Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK HEWAN

ACARA PRAKTIKUM KE: II


PEMBUATAN FIKSATIF BNF 10% DAN PENGENCERAN ALKOHOL

Nama : Syifa Putri Amalia

NIM : 24020120140154

Kelompok :6

Asisten : Hezkiel Angkasa Putra

LABORATORIUM BIOLOGI STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2022
ACARA II
PENGENALAN INSTRUMEN MIKROTEKNIK HEWAN

I. TUJUAN
1.1. Mengenal dan membuat larutan fiksatif BNF 10 %
1.2. Mengetahui cara perhitungan dan melakukan pengenceran larutan

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Larutan Fiksatif
Larutan fikastif merupakan larutan yang digunakan dalam proses
fiksasi. Fiksasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
mempertahankan morfologi jaringan seperti kondisi awal atau sama
seperti jaringan hidup tanpa adanya perubahan bentuk maupun ukuran.
Larutan fiksatif juga akan mencegah terjadinya proses autolisis atau
proses pembusukan (Prahanarendra, 2015). Larutan fiksatif terdiri dari
zat kimia yang menjaga integritas jaringan setelah kematian. Zat-zat ini
bekerja secara kimia untuk mengurangi kejadian proteolitik dan
menghindari perubahan di dalam jaringan, seperti penghancuran intra
dan ekstraseluler. Fiksatif harus mempertahankan elastin dan kolagen
untuk menstabilkan matriks ekstraseluler (De Paula et al., 2018).
Ada dua macam jenis larutan fiksatif, yaitu larutan fiksatif
sederhana dan campuran. Larutan fiksatif sederhana merupakan larutan
fiksatif yang terdiri dari satu macam zat. Contoh larutan fiksatif
sederhana diantaranya adalah formalin, etanol, asam cuka, bekromat, dan
sublimat. Adapun larutan fiksatif campuran merupakan larutan fiksatif
yang mengandung lebih dari satu macam zat. Contoh larutan fiksatif
campuran diantaranya adalah bouin, zenker, helly, dan carnoy
(Musyarifah dan Agus, 2018).
2.2 Pengenceran Alkohol
Alkohol yang utama adalah sebagai cairan fiksasi sediaan sitologi
namun dalam keadaan terpaksa dapat digunakan sebagai fiksasi sediaan
histopatologi. Kekurangan dari alkohol yaitu daya tembus alkohol yang
kurang baik karena jaringan cepat menjadi keras dan mengkerut sehingga
sediaan sukar dipulas. Sedangkan kelebihan dari Alkohol yaitu alkohol
harganya murah dan mudah mendapatkannya di pasaran serta memiliki
kemampuan penetrasi yang cepat, dapat mengoagulasi protein dan
presipitasi glukogen serta melarutkan lemak (Sriwahyunizah, 2018).
Pengenceran adalah suatu cara mencampurkan larutan pekat
(konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut (akuades) agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar. Penambahan pelarut dalam
suatu senyawa dapat mengakibatkan menurunnya kadar kepekatan atau
tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan atau diencerkan
(Firdaus, 2015). Pada proses pengenceran konsentrasi alkohol, setelah
alkohol yang diperlukan telah diperoleh, maka proses selanjutnya adalah
mencampurkan alkohol dengan akuades sesuai dengan perhitungan yang
dilakukan. Alkohol dituang ke dalam gelas ukur untuk memperoleh
jumlah volume yang diinginkan, setelah masing-masing bahan sudah
diukur. Proses dehidrasi menggunakan alkohol dengan variasi
konsentrasi 50%, 70%, 80%, 90% (Husna, 2019).
III. METODE
3.1 Pembuatan larutan fiksatif BNF 10%
3.1.1. Alat
1. Erlenmeyer
2. Neraca analitik
3. Gelas ukur
4. Gelas beker
5. pH meter
6. Jerigen 5L
7. Batang pengaduk
8. Kertas label
3.1.2. Bahan
1. Formalin 40%
2. Na2HPO4 anhidrat
3. NaH2PO4
4. Akuades
3.1.3. Cara Kerja
1. Buffer Na2HPO4 anhidrat sebanyak 0,65 g dan NaH2PO4 0,4 g
ditimbang.
2. Buffer ditambahkan dalam akuades 90 ml dan diaduk sampai
rata.
3. 40% formaldehyde diukur sebanyak 10 ml, kemudian
ditambahkan ke campuran buffer dan akuades, diaduk rata.
4. Tempat larutan BNF 10% diberi label.
3.2 Pengenceran alkohol
3.2.1. Alat
1. Gelas ukur
2. Gelas beker
3.2.2. Bahan
1. Alkohol absolut
2. Aquades
3.2.3. Cara Kerja
1. Perhitungan dilakukan dengan rumus V1 x M1 = V2 x M2.
2. Dilakukan pengenceran alkohol absolut 96% menjadi 90%
sebanyak 100 ml.
3. Alkohol 96% dituangkan ke dalam gelas ukur sebanyak 93,75
(94) ml, kemudian ditambahkan akuades sampai volumenya
menjadi 100 ml.
4. Diperoleh larutan alkohol dengan konsentrasi 90% sebanyak
100 ml.
IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Pengamatan Pembuatan Larutan BNF 10%
No. Nama Fungsi Larutan Dokumentasi Keterangan
Larutan
1 Fiksatif BNF Untuk fiksasi atau Penimbangan bahan
10% melarutkan sel atau Na2HPO4 anhidrat
jaringan yang telah dan NaH2PO4
diisolasi.

