Anda di halaman 1dari 22

SARI PUSTAKA

TEKNIK FIKSASI, PRESERVASI WARNA, PEWARNAAN, DAN


PENGIRIMAN MATERIAL AUTOPSI

Oleh:
Muhammad Yamin 120100024
Nur Harini Purba 120100028
R Jesayangkari AP Rajendran 120100472
Mira Tania Andriana 120100413
Fiona Yosephine 120100186
Nazhira Janani 120100465

Pembimbing:
dr. Asan petrus, M.Ked(For), Sp.F

DEPARTEMEN ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
MEDAN
2017
TEKNIK FIKSASI, PRESERVASI WARNA, PEWARNAAN, DAN
PENGIRIMAN MATERIAL AUTOPSI
(Jurgen Ludwid, Handbook of Autopsy Practice, Humana Press)

TEKNIK FIKSASI UNTUK PEMERIKSAAN MIKROSKOP CAHAYA


Beberapa teknik fiksasi menunjukan kelebihan dalam gambaran histologi
tertentu dan beberapa teknik lainnya dibutuhkan untuk pewarnaan khusus tertentu.
Indikasi khusus memiliki beragam bahan fiksasi. Untuk pemeriksaan rutin, fiksasi
yang baik dapat dilakukan dengan hampir semua campuran daftar di bawah ini.
Pemilihan bahan tergantung ketersediaan, biaya, teknik dan lingkungan tempat
bekerja. Sebaiknya pemilihan harus mengurangi bahan toksik seperti merkuri.
Spesimen yang lebih kecil, sebaiknya difiksasi terlebih dahulu. Ketebalan
jaringan yang dapat diterima dengan bervariasi tergantung campuran bahan
fiksasi. Spesimen yang lebih besar mungkin masih belum terfiksasi penuh di
bagian tengahnya. Penggunaan cairan fikasasi yang sedikit pada spesimen yang
lebih besar menjadi penyebab tersering buruknya integritas jaringan. Volume
fiksasi minimal yang dibolehkan sekitar 15-20 kali volume spesimen
Apapun jenis fiksasi yang digunakan, spesimen tidak boleh menyentuh
spesimen lain atau tertekan pada dasar atau dinding medium. Suspensi spesimen
yang lebih besar atau penggunaan bantalan dari kapas untuk spesimen yang lebih
kecil berguna untuk menghasilkan paparan yang optimal. Jika spesimen yang
difiksasi terwarnai, terkondensasi, atau terdilusi oleh darah atau cairan jaringan,
maka harus diganti.
Pemanasan akan mempercepat proses fiksasi namun memicu perubahan
akibat autolitik pada bagian yang tidak terfiksasi. Penguapan juga mempercepat
fiksasi dan digunakan juga untuk mempersiapkan potong beku terfiksasi-cepat.
Kami lebih memilih menggunakan jaringan yang tidak terfiksasi atau jaringan
terfiksasi formalin (setelah fiksasi penetrasi rutin dari sampel yang sedikit) untuk
potong beku. Prosedur untuk dekalsifikasi dibahas pada bagian 8.
BAHAN CAMPURAN FIKSASI. Berbagai macam bahan fiksasi
dimodifikasi oleh beberapa pakar dan instansi. Meskipun demikian, modifikasi
tersebut terlihat hanya seperti perbaikan dan hanya memiliki sedikit perbedaan
hasil jika dibandingkan dengan ukuran dan luas spesimen serta volume dan usia
cairan fiksasi diperlakukan sama.
Kebanyakan bahan dan spesifikasi yang dideskripsikan di sini tidak berubah
dalam edisi sebelumnya. Beberapa sumber sekarang memberikan keterangan
tambahan.
Alkohol
1. Indikasi. Mempertahankan asam urat, glikogen, protein grup sulfihidril,
dan pigmen larut air dan digunakan dalam penelitian enzim. Jika
alkohol digunakan untuk mempertahankan bahan larut air maka tidak
ada perwarnaan yang encer dapat digunakan.
2. Komposisi. Etil alkohol 100%.
3. Prosedur. Tebal potongan yang difiksasi tidak melebihi 5-6 mm,
direndam dengan alkohol 100% dengan perbandingan 1:20. Proses ini
membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Kemudian dipindahkan dalam etil
alkohol 70% selama 72 jam. Untuk pemeriksaan enzim, alkohol 70%
tidak dapat digunakan tetapi sebagai penggantinya dilakukan dua kali
tambahan (12 jam per bagian) dengan etil alkohol 100%.
4. Penyimpanan. Jaringan yang telah difiksasi sebaiknya disimpan dalam
alkohol 70%.
Fiksasi Bouin
