Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK HEWAN

ACARA PRAKTIKUM KE-II

PEMBUATAN LARUTAN FIKSATIF BUFFER NETRAL FORMALIN (BNF)


10% DAN PENGENCERAN ALKOHOL

Nama : Muhammad Ilham Jasir


NIM : 24020118120028
Kelompok : 4
Hari, tanggal : Jumat, 18 September 2020
Asisten : Retno Winarti

LABORATORIUM BIOLOGI STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
ACARA II

PEMBUATAN LARUTAN FIKSATIF BUFFER NETRAL FORMALIN DAN

PENGENCERAN ALKOHOL

I. TUJUAN

I.1 Mengenal dan membuat larutan fiksatif BNF 10%

I.2 Mengetahui cara perhitungan dan melakukan pengenceran larutan (alkohol)

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1Larutan Fiksatif

Fiksasi merupakan salah satu bagian dari beberapa tahapan dalam

pembuatan sediaan histologi. Maksud dari dilakukannya fiksasi adalah untuk

membuat struktur unsur-unsur jaringan menjadi stabil, tidak mengalami

perubahan pasca kematian. Apabila individu mati maka ada dua hal yang bisa

merusak struktur jaringan yaitu pengaruh enzim proteolitik dan pengaruh

bakteri pembusuk. Dengan adanya fiksasi, jaringan lebih tahan terhadap

perlakuan dan dapat menaikkan indeks bias jaringan. Jenis bahan fiksatif

yang digunakan biasanya tergantung pada jenis pewarnaan yang akan

digunakan nantinya. Ada dua macam jenis bahan fikastif yaitu sederhana,

terdiri dari satu macam zat seperti formalin, etanol, asam cuka, bekromat dan

sublimat dan campuran, mengandung lebih dari satu macam zat misalnya

larutan bouin, zenker, helly, larutan carnoy (Atik, 2019).

Larutan fiksatif yang sering digunakan adalah larutan bouin dan

formalin. Dalam proses fiksasi dengan larutan bouin yang terdiri dari picrid

acid 75 ml, formaldehid 25 ml, acetid acid 5 ml, sedangkan untuk formalin di
gunakan konsentrasi 40%. Dalam proses fiksatif dengan formalin, tidak

mengkerutkan jaringan tetapi jaringan mengkerut karena pengaruh alkohol

pada proses waktu dehidrasi. Jaringan yang difiksasi dengan formalin dapat

langsung dipindahkan ke dalam alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 96% dan

alkohol absolut. Larutan bouin dapat disimpan dalam jangka waktu yang

cukup lama dan digunakan sewaktu-waktu (Atik, 2019).

II.2Pengenceran Alkohol

Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi

tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang

lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-

kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada

pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan

aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan kedalam air, tidak boleh

sabaliknya. Jika air ditambahkan kedalam asam sulfat pekat, panas yang

dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak

mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik (Firdaus, 2015).

Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu

senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral. Yang lazim

dipakai yaitu akuades dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam

suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat

konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan. Untuk mengetahui

konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering

dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang didalam jumlah yang relatif besar

disebut pelarut (Firdaus, 2015).


III. METODE PENELITIAN

III.1 Alat

III.1.1 Alat tulis

III.1.2 Buku kosong

III.1.3 Laptop/Handphone

III.2 Bahan

III.2.1 Materi PPT

III.2.2 Video terkait pembuatan larutan BNF 10% dan pengenceran alkohol

III.3 Cara Kerja

III.3.1 Alat dan bahan disiapkan

III.3.2 Materi disimak, dipahami dan dicatat bagian yang penting

III.3.3 Hasil dicatat dan dibuat laporan sementara


IV. HASIL PENGAMATAN

IV.1 Pembuatan Larutan BNF 10%

IV.1.1 Alat

a. Tabung Erlenmeyer

b. Timbanga

c. Gelas ukur

d. Gelas beker

e. pH meter

f. Jerigen 5L

g. Pengaduk

h. Kertas label

IV.1.2 Bahan

a. Formalin 40%

b. Na2HPO4 anhidrat

c. NaH2PO4

d. Akuades

IV.1.3 Cara Kerja

a. Bahan buffer yaitu Na2HPO4 anhidrat sebanyak 32.5 gr dan NaH2PO4

sebanyak 20 gr ditimbang, untuk membuat larutan BNF 10%

sebanyak 5L

b. Buffer dilarutkan hingga rata kedalam 500 ml akuades

c. Jerigen 5L diberi label

d. Larutan formalin 40% sebanyak 500 ml diukur

e. Formalin dimasukkan kedalam jerigen


f. Larutan buffer ditambahkan kedalam jerigen dan diaduk hingga

homogen

g. pH larutan diukur (mendekati 7.4) dengan pH meter

IV.2 Pengenceran Alkohol

IV.2.1 Alat

a. Gelas beker

b. Gelas ukur

IV.2.2 Bahan

a. Alkohol absolut

b. Akuades

IV.2.3 Cara Kerja

a. Dilakukan perhitungan rumus pengenceran dengan rumus

M1.V1=M2.V2.

