Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum II Biokimia Dasar

UJI KELARUTAN LIPID DAN UJI PEMBENTUKAN EMULSI

Oleh :

NAMA :WA ODE NINA HARIM


STAMBUK :L1A120088
KELAS :B
KELOMPOK :7 (TUJUH)
AST.PEMBIMBING :MUHAMMAD THOKSYN FURQAN B

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lipid adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, banyak ditemukan

dalam sel/jaringan, larut dalam zat pelarut non polar seperti kloroform, eter, dan

benzana. Sebagai penyusun utama lipid adalah terigliserida. Walaupun lipid

merupakan suatu golongan senyawa sendiri akan tetapi sering kali bergabung

dengan senyawa lain misalnya karbohidrat dan protein dengan nama glikolipid

dan lipoprotein. Lipid berasal dari makanan yang dikonsumsi dan disintesis di

dalam hati. Kelompok lipid terdiri dari triasilgliserol, fosdolid, kolesterol, dan

asam lemak bebas. Lipid diangkut melalui aliran darah dengan cara berikatan

dengan protein membentuk senyawa yang larut dalam air yang disebut lipoprotein

(Beny. A 2013). Kandungan lipid yang terbesar pada makanan adalah jenis

trigliserida (Jim, E.L 2013).

Uji kelarutan lipid ini dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan seperti

aquades, alkohol 96%, kloroform, dan natrium karbonat (Na 2CO3 0,5%). Uji ini

dilakukan untuk melihat sifat lipid, yaitu molekul non polar yang hanya dapat

larut dalam pelarut non polar (kloroform, eter, metilen, alkohol) sehingga bila

dilarutkan dalam pelarut polar lipid tidak akan homogen dengan larutan tersebut.

Derajat kelarutan merupakan kemampuan suatu zat terlarut untuk dapat larut

dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu. Tingkat polaritas berkaitan dengan

polaritas dari pelarut tersebut. Senyawa yang memiliki keplaran yang sama akan

lebih mudah tertarik /terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran

yang sama. Hal ini sesuai dengan prinsip uji kelarutan yang berdasarkan pada
kaidah “ like dissolves like” yang mana senyawa polar akan larut dalam pelarut

polar dan sebalikmya. Kelarutan lipid baik lemak maupun minyak dapat diuji

dengan berbagai jenis pelarut untuk mengetahui derajat kelarutanya (Mardina,

2011).

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika

dengan kandungan paling sedikit dua fase cair yang tidak dapat bercampur, satu

diantaranya didispersikan sebagai globula dalam fase cair lain. Ketidakstbailan

kedua fase ini dapat dikendalikan menggunakan suatu zat pengemulsi/emulsifier

atau emulgator. Terdapat beberapa jenis emulsi, mulai dari yang sederhana hingga

kompleks ( Pawlik et al., 2013).

Berdasarkan uji kelarutan emulsi kali ini menggunakan bahan-bahan seperti

aquades, minyak kelapa, Na2CO3, larutan sabun dan larutan protein. Daya kerja

emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat, baik

pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan disekeliling minyak

sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan dan diapsorbsi melapisi butir-

butir minyak, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak

satu sama lain (Sakinah,2011).

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini diantarannya adalah sebagai

berikut.

1. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi uji kelarutan lipid.

2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi uji pembentukan emulsi.


1.3. Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang uji kelarutan lipid.

2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang uji pembentukan emulsi.


