Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA REKOMBINAN

ACARA PRAKTIKUM KE : I
PENGENALAN ALAT, PENGGUNAAN MIKROPIPET,
DAN PELABELAN

Nama : Muhammad Ilham Jasir


NIM : 24020118120028
Kelompok :4
Hari, tanggal : Kamis, 10 September 2020
Asisten : Rizayu Winarsari

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
ACARA I
PENGENALAN ALAT, PENGGUNAAN MIKROPIPET,
DAN PELABELAN
I. Tujuan

I.1 Mampu mengetahui fungsi dan cara kerja dari penggunaan alat dalam Genetika

Rekombinan.

I.2 Mampu memahami cara menggunakan mikropipet dalam penelitian Genetika Rekombinan.

I.3 Mampu melakukan pelabelan secara benar.

II. Tinjauan Pustaka

II.1 Alat Laboratorium dalam Penelitian Genetika Rekombinan

Pengenalan alat- alat praktikum penting dilakukan guna untuk keselamatan kerja

dalam melakukan proses penelitian. Selain itu juga pengenalan alat praktikum bertujuan

agar mahasiswa mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat tersebut. Beberapa alat yang

umum digunakan dan harus dikenal serta diketahui cara penggunaannya antara lain PCR,

elektroforesis, nanodrop spektrofotometer, UV transluminator, shaker, mikropipet, hot

plate, stirrer, mortar and pastle, mikrosentrifuge, vortex dan lain sebagainya .Alat-alat

praktikum sangat dibutuhkan dalam proses penelitian ataupun praktikum terutama dalam

proses praktikum kimia banyak sekali alat-alat yang digunakan dan mempunyai fungsi

masing-masing didalam bidang keilmuan atau pun proses penelitian, tentu alat-alat ini

sangat dibutuhkan sekali alat-alat laboratorium juga dapat berbahasa jika terjadi kesalahan

dalam prosedur pemakaiannya maka diperlukan pengenalan alat-alat laboratorium agar

penggunaan alat tersebut dapat dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang baik dan

benar, sehingga kesalahan yang terjadi dapat diminimalisir sedikit mungkin. Hal ini penting
agar mendapatkan hasil penelitian yang baik dan benar, data-data yang tepat akan

meningkatkan kualitas penelitian seseorang (Hokayuruke, 2013).

Secara umum peralatan yang digunakan didalam laboratorium kimia dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu peralatan gelas, peralatan non gelas, dan peralatan mekanik/elektronik.

Peralatan laboratorium kimia sebagian besar terbuat dari gelas. Gelas dipilih sebagai bahan

pembuatan peralatan karena mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan. Sifat-sifat gelas

yang menguntungkan antara lain: tembus cahaya atau tembus pandang kaku (riqid), tidak

mudah bereaksi dengan bahan kimia, mempunyai titik didih tinggi sehingga tidak mudah

meleleh terutama pada masa pemanasan dibawah 100oC. Peralatan non gelas merupakan

peralatan yang biasanya digunakan dalam percobaan di laboratorium kimia. Peralatan non

gelas ini bukanlah merupakan peralatan utama, apabila tidak tersedia peralatan ini dapat

diusahakan peralatan lain yang dapat menggantikan fungsinya. Namun demikian peralatan

non gelas harus sedapat mungkin diusahakan keberadaannya agar percobaan dan kegiatan di

laboratorium kimia dapat berjalan dengan berjalan dengan lancar (Baharuddin, 2013).

II.2 Penggunaan Mikropipet dalam Penelitian Genetika Rekombinan

Mikropipet merupakan alat yang memungkinkan pengukuran volume secara akurat

dalam satuan μl. Mikropipet sangat peka, mahal, dan penting terutama dalam pengerjaan

DNA. Alat ini menggunakan pengisapan yang bisa mengatur berapa volume yang ingin

diambil. Prinsip awal pembuatan mikropipet ditemukan oleh Warren Gilson dan Henry

Lardy, Professor bidang biochemistry di University of Wisconsin-Madison. Pada awalnya,

mereka membuat sebuah mesin untuk mengukur berapa volume oksigen yang dibutuhkan

saat pertumbuhan suatu sel. Alat ini bekerja dengan menggerakkan piston untuk menjaga

tekanan udara konstan saat oksigen digunakan. Tiga hal terpenting yang diperhatikan saat
itu adalah, ukuran kecil piston, akurasi pengukuran dan pengaturan (University of

Wisconsin, 2013).

Mikropipet (micropipet) adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan

cairan dalam jumlah kecil secara akurat. Sehingga pada pemindahan cairan dengan volume

kecil kurang dari 1000 mikroliter, orang cenderung menggunakan mikropipet, biasa juga

disebut dengan pipet otomatis. Pipet otomatis ini mempunyai akuraritas dan presisi yang

lebih baik dari pada pipet gelas. Disamping itu setiap pipet dapat diset berapapun

volumenya selama dalam range volume pipet. Meskipun produk mikropipet telah dirancang

akurat dan presisi oleh pabriknya, alat tersebut tetap harus dikalibrasi jika digunakan untuk

laboratorium yang terakreditasi. Kalibrasi dilakukan untuk mengetahui nilai ketepatan dan

penyimpangan. Kalibrasi akan menjamin akurasi. Ada beberapa macam merek mikropipet

yang beredar dipasaran seperti Gilson, Pipetman, dll. Namun yang biasa dipakai di

laboratorium, seperti misalnya merk Gilson ada tertulis P20, P200 dan P1000 pada kepala

pipet (Ikmal, 2008).

II.3 Pentingnya Pelabelan pada Sampel Penelitian

Spesimen atau sampel yang telah diambil dari pasien akan diberi label barcode yang

merupakan identitas pasien untuk mencegah tertukar dengan spesimen atau sampel lain,

selanjutnya diproses sesuai dengan persyaratan masing-masing pemeriksaannya. Sampel

adalah spesimen yang telah melalui proses lanjutan dan siap untuk diperiksa. Hal-hal lain

yang harus diperhatikan selama penanganan sampel adalah suhu, cahaya, pelabelan,

pengemasan. Untuk sampel darah, misalnya, setelah diambil dari vena pasien, harus

didiamkan selama 30 menit sebelum diputar (disentrifugasi), dan dipisahkan serumnya.

Selanjutnya, serum diperiksa, cadangan disimpan atau untuk pemeriksaan khusus maka

serum dirujuk atau dikirim ke pusat rujukan. Setelah sampel dianggap layak periksa sesuai

dengan persyaratan, maka akan segera dilakukan pemeriksaan laboratorium. Selain strategi
pemeriksaan, pada proses pemeriksaan anti HIV perlu adanya jaminan kerahasiaan dari

pasien. Sesuai tujuan pemeriksaan, untuk menjaga kerahasiaan ini, dilakukan beberapa

metode pendekatan tes HIV yang diimplementasikan pada pengambilan dan pelabelan

spesimen yaitu dengan mandatory, voluntary confidential atau linked confidential dan

unlinked anonymous (Ratih, 2012).


III. Metode

III.1 Pengenalan Alat-Alat Laboratorium

III.1.1 Alat

1. Hp
2. Laptop
3. Alat tulis
III.1.2 Bahan

1. Mikropipet
2. Mikrosentrifuge
3. Vortex
4. Mortar dan Pestle
5. Nanodrop Spectrofotometer
6. PCR
7. Elektroforesis
8. UV Trasluminator
III.1.3 Cara Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan


2. Alat – alat dalam laboratorium yang digunakan dalam genetika rekombinan dicari
gambarnya melalui internet
3. Gambar alat kemudian dilampirkan pada laporan sementara dan diberi keterangan
meliputi bagian-bagian alat, prinsip kerja dan fungsi.
III.2 Penggunaan Mikropipet

III.2.1 Alat

1. Hp
2. Laptop
3. Alat tulis
III.2.2 Bahan

1. Mikropipet
2. Tip
3. Mikropipet tiruan
III.2.3 Cara Kerja
III.2.3.1 Gunakan Alat Pelindung Diri (APD), seperti Handscon, Masker, dan
baju lab.
III.2.3.2 Pasang pipet tips pada mikropipet yang anda gunakan, pastikan gunakan
yang sesuai (blue tip, yellow tip, white tip).
III.2.3.3 Tekan Plunger sampai pada posisi pemberhentian pertama (First Stop),
dan tahan menggunakan Ibu Jari.
III.2.3.4 Celupkan ujung pipet tip ke dalam cairan, pastikan posisinya berada di
tengah cairan, tidak terlalu ke atas, tidak terlalu ke dasar wadah.
III.2.3.5 Kemudian lepaskan tekanan pada ibu jari terhadap plunger secara
perlahan lahan sampai cairan masuk memenuhi pipet tip anda.
III.2.3.6 Angkat mikropipet anda sampai pipet tip terangkat dari cairan.
III.2.3.7 Arahkan ujung pipet tip ke dinding wadah penampungan cairan.
III.2.3.8 Sebaiknya miringkan wadah penampung agar cairan tidak langsung
menghantam dasar wadah, melainkan melalui dinding, dan posisi
mikropipet tetap tegak lurus.
III.2.3.9 Tekan kembali plunger perlahan lahan sampai semua cairan keluar dari
pipet tip sampai pemberhentian pertama (First Stop)
III.2.3.10 Setelah sampai pada pemberhentian pertama, dan masih ada sisa sedikit
cairan, maka lanjutkan menekan plunger sampai pada pemberhentian
kedua (Second stop), guna Second stop adalah untuk mengeluarkan
cairan yang tersisa sedikit di ujung pipet tips.
III.2.3.11 Setelah cairan berhasil dituang ke wadah penampung, maka bila pipet tip
sudah terkontaminasi, maka sebaiknya pipet tip dibuang ke wadah
penampungan limbah.
III.2.3.12 Tekan tuas yang berguna untuk melepaskan pipet tip secara langsung.
III.2.3.13 Pastikan arah pipet tip sudah menuju ke pembuangan limbah, kemudian
tekan tuasnya, dan pipet tip langsung masuk ke pembuangan limbah.
III.2.3.14 Kembalikan mikropipet ke posisi tegak lurus menggunakan pipet stand.
Jika tidak ada, maka letakkan di tempat yang bersih dan kering.
III.3 Pelabelan pada Microtube
III.3.1 Alat
1. Hp
2. Laptop
3. Alat tulis
III.3.2 Bahan
1. Microtube
III.3.3 Cara Kerja
III.3.3.1 Peganglah tabung mikro dengan benar
III.3.3.2 Pelabelan yang benar dilakukan di 2 tempat yaitu di tutup tabung dan di
sisi tabung
Menggunakan pena yang tidak hilang/luntur.
IV. Hasil Pengamatan

IV.1 Pengenalan Alat-Alat Laboratorium

NO GAMBAR REFFERENSI KETERANGAN


1 1. Rotor tempat untuk meletakkan tabung
2. Drive shaft merupakan sisi untuk
menopang rotor dan tersambung dengan
motor
3. Motor merupakan alat yang memiliki
kontrol untuk menyalakan rotor
Prinsip kerja mikrosentrifuge
memisahkan partikel yang terkandung
dalam suatu larutan menurut ukuran ,
bentuk kerapatan molekul, viskositas
dari medium serta kecepatan rotor

2 1. Mortar dan Pestle alat yang digunakan


untuk menghancurkan suatu bahan atau
sample untuk tujuan isolasi DNA, RNA,
atau protein. Prinsip kerjanya masukkan
bahan yang ingin ditumbuk kedalam
mortal lalu tumbuklah dengan pestle.
3 1. Nanodrop Spektrofotometer berfungsi
untuk pengukuran DNA secara
kuantitatif, dimana alat yang digunakan
untuk mengetahui nilai absorbansi dan
konsentrasi larutan.

