, omium, dan
glutaraldehyde.

D. Alat dan bahan


1. Alat
a. Gelas kimia
b. Alat bedah
c. Papan bedah
d. Pinset
e. Tisu
f. Jarum pentul
g. Kamera
2. Bahan
a. Kloroform
b. Dispo
c. Katak
d. hamster

4
E. Prosedur Kerja
1. Euthanasi pada Katak
KATAK

Membasahi tisu dengan larutan kloroform


dan meletakkannya pada gelas kimia

Meletakkan katak pada gelas kimia yang


berisi tisu hingga katak pingsan

Mengeluarkan katak dari gelas kimia dan


melakukan pembelahan

Meletakkan katak pada papan bedah

Menahan bagian tungkai dengan jarum


pentul

Menjepit bagian kulit perut dengan


menggunakan pinset

Membelah dengan hati-hati agar tidak ada


organ yang rusak

Menggambar struktur anatomi dan bagian-


bagiannya

5
2. Euthanasi pada Hamster
A. Metode Fisik (Dislokasi leher)

Metode fisik
(Dislokasi Leher)

Memegang daerah leher hamster


menggunakan ibu dan jari telunjuk

Menarik dengan cepat ekor disertai


dengan tekanan pada daerah leher hamster

B. Metode Non-Inhalasi (Injeksi)

Metode Non-Inhalasi
(Injeksi)

Menyiapkan agensia kimia tertentu yang akan


disuntikan pada pembuluh darah hamster

Menentukan letak pembeluh darah yang akan


disuntikan pada hamster

Melakukan penyuntikan pada bagian


pembuluh darah hamster, kemudian
melakukan pembedahan

Menggambarkan dan menentukan bagian-


bagian anatomi hamster

6
F. Hasil pengamatan
1. Katak

1
8
2

4
7
5

Gambar 1: Anatomi katak

Keterangan :

1. Esophagus
2. Jantung
3. Hati
4. Lambung
5. Usus besar
6. Kloaka
7. Ginjal
8. Pankreas

7
2. Hamster

2
1

7
5

Gambar 2: Anatomi Hamster

Keterangan :

1. Tulang rusuk
2. Tulang dada
3. Jantung
4. Hati
5. Usus besar
6. Usus halus
7. Testis
8. Kloaka

8
G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di atas ada beberapa metode yang dapat
digunakan dalam melakukan Euthanasi yang pada hewan perlakuan. Agar tidak
merusak organ dalam dari hewan yang akan kita amati maka pada katak metode
Euthanasi yang di gunakan yaitu dengan menggunakan metode inhalasi. Dimana
metode inhalasi ini yaitu kami menggunakan kloroform untuk membius katak
melalui saluran pernafasaanya, sehingga memudahkan kami dalam proses
pembedahan dan dapat menentukan organ organ dalamnya dengan mudah.
Adapun morfologi dan anatomi yang kami tentukan pada katak yaitu:
1. Morfologi
a. Mulut
b. Kepala
c. Celah hidung
d. Mata
e. Tungkai depan
f. Tungkai belakang
g. Kulit

2. Anotomi
a. Esophagus
b. Jantung
c. Hati
d. Lambung
e. Usus besar
f. Ginjal
g. Kloaka
h. Pankreas
Sedangkan pada hamster metode Euthanasi yang kami gunakan yaitu
dislokasi leher dan metode Non inhalasi (injeksi). Metode dislokasi leher di
9
lakukan dengan memegang dengan memegang di daerah leher Hamster
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Kemudian menarik ujung ekor Hamster
secara seketika di sertai dengan menekan bagian leher. Sedangkan pada metode
inhalasi (injeksi) yaitu dengan menyuntikan agensia kimia tertentu pada bagian
pembuluh darah Hamster. Menggunakan metode ini di gunakan agar hewan
perlakuan (Hamster) tidak terlalu merasakan sakit dan stres yang berlebihan
sehingga tidak akan merusak organ yang hendak kami amati. Selain itu
penggunaan metode ini memastikan hewan perlakuan (Hamster) mati secara
seketika tanpa merasakan penyiksaan dan memudahkan kita dalam melakukan
pembedahan.
Adapun morfologi dan anatomi yang kami amati sebagai berikut :
1. Morfologi
a. Kepala
b. Mata
c. Mulut, di dalam mulut terdapat gigi dan lidah
d. Hidung
e. Pada bagian kulit terdapat rambut
f. Tungkai depan
g. Tungkai belakang
h. Anus

2. Anatomi
a. Tulang rusuk
b. Tulang dada
c. Jantung
d. Hati
e. Usus besar
f. Usus halus
g. Testis
h. Kloaka

10
H. Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
Euthanasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya
Metode inhalasi, Metode Non Inhalasi (Injeksi), Metode Fisik. Penggunaan
metode dalam Euthanasi digunakan berdasarkan jenis dan tujuan pengamatan
yang akan dilakukan pada hewan perlakuan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Jaringan Dasar. 2012. (Online). Tersedia di http://www. teknik-


pembuatan-awetan.html (diakses pada tanggal 15 Oktober 2013)

Budimarwanti, C. Euthanasi. 2011. (Online). Tersedia di http://Biologipedia.pdf


(diakses pada tanggal 15 Oktober 2013)
Tim Teaching. 2013. Penuntun Praktikum Anatomi Hewan. Laboratorium
Biologi. Uiversitas Negeri Gorontalo.

12

Anda mungkin juga menyukai