1. Indikasi. Digunakan dalam fiksasi secara umum, memiliki kelebihan
dalam segi waktu, bagus untuk pewarnaan trichorme, mempertahankan
glikogen, melisiskan eritrosit, baik untuk gambaran histologi edema
cairan pulmonal, dan direkomendasikan untuk pewarnaan
imunohistokimia.
2. Komposisi. Larutan pabrik: 750 mL asam pikrik encer, 250 mL larutan
formaldehid (36-40%). Persiapan untuk asam pikrik encer untuk
larutan: 20 g asam pikrik (trinitrophenol, USP), 1.000 mL air murni.
Panaskan sampai asam pikrik terlarut. Dinginkan dan tuangkan
supernatannya. Persiapan ini dilakukan tepat sebelum melakukan
fiksasi dengan mencampur 95 mL larutan tadi dan 5 mL asam asetat
(99,7%) dingin.
3. Prosedur. Tebal potongan yang difiksasi tidak melebihi 3-5 mm. Jika
jaringan tersebut sangat lunak, dapat dilakukan pemotongan tipis dari
spesimen sekitar dua jam setelah fiksasi. Fiksasi selesasi dalam 12-24
jam. Kemudian dipindahkan ke etil alkkohol 50% yang lainnya selama
6-24 jam. Alkohol harus diganti jika berwarna kuning.
4. Penyimpanan. Jaringan yang telah difiksasi sebaiknya disimmpan
dalam alkohol 70%.
Fiksasi B-5
1. Indikasi. Untuk mempertahankan struktur nuklear, terutama pada
pemeriksaan patologi kelenjar limfe. Namun kekurangannya tidak dapat
mempertahankan perubahan autolitik pada spesimen patologi.
2. Komposisi. Larutan pabrik: 5 g natrium asetat, 24 klorida merkurik, 360
air suling. Panaskan hingga kristal melarut, kemudian biarkan selama
24 jam dan saring ke dalam botol kaca gelap. Siapkan preparat yang
akan difiksasi sebelum menggunakan larutan tersebut dengan
mencampurkan 45 mL larutan tersebut dan 5 mL formalin konsentrat.
3. Prosedur. Tebal potongan yang difiksasi tidak melebihi 3 mm.
Kemudian pindahkan setelah 90-120 menit ke dalam formalin untuk
mencegah fiksasi berlebih yang dapat menyebabkan mengkerut dan
rapuh. Karena menggunakan merkuri, prosedur pembuangan harus
diperhatikan.
4. Penyimpanan. Jaringan yang telah difiksasi sebaiknya disimpan dalam
formalin.
Fiksasi Carnoy
1. Indikasi. Untuk mempertahankan struktur nukleus dan struktur lain
yang kaya asam nukleat, protein grup sulfidril, dan glikogen.
2. Komposisi. Larutan pabrik: 640 mL etil alkohol 100%, 120 mL
kloroform, 40 mL asam asetik glasial (99,7%). Siapkan preparat yang
akan difiksasi sebelum menggunakannya.
3. Prosedur. Tebal potongan yang difiksasi dapat dipotong hingga 1,5 cm.
Waktu fiksasi bervariasi antara 2-20 jam. Kemudian pindahkan ke
dalam etil alkohol 100%.
4. Penyimpanan. Jaringan yang telah difiksasi disimpan dalam minyak
cedar (reafent grade atau USP) atau petrolatum cair yang massa jenis
ringan.
Larutan Formalin. Formalin merupakan gas formaldehid (HCHO) 36-40%
yang terlarut dalam air. Formalin yang biasa digunakan formalin 10% yang berarti
terdapat gas formaldehid 4% yang terlarut dalam air. Istilah “formalin” sering
mewakili larutan formalin 10%. Jadi “formalin” dan “formalin 10%” bersinonim
sedangkan formaldehid 36-40% yang terlarut dalam air merujuk pada “formalin
konsentrat”.
Pada bagian ini, istilah “formalin” atau “formalin konsentrat” merujuk pada
gas formaldehid 36-40% yang terlarut dalam air. Penggunaan istilah “larutan
formalin” merujuk kepada larutan formalin 10% . Ketika jaringan menggunakan
fiksasi formalin maka pada bagian ini yang kami maksud menggunakan larutan
formalin 10%.
Larutan formalin digunakan secara luas untuk fiksasi. Peraturan untuk
mencegah efek toksiknya, lihat bagian 16.
1. Indikasi. Larutan formalin 10% yang sering digunakan untuk fiksasi
dan dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Harga yang terjangkau dan
tidak memerlukan perlakukan khusus merupakan keunggulannya.
Larutan kalsium formalin digunakan untuk mempertahankan struktur
fosfolipid dan bromide amonium formlain digunakan untuk fiksasi
jaringan sistem saraf pusat yang akan diberi perwarnaan emas dan
perak. Perlu diperhatikan fiksasi menggunakan formalin tidak boleh
dibekukan karena saat mencair, jaringan tidak dapat menyerap air
dengan normal sehingga kristal es ekstraseluler menetap dan
mempengaruhi gambaran histologi selanjutnya. Pada pemeriksaan
potong beku tidak memberikan hasil yang memuaskan.
2. Komposisi.
a. Larutan formalin 10% unbuffered: 100 mL formalin, 900 mL air keran.
b. Formalin-saline: 100 mL formalin, 8,5 g natrium klorida, 900 mL air
keran. Larutan formalin asam unbuffered atau larutan formalin netral
unbufferd sebaiknya tidak digunakan untuk fiksasi rutin dan
penyimpanan jaringan karena akan terbentuk formalin berpigmen dan
mempengaruhi perwarnaan. Larutan formalin netral buffered lebih
dianjurkan. Larutan formalim 10% buffered cukup memuaskan untuk
pemeriksaan hibridisasi in situ dan imunohistokimia.
c. Larutan formalin netral buffered: larutan formalin 10% unbuffered yang
ditambahkan kalsium dan karbonat. Larutan formalin netral (buffer
pada pH 6,8-7,0): 10 mL formalin yang ditambahkan 6,5 g natrium
fosfat dibasik (Na2HPO4), 4,0 g natrium fosfat monobasik (NaH2PO4),
dan 90 mL air suling.
d. Formalin-alkohol: 100 mL formalin, 900 mL etil alkohol 95%, 0,5 g
kalsium asetat (ditambahkan jika diperlukan pH netral)
e. Formalin-kalsium: 10 mL formalin, 1 g kalsium klodira, anhidrat
(CaCl2) dalam 100 mL dan potongan kapur dengan panjang 3-5 cm.
Larutkan kalsium klorida dalam air. Tambahkan formalin dan dengan
larutan tersebut. Kemudian tambahkan kapus untuk mempertahakan pH
sektiar 4,7-4,9.
f. Asam Format Formalin: formalin 100 mL, 900 mL 4 N asam format.
g. Alkohol asam asetat formalin: 100 mL formalin, 50 mL asam asetat
glasial (99,7%), 850 mL etil alkohol 100%.
3. Prosedur. Tebal potongan jaringan yang difiksasi tidak melebihi 6 mm
yang direndam larutan formalin dengan perbandingan 1 : 20. Lama
fiksasi 6-18 jam. Namun demikian jaringan dapat direndam dalam
waktu yang lama. Ganti larutan formalin sampai jaringan yang difiksasi
jernih.
4. Penyimpanan. Jaringan yang difiksasi disimpan dalam larutan formalin.
h. Formalin dengan Modifikasi Millonig: 100 mL formalin konsentrat,
900 mL air suling, 18,6 g natrium fosfat monobasik (NaH2PO4.H2O),
4,2 g natrium hidroksida.
Prosedur dan penyimpanan. pH larutan 7,4 dan dapat digunakan untuk
fiksasi secara luas dan juga dapat untuk pemeriksaan mikroskop
elektron. Pemotongan dari blok parafin mungkin tidak semudah pada
larutan fiksasi jenis formalin lainnya.
Pengganti Formalin. Terdapatnya perhatian tentang kemungkinan efek
toksik gas formaldehid, memacu pabrikan untuk membuat larutan yang
menyerupai formalin namun tidak memiliki efek toksik. Meskinpun awalnya
terlihat memuaskan dan cocok untuk pemeriksaan histokimia, namun lebih mahal.
Glutaraldehid
1. Indikasi. Digunakan untuk fiksasi jaringan yang akan diperiksakan pada
mikroskop elektron dan histokimia tertentu (lihat di bawah) tetapi
glutaldehid fosfat bufferd juga dapat digunakan untuk semua fiksasi.
Glutaraldeehid sedikit menghasilkan asam daripada formalin sehingga
cocok untuk perfusi jaringan yang besar, dan bagus untuk gambaran
sitologi. Pewarnaan jaringan ikat terlihat jelas. Penyerapan warna
meningkat pada fiksasi glutaraldehid. Artefak pada pemotongan lebih
sedikit. Fiksasi ini lebih mahal daripada formalin.
2. Komposisi. Prefarat akhir mengandung 2% larutan glutaraldehid: 50
mL glutaraldehid 25% yang dimurnikan, 575 mL Sorenson fosfat buffer
0,1 M, pH 7,4.
3. Prosedur. Tebal potongan jaringan yang difiksasi tidak melebihi 4 mm,