4 1. Mesin Elektroforesis untuk pemisahan


komponen atau molekul bermuatan
berdasarkan perbedaan tingkat
migrasinya dalam sebuah medan listrik.
Prinsipnya, melibatkan fase stasioner
(gel agarose) dan fase gerak berupa
buffer Tris-acetate EDTA (TAE)
5 1. UV Transilluminators digunakan untuk
men-visual-kan DNA setelah di loading
atau running dalam DNA elektroforesis.
Prinsip kerja dari alat ini adalah sinar
UV yang dipancarkan akan
memendarkan Ethidium bromide (EtBr)
yang menempel pada DNA

6 1. Thermal Cycler adalah alat


laboratorium yang sangat umum
digunakan untuk melakukan aktivitas
memperbanyak segmen DNA melalui
Polymerase Chain Reaction (PCR).

7 1. Vortex untuk menghomogenkan


suspensi atau larutan dengan prinsip
aliran listrik yang menimbulkan getaran
sehingga dapat menghomogenkan
suspensi
8 1. Mikropipet berfungsi untuk

memindahkan cairan dalam jumlah

kecil secara akurat

IV.2 Penggunaan Mikropipet

NO GAMBAR REFFERENSI KETERANGAN


1 1. Tekan Plunger sampai pada posisi
pemberhentian pertama (First Stop) *,
dan tahan menggunakan Ibu Jari anda.
2. Celupkan ujung pipet tip ke dalam
cairan, pastikan posisinya berada di
tengah cairan, tidak terlalu ke atas, tidak
terlalu ke dasar wadah.
3. Kemudian lepaskan tekanan pada ibu
jari anda terhadapn plunger secara
perlahan lahan sampai cairan masuk
memenuhi pipet tip anda.
4. Angkat mikropipet anda sampai pipet
tip terangkat dari cairan.
5. Arahkan ujung pipet tip ke dinding
wadah penampungan cairan.
6. Sebaiknya miringkan wadah
penampung agar cairan tidak langsung
Dok. Pribadi (2020) menghantam dasar wadah, melainkan
melalui dinding, dan posisi mikropipet
tetap tegak lurus.
7. Tekan kembali plunger perlahan lahan
sampai semua cairan keluar dari pipet
tip sampai pemberhentian pertama
(First Stop)
8. Setelah anda sampai pada
pemberhentian pertama, dan masih ada
sisa sedikit cairan, maka lanjutkan
menekan plunger sampai pada
pemberhentian kedua (Second stop),
guna Second stop adalah untuk
mengeluarkan cairan yang tersisa
sedikit di ujung pipet tips.

(Dawan, 2019)

IV.3 Pelabelan pada Microtube

NO GAMBAR REFFERENSI KETERANGAN


2 1. Pelabelan di tutup tabung
2. Pelabelan di sisi tabung
3. penulisan dengan tinta yang tidak
mudah luntur
V. Pembahasan

Praktikum Genetika Rekombinan Acara I yang berjudul, “Pengenalan Alat, Penggunaan

Mikropipet, dan Pelabelan”. Praktikum ini telah dilaksanakan pada hari Kamis, 10 September

2020 pukul 07.30 WIB - selesai secara online via Microsoft Teams dan WhatsApp. Tujuan

praktikum agar mampu mengetahui fungsi dan cara kerja dari penggunaan alat dalam Genetika

Rekombinan, mampu memahami cara menggunakan mikropipet yang baik dan benar serta

mampu melakukan pelabelan secara benar.Adapun alat yang digunakan meliputi buku panduan

praktikum, alat tulis, laptop, Microsoft Teams, dan koneksi internet. Sedangkan bahan yang

digunakan meliputi mikropipet, microsentrifuge, vortex, mortar dan pestle, nanodrop

spektrofotometer, mesin elektroforesis, UV transilluminator, dan Thermal Cycler. Cara kerja

praktikum diawali dengan alat dan bahan disiapkan, Microsoft Teams dibuka, kegunaan masing-

masing alat laboratorium mikrobiologi dijelaskan oleh asisten, kemudian hasil pengamatan

dicatat.

V.1Alat Laboratorium dalam Penelitian Genetika Rekombinan

Alat laboratorium adalah suatu benda yang digunakan dalam melakukan kegiatan

ilmiah di laboratorium. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad (2013), alat laboratorium

adalah suatu benda yang digunakan untuk membantu memperlancar kegiatan praktikum

berupa penelitian, pengamatan, eksperimen, pengukuran dan pelatihan ilmiah di sebuah

tempat riset yakni laboratorium. Rekayasa genetik atau rekombinan DNA adalah kumpulan

teknik mengisolasi, mengidentifikasi, dan melipatgandakan suatu fragmen materi genetik

dalam bentuk murninya. Ini sejalan dengan pendapat Sutarno (2016), bahwa rekayasa

genetik atau rekombinan DNA merupakan kumpulan teknik-teknik eksperimental yang

memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan melipatgandakan suatu

fragmen dari materi genetika (DNA) dalam bentuk murninya. Di dalam penelitian genetika

rekombinan diperlukan alat-alat laboratorium untuk membantu peneliti melakukan


penelitian, diantaranya adalah mikropipet, microsentrifuge, vortex, mortar dan pestle,

nanodrop spektrofotometer, mesin elektroforesis, UV transilluminator, dan thermal cycler.

V.1.1 Mikropipet

Mikropipet adalah alat yang digunakan untuk memindahkan larutan dalam

skala mikroliter. Hal ini sesuai dengan Sanders (2012), bahwa mikropipet ini

berfungsi untuk mentransfer larutan secara tepat dalam skala µL yang pada ujungnya

terdapat tip untuk tempat larutan. Mikropipet terdiri dari beberapa ukuran yaitu P2

untuk ukuran 0,2-2 µL, P10 untuk 1-10 µL, P20 untuk 2-20 µL, P200 untuk 20-200

µL, dan P1000 untuk ukuran 200-1000 µL.

