MIKROTEKNIK HEWAN
I. TUJUAN
1.1 Mampu membius dan membedah hewan serta mengisolasi darah, hepar,
usus, ren, testes/ovarium
II. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Alat
1. Alat tulis
2. Laptop
5. Handphone
3.2 Bahan
1. Video
Microsoft Teams.
4. Penulisan laporan.
IV. HASIL
4.1.1 Alat
1. Botol jam
2. Dissecting set
3. Kertas minyak
4. Bak parafin/steroform
5. Kapas
6. Stoples
7. Jarum pentul
8. Cutter
4.1.2 Bahan
1. Tikus
2. Kloroform
terlebih dahulu.
2. Pembiusan dapat dilakukan dengan menggunakan kloroform
difiksasi.
V. PEMBAHASAN
Alat yang digunakan saat isolasi jaringan dan organ dari tikus putih
yaitu cutter berfungsi untuk membedah tikus. Jarum pentul berfungsi untuk
menarik badan tikus yang sudah dibedah agar organnya terlihat dengan jelas,
bak paraffin berfungsi untuk menaruh tikus atau tempat untuk
berlangsungnya pembedahan tikus, dissecting set berfungsi sebagai alat-alat
yang digunakan untuk membedah, dan botol jam yang digunakan untuk
menaruh organ yang sudah diambil. Hal ini diperkuat oleh Andreas (2015),
yang menyatakan bahwa dissecting set merupakan satu set alat yang
digunakan untuk proses pembedahan, cutter digunakan untuk membedah
badan tikus, jarum pentul untuk menarik badan dari tikus agar organnya
terlihat, bak paraffin atau sterofom digunakan untuk meletakkan tikus saat
pembedahan. Bahan yang digunakan yaitu sampel tikus, kloroform digunakan
untuk membius tikus, kapas digunakan untuk menyumbat atau membersihkan
apabila darah keluar saat proses pembedahan, larutan fiksasi bnf 10%
berfungsi untuk menjaga organnya tetap pada kondisi baik, dan garam
fisiologi digunakan untuk mencuci darah atau kotoran. Hal ini diperkuat oleh
Aisyatussofi dan Abdulghani (2013), yang menyatakan bahwa bahan yang
digunakan dalam proses pembedahan yaitu tikus merupakan sampel dari
pembedahan, tikus diberi kloroform yang berfungsi untuk membius tikus
sebelum dilakukan embedahan, jika tikus mengeluarkan darah bisa gunakan
kapas untuk menyumbat agar darah tidak keluar secara terus-menerus,
kemudian diberi garam fisiologis yang berfungsi untuk mencuci atau
membersihkan darah ataupun kotoran sebelum dimasukkan ke larutan bnf
10%, dan larutan bnf 10% digunakan untuk menjaga sel dan komponen-
komponennya.
Cara kerja dalam isolasi organ yaitu hewan yang akan di isolasi organ
organ dalamnya, harus dibius terlebih dahulu. Pembiusan dapat dilakukan
dengan menggunakan kloroform hingga hewan pingsan. Hewan yang sudah
terbius diletakkan pada bak parafin untuk dilakukan pembedahan dan
pengambilan sampel. Keseluruhan proses tersebut harus dilakukan dengan
cepat dan tepat setrusnya sampel yang di dapat sesegera mungkin difiksasi.
Jika organ tercampur dengan kotoran ataupun darah, maka terlebih dahulu
dicuci dengan larutan garam fisiologis kemudian difiksasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bancroft (2010), bahwa cara kerja dalam isolasi organ
adalah dengan cara sebagai berikut matikan hewan dengan cara pembiusan
overdosis dengan khloroform. Fiksasi hewan dengan memakukannya pada
bak parafin. Sayat dinding thorax dan abdomen, isolasi organ yang akan
dibuat preparat. Jika diperlukan cuci organ dalam larutan garam fisiologis.
Masukan organ yang telah dicuci dengan garam fisiologis ke dalam larutan
fiksatif Bouin selama sekitar 1 jam, bila diperlukan injeksi organ dengan
larutan fiksatif terlebih dahulu. Ambil organ, potong lagi menjadi lebih kecil
(sekitar 0,5 cm), masukkan lagi ke dalam larutan Bouin selama 5-24 jam.