direndam dalam larutan glutaraldehid 4%. Lama waktunya 6-24 jam
dalam suhu ruangan. Fiksasi dingin menggunakan glutaraldehid untuk
pemeriksaan enzim histokimia selesai setelah 6 jam namum hanya 1
mm bagian terluar jaringan saja.
4. Penyimpanan. Menggunakan 2-4% larutan glutaraldehid pada suhu
400C.
Fiksasi Helly
1. Indikasi. Fiksasi ini bagus untuk sum-sum tulang dan organ yang
mengandung banyak darah. Fiksasi ini lebih baik dalam penetrasi dari
pada fiksasi Zenker. Namun kebanyakan ahli hematologi saat ini lebih
memilih fiksasi B-5.
2. Komposisi. 2,5 g potasium dikromat (K2Cr2O7), 5,0 g merkuri klorida
(HgCl2), 1,0 natrium sulfat, anhidrat (Na2SO4), 100 mL air suling dan
5-6 mL formalin.
3. Prosedur. Tebal potongan jaringan fiksasi tidak melebihi 6 mm,
direndam dalam larutan tersebut. Lama fiksasi sekitar 24-48 jam.
Kemudian dibilas dengan air mengalir selama 24 jam. Lalu dipindahkan
ke etil alkohol 70%.
4. Penyimpanan. Disimpan dalam alkohol 70%.
Fiksasi Regaud
1. Indikasi. Untuk mendemonstrasikan riketsia.
2. Komposisi: 80 mL larutan potasium dikromat (K2Cr2O7) encer 3%, 20
mL formalin.
3. Prosedur. Tebal jaringan yang difiksasi tidak melebihi dari 4 mm,
direndam dalam larutan tersebut. Lama fiksasi sekitar 24-48 jam.
Dibilas dalam air mengalir selama 24 jam. Kemudian dipindahkan
dalam etil alkohol 70%.
4. Penyimpanan. Disimpan dalam etil alkohol 70%
Larutan Zamboni
1. Indikasi. Semua fiksasi secara umum. Teknik ini memungkinkan untuk
melakukan fiksasi kedua dengan osmium yang sering digunakan untuk
pemeriksaan mikroskop elektron.
2. Komposisi. Larutan pabrik: 20,0 g paraformaldehid, 150 mL asam piric
encer (dua kali penyaringan). Dipanaskan hingga 600C. Setelah
paraformaldehid terlarut, teteskan natrium hidroksid encer 2,5%
bertujuan membasakan larutan. Saring larutan dan biarkan dingin.
Tambahakan buffer fosffat ke dalam larutan hingga 1.000 mL.
Komposisi buffer fosfat: 3,32 g natrium fosfot (NaH2PO4.H20), 17,88
natrium fosfat anhidrat dibasik (Na2HPO4), 1.000 mL air suling. Jika
pH akhir tidak 7,3, maka takarannya disesuaikan.
3. Prosedur dan Penyimpanan. Sama dengan formalin.
Fiksasi Zenker
1. Indikasi. Sama dengan fiksasi Helly. Direkomendasikan untuk
pewarnaan inklusi sitoplasma dan pewarnaan Feulgen.
2. Komposisi. Larutan pabrik: 50 g merkurik klorida (HgCl2), 25 g
potasium dikromatin (K2C2O2), 10 g natrium sulfat anhidros (Na2SO4),
1.000 mL air suling. Sesaat sebelum digunakan, larutan pabrik ini
dicampur dengan asam asetat atau asam format: 95 mL larutan pabrik, 5
mL asam asetat glasial (99,7%), atau 95 mL larutan pabrik, 5 mL asam
format (88%).
3. Prosedur. Tebal potongan jaringan tidak boleh melebihi 6 mm,
direndam dalam larutan di atas. Lama fiksasi sekitar 24 jam. Ketebalan
spesimen seharusnya difikasai selama 2 jam dengan larutan potasium
dikromat encer. Jaringan harus dibilas selama 14-16 jam. Lalu
pindahkan ke dalam alkohol 80%. Sisa merkuri klorida harus dibuang
dengan menambahkan iodin encer 0,5% selama lima menit kemudian
natrium tiosulfat encer 5% selama 5 menit.
4. Penyimpanan. Untuk jangka pendek bisa menggunakan etil alkohol
70% namun untuk jangka panjang menggunakan teknik dehidrasi dan
parafin.
FIKSASI PEMANASAN DENGAN MICROWAVE
Teknik ini digunakan untuk pemeriksaan mikroskop cahaya dan elektron .
Jaringan dipanaskan dalam larutan saline dengan suhu mencapai 580C sehingga
menghasilkan fiksasi yang baik untuk pemeriksaan rutin mikroskop cahaya dan
juga untuk reaksi imunohistokimia. Untuk pemeriksaan mikroskop eletron,
jaringan sebaiknya dipanaskan dalam glutaraldehid 2,5% diberikan gelombang
selama 90 detik untuk mencapai suhu 580C.