Bagian-bagian mikropipet terdiri dari plunger, tip eject button, volume

adjustment, volume readout, tip eject shaft, tip attachment, pipette barrel, dan

pipette channel. Hal ini sesuai University of Queensland (2017), bahwa bagian-

bagian mikropipet terdiri dari plunger, tip eject button, volume adjustment, volume

readout, tip eject shaft, dan tip attachment.

Cara kerja alat ini adalah dengan mengatur volume terlebih dahulu,

memasang tip, lalu mengambil larutan, kemudian mengeluarkan larutan. Ini sejalan

dengan www.kimiafi.com (2018), bahwa cara menggunakan mikropipet yang benar

adalah sebagai berikut: Pengaturan volume, atur volume larutan yang hendak

diambil dengan cara memutar-mutar bagian kepala pipet dan perhatikan angka yang

tercantum pada bagian tengah mikropipet. Pemasangan Tip, pasang Tip sesuai

ukuran. Biasanya Tip sudah diletakkan dalam wadahnya untuk memudahkan

pengambilannya. Pemegangan, pegang mikropipet, posisi tangan ibarat tombol like

Facebook. Pengambilan dan mengeluarkan larutan, tekan penyedot sampai hambatan

pertama (jangan dilepas), ingat jangan sampai menekannya lebih dalam lagi karena

jumlah mengambilan larutannya akan berbeda. Selanjutnya, celupkan atau masukkan


Tip pada larutan yang hendak diambil. Lepaskan jempol dari tombol penekan secara

perlahan dan tahan mikropipet beberapa saat untuk memastikan cairan terambil

sempurna (tidak ada gelembung). Pindahkan larutan ke dalam wadah lainnya dengan

cara menekan tombol penekan sampai hambatan kedua (tekanan penuh). Tekan

tombol ejektor untuk melepasakan Tip yang terpasang di mikropipet. Terakhir,

kembalikan skala volume ke yang paling kecil setelah selesai menggunakan agar pir

tombol penekan mikropipet tidak cepat rusak.

V.1.2 Mikrosentrifus

Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk memisahkan organel


berdasarkan massa jenisnya melalui proses pengendapan. Centrifuge sendiri
memiliki berbagai macam ukuran berdasarkan ukuran volume sampel yang
disentrifuge. Microsentifuge memiliki ukuran tube berkisar 0,5-2ml. Hal ini sesuai
dengan pendapat Chai (2019) bahwa centrifuge adalah alat yang menempatkan objek
dalam rotor berotasi pada sumbu tetap dan menerapkan potensi gaya tegak lurus
terhadap sumbu spin (luar). Centrifuge merupakan alat yang digunakan untuk
memisahkan partikel-partikel objek berdasarkan perbedaan massa jenis dengan
proses sedimentasi. Ukuran centrifuge beragam tegantung pada banyak sampel yang
dapat diproses dan ukuran tube yang dapat didukung. Microsentifuge memiliki
ukuran tube berkisar 0,5-2ml.
Bagian-bagian dari mikrosentrifuge adalah motor sebagai penggerak, rotor
sebagai tempat meletakkan tube, lid untuk menutup sentrifuge saat akan
dioperasikan, control panel untuk mengatur suhu, kecepatan putaran, dan waktu. Hal
ini sesuai dengan Sianturi (2016) bahwa motor sentrifuge memiliki kecepatan yang
dapat diatur oleh control panel. Sentrifuge biasanya memiliki pengatur suhu dan
pengatur waktu. Ukuran rotor menentukan jumlah sampel yang dapat diproses.
Bagian penutup sentrifuge biasanya dilengkapi dengan pengunci sehingga tidak
dapat dibuka saat dioperasikan.
Cara kerja sentrifuge yaitu letakkan tabung yang berisi cairan yang dengan
volume Sama antara tabung satu dengan yang lainnya pada tempat yang
berseberangan. Tutup penutup centrifuge sampai terkunci. Pilih kecepatan yang
diinginkan pada tombol kecepatan. Pilih waktu pemutaran yang diinginkan pada
tombol waktu. Tekan start untuk centrifuge yang memiliki tombol start, yang tidak
memiliki tombol star begitu tombol waktu diputar centrifuge langsung berputar.
Segera setelah berhenti, penutup dibuka langsung atau perlu menekan tombol
berhenti. Ambil tabung dari centrifuge. Hal ini sesuai dengan pendapat Sianturi
(2016) bahwa tabung yang dimasukkan ke dalam sentrifuge diletakkan secara
bersilang berlawanan. Namun hal ini tidak perlu dilakukan jika semua lubang pada
centrifuge terisi penuh oleh tabung larutan yang akan dimurnikan.Keseimbangan
diperlukan selama sentrifugasi, karena bila tidak seimbang maka akan terjadi
getaran. Getaran ini akan semakin hebat pada saat percepatan dan perlambatan.
Apabila hal ini terjadi selain mengakibatkan sedimen yang terbentuk dapat terurai
kembali juga akan mempercepat rusaknya alat.
V.1.3 Vortex

Vortex Mixer adalah alat sederhana yang umumnya digunakan di

laboratorium untuk menghomogenkan (mencampurkan) larutan dalam wadah kecil.

Wadah kecil yang dimaksud di sini biasanya ependorf, tabung sentrifuse, falkon,

tabung reaksi, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan Astuti (2019) bahwa Vortex Mixer

adalah perangkat sederhana yang umum digunakan dilaboratorium untuk mencampur

larutan dalam tabung reaksi. Pada Vortex mixer dilaboratorium pada umumnya,

berbasis digital dan didalam Vortex mixer tersebut tidak terdapat indikator waktu

timer, dan buzzer.

