KIMIA ORGANIK II
Disusun oleh:
Nama : Abdilla Mahmud Arrafiq
Nim : 72021050050
Kelas : B/S1 Farmasi
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2021/2022
LAPORAN PRAKTIKUM RESMI KIMIA ORGANIK II
SINTESA UREA FORMALDEHID
Dosen Pengampu : Anisa Sholikhati, S.Pd., M.T
Disusun Oleh :
Nama : Abdilla Mahmud Arrafiq
Nim : 72021050050
Kelas : B/S1 Farmasi
Test 2,4-dinitrofenilhidrazin
Setiap kali mengambil sampel segera didinginkan pada suhu kamar dan lakukan
9 analisa sesuai petunjuk asistensi.
C. Pengukuran pH Sampel
2) Test 2,4-dinitrofenilhidrazin
Sampel Hasil Pengamatan Kesimpulan
( 2 tetes formaldehid + Terbentuk endapan Positif adanya karbonil.
0,2 ml fenilhidrazin + 5 kristal berwarna
ml etanol 95% ) kuning
B. Pengukuran pH Sampel
Sampel Trayek pH
Sampel 0 10
Sampel 1 12
Sampel 2 12
Sampel 3 7
Sampel 4 7
Sampel 5 7
14
12
12 12
10 10
8
PH
7 7 7
6
4
2
0
VI. PEMBAHASAN
Aldehid tergolong sebagai senyawa karbon dengan gugus karbonil. Senyawa
ini sifatnya lebih reaktif dibanding alkohol. Sedangkan keton tergolong menjadi
senyawa organik. Senyawa ini juga memiliki gugusan karbonil terikat dengan dua
gugus alkil. Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah formaldehid, ammonia
pekat, 2,4 dinitrofenilhidrazin, etanol, urea, dan Na2CO3.H2O.
Pada pengujian pertama yaitu uji kualitatif aldehid. Tujuan dari praktikum ini
adalah untuk mengetahui di dalam sampel mengandung gugus aldehid. Pada
pengujian ini dilakukan dua test yaitu tes ammonia dan tes 2,4 dinitrofenilhidrazin.
Pada tes ammonia dilakukan pencampuran 1 ml formaldehid dan 2 ml ammonia ke
dalam cawan porselen dan dilakukan penguapan hingga kering. Hasil yang didapatkan
yaitu terbentuk endapan kristal berwarna putih. Sedangkan pada tes 2,4
dinitrofenilhidrazin dilakukan pencampuran 2 tetes sampel ke dalam 1/5 ml 2,4
dinitrofenilhidrazin dan 3 ml etanol ke dalam tabung reaksi dan dilakukan pemanasan
hingga mendidih. Hasil yang didapatkan yaitu terbentuk endapan berwarna kuning.
Dari hasil kedua test tersebut diketahui positif mengandung gugus aldehid.
Pengujian kedua yaitu dilakukan pengujian sintesa urea formaldehid. Bahan
yang digunakan adalah formalin, ammonia, Na2CO3.H2O (sebagai buffering), urea.
Praktikum ini menggunakan metode refluk. Refluks digunakan untuk mempercepat
terjadinya reaksi dengan pemanasan tanpa mengurangi volume zat yang bereaksi,
sebab pelarut yang menguap dapat terkondensasi dengan adanya kondensor tegak.
Sampel 0 akan diambil 2 ml sebelum dilakukan refluks. Setelah dilakukan refluks
diambil 2 ml dari sampel pada labu alas bulat 2 ml dan dijadikan sampel 1 pada waktu
yang ditentukan, begitu pun seterusnya hingga mencapai 5 sampel. Sampel 0 setelah
dilakukan penambahan urea memiliki harga pH 10 dan dikatakan basa. Pada sampel 1
dan 2 memiliki harga pH 12 dikatakan basa, Pada sampel 3, 5, dan 5 memiliki harga
pH 7 dan dinyatakan netral. Menurut teoritis, Semakin lama dalam waktu pemanasan,
harga pH semakin menurun.
VII. KESIMPULAN
1. Aldehid tergolong sebagai senyawa karbon dengan gugus karbonil.
2. Pengujian amonia menunjukkan hasil positif dengan terbentuk kristal berwarna
putih.
3. Pengujian 2,4 dinitrofenilhidrazin menunjukkan hasil positif degan adanya
endapan berwarna kuning.
4. Besarnya pH yang diperoleh pada tahap reaksi dan pada hasil reaksi adalah pH >7
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, A.L.1992.”Memahami polimer dari perekat”. ITB:Bandung.
Siregai, M.1988.”Dasar-dasar kimia organic”.Pendituad: Jakarta.
LAMPIRAN
Disusun Oleh :
Nama : Abdilla Mahmud Arrafiq
Nim : 72021050050
Kelas : B/S1 Farmasi
Waktu alir
No. Sampel Biodiesel Rata-rata
t1 t2 t3
1. Sebelum di oven 3 menit 10 3 menit 22 3 menit 24 3 menit 18 detik
detik detik detik
2. Sesudah di oven 4 menit 17 4 menit 30 4 menit 41 4 menit 29 detik
detik detik detik
D. Perhitungan
Diketahui :
Berat piknometer kosong : 16,548 g
Berat piknometer + aquadest : 41,611 g
Berat piknometer + biodiesel : 39,515 g
Massa jelantah : 87,371 g
Suhu aquadest : 26℃
Cawan porselen kosong 100 ml : 52,270 g
= 39,515 g −16,548 g
= 22,967 gram
= 41,611 g – 16,548 g
= 25,063 gram
massa biodiesel
Yield Biodiesel = ×100 %
massa jelantah
22,967 g
= ×100 %
87,371
= 026,286%
VI. PEMBAHASAN
Biodiesel merupakan salah satu jenis bahan bakar yang berasal dari sumber
energi terbarukan dari minyak tumbuhan yang dipercaya akan menjadi bahan bakar
yang digunakan pada alat transportasi untuk menggantikan bahan bakar yang berasal
dari minyak bumi sehingga menyebabkan banyaknya polusi udara.
Pengujian pertama yaitu memproses sintesa biodiesel. Bahan yang digunakan
yaitu aquadest, minyak jelantah, 20 ml methanol dan 1 ml HCl sebagai esterifikasi, 20
ml methanol dan 1 ml NaOH sebagai transeterifikasi. Minyak jelantah diambil 200 ml
dan dipanaskan hingga suhu 50 ºC, kemudian dimasukkan bahan untuk esterifikasi
dan diaduk selama 1 jam. Setelah itu ditambahkan bahan untuk transeterifikasi dan
diaduk lagi selama 2 jam. Kemudian dilakukan pemisahan biodiesel dan gliserol ke
dalam corong pisah. Setelah itu biodiesel dicuci dengan aquadest dan kemudian di
oven selama 1 jam untuk tahap pemurnian. Sebelum dimasukkan ke dalam oven,
biodiesel dimasukkan ke dalam viskometer oswald untuk mencatat waktu alir dari
biodiesel.
Setelah pengovenan terjadi penurunan volume dan massa pada biodiesel,
dimana volume awal diperoleh 78 ml dengan massa 25,73 sedangkan setelah
pemurnian volume berkurang menjadi 71 ml dan massa 8,52 gr. Pada tahap
permunian dilakukan pengukuran viscometer oswald untuk mengukur waktu alir
biodiesel sesudah permurnian. Hasil yang diperoleh pada waktu rata-rata alir sebelum
permunian dan sesudah permurnian mengalami kenaikan waktu alir. Dimana waktu
alir biodiesel lebih lama dari pada sebelumnya. Secara teori seharusnya sesudah
dilakukan permurnian waktu alir dari biodiesel lebih cepat karena biodiesel lebih cair
dari sebelum permurnian.
VII. KESIMPULAN
1. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang diproduksi
dengan reaksi transesterifikasi dan esterifikasi minyak tumbuhan atau lemak
hewan dengan alkohol rantai pendek seperti metanol.
2. Katalis berpengaruh pada hasil dari densitas dan viskositas biodiesel
DAFTAR PUSTAKA
Aziz I, Nurbaiti S, Ulum B. 2011. pembuatan produk biodiesel dari minyak goreng
bekas dengan cara esterifikasi dan transesterifikasi. Valensi. 2(2). 384-388.
Fitriani. (2016). Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah Melalui Transesterifikasi
dengan Bantuan Gelombang Ultrasonik. Bandarlampung: Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Gerpen, Jon Van. (2005). “Biodiesel Processing and Production”. Fuel Processing
Technology. 86, 1097-1107.
Triana kusumaningsih dkk. 2006. Pembuatan Bahan Bakar Biodiesel dari Minyak
Jarak : Pengaruh Suhu dan Konsentrasi KOH pada Reaksi Transesterifikasi
Berbasis Katalis Basa. No.3 Volume 1
LAMPIRAN
Disusun Oleh :
Nama : Abdilla Mahmud Arrafiq
Nim : 72021050050
Kelas : B/S1 Farmasi
Struktur Amilosa
Jika warna biru hampir hilang dan terbentuk endapan merah bata, tambahkan
kedalam campuran yang panas indikator metil blue 2 tetes.
Titrasi dalam keadaan panas dilanjutkan sampai warna biru hilang. Saat titik
ekivalen tercapai cairan terlihat jernih yaitu tidak warna biru yang terlihat
pada beningan, dasar erlenmeyer terdapat endapan.
Keterangan = endapan
B. Titremetri
VII. PEMBAHASAN
Hidrolisis merupakan reaksi penguraian suatu senyawa oleh air, asam atau
basa. Pada praktikum kali ini senyawa yang dihidrolisis adalah senyawa pati
dengan menggunakan katalis asam klorida (HCl). Senyawa pati merupakan
senyawa polisakarida yang dapat diuraikan menjadi monosakarida.
Pada praktikum kali ini reaksi hidrolisa pati dilakukan hidrolisis yang
merupakan proses pemecahan suatu senyawa kimia menjadi senyawa kimia yang lain,
yaitu senyawa kimia yang lebih sederhana. Hasil hidrolisis dinetralkan dengan
menambahkan NaOH yang berfungsi untuk menetralkan HCl yang berlebih dalam
larutan. Larutan yang telah netral ditambah fehling A dan B yang membentuk warna
biru. Penambahan fehling A dan B bertujuan untuk pendeteksi ada atau tidaknya
glukosa dalam larutan. Glukosa yang terdeteksi saat larutan merjadi merah kebiru-
biruan. Setelah penambahan fehling A dan B dilakukan pemanasan hingga mendidih
sambil dititra dengan larutan hidrolisa yang telah dinetralkan dan diencerkan.
Pada penambahan indikator metil blue pada larutan karena indictor metil blue
memiliki range pH antara 10,6-13,4. Indikator ini sesuai untuk larutan basa yang
disebabkan adanya NaOH berlebih yang terdapat pada penambhan fehling B. Dan
hasil yang diperoleh pada percobaan ini, volume titran pada titrasi blangko V1 adalah
4,9 ml dan titrasi blanko V2 adalah 3,4 ml. sedangkan pada titran pada titrasi sampel
0' tidak ada perubahan warna dan tidak terbentuk endapan menandakan tidak ada
glukosa pada larutan sampel. Pada titrasi sampel 5', 10', 15', dan 20' terjadi perubahan
warna biru kemerahan dan terbentuk endapan merah bata menandakan sampel
terdapat glukosa. Hasil perhitungan kadar sampel 10' adalah 0,4285 gr/ml, kadar
sampel 15' adalah 0,2132 gr/ml dan kadar sampel 20' adalah 0,4945 gr/ml. Faktor
yang memungkinkan terjadi kesalahan yaitu kurang telitinya dalam pembacaan
volume titrasi, tidak konstan dalam pengadukan titrasi.
VIII. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Hidrolisis merupakan reaksi penguraian suatu senyawa oleh air, asam atau basa.
2. Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian-
bagian penyusunnya yang lebih sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa
dan glukosa
3. Penambahan HCI berguna sebagai katalis untuk memecah pati menjadi glukosa
danj uga untuk mempercepat reaksi hidrolisis.
DAFTAR PUSTAKA
Rindit Pambaylun dkk. 1998. Laporan Penelitian : Mempelajari Hidrolisis Pati
Gadung (Dioscoreahispida Demst) dengan Enzim amilas dan Glukoamilas
untuk pembuatan sirup glukosa. Fakultas Pertanian UNSRI: Palembang
LAMPIRAN
Disusun Oleh :
Nama : Abdilla Mahmud Arrafiq
Nim : 72021050050
Kelas : B/S1 Farmasi
VII. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. saponifikasi merupakan proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari
minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa
atau pereaksi lainnya sehingga akan membentuk sabun.
2. Reaksi saponifikasi adalah C3H3(O2CR)3 + NaOH → 3RCOONa + C3H5(CH)3
3. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah
minyak nabati atau lemak hewan
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R. J., 1992, Kimia Organik Jilid II, Erlangga, Jakarta
Gebellin, Charles G., 2005, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI- Press
Spitz, Luis, 1996, Soap and Detergents: A Practical and Theoritical Review, United
States of America, AOCS Press
LAMPIRAN
Disusun Oleh :
Nama : Abdilla Mahmud Arrafiq
Nim : 72021050050
Kelas : B/S1 Farmasi
2 reaksi
Menyiapkan 1 buah tabung Menambahkan 10 tetes asam sulfat peka
gram gram
=
BM . Asam salisilat BM . Asam asetil salisilat
1,803,92
Gram ¿
138,12
¿ 13,060 gram
VI. PEMBAHASAN
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah
analgesik antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan
untuk obat bebas. Selain sebagai prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai
efek obat sejenis. Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai
obat luar.
Pada percobaan kali ini, yang digunakan sebagai bahan baku adalah asam
salisilat, asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Asam salisilat dengan asam
asetat anhidrat direaksikan dalam suasana asam yang dibantu dengan pemanasan dan
pendinginan agar pembentukan aspirin berlangsung baik. Digunakan asam asetat
anhidrat karena untuk mencegah adanya air, sebab bila terdapat air maka kristal
aspirin akan terurai kembali menjadi asam salisilat. Pencampuran semua zat
dilakukan dalam lemari asam, karena zat yang digunakan berbahaya jika kontak
secara langsung dengan udara. Setelah tercampur, lalu dipanaskan dengan
menggunakan penangas air. Fungsi dari pemanasan adalah untuk mempercepat
kelarutan dari asam salisilat sehingga dapat bercampur dengan sempurna. Setelah itu,
larutan didiamkan pada suhu kamar selama beberapa menit sambil diaduk. Setelah iru
dilakukan pendinginan pada suhu kamar, pendinginan berujuan untuk membentuk
kristal, karena suhu dingin molekul aspirin dalam larutan akan bergeral lambat dan
akan terkumpul membentuk endapan melalui proses nukeasi. Setelah kristal
mengering, dilakukan identifikasi dengan penambahan FeCl3. Sampel yang diuji
yaitu kristal ditambah dengan metanol kemudian diberi larutan FeCl3. Berdasarkan
hasil percobaan, hasil larutan setelah ditambahkan FeCl3 berubah warna menjadi
ungu. Hal tersebut menandakan bahwa sampel yang dihasilkan selama percobaan
mengandung asam salisilat.
VII. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Aspirin dapat disintesis dari asam salisilat dan asam asetat anhidrat dengan
dibantu dengan asam sulfat pekat.
2. Sintesis aspirin merupakan suatu proses dari esterifikasi.
3. Kristal yang diperoleh pada percobaan sebanyak 10,301 gr.
DAFTAR PUSTAKA
Baysinger, Grace. Et all. 2004. Handbook of Chemistry and Physics . 85th ed.
NewYork : CRC
Fessenden, R.J., dan J.S. Fessenden., 1986, Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga Jilid 2,
Terjemahan Oleh A.H. Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.
https://www.academia.edu/34900434/
Laporan_Praktikum_Kimia_Organik_Sintesis_Aspirin(diakses pada tanggal
20 desember 2022)
LAMPIRAN
Gambar 1 Alat 1 Gambar 2 Alat corong buchner Gambar 3 Bahan Gambar 4 pelarut dan
pereaksi
Gambar 5 penimbangan asam Gambar 6 penimbangan asam Gambar 7 proses Gambar 8 proses
salisilat asetat glacial pemanasan penyaringan