(Dok. Pribadi, 2022)


2
Pengukuran volume
akuades dan
formalin.

(Dok. Pribadi, 2022)


3
Penuangan Na2HPO4
anhidrat dan
NaH2PO4 ke dalam
gelas beker/botol

(Dok. Pribadi, 2022)


4
Pengadukan
campuran.

(Dok. Pribadi, 2022)

4.2 Tabel Pengamatan Pengenceran Alkohol


No Nama Larutan Fungsi Larutan Dokumentasi Keterangan
1. Pengenceran Mengurangi Pengukuran volume
alkohol 90% kepekatan alkohol alkohol

(Dok. Pribadi, 2022)


2. Pengukuran volume
akuades

(Dpk. Pribadi, 2022)


3. Penuangan alkohol
dan akuades ke
dalam botol

(Dok. Pribadi, 2022)


4. Pencampuran/
pengenceran alkohol
dan akuades

(Dok. Pribadi, 2022)

4.3 Perhitungan Pengenceran Alkohol


V1×M1 = V2×M2
V1×96% = 100 ml×90%
V1 = 100×90 : 96
V1 alkohol = 93,75 ml
V aquades = 100 ml - V1 alkohol
V aquades = 100-93,75= 6,25 ml
V. PEMBAHASAN
Praktikum Mikroteknik Hewan acara II yang berjudul “Pembuatan
Fiksatif BNF 10% dan Pengenceran Alkohol” telah dilaksanakan pada Jum’at,
16 September 2022 pukul 07.30-08.50 WIB. Praktikum ini bertujuan agar
mahasiswa mengenal dan membuat larutan fiksatif BNF 10% serta mengetahui
cara perhitungan dan melakukan pengenceran larutan (alkohol). Alat dan bahan
yang digunakan yaitu NaH2PO4, Na2HPO4, akuades, formalin, gelas ukur, gelas
beker, batang pengaduk dan alkohol 96%. Cara kerjanya yaitu Na 2HPO4
ditimbang sebanyak 0.65 g dan NaH 2PO4 sebanyak 0,4 g. Akuades ditakar
dengan ukuran 90 ml, formalin 10 ml. NaH2PO4 dan Na2HPO4 dimasukkan ke
gelas beker, ditambahkan akuades, dan diaduk rata. Ditambahkan formalin,
diaduk rata, dituangkan ke dalam botol, diberi label. Cara kerja pengenceran
alkohol yaitu alkohol ditakar sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan
sebelumnya, yaitu alkohol 96% sebanyak 94 ml dan akuades sebanyak 6 ml.
Selanjutnya alkohol dimasukkan ke dalam gelas beker yang berisi akuades,
kemudian dihomogenkan. Alkohol 90% yang dihasilkan kemudian dimasukkan
ke dalam botol dan diberi label.

