Anda di halaman 1dari 7

LIPID

Reja Vito S (230210210076)


Kelas B

Program Studi Ilmu Kelautan,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.


Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Sumedang Km. 21,Jatingangor,Sumedang 45363,Jawa Barat

Email: reja21001@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK

Lipid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang umumnyahidrofobik, tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organik. Proses pembentukan sabun dikenal sebagai reaksi penyabunan atau saponifikasi,
yaitu reaksi antara lemak/gliserida dengan basa. Tujuan dari praktikum lipid ini yaitu agar praktikan mampu
memanfaatkan asam lemak pada pembuatan sabun (saponifikasi) dan mengkarakterisasi produk sabun yang dihasilkan
(krelarutan, uji gliserol, dan ketidakjenuhan). Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi dan
Biomolekuler, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran. Hasil yang didapat kelompok 6 bahwa
minyak tidak tersaponifikasi secara sempurna, saponifikasi dibilang sempurna karena saat hasil akhir adalah larutan
homogen yang seluruhnya adalah sabun. Ketidaksempurnaan proses saponifikasi ini diduga disebabkan oleh suhu
pemanasan yang kurang pas atau penggunaan jumlah alkali yang belum optimum sehingga ada sebagian trigliserida
yang tidak terhidrolisis.

Kata kunci : Lipid,lemak, Struktur lipid, Saponifikasi

ABSTRACT

Lipids are compounds that contain carbon and hydrogen which are generallyhydrophobic, insoluble
in water, but soluble in organic solvents. The process of soap formation isknown as saponification reaction,
which is the reaction between fat / glyceride and base. The purpose of this lipid practicum is that the
practitioner is able to utilize fatty acids in soap making(saponification) and characterize the resulting soap
products (krelarutan, glycerol test, and unsaturation). This practicum was held in the Biotechnology and
Biomolecular Laboratory, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Padjajaran University. The results
obtained by group 6 that the oil is not perfectly saponified, saponification is considered perfect because
when the final result is a homogeneous solution which is entirely soap. The imperfection of the saponification
process is thought to be caused by an improper heating temperature or the use of an alkaline amount that is
not yet optimum so that some triglycerides are not hydrolyzed.
Keywords : Lipid, Fat, Lipid structure, Saponification
1. Pendahuluan

Lipid dan lemak tidak hanya tinggi nilai


energinya, tetapi juga komponen nutrisi penting
karena vitamin esensial yang larut dalam lemak
yang ditemukan dalam lemak makanan alami.
Lipid bertindak sebagai isolator termal di sekitar
jaringan subkutan dan organ tertentu, bertindak
sebagai isolator listrik, memungkinkan
perambatan cepat gelombang depolarisasi
sepanjang saraf bermielin (Murray et al., 2000).
Lipid memiliki sifat fisik yang lebih penting
Gambar 1.1
daripada sifat kimia karena mereka mempengaruhi Lipid Structure – Saturated and Unsaturated Fatty Acids
bagaimana tubuh menggunakan lemak. Sifat fisik
lipid tubuh bergantung pada panjang rantai karbon
Dalam lipid terdapat struktur polimer asam lemak
dan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang
yang mengandung rantai hidrokarbon non-polar
menyusunnya. Misalnya, titik leleh bahkan asam
yang panjang dengan daerah polar kecil yang
lemak meningkat dengan panjang rantai dan
mengandung oksigen. Struktur lipid dapat dilihat
menurun dengan tingkat ketidakjenuhan
pada gambar diatas.
.

