Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM SITOHOSTO TEKNOLOGI

FIKSASI JARINGAN

DISUSUN OLEH:

Achmad Ya Habibi Raharasun

1804034006

(6D)

D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR. HAMKA
JAKARTA
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Pemeriksaan histopatologik merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan unutk
setiap jaringan yang dikirim ke laboratorium patologi anatomi. Pengolahan jaringan
yang baik akan memberikan kualitas hasil yang memuaskan untuk dinilai oleh patolog.
Kualitas sediaan hasil pengolahan jaringan dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama
dari tahap-tahap pengolahan jaringan itu sendiri.
Langkah yang dilakukan untuk menyiapkan sediaan segar adalah dengan fiksasi
jaringan yang merupakan tahap awal dalam pengolahan jaringan dengan proses yang
krusial agar dapat membuat sediaan histopatologi yang layak untuk dibaca, fiksasi
adalah langkah yang penting dalam pembuatan sediaan utuh maupun sayatan.

B. Definisi
Proses fiksasi jaringan biasanya merupakan tahap pertama dalam pembuatan
sediaan histopatologi. Fiksasi adalah memberikan perlakuan tertentu terhadap
elemen-elemen jaringan, terutama inti sel atau nucleus nya, sehingga dapat
diawetkan dalam kondisi yang sedikit banyak mendekati keadaan aslinya (tidak
mengalami perubahan bentuk maupun ukuran), atau dapat dikatakan fiksasi
merupakan berbagai perlakuan yang dapat melindungi struktur sel dan komposisi
biokimianya.
Fiksasi jaringan adalah langkah dasar dibalik studi patologi dan sangat penting
untuk mencegah autolysis dan degradasi jaringan serta komponen jaringan sehingga
mereka dapat diamati baik secara anatomis maupun mikroskopis. Kualitas fiksasi
adalah kunci untuk semua tahap selanjutnya yang penting dalam pembuatan sediaan
histopatologik , oleh karena itu pengawetan sel dengan perubahan morfologi yang
minimal dan secara kasat mata tanpa adanya kehilangan molekul sangat penting dalam
pengolahan jaringan.
Fiksasi diharapkan dapat melindungi specimen biologi dari efek denaturasi
dehidrasi dan semua proses pengolahan jaringan.

C. Tujuan
Tujuan dari fiksasi jaringan, yaitu:
1. Mencegah proses pembusukan yaitu proses penghancuran jaringan yang
melibatkan metabolism protein dalam sel dan adanya aktifitas bakteri serta
adanya pembentukan gas
2. Mempertahankan bentuk jaringan sedemikian rupa sehingga perubahan bentuk/
struktur sel jaringan yang terjadi hanya sekecil mungkin
3. Menghentikan autolysis jaringan dengan inaktivasi enzim hidrolisis dari
lisosom dan dengan demikian dapat memberikan morfologi seluler yang lebih
baik di dalam maupun di antara sel dengan membuat molekul menjadi resisten
terhadap disolusi air dan cairan lainnya
4. Persiapan yang lebih baik dalam pemotongan sampel histopatologi dengan cara
memadatkan dan mengeraskan jaringan