5.1 Pembuatan Larutan Fiksatif BNF 10%


Buffered Neutral Formalin (BNF) 10% merupakan larutan
fiksatif yang mengandung garam dengann kelarutan terbatas dalam
konsentrasi tinggi etanol. Hal ini sesuai dengan pendapat Brady (2019),
yang menyatakan bahwa larutan Buffer Neutral Formalin (BNF) 10%
merupakan bahan pengawet yang sering digunakan dalam proses fiksasi.
Larutan BNF 10% tersusun dari beberapa larutan yaitu, di-Natrium
hidrogen fosfat (Na2HPO4) sebanyak 6.5 g, Natrium dihidrogen fosfat
monohidrat (NaH2PO4.H2O) sebanyak 40 g, formalin 37-40%,
formaldehyde sebanyak 100 ml dan akuades sebanyak 900 ml.
Larutan BNF 10% berfungsi untuk mengawetkan jaringan pada
pengamatan histopatologis rutin. Larutan BNF 10% banyak digunakan
dalam proses fiksasi karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan larutan lain, diantaranya yaitu penggunaannya mudah dan dapat
mengawetkan jaringan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, larutan
BNF 10% juga memiliki pH 7 sehingga sangat baik untuk menjaga
jaringan. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Rahmadani (2018),
bahwa BNF 10% banyak digunakan karena penggunaannya lebih mudah,
dapat digunakan untuk mengawetkan jaringan dalam waktu yang cukup
lama, dan dapat mengawetkan struktur halus dan fosfolipida. Selain itu,
BNF 10% juga memiliki kemampuan penetrasi yang cukup baik pada
jaringan. Prinsip kerja dari larutan BNF 10% adalah mengawetkan sel
atau jaringan sesuai dengan bentuk aslinya. Larutan BNF 10% sebagai
agen fiksatif membantu dalam mempertahankan struktur dan komponen
sel sesuai dengan kondisi aslinya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rahmadani dkk (2018), bahwa bahan pengawet yang rutin digunakan
dalam proses fiksasi adalah larutan Buffer Neutral Formalin (BNF) 10%
yang merupakan cairan fiksatif untuk mengawetkan jaringan pada
pemeriksaan histopatologi rutin.
Alat yang digunakan dalam pembuatan larutan Buffer Neutral
Formalin (BNF) 10% antara lain timbangan analitik, gelas ukur, batang
pengaduk, dan botol atau wadah. Timbangan analitik berfungsi sebagai
alat untuk menimbang bahan yang digunakan. Gelas ukur berfungsi
untuk mengukur volume larutan. Batang pengaduk berfungsi untuk
mengaduk larutan dan wadah sebagai tempat untuk menampung larutan
BNF 10%. Adapun bahan yang digunakan yaitu formalin 10%, aquades
90 mL, NaP2PO4 0,4 gr, dan Na2HPO4. Formalin 40% berfungsi
sebagai larutan pengawet. Na2HPO4 anhidrat dan NaH2PO4 berfungsi
sebagai buffer penyangga. Aquades berfungsi sebagai pelarut.
Cara kerja dari pembuatan larutan BNF 10% yaitu diawali
dengan buffer Na2HPO4 anhidrat 0,65 g dan Na2H2PO4 g ditimbang.
Buffer dilarutkan ke dalam 90 ml akuades dan diaduk sampai rata.
Wadah untuk menampung larutan BNF 10% disiapkan dan diberi label
nama larutan. Sebanyak 10 ml larutan formalin diukur (40%
formaldehide). Formalin dimasukkan ke dalam toples. Larutan buffer
yang sudah dibuat ditambahkan ke dalam toples, lalu diaduk sampai
homogen dan diukur pH larutan BNF 10% yang sudah dibuat dengan pH
meter (mendekati 7,4). Jumlah volume total larutan dalam toples
dihitung. Hal ini sesuai dengan pendapat Alwi (2016), bahwa BNF
dibuat dengan mencampurkan NaHPO, dan H₂O dilarutkan dalam
aquades lalu ditambahkan dengan formaldehid dan selanjutnya
dihomogenkan. Buffered Neutral Formalin (BNF) 10% mengandung
garam yang memiliki kelarutan terbatas dalam konsentrasi tinggi etanol.
Untuk alasan itu jaringan harus ditranfer kedalam dehidrasi yang
mengandung etanol 60% atau kurang, untuk waktu yang singkat untuk
memberi garam kesempatan untuk dihapus. Jika ditranfer langsung ke
95% atau etanol absolut, fosfat keungkinan besar akan mengendap di
jaringan, menyebabkan kesulitan dalam membagi, seperti merobek dan
mencetak. Mesin pengolah harus dibilas secara berkala dengan air untuk
menghilangkan garam yang berakumulasi.
5.2 Pengenceran Alkohol
Pengenceran alkohol merupakan proses pencampuran alkohol
absolut dengan aquades atau air murni untuk memperoleh konsentrasi
yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hidayah dkk. (2012)
bahwa proses pengenceran alkohol adalah proses pencampuran alkohol
murni dengan air. Tujuan dilakukan pengenceran alkohol yaitu untuk
mendapatkan konsentrasi alkohol yang lebih rendah. Kegunaannya
dalam mikroteknik hewan yaitu untuk proses dehidrasi pada sampel. Hal
ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Satria & Wildian (2013) bahwa
pengenceran alkohol bertujuan untuk memperoleh alkohol dengan
konsentrasi yang diperlukan atau standar.
Prinsip pengenceran yaitu dengan menambahkan aquades pada
alkohol berkonsentrasi tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suherti
dkk (2016), bahwa prinsip pembuatan larutan dengan pengenceran
larutan induk adalah dengan mengambil larutan induk sejumlah volume
tertentu kemudian diencerkan sehingga konsentrasinya menjadi lebih
kecil sesuai dengan kebutuhan. Konsentrasi volume larutan yang akan
digunakan dalam pengenceran alcohol dapat ditentukan dengan
perhitungan menggunakan rumus pengenceran yaitu V1 x M1 = V2 x
M2. Hal ini sesuai dengan pendapat Husna (2019), bahwa konsentrasi
alkohol ditentukan menggunakan rumus pengenceran yaitu V1 x M1 =
V2 x M2, yang mana V1 merupakan volume awal, V2 merupakan
volume akhir, M1 merupakan konsentrasi awal (molaritas), dan M2
merupakan konsentrasi akhir (molaritas). Selanjutnya setelah komposisi
alkohol yang diperlukan diperoleh, maka dimulai pencampuran alkohol
dengan aquadest sesuai dengan perhitungan.
Cara kerja pengenceran alcohol yaitu pertama-tama menghitung
volume yang diperlukan untuk pengenceran dengan rumus M1. V1 =
M2. V2. Kemudian pengenceran alkohol absolut 90% menjadi 70%
dilakukan dengan menuang alkohol absolut sebanyak 77,78 ml,
kemudian ditambahkan dengan akuades sebanyak 22,22 ml untuk
memperoleh alkohol 100 ml dengan konsentrasi 70%. Hal ini sesuai
dengan pendapat Husna (2019), bahwa konsentrasi alkohol ditentukan
menggunakan rumus pengenceran yaitu V1 x M1 = V2 x M2, yang mana
V1 merupakan volume awal, V2 merupakan volume akhir, M1
merupakan konsentrasi awal (molaritas), dan M2 merupakan konsentrasi
akhir (molaritas). Selanjutnya setelah komposisi alkohol yang diperlukan
diperoleh, maka dimulai pencampuran alkohol dengan aquadest sesuai
dengan perhitungan. Etanol dan aquadest masing – masing dituang
kedalam gelas ukur untuk memperoleh volume yang sesuai dengan
perhitungan. Larutan selanjutnya dituang ke dalam gelas beaker untuk
dicampur lalu dihomogenkan.
VI. KESIMPULAN