BAB II. METEODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Alat dan Bahan

2.1.1. Alat dan Bahan Uji Kelarutan Lipid

Alat yang digunakan pada saat praktikum uji kelarutan lipid adalah sebagai
berikut.
Tabel 1. Alat dan Kegunaan Uji Kelarutan Lipid.
No. Alat Kegunaan
1. Tabung reaksi Untuk menyimpan sampel
2. Rak tabung Untuk menyimpan tabung reaksi
3 Pipet tetes Untuk mengambil/mengukur sampel
4. ATK Untuk menulis hasil pengamatan
5. Kamera Untuk dokumentasi

Bahan yang digunakan pada saat praktikum uji kelarutan emulsi adalah
sebagai berikut.
Tabel 2. Bahan dan Kegunaan Uji Kelarutan Lipid.
No. Bahan Kegunaan
1. Minyak Sebagai objek pengamatan
2. Aquades Sebagai objek pengamatan
3. Alkohol Sebagai objek pengamatan
4. Kloroform Sebagai objek pengamatan
5. Natrium Karbonat (Na2CO3) Sebagai objek pengamatan

2.1.2. Alat dan Bahan Uji Pembentukan Emulsi

Alat yang digunakan pada saat praktikum uji kelarutan emulsi yaitu sebagai
berikut.
Tabel 3. Alat dan Kegunaan Uji Pembentukan Emulsi
No. Alat Kegunaan
1. Tabung reaksi Untuk menyimpan sampel
2. Rak tabung Untuk menyimpan tabung reaksi
3. ATK Untuk menulis hasil pengamatan
4. Kamera Untuk dokumentasi
5. Pipet tetes Untuk mengambil/mengukur sampel

Bahan yang digunakan pada saat praktikum uji kelarutan emulsi yaitu
sebagai berikut.
Tabel 4. Bahan danKegunaan Uji Pembentukan Emulsi
No. Bahan Kegunaan
1. Minyak bimoli Sebagai objek pengamatan
2. Aquades Sebagai objek pengamatan
3. Na2CO3 Sebagai objek pengamatan
4. Larutan sabun Sebagai objek pengamatan
5. Larutan protein Sebagai objek pengamatan

2.1. Prosedur Kerja

2.1.3. Prosedur Kerja Uji Kelarutan Lipid

Berikut adalah cara kerja praktikum uji kelarutan lipid.

1. Disiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Berturut-turut diisi dengan

air suling, alkohol 96%, kloroform, dan larutan Na2CO30,5% sebanyak 1 ml.

2. Ditambahkan pada setiap tabung 2 tetes minyak kelapa murni.

3. Dikocok sampai homogen, lalu dibiarkan beberapa saat.

4. Diamati sifat kelarutannya.

2.2.2. Prosedur Kerja Uji Pembentukan Emulsi

Berikut ini adalah prosedur kerja praktikum uji kelarutan emulsi.

1. Disiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering.

Tabung 1 : diisi 2 ml air dan 2 tetes minyak kelapa murni.

Tabung 2 : diisi 2 ml air, 2 tetes minyak bimoli, dan 2 tetes larutan

Na2CO30,5%.

Tabung 3: diisi 2 ml air, 2 tetes minyak bimoli, dan 2 tetes larutan sabun.

Tabung 4 : diisi 2 ml larutan protein 2% dan 2 tetes minyak bimoli.

Tabung 5 : diisi 2 ml larutan empedu encer dan 2 tetes minyak bimoli.

2. Dikocok setiap tabung dengan kuat, lalu dibiarkan beberapa saat.

3. Diamati terjadinya pembentukan emulsi.

4. Diulangi percobaan dengan menggunakan minyak bimoli.


BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan

Tabel 5. Objek Pengamatan Uji Kelarutan Lipid


No. Bahan Kelarutan
Tabung I Aquades Tidak larut
Tabung II Alkohol 96% Tidak larut
Tabung III Kloroform Larut
Tabung IV Natrium Karbonat Larut
(Na2CO3)

Tabel 6. Hasil Pengamatan Uji Pembentukan Emulsi


No. Bahan Hasil Emulsi
1. Air + minyak kelapa Emulsi tidak stabil
murni
2. Air+ minyak kelapa Emulsi stabil
murni + Na2CO3
3. Air + minyak kelapa Emulsi stabil
murni + Larutan sabun
4. Larutan Protein + minyak Emulsi tidak stabil
kelapa murni

Tabel 7. Gambar Objek Pengamatan Uji Kelarutan Lipid.