b. Hasil didapat dengan volume utama 480.24 ml, yaitu alkohol

absolut

c. Akuades ditambahkan sampai volumenya menjadi 500 ml

d. Diperoleh larutan alkohol dengan konsentrasi 96% sebanyak 500ml


V. PEMBAHASAN

Praktikum Mikroteknik Hewan Acara II yang berjudul “Pembuatan

Larutan Fiksatif Buffer Netral Formalin (BNF) 10% dan Pengenceran Alkohol”

dilaksanakan pada tanggal 18 September 2020 melalui mekanisme teleconference

pada aplikasi Microsoft teams. Tujuan dari acara ini yaitu mampu menyiapkan

bahan - bahan untuk pembuatan larutan fiksatif BNF 10%, mampu membuat

larutan BNF 10%, dan mampu melakukan pengenceran alkohol 30%, 40%, 50%,

60%. 70%, 80%, 90%, 96%. Praktikum ini terdiri dari dua subpraktikum:

pembuatan larutan BNF 10% dan pengenceran alkohol. Alat yang digunakan

pada praktikum kali ini yaitu laptop, alat tulis, panduan praktikum, buku laporan

sementara, dan handphone. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu

video praktikum dan powerpoint materi praktikum.

5.1. Pembuatan Larutan BNF 10%

BNF 10% adalah salah satu larutan fiksatif umum yang digunakan untuk

sampel histologi yang diobservasi dengan mikroskop yang digunakan untuk

fiksasi cross-linking. Perry et al., (2016) menjelaskan bahwa BNF 10%

adalah larutan fiksatif objek observasi hewan yang terdiri dari campuran

buffer seperti campuran Na2HPO4 anhidrat, NaH2PO4 dan formalin dan

pelarut akuades. Bahan fiksatif ini sering digunakan dikarenakan kemudahan

pemakaian, harga yang relatif murah, dan dapat mengfiksasi sampel dengan

cepat. Musyarifah & Agus (2018) menjelaskan bahwa larutan fiksatif ini

menggunakan konsep fiksasi cross-linking, yakni larutan bereaksi dengan

protein dan komponen sel lainnya, menciptakan ikatan antara komponen sel
dan larutan fiksatif yang terjadi pada kelompok amino lisin yang

menciptakan jembatan metilen yang mengfiksasi sel.

Pembuatan dari BNF 10% ini dibuat terdiri dari bahan utama

formaldehid 40%, larutan buffer yang terdiri dari Na2HPO4 anhidrat dan

NaH2PO4, dan cairan pelarut air aquades yang dibuat dengan cara membuat

larutan buffer, lalu mencampurkan larutan dengan formalin, lalu .

Musyarifah & Agus (2018) menjelaskan bahwa formalin atau formaldehid

adalah salah satu reaktan utama yang mengfiksasi jaringan dengan crossing

link, di mana formalin bekerja maksimum efektifitas bila berada pada

kondisi pH sekitar 6,8 –7,2 dan kondisi osmotik sesuai cairan eksstraseluler

sehingga formalin dicampurkan dengan larutan buffer seperti campuran

Na2HPO4 anhidrat dan NaH2PO4.

5.2. Pengenceran Alkohol

Pengenceran alkohol adalah tindakan perendahan konsentrasi alkohol

pada larutan supaya dapat digunakan sebagai disinfektan hingga reaksi.

Graziano et al., (2013) menjelaskan bahwa dilusi alkohol ini dilakukan

supaya mendapat konsentrasi alkohol yang dibutuhkan pada laboratorium,

dari disinfektan umum hingga reaktan pada penelitian. Dalam mikroteknik

hewan, pengenceran alkohol ini adalah tahap vital dalam dehidrasi

bertingkat. Lerch et al., (2019) menjelaskan bahwa dehidrasi bertingkat atau

gradual adalah tindakan mengeluarkan air dari jaringan dengan cara

menenggelamkan sampel pada agen dehidrasi seperti alkohol dan xylene

dengan konsentrasi yang perlahan meningkat agar jaringan dan komponen


sel tidak rusak akibat konsentrasi agen yang tiba-tiba tinggi. Pengenceran

dari alkohol absolut hingga sekecil 10% ini membuat peneliti fleksibel

mempersiapkan larutan alkohol yang dibutuhkan dalam dehidrasi bertingkat.

