Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan tentang anatomi dalam pendidikan kedokteran sangat berperan

penting, ahli anatomi menggunakan tubuh manusia sebagai media pengajaran, baik

dengan menunjukkan potongan spesimen yang ditentukan maupun dengan

pemotongan yang dilakukan oleh mahasiswa sendiri.1 Kadaver adalah jenazah atau

mayat manusia yang diawetkan untuk penelitian dan pembelajaran anatomis.2

Penggunaan kadaver sebagai media pembelajaran pratikum anatomi merupakan hal

yang paling penting dan mendasar dalam rangka mempelajari anatomi tubuh manusia.

Upaya dalam mendapatkan gambaran organ dan jaringan tubuh manusia seperti saat

mereka hidup, maka kadaver yang digunakan harus mampu mewakili keadaan yang

sebenarnya dan kondisi kadaver harus tetap terjaga dengan baik, tanpa banyak

penyusutan serta kerusakan secara makroskopik dan mikroskopik. 3,4

Organ tubuh memiliki kecepatan pembusukan yang berbeda-beda. Pembusukan

adalah keadaan dimana jaringan lunak tubuh mengalami penghancuran oleh proses

autolisis dan aktivitas mikroorganisme. Organ yang kaya dengan enzim akan

mengalami proses autolisis lebih cepat daripada organ yang tidak memiliki enzim.

Organ dalam yang cepat mengalami proses pembusukan yaitu otak, lien, lambung,

usus, renal, hepar, uterus gravid, uterus post partum, dan darah. Organ yang lambat

membusuk yaitu paru-paru, jantung, otot, dan diafragma. Sedangkan organ yang

paling lambat membusuk adalah kelenjar prostat dan uterus non gravid. 5,6

1
2

Otak manusia adalah organ yang sangat bergantung terhadap oksigen, otak

hanya dapat bertahan selama 5 menit tanpa adanya suplai oksigen. Pada awal proses

kematian, sistem yang pertama kali berhenti adalah sistem pernafasan. Terganggunya

sistem pernafasan mengakibatkan berkurangnya distribusi oksigen ke seluruh tubuh,

terutama ke otak yang dapat menyebabkan kematian otak. Bagian pertama dari otak

yang berhenti berfungsi ialah cortex cerebri, berhentinya fungsi cortex cerebri

berkisar 5-6 menit setelah kematian. Selanjutnya diikuti (mid-brain) dan yang

terakhir (brain stem).7,8

Seiring dengan berkembangnya zaman dan adanya kebutuhan untuk

mempertahankan keadaan kadaver agar tetap menyerupai keadaan sewaktu hidup

serta bertujuan dalam ilmu pengetahuan. Oleh karna itu diperlukan proses

pengawetan. Pengawetan kadaver merupakan suatu tindakan medis dengan

melakukan pemberian bahan kimia tertentu pada kadaver untuk menghambat

pembusukan serta menjaga penampilan luar kadaver supaya tetap mirip dengan

kondisi sewaktu hidup. Proses pengawetan kadaver yang digunakan saat ini selalu

menggunakan formaldehid. Teknik pengawetan yang dipilih harus sesuai agar zat

pengawet dapat masuk keseluruh jaringan tubuh. 7,8,9

Formaldehid merupakan senyawa kimia berbentuk gas atau larutan.

Formaldehid telah digunakan secara luas diseluruh dunia untuk proses pengawetan

kadaver selama bertahun-tahun. Zat ini dipilih karena kemampuannya sebagai bahan

fiksasi yang kuat, bagus, dan harganya yang terjangkau. Proses pengawetan yang

dilakukan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan terhadap kadaver, seperti tetap


3

mempertahankan kesegaran kadaver, tidak berbau busuk, lentur, tidak kaku, dan

mengurangi kerusakan secara makroskopis dan mikroskopis.9,10

Upaya menghasilkan kadaver yang awet sehingga dapat digunakan secara

maksimal dalam praktikum anatomi, maka diperlukan suatu proses pengawetan

dengan beberapa teknik, yaitu teknik vascular embalming, cavity embalming,

hypodermic embalming, dan surface embalming. Pada umunya teknik yang

digunakan adalah teknik vascular embalming dan/atau cavity embalming. Teknik

yang menjadi pilihan utama merupakan teknik vascular embalming, dikarenakan

proses pengerjaan yang cepat, aman dan menghasilkan distribusi zat yang merata.

Sedangkan bagian tubuh yang berada dalam rongga, seperti rongga dada, perut dan

pelvis, teknik cavity embalming dapat dilakukan. Karena alasan tersebut peneliti ingin

meneliti pengaruh dari teknik vascular dan cavity embalming pada organ otak tikus

putih (Rattus norvegicus). Otak dipilih sebagai organ yang diteliti dengan

pertimbangan bahwa otak merupakan organ paling sensitif terhadap kekurangan

oksigen dan zat toksik menyebabkan otak cepat mengalami pembusukan, sedangkan

penggunaan hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) karena metabolisme hewan

coba tersebut tidak jauh berbeda dengan manusia. Sebelumnya peneliti belum

menemukan penelitian mengenai topik ini, maka dari itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang pengaruh teknik pengawetan terhadap struktur organ

yang berfokus pada organ otak.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, didapatkan rumusan masalah yaitu bagaimanakah

pengaruh teknik pengawetan terhadap struktur organ otak tikus putih (Rattus

norvegicus) galur wistar menggunakan larutan formalin 37%.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh teknik pengawetan

terhadap struktur organ otak tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar

menggunakan larutan formalin 37%.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran makroskopis teknik pengawetan terhadap

struktur organ otak tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar.

2. Untuk mengetahui gambaran mikroskopik teknik pengawetan terhadap

struktur organ otak tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Peneliti

Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang gambaran

makroskopik dan mikroskopik struktur organ otak yang telah diawetkan.

2. Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam cara teknik

pengawetan organ.
5

3. Peneliti lain

Penelitian diharapkan dapat menjadi referensi penelitian di bidang ilmu

Anatomi.

Anda mungkin juga menyukai