Bagian-bagian dari Vortex adalah rubber cup yang terbuat dari karet, motor
sebagai penggerak, speed control untuk mengatur kecepatan getaran. Hal ini
didukung oleh pendapat Astuti (2019) bahwa alat ini terdiri dari sebuah motor listrik
dengan drive shaft yang berorienasi vertikal dan melekat pada sepotong karet yang
dipasang sedikit keluar dari pusat. Sebagai alat yang berjalan,potongan karet
berisolasi cepat dengan gerakan melingkar. Motor akan memberikan putaran tabung
reaksi sehingga dapat terjadi proses menghomogenkan larutan.
Cara kerja vortex diawali menyambungkan kabel ke sumber listrik. Lalu
tekan saklar di posisi 'ON'. Atur kecepatan putaran sesuai keinginan. Nanti alatnya
akan mulai berputar secara kontinyu. Pegang sampel dalam wadah yang kuat,
kemudian tempelkan (tekan) ke bagian Vortex Mixer yang berputar, bisa di tengah
atau di samping, untuk menghomogenkan larutan yang ada di dalamnya. Hal ini
sesuai dengan Astuti (2019) bahwa Sampel yang berwujud cairan ditempatkan dalam
wadah tertentu seperti gelas piala, erlemeyer, labu kocok, tabung reaksi ataupun alat
gelas lainnya. Selanjutnya, sampel dalam wadah akan diaduk (digoyang) secara
orbital atau secara linear.
V.1.4 Mortar dan Pestle

Mortar dan Pestle adalah alat yang digunakan untuk menghancurkan suatu
bahan atau sample seperti daun, akar, seedling, biji, dan lain-lain, untuk tujuan
isolasi DNA, RNA, atau protein. Mortar adalah bagian wadahnya, sedangkan pestle
adalah bagian batang yang dipegang. Lama Penggerusan sangat tergantung jenis
bahan, kekuatan penggerus, dan keahlian menggunakan alat tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ruchi (2019) bahwa mortar dan pestle digunakan untuk menggerus
sampel yang akan diisolasi DNAnya. DNA hasil isolasi kemudian dianalisis
kuantitas serta kualitasnya. Hasil kuantifikasi dengan menghitung konsentrasi dan
tingkat kemurnian menggunakan alat nanodrop.
Bagian dari Mortar dan pestle adalah mortar merupakan wadah cekung
sebagai tempat sampel digerus. Sedangkan pestle digunakan untuk menggerus
sampel yang berada didalam mortar. Hal ini didukung oleh Singh (2018) bahwa alat
ini terdiri dari mangkuk (mortar) dan benda tumpul yang berat (pestle), yang
ujungnya digunakan untuk menghancurkan dan menggiling bahan atau zat menjadi
pasta atau bubuk halus. Penggilingan mortar pestle biasa untuk menghasilkan
alkohol amino-b dalam hasil yang baik hingga sangat baik. Cara kerja mortar pestle
yaitu sampel dimasukkan dalam mortar. Lalu pestle ditekan pada sampel hingga
sampel menjadi halus. Hal ini sesuai dengan Singh (2018) bahwa pada awalnya,
stirena oksida dan anilin dipilih sebagai model substrat untuk penggilingan
mortarepestle dengan adanya dua tetes air. Kemajuan yang wajar dari reaksi diamati,
yang memberi kita klarifikasi bahwa penggilingan dalam kondisi berair bisa menjadi
kombinasi yang lebih baik untuk pembukaan cincin epoksida.
V.1.5 Nanodrop Spectrofotometer

Nanodrop adalah salah satu jenis spektrofotometer yang biasanya digunakan


untuk mengukur konsentrasi DNA yang terkandung dalam sampel. Sampel yang
dimaksud adalah sampel hasil ekstraksi DNA. Hal ini sesuai dengan pendapat Yu
(2017) bahwa Uji dengan spektrofotometer atau nanodrop pada prinsipnya adalah
dengan menghitung perbedaan penyerapan cahaya UV dimana pita ganda DNA
dapat menyerap cahaya UV pada 260 nm, sedang kontaminan protein atau phenol
dapat menyerap cahaya pada 280 nm. Nilai kemurnian DNA dihitung dengan cara
absorbansi 260 nm dibagi dengan nilai absorbansi 280 (Å260/Å280), dan nilai
kemurnian DNA berkisar antara 1.8- 2.0.
Bagian bagian dari nanodrop adalah tutup dan optical surface. Tutup
digunakan untuk menutup sampel. Optical surface merupakan bagian dimana cahaya
akan dipancarkan melewati sampel yang telah diteteskan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Yu (2017) bahwa optical surface akan memancarakan cahaya melewti
sampel. Sebelumnya dilakukan penyesuaian larutan blanko. Cara kerja nanodrop
yaitu dengan lengan terbuka, sampel dipipet langsung ke pedestal. Setelah lengan
ditutup, kolom sampel dibentuk. Lalu jalankan aplikasi nandrop, lakukan kalibrasi
blanko terlebih dahulu. Saat pengukuran selesai, permukaan dibersihkan dengan lap
lab bebas serat sebelum melanjutkan ke sampel berikutnya. Hal ini sesuai dengan Yu
(2017) bahwa saat pengukuran selesai, permukaan dibersihkan dengan lap lab bebas
serat sebelum melanjutkan ke sampel berikutnya. Nanodrop sendiri akan
membandingkan antara blank dan sample. Hasil konsentrasi akan tertera pada
aplikasi nanodrop.
V.1.6 PCR

Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah teknik sintesis dan amplifikasi