Prinsip pengenceran ini terdapat dibalik perbandingan konsentrasi atau

banyaknya molekul pada larutan dan membandingkan bagaimana

merendahkan konsentrasi ini dengan menambahkan pelarut. Fishel (2010)

menjelaskan bahwa konsep dilusi dan pengenceran ini di mana zat, terlarut

maupun pelarut haruslah proporsional sebelum dan sesudah. Pada

pengenceran, rasio banyak molekul per unit pelarut haruslah merendah

sehingga pelarut haruslah ditambahkan secara rasional. Sawbridge et al.,

(2014) menyatakan bahwa rumus dari pengenceran adalah:

V1 . N1 = V2 . N2

Dengan keterangan:

V1: Volume larutan sebelum pengenceran (ml atau L)

N1: Konsentrasi/ Banyaknya mol zat terlarut sebelum pengenceran (M,

persentase, atau mol)

V2: Volume larutan setelah pengenceran (ml atau L)

N2: Konsentrasi/ Banyaknya mol zat terlarut setelah pengenceran (M,

persentase, atau mol)

Sesuai pernyataan Fishel (2010), pengenceran dilakukan secara

proporsional dan dengan perbandingan. Pengenceran ini melibatkan wadah

gelas ukur, alkohol absolut dan pelarut air akuades. Cara kerja dimulai dari

penentuan total larutan konsentrasi tujuan dari banyaknya larutan yang


ingin diencerkan. Lalu larutan sebelumnya dicairkan dengan cara

menambahkan zat pelarut dengan jumlah volume dari selisih volume

setelah dan sebelum pengenceran.


VI. KESIMPULAN

6.1. Larutan BNF 10% adalah salah satu larutan fiksatif yang sering digunakan

dalam fiksasi preparat hewan. Larutan BNF 10% terdiri dari beberapa zat

seperti pelarut akuades, formaldehid 40%, dan campuran buffer yang terdiri

dari Na2HPO4 anhidrat dan NaH2PO4.

6.2. Larutan fiksatif dapat dibuat relatif mudah. Pertama, campuran buffer

Na2HPO4 anhidrat dan NaH2PO4 disiapkan lalu dilarutkan pada 500 ml

akuades. Kedua, formaldehid 40 sebanyak 500 ml disiapkan. Ketiga,

campuran buffer dan formaldehid dicampur pada jerigen 5 L.Akhirnya,

larutan diencerkan dengan menambah akuades sebanyak 4000 ml dan

dihomogenisasikan hingga rata.

6.3. Pengenceran alkohol adalah salah satu proses merendahkan konsentrasi

alkohol dengan menambahkan zat pelarut. Pengenceran dapat dilakukan

dengan cara menghitung rumus perbandingan pengenceran konsentrasi

larutan lalu larutan yang ingin diencerkan ditambahkan zat pelarut sebanyak

selisih volume sebelum dan sesudah pengenceran.


DAFTAR PUSTAKA

Atik, Rusmiatik. 2019. Perbandingan Fiksasi Larutan Bouin dan Formalin Pada

Sediaan Preparat Histologi Testis Marmut. Jurnal Kedokteran, Vol. 4, No. 2,

Page 5-9, Juni 2019.

Firdaus, Bella Yoriska. 2015. Pengenceran Alkohol. Ngawi: Universitas Darussalam

Gontor.

Fishel, L. A. 2010. Dilution Confusion: Conventions for Defining a Dilution. Journal

of Chemical Education, 87(11), 1183–1185.

Graziano et al.,. 2013.Rev. Effectiveness of disinfection with alkohol 70% (w/v) of

contaminated surfaces not previously cleaned. Latino-Am.

Enfermagem2013 Mar.-Apr.;21(2):618-23

Lerch et al.,. 2019. Monitoring Dehydration and Clearing in Tissue Processing for

High-Quality Clinical Pathology. Biopreservation and Biobanking Vol.

17, No. 4: 303-311

Musyarifah, Z., & Agus,S. 2018. Proses Fiksasi pada Pemeriksaan Histopatologik.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3): 443-453.

Perry, C., Chung, J. Y., Ylaya, K., Choi, C. H., Simpson, A., Matsumoto, K. T.,

Smith, W. A., & Hewitt, S. M. 2016. A Buffered Alkohol-Based Fixative

for Histomorphologic and Molecular Applications. The journal of

histochemistry and cytochemistry : official journal of the Histochemistry

Society, 64(7), 425–440.


Sawbridge et al.,. 2014. Revision workshops in elementary mathematics enhance

student performance in routine laboratory calculations. Advances

Phyysiology Education 38 (3): 239-245.


HALAMAN PENGESAHAN

Lumajang, 18 September 2020

Mengetahui,

Asisten Praktikan

ACC

Retno Winarti Muhammad Ilham Jasir


24020117130092 24020118120028
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai