GENETIKA REKOMBINAN
ACARA PRAKTIKUM KE : IV
NIM : 24020118120028
Kelompok :4
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
ACARA IV
ISOLASI DNA
I. TUJUAN
I.1. Mampu mengetahui teknik pemisahan asam nukleat dengan metode elektroforesis gel
agarose
I.2. Mampu mengetahui cara pembuatan gel agarose
I.3. Mampu mengetahui dan membaca hasil visualisasi elektroforesis gel agarose
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Elektroforesis
Elektroforesis berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti transport atau
perpindahan melalui partikel-partikel listrik. Elektroforesis adalah suatu cara analisis
kimiawi yang didasarkan pada pergerakan molekul-molekul protein bermuatan di dalam
medan listrik (titik isoelektrik). Pergerakan molekul dalam medan listrik dipengaruhi oleh
bentuk, ukuran, besar muatan dan sifat kimia dari molekul. Molekul terlarut dalam medan
listrik bergerak atau migrasi dengan kecepatan yang ditentukan oleh rasio muatan dan
massa. Sebagai contoh jika dua molekul mempunyai massa dan bentuk yang sama,
molekul dengan muatan lebih besar akan bergerak lebih cepat ke elektrode, jika arus
listrik dialirkan pada suatu medium penyangga yang telah berisi protein plasma maka
komponen-komponen protein tersebut akan mulai bermigrasi. Kecepatan molekul yang
bergerak pada medan listrik tergantung pada muatan, bentuk dan ukuran. Oleh karena itu,
elektroforesis dapat digunakan untuk separasi makromolekul (seperti protein dan asam
nukleat) (Magdeldin, 2012).
Posisi molekul yang terseparasi pada gel dapat dideteksi dengan pewarnaan atau auto
radiografi, ataupun dilakukan kuantifikasi dengan densitometer. Dasar elektroforesis
adalah pembentukan suatu ke tidak homogenan atau gradasi konsentrasi sepanjang
sistem. Koloid, protein enzim menunjukkan mobilitas elektroforesis spesifik dan titik
isoelektrik yang dapat digunakan untuk identifikasi zat-zat spesifik. Pemisahan dapat
dilakukan bila senyawa-senyawa yang telah terpisah tidak secara spontan bercampur
kembali akibat sirkulasi konvektif. Pada elektroforesis, medan listrik dialirkan pada suatu
medium yang mengandung sampel yang akan dipisahkan (Aditia, 2014).
II.2. Gel Agarose
Gel Agarose digunakan untuk memisahkan (separation), dan purifikasi DNA. Makin
besar konsentrasi gel, maka makin kecil ukuran fragment DNA yang bisa dipisahkan.
Ada 2 komponen dasar untuk membuat Gel Agarose, yaitu agarose powder, dan buffer.
Kedua komponen ini harus dicampur dan dipanaskan terlebih dahulu agar homogen.
Elektroforesis gel agarose merupakan metode standar pemisahan dan pemurnian fragmen
DNA. Kelebihan dari gel ini lebih mudah, sederhana dan laju pemisahannya lebih cepat
membentuk fragmenfragmen dan tidak bersifat toksik. Hanya saja kelemahannya gel ini
memiliki sensitifitas tinggi dan mudah rusak sehingga memerlukan ketelitian dan kehati-
hatian pada proses pengerjaannya. (Harahap, 2018).
Gel agarosa dalam elektroforesis memiliki viskositas tinggi. Produk PCR juga dapat
di identifikasi melalui ukurannya dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa.
Metode ini terdiri atas menginjeksi DNA ke dalam gel agarosa dan menyatukan gel
tersebut dengan listrik. Hasilnya untai DNA kecil pindah dengan cepat dan untai yang
besar diantara gel menunjukkan hasil positif (Yusuf, 2010).
II.3. Loading Buffer
Loading buffer atau loading dye dibuat dari 0.25% bromophenol blue dan 40% (w/v)
sukrosa dalam dH2O. Loading buffer diperlukan dalam elektroforesis gel agarosa
terutama saat proses running gel. Running gel dilakukan dengan mencampurkan DNA
hasil amplifikasi lewat proses PCR dengan loading buffer yang memiliki fungsi
membantu sampel turun ke dalam well dan membantu memonitor berapa lama proses
elektroforesis telah berlangsung.DNA memiliki muatan negatif (DNA mengandung
gugus PO4) sehingga diharapkan akan bergerak menuju kutub positif (Riyantini et al.,
2014).
Sampel DNA yang telah diamplifikasi dianalisis dengan melakukan elektroforesis
menggunakan gel agarosa. Gel agarose 1,4% dibuat dengan mencampurkan bubuk
agarose sebanyak 0,56 g dengan TBE 40 ml (Tris-Borate ETDA). Gel agarosa direndam
secara sub marine atau terendam seluruhnya dalam running buffer yaitu TBE. 10µl DNA
hasil PCR dan penanda berat molekul yang terdiri dari 5µl buffer pemuat (Loading
buffer) serta 3µl loading dye dimasukkan ke dalam sumur-sumur gel. Voltase yang
digunakan untuk proses elektroforesis adalah 75 volt, dengan kuat arus 100 mA selama
90 menit (Riyantini et al., 2014).
III. METODE
3.1 Alat
3.1.1. Laptop
3.1.7. Sisir
3.1.11. UV transluminator
3.2 Bahan
3.2.1. Agarosa
selama 1 menit
kemudian
Secara umum kualitas DNA yang baik dapat dilihat dari hasil running
elektroforesisnya yaitu dimana DNA nya terlihat jelas atau tebal dan tidak ada smear.
Jika dilihat kembali dari studi kasus disitu terlihat gambar A terlihat DNA nya lebih tebal
dibandingkan dengan yang B. Tetapi A ada smear yang jelas, sedangkan untuk yang B
DNA nya terlihat jelas tapi sedikit tipis dan cenderung tidak ada smear. Oleh karena itu,
yang lebih baik kualitasnya yaitu gambar B.
Kuantitasnya, pita DNA yang tebal dan mengumpul (tidak menyebar)
menunjukkan konsentrasi yang tinggi dan DNA total yang diekstrak dalam kondisi utuh.
Sedangkan, pita DNA yang terlihat menyebar menunjukkan adanya ikatan antar molekul
DNA yang terputus pada saat proses ekstraksi berlangsung. Oleh karena itu, pada gambar
A kuantitas (konsentrasi) DNA nya lebih tinggi dibandingkan pada gambar B karena
pada gambar A lebih terlihat tebal dibandingkan dengan gambar B.
4.2 Studi Kasus 2
6.1 Teknik pemisahan asam yaitu berdasarkan perbedaan medan listrik, molekul dan partikel
bermuatan yang akan bergerak ke arah elektroda yang memiliki muatan berlawanan di
bawah pengaruh medan listrik.
6.2 Gel agarosa dibuat dengan melarutkannya dalam suatu buffer yang dibantu dengan
pemanasan, gel agarosa yang cair dituang ke atas. Sebelum gel agarose mendingin dan
memadat, pada ujung gel tersebut dibuat lubang-lubang dengan menggunakan lembaran
Perspex tipis yang dibentuk menyerupai sisir yang ditancapkan pada salah satu ujung gel
agarosa yang masih cair, sehingga saat waktu gel memadat dan sisirnya diambil terbentuk
lubang-lubang kecil yang berfungsi untuk memasukan sampel molekul DNA.
6.3 Berdasaran hasil pengamatan, studi kasus 1 didapatkan hasil bahwa kuantitas DNA yang
terbaik yaitu pada gambar A karena terlihat dari pita DNA yang tebal dengan konsentrasi
yang tinggi. Kuantitas DNA yang terbaik yaitu gambar B karena hasil pita DNA yang tipis
namun terlihat jelas dan tidak ada smear. Studi kasus 2 didapatkan kuantitas DNA yang
terbaik yaitu pada sampel 1 karena memiliki nilai konsentrasi tertinggi sebesar 1,870 μg/μl
diantara sampel lain.sedangkan kuantitas DNA yang terbaik yaitu pada sampel 4 karena
memiliki nilai kemurnian tertinggi, yaitu 1,671.
DAFTAR PUSTAKA
Aditia, L. 2014. Laporan Praktikum Elektroforesis DNA. UIN Alauddin Makassar, Makassar.
Fatchiyah, 2011. Pelatihan analisis fingerprinting DNA tanaman dengan metode RAPD. Modul.
Laboratorium sentral ilmu hayati Universitas Brawijaya, Malang.
Iqbal, M., Buwono, I.D. and Kurniawati, N., 2016. Analisis Perbandingan Metode Isolasi DNA
Untuk Deteksi White Spot Syndrome Virus (WSSV) Pada Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei). Jurnal Perikanan Kelautan, 7(1): hal 54-65.
Magdeldin, Sameh. 2012. Gel Electroforesis-Principles and Basics. In Tech Publicher, Rijeka.
Mulyani, Y., A. Purwanto., I. Nurruhwati. 2011. Perbandingan Beberapa Metode Isolasi DNA
untuk Deteksi Dini Koi Herpes Virus (KHV) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran. Jurnal Akuatika, 2(1): hal 1-16.
Pratami, L. 2016. Uji Palsmid Bradyrhizobium japanicum Terhadap Lima Jenis Pestisida
Sistemik. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang.
Riyantini, I., Yuniar, M., dan Mochamad, U.K.A. 2014. Hubungan Filogenetik Molekuler
Beberapa Jenis Mangrove di Pulau Penjarangan, Ujung Kulon, Provinsi Banten. Jurnal
Akuatika, 5(1): 63-70.
Mengetahui
Asisten Praktikan
24020117130088 24020118120028