DNA secara in vitro yang digunakan untuk menyalin segmen DNA hingga jutaan
kali dalam waktu yang cukup singkat. Hal ini sesuai dengan Mendoza-Gallegos
(2018) bahwa Termocyclers atau thermal cyclers adalah perangkat yang telah
dikembangkan untuk perubahan suhu siklik dari polymerase chain reaction (PCR).
PCR adalah teknik in vitro untuk amplifikasi target bagian asam deoksiribonukleat
(DNA). PCR membutuhkan matriks DNA dan dua urutan DNA singkat yang dikenal
yang disebut oligonukleotida atau primer.
Bagian bagian PCR adalah Lid sebagai penutup, sample block sebagai
tempat meletakkan sampel, peltier element untuk menghasilkan panas. Hal ini
didukung oleh pendapat Wu (2020) bahwa Mesin thermal cycler yang terkini lebih
simple. Kondisi ini didukungdengan ditemukannya enzim polymerase yang
tahan panas. Mesin terbarumenggunakan dasar Peltier effect, yang
memungkinkan Blok dalam mesin PCRmelakukan pemanasan dan pendinginan
tabung PCR dengan Cara pembalikan araharus listrik. Untuk mencegah teradinya
penguapan, mesin tersebut dilengkapidengan pemanas pada tutupnya. Suhu pemanas
pada tutup tersebut bisa diatur; biasanya pada suhu 105°C. Cara kerja PCR yaituAlat
dinyalakan selama 10 menit Block dibuka untuk menyimpan tabung mikro yang
akan dianalisis. Block ditutup. Tombol menu dibuka. Tentukan waktu runing yang
sesuai dengan kebutuhan analisis. Tombol enter ditekan. Tombol run ditekan.
Tunggu sampai selesai. Pilih tombol stop. Kembali ke main menu. Tombol off
ditekan. Setelah selesai block dibuka. Tabung diambil, disimpan di Freezer. Hal ini
sesuai dengan Wu (2020) bahwa Setelah alat diatur sedemikian rupa, akan terjadi
perubahan suhu pada bagian sampel blok. Alat ini akan menerapkan prinsip PCR
yaitu denaturasi, annealing, dan elongasi.
V.1.7 Elektroforesis

Elektroforesis digunakan untuk mengamati hasil amplifikasi dari DNA.


Prinsip kerja dari elektroforesis berdasarkan pergerakan partikel-partikel bermuatan
negatif (anion), dalam hal tersebut DNA, yang bergerak menuju dari kutub negatif ke
kutub positif .Hal ini sesuai dengan pendapat Harahap (2018) bahwa Elektroforesis
digunakan untuk mengamati hasil amplifikasi dari DNA. Prinsip kerja dari
elektroforesis berdasarkan pergerakan partikel-partikel bermuatan negatif (anion),
dalam hal tersebut DNA, yang bergerak menuju dari kutub negatif ke kutub positif.
Hasil elektroforesis yang terlihat adalah terbentuknya band yang merupakan fragmen
DNA hasil amplifikasi dan menunjukkan potongan-potongan jumlah pasangan
basanya. Elektroforesis menggunakan media berupa gel dari agarose ataupun
akrilamid dengan pelarut menggunkan buffet Tris Asetat EDTA (TAE) atau Tris
Borat EDTA (TBE). Gel dibuat dengan melarutkan agarose atau akrilamid dengan
salah satu buffer tersebut dengan menggunakan cetakan khusus dan terdapat
sumuran/ whell untuk menempatkan hasil PCR yang akan dirunning elektroforesis.
Bagian bagian elektroforesis adalah cetakan gel yang digunakan untuk
membuat gel agarosa. tempat memasukkan DNA ke dalam gel. Tangki elektroforesis
dan Sumber arus. Hal ini sesuai dengan Harahap (2018) bahwa kelengkapan alat
elektroforesis terdiri dari gel slab, glass, plastic clip box, male connector, platinum
electrode, support platform, power source, buffer, electrolyte solution. Hasil
elektroforesis divisualisasi dengan UV transiluminator dengan sinar infra red. Jika
amplifikasi terjadi maka akan terlihat pita pita DNA yang berpendar oleh sinar infra
red. Cara Kerja Elektroforesis yaitu letakkan pencetak sumur pada cetakan gel. Buat
campuran gel dan tuang pada cetakan. Letakkan cetakan gel pada alat elektroforesis,
tuang bufer TAE 1 hingga mencapai tinggi 1mm diatas gel. Lepaskan pencetak
sumur. Buat ruler dengan campuran loading dye biru, gel red, dan gen ruler.
Preparasi larutan yang akan dielektroforesis. Atur arus dan hubungkan sumber arus.
Setelah itu gel dilihat dengan sinar UV. Hal ini sesuai dengan Harahap (2018) bahwa
hasil elektroforesis dapat divisualisasi dengan menggunakan pewarna fluoresensi
ethidium bromide (EtBr). Secara teknis, setelah proses running, gel direndam dalam
larutan buffer TBE atau TAE yang mengandung ethidium bromide, selanjutnya
ethidium bromide akan berdifusi ke dalam gel dan berasosiasi dengan DNA.
V.1.8 UV Transluminator

UV Transluminator memiliki fungsi untuk memvisualkan DNA setelah


diloading atau running dalam DNA elektroforesis. Hal ini sesuai dengan pendapat
Maftuchah dkk (2014), bahwa UV transiluminator berfungsi untuk membantu
mendeteksi pita-pita DNA hasil separasi (running) elektroforesis, sehingga pita DNA
yang teramati dengan sinar UV dapat langsung direkam melalui koneksi langsung
dengan computer.
Bagian-bagian UV transiluminator yaitu berupa kaca penutup untuk akses
kepermukaan, filter cahaya UV dan cahaya putih tombol daya, tombol kontrol
pemilihan UV atau cahaya putih, platform, photo filter, gel surface, extender piece,
dan imaging enclosure. Hal ini sesuai dengan pendapat Khanzadeh dan Mahdi
(2011), bahwa pada alat UV transilluminator terdapat UV Blocking cover untuk
akses ke transiluminator permukaan, Long life filters UV dan cahaya putih area
berdampingan, tombol saklar daya, tombol kontrol untuk pemiliha sinar UV atau
putih.
Cara kerja UV transiluminator yaitu alat dan bahan disiapkan, gel yang
telah di elektroforesis ditiriskan lalu diletakkan pada bagian kotak hitam pada alat
UV transluminator. Setelah itu menutup kaca UV dan menekan tombol ON
kemudian hasil gel elektroforesis diamati dan didokumentasikan. Setelah melakukan
proses pengamatan dan dokumentasi gel hasil pengamatan dibuang ke tempat yang
telah disediakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Fitriatin dan Abdul (2015), bahwa
langkah visualisasi DNA mengguakan UV transluminator yaitu gel hasil
elektroforesis yang telah direndam dengan larutan EtBr, kemudian dimasukkan
dalam alat UV doc atau UV Transluminator. Setelah UV Transluminator dinyalakan,
pita DNA akan berpendar. Hasil dari sampel dapat dilihat dilayar monitor yang
terhubung dengan UV Transluminator. Band atau pita DNA yang muncul pada
sampel dibandingkan dengan band yang muncul pada kontrol positif. Sampel yang
dinyatakan positif VNN apabila band sampel ada pada ukuran 294 bp atau sejajar
dengan band pada kontrol positif.
V.2Penggunaan Mikropipet