PRESERVASI WARNA PADA FIKSASI CAMPURAN


Kebanyakan teknik fiksasi dan fiksasi campuran akan merubah warna organ
menjadi abu-abu. Berbagai bahan untuk mempertahankan warna organ telah
dikenal luas dan digunakan sebeleum memutuskan untuk disimpan.
Perkembangan teknik fotografi telah menggantikan larutan Kaiserling dan Jores
masih digunakan beberapa institusi. Modifikasi larutan Kaiserling dan Jores
diperkenalkan oleh Lundquist, Meiller, dan kolega.
Berikut ini modifikasi terbaru larutan Kaiserling.
LARUTAN KAISERLING
1. Komposisi. Kaiserling I: 85 g potasium asetat, 45 g potasium nitrat
(KNO3), 4.800 mL larutan formalin (3-4%). Kaiserling II: etil alkohol
80-95%.Kaiserling III: 200 g potasium asetat, 300 mL gliserin, 900 mL
air keran.
2. Prosedur. Spesimen difiksasi dalam larutan Kaiserling I selama 1-5 hari
bergantung ketebalan ogan. Kelebihan resapan larutan Kaiserling
menyebabkan hilangnya warna asli karena terlalu banyak darah yang
terbilas. Pemindahan ke dalam Kaiserling II diberikan interval beberapa
jam. Asam hematin berubah menjadi alkalin hematin yang hampir sama
dengan warna hemoglobin.
3. Penyimpanan. Menggunakan larutan Kaiserling III.
MODIFIKASI KEDUA LARUTAN KAISERLING.
Metode ini dikembangkan untuk mencegah penggunaan alkohol yang
meningkatkan kemungkinan kekakuan dan kontraksi dari spesimen.
1. Komposisi. Kaiserling I: 200 g potasium asetat, 45 g potasium nitrat
(KNO3), 80 g kloral hidrat, 444 mL formalin, 4.000 mL air keran.
2. Prosedur. Rendam spesimen dengan perbandingan 1 : 20 terhadap
larutan. Setelah fiksasi selesai (cegah fiksasi berlebih), bilas melalui air
mengalir dan pangkas seluruh permukaan. Pindahkan ke dalam larutan
penyimpanan selama 12 jam. Lalu ganti dengan larutan penyimpanan
yang permanen.
3. Penyimpanan: Kaiserling III: 10 g potasium asetat, 5 g kloral hidrat, 10
mL gliserin, 90 mL air keran.
LARUTAN JORES
1. Komposisi. 10 g natrium klorida (NaCl), 20 g magnesium sulfat
(MgSO4), 20 g natrium sulfat (Na2SO4), 1.100 mL larutan formalin 2-
4%.
2. Prosedur. Spesimen difiksasi selama 1-2 hari atau lebih. Kemudian
dibilas dengan etil alkohol 95% dan biarkan selama 24 jam atay sampai
kembali berwarna.
3. Penyimpanan. Spesimen disimpan pada larutan gliserin dan air dengan
perbandingan 1 : 1.

PEREMAJAAN SPESIMEN YANG TELAH DIFIKSASI DENGAN


FORMALIN
LARUTAN PEREMAJAAN
1. Komposisi: 100 g natrium klorida (NaCL), 5 g natrium sulfat (Na2SO4), 50
mL gliserin, 1.000 mL air keran.
2. Prosedur. Natrium klorida dan natrium sulfat dilarutkan di dalam air
kemudian disaring. Selanjutnya tambahkan gliserin. Sebelum wadah
penyimpanan larutan ditutup kembali, teteskan sedikit kristal alkoholik.
Larutan ini kadang akan terkondensasi namun hanya sementara, lihat
referensi 8.

PEREMAJAAN MENGGUNAKAN KARBON MONOKSIDA. Metode


ini tidak direkomendasikan karena risiko keracunan saat pengerjaannya.