6.1 Larutan BNF merupakan larutan larutan fiksatif yang digunakan untuk
meminimalisir kerusakan pada struktur aktif jaringan. Dalam pembuatan
larutan fiksatif BNF 10% diperlukan peralatan dan bahan-bahan khusus.
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan BNF 10% meliputi
gelas ukur, gelas beker, Erlenmeyer, neraca analitik, jerigen 5L, pengaduk,
kertas label, formalin 37%, Na2HPO4 anhidrat, NaH2PO4, serta aquades.
Cara kerja pembuatan BNF 10% meliputi ditimbang buffer Na2HPO4 0,4
g dan NaH2PO4 0,65 g. Dalam pembuatan larutan BNF 10% sebanyak
100 mL dimasukkan ke dalam botol). Selanjutnya, formalin dituang ke
dalam botol Aquades 90 mL dituang ke dalam botol. Setelah itu, semua
bahan dicampur dan diaduk dengan batang pengaduk.
6.2 Pengenceran alkohol dihitung dengan rumus N1.V1 = N2.V2.
Pengenceran alkohol absolut 90% menjadi alkohol 96% sebanyak 100ml.
Perhitungan N1.V1 = N2.V2 = 96.V1 = 90.100 ml = V1 = 9000/96 = V1 =
93,75 ml. Alkohol absolut dituangkan ke dalam gelas ukur sebanyak
93,75ml, kemudian tambahkan akuades sampai volumenya menjadi 100ml
(100ml - 93,75ml = 6,25ml akuades). Diperoleh larutan alkohol dengan
konsentrasi 90% sebanyak 100ml.
6.3
DAFTAR PUSTAKA

Musyarifah, Z. & Agus, S. 2018. Proses Fiksasi pada Pemeriksaan Histopatologik.


Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 7 (3): 443-453.

Husna, Z. R. 2019. Pengembangan sensor untuk mendeteksi alkohol berbasis


Polyvinylidene Fluoride (PVDF). Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Prahanarendra, G. 2015. Gambaran Histologi Organ Hepar, Ginjal, dan Pankreas Tikus
sparague Dawley dengan Pewarnaan HE dengan Fiksasi 3 minggu. Skripsi.
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rahmadani, A. F. 2018. Pengaruh Lama Fiksasi BNF 10% dan Metanol Terhadap
Gambaran Mikroskopis Jaringan Dengan Pewarnaan HE (Hematoxylin-Eosin).
Doctoral dissertation. Universitas Muhammadiyah Semarang).

Sriwahyunizah, A. 2018. Perbandingan Fiksasi Neutral Buffer Formalin 10% dan


Alkohol 70% Pada Jaringan Dengan Pewarnaan He (Hematoxilin Eosin). Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Semarang.
HALAMAN PENGESAHAN

Semarang, 25 September 2022

Mengetahui,
Asisten Praktikan

Hezkiel Angkasa Putra Syifa Putri Amalia


NIM. 24020119130073 NIM. 24020120140154

Anda mungkin juga menyukai