Mikropipet merupakan alat yang memungkinkan pengukuran volume secara akurat

dalam satuan μl. Mikropipet sangat peka, mahal, dan penting terutama dalam pengerjaan

DNA. Alat ini menggunakan pengisapan yang bisa mengatur berapa volume yang ingin

diambil. Prinsip awal pembuatan mikropipet ditemukan oleh Warren Gilson dan Henry

Lardy, Professor bidang biochemistry di University of Wisconsin-Madison. Pada awalnya,

mereka membuat sebuah mesin untuk mengukur berapa volume oksigen yang dibutuhkan

saat pertumbuhan suatu sel. Alat ini bekerja dengan menggerakkan piston untuk menjaga

tekanan udara konstan saat oksigen digunakan. Tiga hal terpenting yang diperhatikan saat

itu adalah, ukuran kecil piston, akurasi pengukuran dan pengaturan. Hal ini sesuai

University of Wisconsin (2013) bahwa mikropipet merupakan alat yang memungkinkan

pengukuran volume secara akurat dalam satuan μl dan menggunakan pengisapan yang bisa

mengatur berapa volume yang ingin diambil. Prinsip awal membuat sebuah mesin untuk

mengukur berapa volume oksigen yang dibutuhkan saat pertumbuhan suatu sel. Alat ini

bekerja dengan menggerakkan piston untuk menjaga tekanan udara konstan saat oksigen

digunakan.

Mikropipet (micropipet) adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan

cairan dalam jumlah kecil secara akurat. Sehingga pada pemindahan cairan dengan volume

kecil kurang dari 1000 mikroliter, orang cenderung menggunakan mikropipet, biasa juga

disebut dengan pipet otomatis. Pipet otomatis ini mempunyai akuraritas dan presisi yang

lebih baik dari pada pipet gelas. Disamping itu setiap pipet dapat diset berapapun
volumenya selama dalam range volume pipet. Meskipun produk mikropipet telah dirancang

akurat dan presisi oleh pabriknya, alat tersebut tetap harus dikalibrasi jika digunakan untuk

laboratorium yang terakreditasi. Kalibrasi dilakukan untuk mengetahui nilai ketepatan dan

penyimpangan. Kalibrasi akan menjamin akurasi. Ada beberapa macam merek mikropipet

yang beredar dipasaran seperti Gilson, Pipetman, dll. Namun yang biasa dipakai di

laboratorium, seperti misalnya merk Gilson ada tertulis P20, P200 dan P1000 pada kepala

pipet. Hal ini sesuai Ikmal (2008) bahwa walaupun produk mikropipet telah dirancang

akurat dan presisi oleh pabriknya, alat tersebut tetap harus dikalibrasi jika digunakan untuk

laboratorium yang terakreditasi. Kalibrasi dilakukan untuk mengetahui nilai ketepatan dan

penyimpangan. Kalibrasi akan menjamin akurasi.

V.3Pelabelan pada Microtube

Penempelan sebuah label pada mikrotube bertujuan untuk memberi informasi

tentang sampel yang berada didalam mikrotube. Selain itu pelabelan dimaksudkan agar

lebih mudah membedakan antara sampel satu dengan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Spector (2020), bahwa tabung eppendorf adalah standar emas tabung

microcentrifuge di laboratorium yang menangani cairan dalam volume kecil. Dalam ilmu

hayat dan laboratorium biologi, tabung microcentrifuge digunakan untuk semua jenis

aplikasi dari penyimpanan sampel hingga reaksi yang berjalan dan memutar atau

memisahkan sampel. Eksperimen apa pun yang dilakukan, jika bekerja dengan volume kecil

5 Ml atau kurang, kemungkinan besar membutuhkan tabung microcentrifuge di

laboratorium. Salah satu keuntungan dari tabung mikro ini yaitu permukaan tutup tabung

datar untuk memudahkan pelabelan nomor sampel.

Pelabelan pada mikrotube yang benar yaitu dilakukan di bagian tutup tabung

maupun bagian sisi tabung. Selain itu, pelabelan harus dilakukan dengan bolpen yang tidak

mudah luntur atau hilang. Dengan demikian, keterangan sampel tidak akan hilang selama
reaksi di dalam alat berlangsung. Pada label berisi informasi nama ataupun nomor tertentu

sesuai sampel pada mikrotube yang dimaksud. Hal ini sesuai dengan pendapat Blaney dan

Howard (2013), yang menyatakan bahwa label sampel minimal harus mencantumkan 2

identitas, yaitu nama lengkap pasien dan nomor catatan medik. Standar pelabelan sampel

yang lengkap harus mencantumkan nama lengkap pasien, nomor rekam medik, tanggal

pengambilan sampel, tanda tangan dan inisial nama petugas pengambil sampel. Hal lain

yang perlu diperhatikan pada label adalah label harus terbaca dan tidak terhapus.
VI. Kesimpulan