D. Macam-macam Larutan Fiksasi


1. Formaldehid:
Formaldehid merupakan suatu gas yang larut dalam air. Larutan ini bersifat
asam dan tersedia dalam bentuk formaldehid 40% atau formalin, namun dengan
konsentrasi ini tidak dapat dipakai untuk fiksasi karena terlalu cepat
mengeraskan jaringan. Sebagai larutan fiksasi formalin harus dicampurkan
dalam air biasa atau larutan garam fisiologis, dengan perbandingan 1 bagian
formalin dengan 9 bagian pelarut menjadi formal saline 10% atau lebih dikenal
dengan formalin 10%
2. Alkohol:
Alcohol merupakan larutan dengan daya dehidrasi yang kuat dan menyebabkan
pengerasan dan pengerutan jaringan. Alcohol jenis paling sederhana adalah
methanol dan etanol, alcohol dapat mengkoagulasi protein dan presipitasi
glukogen dan melarutkan lemak. Fungsi alcohol yang utama adalah sebagai
bahan fiksasi sediaan sitologi namun dalam keadaan terpaksa dapat digunakan
sebagai histopatolgi. Hal ini disebabkan daya tembus alcohol yang kurang baik
oleh karena jaringan cepat menjadi keras dan mengkerut sehingga sediaan sulit
dipulas.
3. Larutan Boiun:
Organ yang telah dicuci dengan larutan garam fisiologis, dimasukan ke dalam
larutan bouin (maks. 24 jam) dengan volume sekurang-kurangnya 10x volume
jaringan yang akan di fiksasi
Komposisi larutan Bouin:
a. Larutan asam pikrat jenuh 75 ml
b. Formalin (formaldehid 40%) 25 ml
c. Asam asetat glasial 5 ml (yang ditambahkan saat digunakan)
Larutan stok asam pikrat jenuh dibuat dengan cara melarutkan 1 gr serbu asam
pikrat dalam etanol 95% sebanyak 100 ml.
4. Neutral Buffered Formalin
Komposisi NBF:
a. Formalin 10 ml
b. Acid sodium phosphate monohydrate 0,40 gr
c. Anhydrous disodium phosphate 0,65 gr
d. Ad akuades 100 ml
BAB II
METODOLOGI

A. Tempat
Praktikum dilakukan di Laboratorium Sito Histologi Fakultas Farmasi dan Sains
UHAMKA
B. Alat dan Bahan
➢ Alat
1. Becker glass
2. Wadah/ gelas larutan
3. Pipet volume 25 ml dan 10 ml
4. Bulb
5. Batang pengaduk
6. Neraca analitik
➢ Bahan
1. Asam pikrat jenuh 2 gr
2. Formalin 10%
3. Etanol 96%
4. Aquades 90 ml

C. Prosedur Kerja Pembuatan Larutan Fiksasi Bouin


1. Larutan Asam Pikrat Jenuh
a. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
b. Ditimbang asam pikrat jenuh dengan menggunakan neraca analitik
sebanyak 1 gr
c. Dipipet etanol 96% sebanyak 98,95 ml dengan menggunakan pipet
volume 25 ml dan 10 ml kemudian dimasukan kedalam becker glass
d. Ditambahkan 1 gr as. Pikrat yang sudah ditimbang
e. Diaduk/ dihomogenkan sampai larut
f. Dimasukan ke dalam wadah larutan
g. Diberi nama/ label larutan asam pikrat jenuh

2. Larutan Formalin 10%


a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dipipet larutan formalin sebanyak 10 ml kemudian dimasukan ke
dalam becker glass
c. Ditambahkan aquadest sebanyak 90 ml
d. Diaduk/ dihomogenkan hingga tercampur
e. Dimasukkan ke dalam wadah/ gelas larutan
f. Diberi label larutan formalin 10%
D. Perhitungan
1. Asam pikrat jenuh 75 ml:
Asam pikrat jenuh 2 gr ad etanol 95% sebanyak 100 ml
Stok etanol 96% = M1
Jika ingin membuat etanol 95% = M2
Volume 100 ml = V2
Maka: V1 x M1 = V2 x M2
V1 x M1 = V2 x M2
96 = 100 x 95
V1 = 9500
96
V1 = 98,95 ml

2. Formalin 10% 20 ml:


10 ml formalin ad 100 ml aquadest
Aquadest: 90 ml
DAFTAR PUSTAKA

1. Dra. Hayati, M.Farm. Modul Penuntun Praktikum SIOHISTOTEKNOLOGI.


Program Diploma 4 Analis Kesehatan. UHAMKA Jakarta 2022
2. Mujimin, Sri Suratmi. 2013. Teknik Mencampur Larutan Fiksasi untuk Histologi.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Bali. Bul. Tek. Lit.
Akuakultur Vol. 11 No. 2 Tahun 2013: 137-140
3. Zulda Musyarifah, Salmiah Agus. 2018. Proses Fiksasi pada Pemeriksaan
Histopatologik. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan
Andalas, 2018; 7(3)

Anda mungkin juga menyukai