No Nama Gambar

1. Aquades
2. Alkohol

3. Kloroform

4 Na2CO3
Tabel 8. Gambar Objek Pengamatan Uji Pembentukan Emulsi
No. Nama Gambar

1. Larutan air + minyak

kelapa

2. Air + minyak kelapa +

Na2CO3

3. Air + monyak kelapa +

larutan sabun.
4. Larutan protein +

minyak kelapa murni.

3.2. Pembahasan

3.2.1. Uji Kelarutan Lipid

Uji kelarutan lipid dilakukan dengan menggunakan aquades, alkohol,

kloroform dan natrium karbonat ( Na2CO3) yang dimasukan pada masing-masing

tabung reaksi. Setelah itu dilakukan penambahan minyak kelapa murni pada

masing-masing tabung dan melakukan pengocokan yang berfungsi agar larutan

dapat bereaksi dengan baik.

Berdasakan tabung pertama, minyak kelapa diteteskan ke dalam larutan

aquades yang dimana mengalami reaksi tidak terlarut. Air dan minyak tidak bisa

bercampur karena sifat molekulnya yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat

Gischa (2019) menyatakan bahwa molekul air adalah molekul polar, artinya salah

satu ujung molekul memiliki muatam positif dan ujung lainnya memiliki muatan

negatif. Sedangkan minyak memiliki jenis molekul non polar. Molekul ini hanya

bias bersatu dengan molekul non polar lainnya. Sehingga air dan minyak tidak

dapat bersatu karena memiliki molekul yang berbeda dan tidak bias mengikat.
berdasakan tabung kedua, alkohol ditambahkan dengan minyak kelapa

mengalami reaksi tidak larut pula. Hal ini tidak sesuia dengan pernyataan dari

Budiatma (2018) yang menyatakan bahwa kelarutan adalah kemampuan dua atau

lebih cairan untuk bercampur dan membentuk larutan penuh. Minyak dan alkohol

tercampur. Prinsip kelarutan membantu menjelaskan bagaimana minyak tidak

tercampur air tetapi tercampur dengan alkohol. Alkohol melarutkan minyak

dengan proinsip “suka tidak suka” Pendekatan ini berasal dari fakta bahwa zat

dengan molekul polar larut dalam molekul polar. Dengan demikian pula, molekul

non polar larut dengan molekul yang mengandung molekul non polar.

Berdasarkan tabung ketiga, berisi kloroform yang diberi perlakuan dengan

penambahan minyak kelapa dan terjadi reaksi larut. Seperti yang kita ketahui

bahwa kloroform adalah pelarut non polar, dan lemak juga adalah subtansi non

polar sehingga kedua bahan tersebut dapat bersatu sebagaimana yang dikatakan

oleh Azhari (2015) menyatakan bahwa pelarut polar akan melarutkan senyawa

polar, dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa non polar.

Berdasarkan tabung terakhir atau ke empat, berisi natrium karbonat

( Na2CO3) yang ditambahkan dengan minyak kelapa dan ketika dihomogenkan

mengalami reaksi terlarut. Hal ini sesuai dengan permyataan dari Mardiana (2011)

yang menyatakan bahwa minyak dalam soda (Na2CO3) akan membentuk emulsi

yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi dengan

soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan sehingga tetes-

tetes minyak tersebar seluruhnya.


3.2.2. Uji Pembentukan Emulsi

Uji pembentukan emulsi terhadap minyak kelapa dilakukan dengan

menggunakan air, Na2CO3, larutan sabun dan larutan protein. Pada proses

pengujian kali ini terdapat hasil yang berbeda-beda disetiap senyawa organik.