FIKSASI UNTUK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK ELEKTRON,


HISTOKIMIA, IMUNOHISTOKIMIA, HIBRIDISASI IN SITU, DAN
PROSEDUR LABORATORIUM KHUSUS LAINNYA.
PRINSIP UMUM. Untuk material autopsi, metode laboratorium yang
terstandarisasi sama pada semua institusi. Material yang disimpan diusahakan
seminimal mungkin mengalami perubahan post mortem. Hal ini dideskripsikan
pada bagian 1 dalam “autopsi segera untuk prosedur laboratorium khusus seperti
mikroskop elektron”. Biopsi jarum yang dilakukan segera setelah post mortem
juga memberikan sampel dengan minimal perubahan autolitik atau bahkan tanpa
sama sekali.
TRANSMISI GAMBARAN MIKROSKOPIK ELEKTRON. Teknik
fiksasi yang menggunakan glutaraldehid buffer 2%dengan fosfat Millonig buffer
pada pH 7,4(yang telah dijelaskan sebelumnya) direkomendasikan untuk transmisi
gambaran mikroskopik elektron. Paraformaldehid atau campuran larutan formalin
10% dan 1% fosfat-buffer glutaraldehid juga dapat digunakan untuk fiksasi.
Jaringan tidak boleh melebihi 1 mm3 dan tidak boleh berada di dalam larutan
glutaraldehid lebih dari 4 hari. Untuk penyimpanan jangka panjang, jaringan harus
dimampatkan dan disimpan dalam kotak plastik. Spesimen yang difiksasi
menggunakan glutaraldehid dapat disimpan dalam larutan formalin buffer.
Sebagai perbandingan teknik fiksasi dalam mikroskop elektron lihat referensi 11
dan 12. Jika tidak ada jaringan yang disimpan untuk pemeriksaan mikroskop
elektron namun ada kemungkinan diperiksakan dikemudian hari, jaringan yang
berasal dari fiksasi formalin sebelumnya dapat digunakan dan postfiksasi
disarankan. Hal yang sama dapat dilakukan pada jaringan dengan parafin blok.
Jaringan tersebut dapat dipostfiksasi setelah jaringan dilakukan deparafinisasi.
Namun tentunya kualitasnya berkurang.
PEMINDAIAN GAMBARAN MIKROSKOPIK ELEKTRON. Larutan
glutaraldehid, formalin, atau yang lainnya dapat digunakan. Kami memperoleh
jaringan sampel mikroskop elektron yang baik pada jaringan yang disimpan
menggunakan formalin dalam beberapa waktu tertentu. Namun hal yang
terpenting bagaimana penyimpanan tersebut meminimalisir perubahan autolisis.
HISTOKIMIA. Pewarnaan histokimia yang paling sering digunakan
berasal dari bahan autopsi dengan inverval post mortem yang lazim dan spesimen
yang difiksasi dengan larutan formalin. Aspek lainnya yang berkaitan dengan
metode analisis dipaparkan pada bagian 11.
IMUNOHISTOKIMA. Sampel jaringan seharusnya didapat segera setelah
mati, potong beku, atau spesimen yang difiksasi dalam larutan formalin.
Beberapa ahli menyarankan larutan B-5. Pemotongan spesimen harin tipis agar
mudah larutan fiksasi menyerap. Jika yang digunakan adalah formalin,
formalinnya harus dihilangkan setelh 12-18 jam dan jika larutan Bouin setelah 4-6
jam. Jika jaringan sampel terlalu tebal, potongan tipis dilakukan dari permukaan
jaringan yang terpapar larutan. Jika dilakukan pemeriksaan antigen, maka perlu
mengenali apakah sensitif terhadap reaksi kimia dari larutan fiksasi. Pewarnaan
imunofloresensi maka metode yang terbaik adalah potong beku. Aspek lainnya
yang berkaitan dengan metode analisis dipaparkan pada bagian 11.
HIBRIDISASI IN SITU. Formalin buffer dengan pH 7,0 menajdi teknik
fiksasi yang terbaik dalam proses ini. Fiksasi dengan asam pikrik (Bouin) atau
logam berat (Zenker) dapat mempengaruhi hasil hibridisasi in situ. Jaringan
dipadatkan dalam parafin cocok untuk DNA probe.
MIKROANALISIS X-RAY (MIKROANALISIS ENERGI DISPERSI
DARI X-RAY). Transmisi atau pemindaian mikroskop elektron dapan
mengidentifikasi beberapa elemen seperti tembaga, besi, sulfur atau torium
(elemen 5-99). Penggunaan glutaraldehid menjadi pilihan namun formalin juga
dapat digunakan termasuk fiksasi jangka panjang seperti parafin blok atau
jaringan yang diambl dari hapusan hematoksilin eosin. Untuk penggunaan lebih
lanjut lihat referensi 12 dan 15
AUTORADIOGRAFI. Material postmortem dapat digunakan untuk
identifikasi dan lokalisasi materal radioaktif perubahan post mortem dan
pemilihan teknik fiksasi tidak banyak mempengaruhi kualitas autoradiogram.
Demonstrasi dari media kontras torium dioksida digunakan untuk penggunaan
metode ini. Sekarang mikrografi elektron dengan mikroanalisis energi dispersi
dari X-Ray lebih cepaat dan lebih spesifik. Untuk persiapan autoradigram,
pembaca harus mencari buku yang sesuai.

