Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK HEWAN

ACARA PRAKTIKUM KE-III

ISOLASI ORGAN DAN JARINGAN HEWAN

Nama : Muhammad Ilham Jasir


NIM : 24020118120028
Kelompok : 4
Hari, tanggal : Jumat, 25 September 2020
Asisten : Retno Winarti

LABORATORIUM BIOLOGI STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
ACARA III
ISOLASI ORGAN DAN JARINGAN HEWAN

I. TUJUAN

1.1 Mampu membius dan membedah hewan serta mengisolasi darah, hepar,
usus, ren, testes/ovarium
II. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tikus putih


Tikus putih merupakan hewan percobaan yang sering
digunakan pada penelitian biomedis, pengujian, dan pendidikan. Hal
ini dikarenakan hewan pengerat ini memiliki kelebihan sebagai model
yang mencerminkan karakter fungsional dari sistem tubuh
mamalia.Tikus putih ini memiliki banyak keunggulan seperti
perkembangbiakan yang cepat, ukuran yang lebih besar dari mencit,
dan mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak. Selain itu tikus
tergolong hewan yang tidak dapat muntah. Hal tersebut dikarenakan
struktur anatomi tikus yang tidak lazim. Organ esofagusnya bermuara
ke dalam lambung dan tidak mempunyai kantong empedu.Disamping
itu, tikus putih populer sebagai salah satu hewan eksperimental dalam
studi fungsi reproduksi karena siklus reproduksinya yang lebih singkat.
Ini pula yang membedakan tikus dengan hewan percobaan lain.
Kelebihan lainnya sebagai hewan laboratorium adalah sangat mudah
ditangani, dapat ditinggal sendirian dalam kandang, dan berukuran
cukup besar sehingga memudahkan pengamatan (Saxena, 2010).
Tikus putih (Rattus norvegicus) atau biasa dikenal dengan
nama lain Norway Rat berasal dari wilayah Cina dan menyebar ke
Eropa bagian barat. Pada wilayah Asia Tenggara, tikus ini
berkembangbiak di Filipina, Indonesia, Laos, Malaysia, dan Singapura.
Tikus digolongkan ke dalam Ordo Rodentia (hewan pengerat), Famili
Muridae dari kelompok mamalia (hewan menyusui). Tikus
putihmerupakan strain albino dari Rattus norvegicus. Tikus memiliki
beberapa galur yang merupakan hasil pembiakkan sesama jenis atau 15
persilangan (Muthuviveganandavel et.al, 2011).
3.2 Isolasi organ hewan
organ terbentuk dari kumpulan berberapa macam jaringan
yang bekerja untuk menjalakan suatu fungsi di dalam tubuh .
berberapa macam organ akan bekerja sama dalam menjalankan
fungsinya dan di sebut sisitem organ , kesatuan sistem orgam tersebut
selanjutnya membentuk sebuah organisme utuh .Organ hewan secara
umum mencakup jantung, paru-paru, otak, mata, lambung, limpa,
pankreas, ginjal, hati, usus, kulit, uterus, saluran urin, tulang, dll (Popa
et.al, 2017).
isolasi merupakan salah satu dari beberapa tindakan yang dapat
diambil untuk menerapkan pengendalian infeksi: pencegahan
menyebarnya penyakit menular dari satu pasien ke pasien lain, petugas
kesehatan, dan pengunjung, atau dari luar ke pasien yang dirawat
(isolasi terbalik). Ada berbagai bentuk isolasi, misalnya dengan
mengubah prosedur kontak dengan pasien atau dengan menjauhkan
pasien dengan semua orang. Isolasi sering kali diterapkan kepada
pasien yang diketahui menderita penyakit menular. Peralatan khusus
digunakan untuk merawat pasien yang diisolasi, misalnya alat
pelindung diri (pakaian tertentu, masker, sarung tangan), pengendalian
teknis (ruang tekanan positif, ruang tekanan negatif, peralatan aliran
udara laminar, dan berbagai hambatan mekanis dan struktural). Ruang
isolasi khusus dapat dibangun di rumah sakit, atau dapat pula
membangun unit isolasi sementara di tengah keadaan darurat epidemi
(Gilbert et.al, 2017).
3.3 Isolasi jaringan hewan
Jaringan (tissue) adalah kumpulan sel-sel dengan fungsi dan
struktur yang sama. Suatu jaringan disatukan oleh matriks ekstraseluler
lengket yang melapisi sel-sel itu atau menenun mereka bersama-sama
menjadi suatu anyaman serat. Jaringan Hewan merupakan jaringan
yang terdiri atas sekumpulan sel-sel hewan yang memiliki fungsi, asal,
struktur yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus
memungkinkan sel-sel hewan memiliki fungsi yang spesifik seperti
otot jantung yang bercabang menghubungkan ke sel jantung lainnya.
Percabangan tersebut membantu kontraksi sel-sel dalam satu
koordinasi (Pereira et.al, 2011)).
Isolasi Jaringan ini merupakan salah satu inovasi teknologi.
Penerapan inovasi teknologi merupakan salah satu kunci utama dalam
pemanfaatan sumberdaya petani yang terbatas sesuai kondisinya
masing-masing. Dengan penerapan inovasi teknologiyang tepat
diharapkan dapat dicapai peningkatan produksi, produktivitas,
peningkatan efisiensi dan mutu produk. Isolasi DNA dapat dilakukan
melalui tahapan-tahapan antara lain: preparasi ekstrak sel, pemurnian
DNA dari ekstraks sel dan presipitasi DNA. Meskipun isolasi DNA
dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi pada setiap jenis
atau bagian tanaman dapat memberikan hasil yang berbeda, hal ini
dikarenakan adanya senyawa polifenol dan polisakarida dalam
konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pemurnian DNA (Annisa,
2012).
III. METODE

3.1 Alat

1. Alat tulis

2. Laptop

3. Aplikasi Microsoft Teams

4. Buku panduan praktikum

5. Handphone

3.2 Bahan

1. Video

2. PowerPoint Materi Praktikum

3.3 Cara Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan.

2. Dosen dan asisten menjelaskan materi secara daring melalui aplikasi

Microsoft Teams.

3. Asisten memberikan video.

4. Penulisan laporan.
IV. HASIL

4.1 Cara Isolasi Jaringan dan Organ

4.1.1 Alat

1. Botol jam

2. Dissecting set

3. Kertas minyak

4. Bak parafin/steroform

5. Kapas

6. Stoples

7. Jarum pentul

8. Cutter

4.1.2 Bahan

1. Tikus

2. Kloroform

3. Larutan fiksatif BNF 10%

4.1.3 Cara Kerja

1. Hewan yang akan diisolasi jaringan (darah) ataupun organ organ

dalamnya (hepar, intestinum, ren, testes, ovarium), harus dibius

terlebih dahulu.
2. Pembiusan dapat dilakukan dengan menggunakan kloroform

hingga hewan pingsan.

3. Hewan yang sudah terbius diletakkan pada bak parafin untuk

dilakukan pembedahan dan pengambilan sampel.

4. Keseluruhan proses tersebut harus dilakukan dengan cepat dan

tepat, sampel yang didapat sesegera mungkin difiksasi. Jika

organ tercampur dengan kotoran ataupun darah, maka terlebih

dahulu dicuci dengan larutan garam fisiologis kemudian

difiksasi.
V. PEMBAHASAN

Praktikum Mikroteknik Hewan Acara III yang berjudul “Isolasi Organ


dan Jaringan Hewan dilaksanakan pada tanggal 25 September 2020 melalui
mekanisme teleconference pada aplikasi Microsoft teams. Tujuan dari acara
ini yaitu mampu membius dan membedah hewan serta mengisolasi darah,
hepar, usus, ren, testes/ovarium. Alat dan bahan yang digunakan antara lain
alat tulis, laptop, buku penuntun praktikum, aplikasi Microsoft Teams, dan
video cara pembedahan hewan. Cara kerjanya alat dan bahan disiapkan.
Aplikasi Microsoft Teams dibuka dan memulai meeting. Dosen memaparkan
materi praktikum bersama asisten. Asisten memberikan video cara kerja alat,
dan pembuatan laporan..

Isolasi jaringan/organ merupakan teknik pengambilan jaringan/organ


makhluk hidup yang kemudian akan digunakan sebagai bahan penelitan.
Langkah awal untuk mengisolasi adalah perlu dilakukannya anastesi yang
bertujuan untuk menghilangkan kesadaran spesimen. Anastesi biasanya
dilakukan menggunakan eter/kloroform yang dituangkan pada kapas,
kemudian diletakkan pada organ pernapasan spesimen. Setelah dipastikan
bahwa spesimen hilang kesadaran sepenuhnya, maka dapat dilakukan
pembedahan serta pengambilan jaringan/organ yang diperlukan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Suprianto (2014) bahwa histoteknik adalah proses
pembuatan sediaan histologi dari spesimen tertentu melalui rangkaian proses
tahapan sehingga menjadi sediaan yang dapat diamati dan dianalisis
menggunakan mikroskop. Spesimen dapat diperoleh dari manusia maupun
hewan. Terdapat beberapa proses tahapan yang dibutuhkan dalam pembuatan
sediaan histologi, antara lain isolasi jaringan, fiksasi, dehidrasi, penjernihan
(clearing), infiltrasi parafin (impregnasi-embedding), penanaman (blocking),
pemotongan (cutting), dan perekatan, pewarnaan (staining) dan pembacaan
sediaan. Isolasi organ jaringan adalah metode untuk mengambil jaringan
sebagai bahan penelitian yang diinginkan. Isolasi jaringan dapat dilakukan
dengan cara anestesi. Anestesi yang umum digunakan adalah anastesi inhalasi
yang memiliki efek kuat untuk menghilangkan kesadaran dari hewan coba
dan lebih aman terutama untuk prosedur pembedahan serta dapat dilakukan
dengan proses yang cepat. Bahan umum yang digunakan untuk anestesi
adalah ether. Ether merupakan cairan yang tidak berwarna, berbau tajam,
memiliki titik didih 35˚C dan mudah terbakar, memiliki sifat analgesik dan
anastetik. Selama anastesi, ether meningkatkan produksi katekolamin oleh
kelenjar adrenal sehingga denyut jantung meningkat. Cara untuk melakukan
anastesi cukup mudah yaitu dengan memasukan kapas yang telah diberi ether
dan hewan percobaan ke dalam kotak yang tertutup. Tunggu beberapa menit
hewan coba dikeluarkan dari kotak tersebut dan tekan bagian pergelangan
tangannya. Jika hewan coba masih merespon dengan gerakan, berarti hewan
coba masih dalam keadaan sadar. Setelah dipastikan hewan coba tidak sadar,
maka dapat dilakukan pembedahan dan pengambilan organ jaringan yang
diinginkan untuk penelitia

Alat yang digunakan saat isolasi jaringan dan organ dari tikus putih
yaitu cutter berfungsi untuk membedah tikus. Jarum pentul berfungsi untuk
menarik badan tikus yang sudah dibedah agar organnya terlihat dengan jelas,
bak paraffin berfungsi untuk menaruh tikus atau tempat untuk
berlangsungnya pembedahan tikus, dissecting set berfungsi sebagai alat-alat
yang digunakan untuk membedah, dan botol jam yang digunakan untuk
menaruh organ yang sudah diambil. Hal ini diperkuat oleh Andreas (2015),
yang menyatakan bahwa dissecting set merupakan satu set alat yang
digunakan untuk proses pembedahan, cutter digunakan untuk membedah
badan tikus, jarum pentul untuk menarik badan dari tikus agar organnya
terlihat, bak paraffin atau sterofom digunakan untuk meletakkan tikus saat
pembedahan. Bahan yang digunakan yaitu sampel tikus, kloroform digunakan
untuk membius tikus, kapas digunakan untuk menyumbat atau membersihkan
apabila darah keluar saat proses pembedahan, larutan fiksasi bnf 10%
berfungsi untuk menjaga organnya tetap pada kondisi baik, dan garam
fisiologi digunakan untuk mencuci darah atau kotoran. Hal ini diperkuat oleh
Aisyatussofi dan Abdulghani (2013), yang menyatakan bahwa bahan yang
digunakan dalam proses pembedahan yaitu tikus merupakan sampel dari
pembedahan, tikus diberi kloroform yang berfungsi untuk membius tikus
sebelum dilakukan embedahan, jika tikus mengeluarkan darah bisa gunakan
kapas untuk menyumbat agar darah tidak keluar secara terus-menerus,
kemudian diberi garam fisiologis yang berfungsi untuk mencuci atau
membersihkan darah ataupun kotoran sebelum dimasukkan ke larutan bnf
10%, dan larutan bnf 10% digunakan untuk menjaga sel dan komponen-
komponennya.