Berdasarkan larutan yang pertama yaitu campuran antara air dan minyak

kelapa murni yang memiliki reaksi emulsinya tidak stabil. Tidak terbentuk emulsi

dan emulsinya tidak stabil atau dengan kata lain bahwa kedua cairan ini tidak larut

(tidak menyatu). Hal ini sesuai dengan pernyataan Gischa (2019) yang

menyatakan bahwa saat air dan minyak diguncangkan di dalam botol, memang

akan terlihat bercampur untuk beberapa saat. Setelah diguncangkan minyak akan

terpecah menjadi manik-manik kecil dan akan bersatu kembali dengan minyak

lainnya dan berpisah dengan air. Hal ini karena molekul air saling menarik satu

sama lain sedangkan minyak akan saling menempel kemudian membentuk dua

lapisan.

Berdasarkan larutan kedua yaitu terdapat campuran antara air, minyak

kelapa dan Na2CO3 yang mengalami reaksi emulsinya stabil atau dapat terlarut.

Ketiga cairan ini dapat menyatu karena tidak adanya emulsigator pada reagen uji

sehingga kondisinya stabil. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan dari Mardiana

(2011) yang menyatakan bahwa hasli percobaan air, minyak kelapa, dan Na2CO3

membentuk emulsi yang tidak stabil. Natrium karbonat berfungsi sebagai

emulsifier yang menurunkan tegangan permukaan antara air dan minyak.

Berdasarkan larutan ketiga yaitu campuran antara air, minyak kelapa dan

larutan sabun yang mengalami reaksi emulsinya stabil. Hal ini dikarenakan

larutan sabun
merupakan emulsifier dipol yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara

kedua fase kontinu (air) dan fase dispersi (minyak) sebagai akibat menurunnya tegangan

permukaan dan diabsorbsi melapisi butir minyak sehingga butir-butir minyak tak dapat

menyatu kembali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aldon (2011) yang menyatakan

bahwa sabun dalam bantuan media air akan melarutkan minyak atau lemak. Kerja sabun

didasari oleh gaya tarik antara molekul kotoran (lemak), sabun, dan air. Air (H2O) bisa

melarutkan berbagai zat kimia, dan kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat

tidaknya zat tersebut menandingi gaya tarik menarik listrik (gaya intermolekul dipol-

dipol) antara molekul- molekul air. Karena adanya gaya tarik menarik itulah, maka

lemak/minyak dapat larut dengan sabun dalam air.

Selanjutnya, pada tabung keempat yaitu ada campuran antara larutan protein

dan minyak kelapa murni yang dimana setelah dihomogenkan akan menghasilkan

reaksi ketidak stabilan emulsi. Fosfilipida kuning telur meningkatkan stabilitas

emulsi pada konsentrasi protein rendah yang mempunyai efek sinergis terhadap

sifat emulsifikasi protein globular melalui pembentukan kompleks protein-

fofolipida dan melalui adsorpsi di celah- celah pada antar permukaan yang tidak

distabilisasi protein. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chen & Ono (2014) yang

menyatakan bahwa protein mengandung asam amino dengan rantai samping yang

memiliki muatan negatif (- COO-) dan positif (-NH 3 +). Pembentukan lapisan

muatan yang melingkupi droplet minyak menyebabkan droplet saling tolak-

menolak untuk mecegah tumbukan. Sementara stabilitasi tolak menolak sterik

terjadi dengan cara membentuk lapisan tebal pada droplet minyak. Dikarenakan
protein termasuk berat molekul yang tinggi, maka protein dapat membentuk

lapisan pembatas fisik yang tebal pada permukaan droplet minyak untuk

mencegah agregasi droplet minyak.


BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

2.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari uji kelarutan lipid dan pembentukan emulsi ini

adalah:

1. Lipid merupakan senyawa yang tidak dapat larut dalam polar tetapi dapat larut

dalam senyawa non polar. Lipid adalah senyawa organik yang tidak larut

dalam air, banyak ditemukan dalam sel/jaringan, larut dalam zat pelarut non

polar seperti kloroform, eter, dan benzana. Sebagai penyusun utama lipid

adalah terigliserida. Uji kelarutan lipid dilakukan dengan menggunakan

aquades, alkohol, kloroform dan natrium karbonat ( Na2CO3) yang dimasukan

pada masing-masing tabung reaksi. Pada percobaan pertama yaitu campuran air

dan minyak kelapa mengalami reaksi tidak terlarut. Hal ini terjadi karena air

dan minyak tidak dapat bersatu karena memiliki molekul yang berbeda dan

tidak bisa mengikat. Sementara pada senyawa alkohol, kloroform dan Na 2CO3,

minyak akan tercampur karena zat dalam molekul non polar akan larut atau

tercampur dengan molekul non polar.

2. Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika dengan

kandungan paling sedikit dua fase cair yang tidak dapat bercampur, satu

diantaranya didispersikan sebagai globula dalam fase cair lain. Pada uji

pembentukan emulsi yang menggunakan bahan pelarut seperti air, minyak

kelapa, Na2CO3, larutan sabun dan larutan protein. Dari ke empat bahan

tersebut campuran antar air dan minyak mengalami emulsi yang tidak stabil

karena molekul air saling menarik satu sama lain sedangkan minyak akan
saling menempel kemudian membentuk dua lapisan. Sementara campuran

antara air,minyak kelapa dan Na2CO3 mengalami emulsi yang tidak stabil pula

karena natrium karbonat berfungsi sebagai emulsifier yang menurunkan

tegangan permukaan antara air dan minyak. Kemudian untuk campuran air,

minyak kelapa dan larutan sabun memiliki emulsi yang stabil karena adanya

gaya tarik menarik listrik sehingga lemak/minyak dapat larut dengan sabun

dalam air. Sementara pada campuran antara larutan protein dan minyak

mengalami emulsi tidak stabil . dikarenakan protein termasuk berat molekul

yang tinggi, maka protein dapat membentuk lapisan pembatas fisik yang tebal

pada permukaan droplet minyak untuk mencegah agregasi droplet minyak

sehingga tidak terjadi larutan atau mengalasi emulsi yang tidak stabil.

2.2. Saran

Saran saya sebelum mengikuti praktikum uji kelarutan lipid dan

pembentukan emulsi ini sebaiknya mengetahui terlebih dahulu definisi dari lipid

dan emulsi, selain itu juga karna situasi masih dalam pandemi Covid- 19

sebaiknya sebelum memasuki ruang laboratorium para praktikan wajib mengecek

suhu tubuh dan pemakaian hand sanitaizer dan menjaga jarak. Dan juga setelah

proses praktikum telah selesai sebaiknya alat-alat yang digunakan pada saat

praktikum disterilisasikan kembali agar terhindar dari kontaminasi oleh media lain

dan pada saat digunakan kembali oleh praktikan yang lainnya alat-alat tersebut

sudah dalam koadaan bersih.


DAFTAR PUSTAKA

Argo, B, D. Djoyowasito, G. Yulianingsih, R. 2012. Uji Performansi Pencuci

Biodesel Metode Pengkabutan Air dalam Minyak. Rekayasa Mesin 1 (2).

Fitriansyah, S. N. 2018. Formulasi dan Evakuasi Fisik Sediaan Krim Pelembab

Dimethylsilanol Hyaluronate dengan Penambahan Basis Nano dan Fase

Minyak kelapa Murni. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia 3 (1).

Fitriana. T. A. N. dan Adrhista. S. F. 2019. Uji Lipid pada Minyak

Kelapa, Margarin dan Gliserol. Jurnal Seintek. Vol 16 (1).

Hidayanto, A. P., 2017. Biokimia. Universitas Esa Unggul. Jakarta.

Mamuaja, C. F. 2017. Lipida. Universitas Sam Ratulangi. Manado.


LAMPIRAN

5.1.Lampiran Dokumentasi Praktikum

Anda mungkin juga menyukai