PEWARNAAN JARINGAN DAN TUMOR TERTENTU


Pada awalnya, pewarnaan jaringan digunakan untuk meningkatkan kualitas
spesimen yang disimpan (bagian 15). Jadi kebanyakan metode yang dijelaskan
selanjutnya merujuk pada media penampungan. Pada autopsi saat sekarang,
pewarnaan spesimen difoto, ditampilkan di konferensi, dan dibuang. Jadi media
penyimpanan jarang dibutuhkan saat sekarang.
JARINGAN
Pewarnaan Hematoksilin atau Eosin. Jaringan seperti mukosa saluran
cerna dapat diwarnai dengan eosin-alkohol atau hematoksilin.
Pewarnaan Lemak dan Lipoid. Pewarnaan lemak digunakan untuk
perwarnaan jaringan tertentu, contoh batas lesi malignan yang menginfiltrasi
lemak atau untuk mengidentifikasi lemak pada organ atau lesi patologis.
Ketika hasil pewarnaan lemak memuaskan, spesimen tersebut diimersikan dalam
larutan Sudan III atau Scharlach R dalam alkohol 70%. Lemak akan berwarna
merah terang. Struktur bukan lemak tidak terwarnai pada saat bilasan alkohol
95%. Setelah diferensiasi lengkap, jaringan dibilas dan disimpan dalam larutan
formalin. Variasi dari metode ini menggunakan spesimen yang difiksasi
menggunakan formalin yang direndam dala alkohol 50% selama 1 hari, kemudian
diwarnai dengan larutan jenuh Sudan III dalam alkohol 70%. Setelah lemak
berwarna merah kekuningan, spesimen direndam dalam larutan alkohol 50%
sampai earna jaringan bukan lemak kembali seperti semula.
Pewarnaan Serabut Otak Bermielin dan tanpa Mielin. Metode ini telah
digantikan dengan penggunaan pemotongan makro histoloik. Bagaimanapun,
teknik tersebut tidak dibahas di sini.
Pewarnaan Besi (Hemosiderin). Reaksi Fe3+ dengan ferosianida telah
digunakan luas untuk mendemonstrasikan jaringan besi pada hemokromatosis dan
kelebihan besi lainnya. Potongan liver, pankreas, jantung, atau jaringan lain
direndam dalam larutan potasium ferosianida encer 1-5% selama beberapa menit,
kemudian dipindahkan dalam larutan asam hidroklorik 2%. Teknik lain dapat
menggunakan larutan HCl 10% dan ferosianida 5% dengan perbandingan 1 : 1.
Spesimen tersebut kemudian dibilas menggunakan air mengalir selama 12 jam.
Jika terdapat tumpukan hemosiderin, jaringan akan cepat berubah menjadi biru
tua. Penyimpanan spesimen yang telah diwarnai menggunakan formalin-saline
5%. Perlu diperhatikan pada spesimen hemokromatosis, warna cenderung
memudar.
Pewarnaan Amiloid
1. Pewarnaan Iodin. Spesimen diimersikan dalam larutan yang terbuat dari
1g iodin, 2 g potasium iodin, 1 mL asam sulfurik, dan 100 mL air.
Amiloid akan tampak berwarna biru. Spesimen kemudian dibilas
menggunakan air keran. Penyimpanan spesimen menggunakan parafin
cair. Teknik ini dikatakan dapat mencegah terjadinya pemudaran pada
pewarnaan amiloid. Tanpa asam sulfurik, amiloid akan berwarna coklat.
Edwars menyarankan spesimen tidak dibilas namun direndam dalam
alkohol sampai diferensiasi sempurna. Spesimen kemudian dikeluarkan
dari wadah dan biarkan agar alkohol yang tersisa terevaporasi.
Selanjutnya, jaringan yang hampir kering diletakan dalam parafin cair
sampai meresap sempurna yang memakan waktu 8 minggu atau lebih.
Cairan petrolatum memberikan preservasi yang paling baik untuk
pewarnaan iodin pada jaringan yang mengandung amiloid
2. Pewarnaan Congo red. Dilakukan fiksasi spesimen dengan larutan
Kaiserling I dan selanjtunya diimersikan dalam Congo red 1% selama 1
jam. Spesimen tersebut dipindahkan ke dalam larutan jenuh litium
karbonat selama 2 menit dan untuk diferensiasinya dalam alkohol 80%.
Arteri dan vena normal cenderung mempertahankan warna dari
pewarnaan ini. Spesimen disimpan dalam wadah dengan larutan
Kaisering III (300 mL gliserin, 100 g natrium asetat, larutan formalin
0,5% hingga 1.000 mL. Dalam hal ini, natrium hidrosulfit tidak boleh
ditambahkan sebelum wadah ditutup
Pewarnaan Kalsium
1. Metode perak nitrat. Bilas spesimen yang telah difiksasi menggunakan
formalin dengan air mengalir selama 24 jam kemudian dengan air
suling selama 24 jam. Pada kamar gelap, spesimen diimersikan dalam
perak nitrat 1% yang dilarutkan dalam air suling dan diwarnai selama 6-
15 jam. Kemudian bilas dengan air mengalir dan rendam di dalam
larutan natrium hidrosultif 5% selama 24 jam. Spesiemen sudah siap
untuk terkena cahaya, kemudian bilas, dan simpan dalam alkohol 50%
atau larutan Kaiserling.
2. Metode Alizarin. Spesimen diimersikan selama 12 jam dalam larutan 1
: 10.0000 alizarin red S dengan potasium hidrosiksida untuk mendapat
larutan dasar. Untuk diferensiasi jaringan, pindahkan spesimen ke
dalam alkohol dan gliserin dengan perbandingan 1:1 serta paparkan
wadah dengan cahaya matahari. Dengan pewarnaan ini kalsium
berwarna merah muda. Setelah beberapa hari, simpang spesimen dalam
larutan Kaiserling yang dibuat basa dengan menambahkan sedikit
(1:1.000) potasium hidroksida.