Cara kerja dalam isolasi organ yaitu hewan yang akan di isolasi organ
organ dalamnya, harus dibius terlebih dahulu. Pembiusan dapat dilakukan
dengan menggunakan kloroform hingga hewan pingsan. Hewan yang sudah
terbius diletakkan pada bak parafin untuk dilakukan pembedahan dan
pengambilan sampel. Keseluruhan proses tersebut harus dilakukan dengan
cepat dan tepat setrusnya sampel yang di dapat sesegera mungkin difiksasi.
Jika organ tercampur dengan kotoran ataupun darah, maka terlebih dahulu
dicuci dengan larutan garam fisiologis kemudian difiksasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bancroft (2010), bahwa cara kerja dalam isolasi organ
adalah dengan cara sebagai berikut matikan hewan dengan cara pembiusan
overdosis dengan khloroform. Fiksasi hewan dengan memakukannya pada
bak parafin. Sayat dinding thorax dan abdomen, isolasi organ yang akan
dibuat preparat. Jika diperlukan cuci organ dalam larutan garam fisiologis.
Masukan organ yang telah dicuci dengan garam fisiologis ke dalam larutan
fiksatif Bouin selama sekitar 1 jam, bila diperlukan injeksi organ dengan
larutan fiksatif terlebih dahulu. Ambil organ, potong lagi menjadi lebih kecil
(sekitar 0,5 cm), masukkan lagi ke dalam larutan Bouin selama 5-24 jam.
Ambil organ, bilas dengan alkohol 70 % sampai warna pada larutan hilang
atau lakukan dehidrasi dan penjernihan dengan cara memasukkan
potongan jaringan ke dalam alkohol bertingkat dan toluol dengan konsentrasi
sebagai berikut alkohol 70 % selama 15 menit selanjutnya adalah alkohol 80
% selama 2 x 30 menit lalu alkohol 90 % selama 2 x 30 menit lalu alkohol
96 % selama 3 x 15 menit lalu alkohol absolut selama 1 jam terakhir baru
menggunakan toluol selama 1 jam. Menurut Jamie (2010), bahwa cara isolasi
organ ginjal dan hati adalah sebagai berikut bius terlebih dahulu mencit yang
akan di ambil bagian ginjal dan hatinya menggunakan kloroform. Selanjutnya
adalah lakukan fiksasi dengan menggunakan larutan BNF 100%. Bahan
pengawet yang rutin digunakan dalam proses fiksasi adalah larutan Buffer
Neutral Formalin (BNF) 10% merupakan cairan fiksatif untuk mengawetkan
jaringan pada pemeriksaan histopatologi rutin. Alasan pemilihan cairan ini
karena penggunaannya lebih mudah dan dapat digunakan untuk mengawetkan
jaringan dalam kurun waktu yang cukup lama.

Cara kerja dalam isolasi jaringan adalah sebagai berikut hewan yang
akan di isolasi jaringan bagian dalamnya, harus dibius terlebih dahulu.
Pembiusan dapat dilakukan dengan menggunakan kloroform hingga hewan
pingsan. Hewan yang sudah terbius diletakkan pada bak parafin untuk
dilakukan pembedahan dan pengambilan sampel. Keseluruhan proses tersebut
harus dilakukan dengan cepat dan tepat setrusnya sampel yang di dapat
sesegera mungkin difiksasi. Jika organ tercampur dengan kotoran ataupun
darah, maka terlebih dahulu dicuci dengan larutan garam fisiologis kemudian
difiksasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kroemer (2015), bahwa pembuatan
sediaan dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi.
Jaringan yang diambil kemudian diproses dengan fiksatif yang akan menjaga
agar sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau rusak).
Fiksatif yang paling umum digunakan adalah formalin (10% formaldehida
yang dilarutkan dalam air). Larutan Bouin juga dapat digunakan sebagai
fiksatif alternatif meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena akan
meninggalkan bekas warna kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang
tidak terdapat pada jaringan asli, namun tampak pada hasil akhir sediaan.
Artefak ini terbentuk karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan. Sampel
jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairan etanol (alkohol)
bertingkat untuk menghilangkan air dalam jaringan (dehidrasi). Selanjutnya
sampel dipindahkan ke dalam toluena untuk menghilangkan alkohol
(dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan adalah memasukkan
sampel jaringan ke dalam parafin panas yang menginfiltrasi jaringan. Selama
proses yang berlangsung selama 12-16 jam ini, jaringan yang awalnya lembek
akan menjadi keras sehingga lebih mudah dipotong menggunakan mikrotom.
Pemotongan dengan mikrotom ini akan menghasilkan lapisan dengan
ketebalan 5 mikrometer. Lapisan ini kemudian diletakkan di atas kaca objek
untuk diwarnai. Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5
mikrometer akan terlihat transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna
yang biasa digunakan adalah hematoxylin dan eosin. Hematoxylin akan
memberi warna biru pada nukelus, sementara eosin memberi warna merah
muda pada sitoplasma. Masih terdapat berbagai zat warna lain yang biasa
digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati.
Ilmu yang mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia. Menurut
Juliati (2017), bahwa ketika fiksasi dilakukan lebih lama, akan terjadi ikatan
silang yang bersifat ireversibel sehingga cairan fiksasi tidak dapat lepas dari
jaringan sehingga terjadilah pengerasan jaringan. Jika waktu fiksasi yang
dilakukan lebih dari waktu yang disarankan, maka nantinya dapat
memberikan dampak yang buruk terhadap pemotongan organ.
VI. KESIMPULAN