Namun pada kenyataannya, lemak dan


lipid adalah faktor yang terpisah. Perbedaan
mendasar antara keduanya adalah jenis alkohol
pada masing-masing unsurnya (Setiawan, 2022).
Lemak umumnya dari jenis gliserol alkohol, tetapi
Gambar 1.2 Sabun
lipid (lilin) umumnya mengandung alkohol dengan
berat molekul tinggi seperti setil alkohol. Senyawa Sabun adalah sebuah surfaktan yang
yang termasuk dalam lipid ini dapat dibagi biasanya digunakan untuk memebersihkan sesuatu.
menjadi beberapa kelompok. Ada beberapa Secara kimiawi,sabun disebut sebagai garam logam
metode klasifikasi yang dikenal. Bloor alkali. Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan
membaginya menjadi tiga kelompok utama: yang terbuat dari minyak atau lemak alami.
(Poedjiadi, 1994) lipid sederhana, yaitu ester Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian
berbagai alkohol dan asam lemak seperti lemak kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat
dan gliserida, kemudian lipid kompleks, ester asam hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu
lemak dengan gugus tambahan, fosfor, menjadi mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan
lipid, dan terakhir turunan lipid, senyawa yang atau pakaian. Sebagai aturan, sabun diproduksi
dibuat dengan hidrolisis lipid, menjadi dua ketika asam lemak dan basa bereaksi. Sabun adalah
kelompok besar: non-setable basa ,dan lipid, lipid surfaktan dengan gugus bipolar dengan kepala
sausible yang dapat dihidrolisis hidrofilik dan ekor hidrofobik (Levenspiel, 1972),
dan sabun dapat mengangkat noda
Gambar 2.1.2 Rak tabung reaksi

Dalam sabun juga terdapat proses saponifikasi 3. Hot plate, sebagai pengaduk laturan otomatis
yang merupakan proses yang dilakukan dalam
pembuatan sabun, yaitu dengan mereaksikan asam
lemak dengan alkali yang nantinya akan
menghasilkan sintesa dan ari serta garam karbonil.
Dalam proses saponifikasi ini akan menghasilkan
sabun dan gliseril. Jenis alkali yang sering
digunakan dalam pembuatan sabun atau pada
proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3,
NH4OH, dan ethanolimines (Mader,
Windelspecht, & MIchael, 2010) Gambar 2.1.3. Hot plate

Dengan demikian, tujuan dari


4. Beaker glass, sebagai wadah penampung
dilaksanakannya praktikum Lipid ini adalah agar
larutan saat diaduk,dipanaskan,Dsb
praktikan mampu memanfaatkan asam lemak pada
pembuatan sabun (saponifikasi) dan praktikan
mampu mengkarakterisasi produk yang dihasilkan
(uji kelarutan,uji gliserol,dan uji ketidakjenuhan)

Gambar 2.1.10. Beaker glass


2. Alat dan Bahan
5. Penjepit tabung reaksi, sebagai penjepit
2.1. Daftar alat tabung reaksi saat dipindahkan

1. Tabung reaksi, sebagai wadah yang akan digu-


nakan untuk mereaksikan zat.

Gambar 2.1.12. Penjepit tabung reaksi

6. Pipet tetes, sebagai alat untuk mengambil


Gambar 2.1.1. Tabung reaksi sampel larutan

2. Rak tabung reaksi, sebagai tempat untuk mele-


takkan tabung reaksi

Gambar 2.1.13. Pipet tetes

Gambar 2.1.2. Rak tabung reaksi


2.2. Daftar bahan

2.2.1 H2SO4 sebagai asam kuat


2.2.2 NaOH sebagai basa kuat
2.2.3 CH3COOH sebagai asam lemah
2.2.4 KOH sebagai basa lemah
2.2.5 Minyak goreng sebagai yang diuji
2.2.6 Minyak zaitun sebagai yang diuji
2.2.7 Akuades sebagai pereaksi

3. Prosedur
1. Dimasukkan 5 tetes minyak zaitun ke dalam
tabung reaksi 1 dan 3 serta 5 tetes minyak
goreng ke tabung 2 dan 4

2. Ditambahkan akuades sebanyak 3mL

3. Dimasukkan 1 mL KOH ke tabung 1 dan 2

4. Dimasukkan 1 mL NaoH ke tabung 3 dan 4

5. Dipanaskan campuran tersebut sampai mendi-


didih (1-2 menit). Diocok dan perhatikan
pembentukan busa.

6. Dibandingkan hasil yang diperoleh

7. Ditambahkan CH3COOH pada tabung 1 dan 4

8. Ditambahkan H2SO4 pada tabung 2 dan 3

9. Diamati perlakuan dan dicatat hasilnya di


dalam tabel pengamatan.
4. Hasil dan Pembahasan

No Sampel Tabung Pemberian Pengamatan


1 Minyak goreng 2 KOH + H2SO4 Terdapat 2 lapisan bening

4 NaOH + CH3COOH Terdapat 2 lapisan bening

2 Minyak goreng 2 KOH Busa lebih sedikit dari NaOH

4 NaOH Busa lebih banyak dari KOH


3 Minyak zaitun 1 KOH + CH3COOH Terdapat 2 lapisan kuning
3 NaOH + H2SO4 Terdapat 2 lapisan bening
4 Minyak zaitun 1 KOH Busa lebih sedikit dari NaOH
3 NaOH Busa lebih banyak dari KOH