Ambil organ, bilas dengan alkohol 70 % sampai warna pada larutan hilang
atau lakukan dehidrasi dan penjernihan dengan cara memasukkan
potongan jaringan ke dalam alkohol bertingkat dan toluol dengan konsentrasi
sebagai berikut alkohol 70 % selama 15 menit selanjutnya adalah alkohol 80
% selama 2 x 30 menit lalu alkohol 90 % selama 2 x 30 menit lalu alkohol
96 % selama 3 x 15 menit lalu alkohol absolut selama 1 jam terakhir baru
menggunakan toluol selama 1 jam. Menurut Jamie (2010), bahwa cara isolasi
organ ginjal dan hati adalah sebagai berikut bius terlebih dahulu mencit yang
akan di ambil bagian ginjal dan hatinya menggunakan kloroform. Selanjutnya
adalah lakukan fiksasi dengan menggunakan larutan BNF 100%. Bahan
pengawet yang rutin digunakan dalam proses fiksasi adalah larutan Buffer
Neutral Formalin (BNF) 10% merupakan cairan fiksatif untuk mengawetkan
jaringan pada pemeriksaan histopatologi rutin. Alasan pemilihan cairan ini
karena penggunaannya lebih mudah dan dapat digunakan untuk mengawetkan
jaringan dalam kurun waktu yang cukup lama.
Cara kerja dalam isolasi jaringan adalah sebagai berikut hewan yang
akan di isolasi jaringan bagian dalamnya, harus dibius terlebih dahulu.
Pembiusan dapat dilakukan dengan menggunakan kloroform hingga hewan
pingsan. Hewan yang sudah terbius diletakkan pada bak parafin untuk
dilakukan pembedahan dan pengambilan sampel. Keseluruhan proses tersebut
harus dilakukan dengan cepat dan tepat setrusnya sampel yang di dapat
sesegera mungkin difiksasi. Jika organ tercampur dengan kotoran ataupun
darah, maka terlebih dahulu dicuci dengan larutan garam fisiologis kemudian
difiksasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kroemer (2015), bahwa pembuatan
sediaan dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi.
Jaringan yang diambil kemudian diproses dengan fiksatif yang akan menjaga
agar sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau rusak).
Fiksatif yang paling umum digunakan adalah formalin (10% formaldehida
yang dilarutkan dalam air). Larutan Bouin juga dapat digunakan sebagai
fiksatif alternatif meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena akan
meninggalkan bekas warna kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang
tidak terdapat pada jaringan asli, namun tampak pada hasil akhir sediaan.
Artefak ini terbentuk karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan. Sampel
jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairan etanol (alkohol)
bertingkat untuk menghilangkan air dalam jaringan (dehidrasi). Selanjutnya
sampel dipindahkan ke dalam toluena untuk menghilangkan alkohol
(dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan adalah memasukkan
sampel jaringan ke dalam parafin panas yang menginfiltrasi jaringan. Selama
proses yang berlangsung selama 12-16 jam ini, jaringan yang awalnya lembek
akan menjadi keras sehingga lebih mudah dipotong menggunakan mikrotom.
Pemotongan dengan mikrotom ini akan menghasilkan lapisan dengan
ketebalan 5 mikrometer. Lapisan ini kemudian diletakkan di atas kaca objek
untuk diwarnai. Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5
mikrometer akan terlihat transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna
yang biasa digunakan adalah hematoxylin dan eosin. Hematoxylin akan
memberi warna biru pada nukelus, sementara eosin memberi warna merah
muda pada sitoplasma. Masih terdapat berbagai zat warna lain yang biasa
digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati.
Ilmu yang mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia. Menurut
Juliati (2017), bahwa ketika fiksasi dilakukan lebih lama, akan terjadi ikatan
silang yang bersifat ireversibel sehingga cairan fiksasi tidak dapat lepas dari
jaringan sehingga terjadilah pengerasan jaringan. Jika waktu fiksasi yang
dilakukan lebih dari waktu yang disarankan, maka nantinya dapat
memberikan dampak yang buruk terhadap pemotongan organ.
VI. KESIMPULAN
Mengetahui
Asisten Praktikan
ACC