6.1 Alat yang digunakan dalam genetika rekombinan antara lain mikropipet yang berfungsi

untuk mengambil cairan dengan volume µ, microsentrifuse digunakan untuk

memisahkan molekul atau senyawa berdasarkan berat massanya dengan ukuran volume

tabung yang kecil, vortex berfungsi untuk menghomogenkan larutan dalam wadah kecil

seperti tabung reaksi, mortar dan pestle digunakan untuk menghancurkan bahan yang

akan digunakan untuk isolasi DNA, nanodrop spektrofotometer berfungsi untuk

mengukur nilai kuantitatif atau uji kuantitatif DNA, PCR atau thermal Cycler berfungsi

untuk memperbanyak segmen DNA menggunak metode PCR, elektroforesis berfungsi

untuk memisahkan komponen DNA berdasarkan tingkat migrasinya melalui sebuah

medan listrik, dan UV Transluminator berfungsi untuk menvisualkan DNA yang telah

di running oleh elektroforesis.

6.2. Cara menggunakan mikropipet yang benar adalah dengan menggunakan mikropipet dan

tip dengan volume yang sesuai. Tekan tombol plunger sampai pada pemberhentian

pertama, celupkan tip ke dalam cairan tidak terlalu dalam dan dangkal dengan posisi

mikropipet tegak lurus, Tarik plunger secara perlahan hingga cairan masuk ke dalam

tip. untuk mengeluarkan cairan ke dalam tabung atau wadah yang telah disediakan,

tempelkan tip pada dinding wadah, agar posisi mikropipet tetap tegak lurus maka

miringkan wadah atau tabung cairan kemudian tekan tombol plunger sampai

pemberhentian kedua. Terakhir untuk melepaskan tip, tekan tombol tip ejector dan

setelah tip terlepas buang tip ke tempat pembuangan.

6.3. Cara memberi pelabelan yang benar pada microtube yaitu dengan memberi label pada

tutup microtube dan di samping/sisi microtube.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R., 2013. Akurasi Alat-Alat Ukur Volume yang Digunakan dalam Praktikum danPenelitian
di Laboratorium Kimia FMIPA Unimed. Jurnal Agroment Indonesia, 21 (2): 39-45.

Astuti, L. (2019). VORTEX MIXER OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER


ATmega328. Jurnal TEMIK (Teknik Elektromedik), 3(3), 22-39.

Baharuddin, M. dan Asis, F. 2014. Modul Manajemen Laboratorium. Jurusan Kimia UIN Alauddin
Makasar: Gowa.

Blaney, K.D., Howard, P.R. 2013. Antibody Detection and Identification. Basic & Applied
Conceppts of Blood Banking and Transfusion Practices Third Edition. United States:
Elsevier Mosby. p. 158-187.

Chai, Y., Chen, H., Gao, G., Liu, X., & Lu, C. (2019). Identification of new interferences leached
from plastic microcentrifuge tubes in electrospray ionization mass spectrometry. Rapid
Communications in Mass Spectrometry, 33(10), 969-977

Fitriatin, Elly., dan Abdul, Manan. 2015. Pemeriksaan Viral Nervous Necrosis (VNN) pada Ikan
dengan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.
7(2): 149-152.

Harahap, M. R. (2018). Elektroforesis: Analisis Elektronika Terhadap Biokimia Genetika.


CIRCUIT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, 2(1).

Hokayuruke, 2013. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Industri. Fakultas Pertanian Universitas


Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Iqmal. 2008. Paper Seri Manajemen Laboratorium. Penerbit UGM: Yogyakarta.

Khanzadeh, A. Farhang & Mahdi J. Blourchian. 2011. Ultraviolet Radiation Exposure from UV-
Transilluminators. Journal of Occupational and Environmental Hygiene. 2(10): 293-496.

Maftuchah, A. Winaya, dan A. Zainudin. 2014. Teknik Dasar Analisis Biologi Molekuler.
Yogyakarta: Deepublish.

Ratih, W. U. (2012). Strategi Pemeriksaan Laboratorium Antihiv. Jurnal Farmasi Sains dan
Komunitas (Journal of Pharmaceutical Sciences and Community), 9(2).
Ruchi, W., Putri, D. H., Anhar, A., & Farma, S. A. (2019). Comparison of Three Different DNA
Isolation Methods To Degradate The Trichoderma Fungi Cell Wall. Bioscience, 3(1), 50-59.

Sanders, E. R. 2012. Aseptic Laboratory Techniques: Volume Transfers with Serological Pipettes
and Micropipettors. Journal of Visualized Experiment, 63(2754).

Sianturi, S. S. (2016). RANCANG BANGUN PROTOTYPESISTEM PENGGERAK MOTOR


CENTRIFUGE BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO NANO (Doctoral
dissertation, Universitas Sari Mutiara Indonesia).

Singh, N., Rai, V. K., & Kumar, A. (2018). Aqueous mortar–pestle grinding: An efficient,
attractive, and viable technique for the regioselective synthesis of β-amino alcohols.
Comptes Rendus Chimie, 21(2), 71-79.

Spector, Alex. 2020. The Eppendorf Tube-Simple and Safe Sample Preparation with the
“Eppi” Tube. California: Pipette The Feel Good Company.

Sutarno, S. 2016. Rekayasa Genetik dan Perkembangan Bioteknologi di Bidang Peternakan. In


Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and
Learning, 13 (1): 23-27.

Wu, H., Zhang, S., Chen, Y., Qian, C., Liu, Y., Shen, H., ... & Chen, H. (2020). Progress in
molecular detection with high-speed nucleic acids thermocyclers. Journal of Pharmaceutical
and Biomedical Analysis, 113489.
LEMBAR PENGESAHAN

Lumajang ,10 September 2020

Mengetahui

Asisten Praktikan

Rizayu Winarsari Muhammad Ilham Jasir

24020117130088 24020118120028

Anda mungkin juga menyukai