Dua sampel minyak zaitun dan minyak


goreng digunakan di lab lipid ini. Kursus lab ini NaOH sebagai pereaksi asam kuat, CH3COOH
dirancang untuk memungkinkan praktisi sebagai pereaksi asam lemah, dan H2SO4
kemudian menggunakan asam lemak dalam sebagai pereaksi asam kuat.
produksi (saponifikasi) sabun dan
mengkarakterisasi produk yang dihasilkan (uji Hasil yang didapatkan pada masing-
kelarutan gliserol dan tingkat ketidakjenuhan). masing sampel minyak adalah terlihat bahwa
Alat yang digunakan dalam praktikum ini minyak zaitun dan minyak goreng berubah
adalah tabung reaksi yang digunakan untuk menjadi adanya busabusa. Busa yang dihasilkan
mereaksikan zat, rak tabung reaksi yang oleh pereaksi KOH lebih sedikit dibandingkan
digunakan sebagai tempat penyimpanan tabung dengan busa yang dihasilkan oleh NaOH. KOH
reaksi, dan gelas beker yang digunakan sebagai dan juga NaOH mengubah minyak/lemak
wadah untuk mengaduk, memanaskan dan menjadi busa sabun yang artinya proses
mencampur zat cair. Selanjutnya, ada penjepit saponifikasi telah berlangsung pada masing-
pipa yang akan digunakan. Hot plate adalah alat masing larutan. Selanjutnya pada percobaan
yang digunakan untuk memanaskan suatu yang dilakukan pada minyak zaitun dalam
larutan, seperti untuk mengamankan tabung tabung 1 yang diberikan pereaksi KOH dengan
reaksi dengan cara dipanaskan, dan terakhir ada CH3COOH. Lalu pada sampel minyak zaitun
pipet yang digunakan untuk memindahkan tabung 3 diberikan pereaksi NaOH dengan
larutan dari satu wadah ke wadah lainnya. H2SO4. Hasil yang didapatkan dari pereaksi
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum KOH dengan CH3COOH adalah terbentuknya
lipid ini antara lain aquadest yang digunakan 2 lapisan tebal sedikit lebih kuning dari tabung
sebagai media untuk memanaskan sampel, 3. Sedangkan hasil yang didapatkan dari
minyak goreng yang digunakan sebagai sampel pereaksi NaOH dengan H2SO4 adalah
yang akan diuji, minyak zaitun yang digunakan terbentuknya 2 lapisan tebal sedikit kuning. Hal
sebagai sampel yang akan diuji, dan sebagai ini menandakan bahwa sifat lemak dapat
reagen basa lemah Ada KOH yang digunakan. kembali ke warna semula melalui penambahan
pereaksi asam.
Pada pengujian sampel telur ayam
Pada sampel minyak goreng yang
mentah dengan pH awal sebesar 8 yang
diberikan perlakuan dengan pereaksi KOH dan
menunjukkan telur ayam bersifat basa lemah
H2SO4 pada tabung 2, didapatkan hasil yaitu
kemudian ketika ditambahkan pereaksi NaoH
terbentuknya 2 lapisan dengan warna bening,
(basa kuat) terjadi perubahan pH menjadi 10
sedangkan pada tabung 4 yang dilakukan
yang menunjukkan telur ayam bersifat basa
perlakuan dengan pereaksi NaOH dan
lemah, ketika ditambahkan pereaksi NH3 (basa
CH3COOH pada tabung 4, didapatkan hasil
lemah) terjadi perubahan pH menjadi 9 yang
yaitu terbentuknya 2 lapisan tipis bening. Pada
menunjukkan telur ayam bersifat basa lemah,
sampel minyak goreng warnanya tidak berubah
ketika ditambahkan pereaksi H2SO4 (asam
kembali menjadi kuning dan memiliki 2 lapisan
kuat) terjadi perubahan ph menjadi 1 yang
yaitu lapisan atas yang membentuk gliserol dan
menunjukkan telur ayam bersifat asam kuat,dan
lapisan bawahnya adalah sabun itu sendiri.
ketika ditambahkan pereaksi CH3COOH (asam
Minyak tidak larut dalam air, hal ini dapat
lemah) terjadi perubahan Ph menjadi 1 yang
dibuktikan pada saat kedua zat tersebut tidak
menunjukkan telur ayam bersifat asam kuat.
Bersatu dan juga merupakan pelarut polar.
Selanjutnya sampel telur ayam direaksikan
Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang
dengan ninhidrin yang menghasilkan sampel
tidak stabil karena bila dibiarkan maka kedua
telur mengalami penambahan warna menjadi
cairan akan berpusan menjadi dua lapisan. Sifat
keunguan, Dari hasil ungu yang didapatkan, hal
fisik sabun dapat meliputi keras dan lusaknya.
ini menunjukkan bahwa pada telur ayam
Jumlah busa yang dihasilkan, warnanya
terdapat asam amino dan teksturnya yang
transparan atau tidak, kelarutan dalam air, dan
menggumpal menandakan terjadi koagulasi.
lain. Sabut juga bersifat basa.
3. Reaksi penyabunan (saponifikasi) merupakan
reaksi eksotermis sehingga harus diperhatikan
5. Kesimpulan pada saat penambahan minyak dan alkali agar
tidak terjadi panas yang berlebihan. Pada
1. Memanfaatkan asam lemak pada pembuatan proses penyabunan, penambahan larutan alkali
sabun (saponifikasi) telah dilakukan. (KOH atau NaOH) dilakukan sedikit demi
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan sedikit sambil diaduk dan dipanasi untuk
dapat disimpulkan bahwa asam lemak dapat menghasilkan sabun cair. Untuk membuat
dimanfaatkan dalam pembuatan sabun proses yang lebih sempurna dan merata maka
(Saponifikasi). Saponifikasi yang dihasilkan pengadukan harus lebih baik. Sabun cair yang
dengan minyak menghasilkan gliserol dan busa diperoleh kemudian diasamkan untuk
sabun. melepaskan asam lemaknya. Hasil dari
praktikum bahwa minyak tidak tersaponifikasi
secara sempurna, saponifikasi dibilang
2. Mengkarakterisasi produk sabun yang sempurna karena saat hasil akhir adalah larutan
dihasilkan (uji kealrutan,uji gliserol,dan uji homogen yang seluruhnya adalah sabun.
ketidakjenuhan) telah dilakukan. Berdasarkan Ketidaksempurnaan proses saponifikasi ini
percobaan yang telah dilakukan dapat diduga disebabkan oleh suhu pemanasan yang
disimpulkan bahwa larutan basa kuat maupun kurang pas atau penggunaan jumlah alkali yang
asam lemah yang digunakan untuk proses belum optimum sehingga ada sebagian
menghidrolisis asam lemak yang dihasilkan dari trigliserida yang tidak terhidrolisis.
proses saponifikasi oleh alkali. Larutan alkali
yang digunakan dalam praktikum ini adalah
NaOH dan KOH. DAFTAR PUSTAKA