Pembedahan hewan yang akan diisolasi jaringan ataupun organ


organ dalamnya, harus dibius terlebih dahulu. Pembiusan dapat dilakukan
dengan menggunakan kloroform hingga hewan pingsan. Hewan yang
sudah terbius diletakkan pada bak parafin untuk dilakukan pembedahan
dan pengambilan sampel. Keseluruhan proses tersebut harus dilakukan
dengan cepat dan tepat setrusnya sampel yang di dapat sesegera mungkin
difiksasi. Jika organ tercampur dengan kotoran ataupun darah, maka
terlebih dahulu dicuci dengan larutan garam fisiologis kemudian difiksasi.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyatussofi, N dan Abdulghani, N. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Ikan


Gabus (Channia striata) pada Struktur Histologi Pankreas dan Kadar
Glukosa Darah Mencit (Mus musculus) Hiperglikemik. J. Sains dan
Seni Pomits 2(1): 2337-3520.
Andreas, H., Trianto, H. F dan M. I. Ilmiawan. 2015. Gambaran Histologi
Regenerasi Hati Pasca Penghentian Pajanan Monosodium Glutamat
pada Tikus Wistar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura, Pontianak.
Annisa Utami, dkk. 2012. Variasi Metode Isolasi Dna Daun Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Biokimia FMIPA IPB Departemen 2
Pusat Studi Biofarmaka IPB: C206.
Bancroft JD dan Gamble M. 2010. Theory and Practice of Histological
Techniques: Immunohistochemical Techniques. United State: Churchill
Livingstone Elsevier p.433-53.
Gilbert, M.T.P.; Haselkorn, T.; Bunce, M.; Sanchez, J.J.; Lucas, S.B.; Jewell,
L.D.; van Marck, E.; Worobey, M. The isolation of nucleic acids from
fixed, paraffin-embedded tissues which methods are useful when PLoS
One 2017, 2, doi:10.1371/journal.pone.0000537.
Jamie M, Kumar, George L, Kiernan, John A. 2010. Education Guide : Special
Stains and H&E Second Edition. California, US : Dako North America.
Juliati. 2017. Gambaran Mikroskopis Ca Mammae Yang Difiksasi Dengan BNF
10% Dan Alkohol 70%Pada Pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Skripsi.
Kroemer, G. 2015. Classification of cell death: recommendations of the
nomenclature committee on cell death. Cell Death Differ. 12: 1463–
1467.
Muthuviveganandavel, V. P. Muthuraman, S. Muthu and K. Srikumar. 2011.
Individual And Combined Biochemical And Histological Effect Of
Cypermethrin And Carbendazim In Male Albino Rats. Journal of
Applied Pharmaceutical Science 01 (9): 121 - 129
Pereira, J.; Chaves, R.; Leitão, A.; Matias, D.; Guedes-Pinto, H. Genetic analysis
of two Portuguese populations of Ruditapes decussatus by RAPD
profiling. Helgol. Mar. Res. 2011, 65, 361–367.
Popa, O.P.; Murariu, D.; Popa, L.O. Comparison of four DNA extraction methods
from invasive freshwater bivalve species (Mollusca: Bivalvia) in
Romanian fauna. Travaux du Muséum National d’Histoire Naturelle
Grigore Antipa 2017, 6, 527–536.
Saxena, P. 2010. Cypermethrin Induced Biochemical Alterations in the Blood of
Albino Rats. Jordan Journal of Biological Sciences 3 (3): 111 – 114
Suprianto, A. 2014. Perbandingan Efek Fiksasi Formalin Metode Intravital
Dengan Metode Konvesional Pada Kualitas Gambaran Histologis
Hepar Tikus. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Pontianak.
HALAMAN PENGESAHAN

Lumajang, 25 September 2020

Mengetahui

Asisten Praktikan

ACC

Retno Winarti Muhammad Ilham Jasir


24020117130092 24020118120028

Anda mungkin juga menyukai