Fitriana, Y. A., & Fitri, A. S. (2019). Uji Lipid pada Minyak


Kelapa, Margarin, dan Gliserol. SAINTEKS,
Vol.16,No.1.
Alexander J, Shirrton, Swern D, Norris FA,
and Maihl KF. 1964. “Bailey’s
Industrial Oil and Fat Product”, 3rd
Ed. John Wiley & Sons. New York,
London, Sydney.
Keenan. 1991. Kimia Untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga.
Levenspiel, O. 1972.”Chemical Reaction
Engineering”, 2nd Ed. John Wiley &
Sons, Inc. New York. Hal. 21-22
Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, F.M. Titin.
2009. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta: Universitas Indonesia
(UI-Press).

Levenspiel. (1972). Rekayasa Reaksi Kimia.


Alche Journal,PG-19.

Mader, S. S., Windelspecht, & MIchael.


(2010). HumanBiology 3rd Ed.
New York: MC Graw Hill.

Poedjiadi, A. (1994). Dasar-dasar Biokimia.

Jakrta: UI Press.Setiawan, S. (2022, Februari

13). Perbedaan Lemak Dan


Lipid – Pengertian, Sifat, Fungsi,
Lilin, Steroid,Golongan.
Retrieved from
https://www.gurupendidikan.co.id

Anda mungkin juga menyukai