Spesimen dengan Gout atau Pseudogout. Untuk mendemonstrasikan


deposit gout atau pseudogout, menggunakan tes murexide. Sampel berasal dari
potongan jaringan kemudian dipanaskan dengan asam nitrik 25% dengan volume
yang sama sampai zat asamnya terevaporasi. Untuk mengeringkan residu,
tambahkan 2-3 tetes larutan amonium hidroksida 25% dan kemudian beberapa
larutan natrium hidroksida 20%. Jika terdapat asam urat, residu kering akan
berwarna merah atau oranye, dan berwarna ungu kika diberikan tambahan natrium
hidroksida. Untuk spesimen yang akan disimpan, sampel dilakukan dehidrasi
lebih dari dua minggu dalam alkohol 100%. Pindahkan ke dalam larutan
penyimpanan (lihat caranya di bawah). Penyimpanan juga dapat ditampilkan
berikut ini.
1. Prosedur. Spesimen yang akan difiksasi, disarankan direndam dalam
fiksasi anhidrosa seperti alkohol. Meskipun kristal asam urat secara
bebas larut dalam air, deposit kristal biasanya dapat diidentifikasi di
tengah spesimen meskipun setelah dilakukan fiksasi menggunakan
formalin encer. Kristal sering resisten terhadap dehidrasi dan prosedur
pewarnaan.
2. Penyimpanan. Simpan dalam wadah berbahan plastik dengan gliserin
yang tidak diencerkan. Tutup tanpa adanya udara di atasnya.

Kantong Empedu. Jika kantong empedu didapatkan beberapa jam setelah


kematian, perubahan warna kehijauan akibat oksidasi tidak terjadi dan dapat
dicegah dengan prosedur berikut.
1. Prosedur. Tempatkan spesimen dalam larutan natrium sulfit 3% selama
20 menit. Bilas dengan air mengalir beberapa menit. Kemudian
tempatkan di dalam larutan formalin 10% selama 12-24 jam lalu bilas
secara keseluruhan dan simpan. Jika warna kehijauan akibat biliverdin
terbentuk, larutan natrium sulfit 5% dapat digunakan dengan
menambahkan juga formalin 1%. Spesimen dibiarkan dalam larutan
tersebut selama 12 jam. Tahap selanjutnya tetap sama.
2. Larutan penyimpanan: 10 g potasium asetat, 5 g kloral hidrat, 10 mL
gliserin, 90 mL air keran. Untuk mendapatkan campuran natrium sulfit-
formalin, larutan jenih kalsium klorida dapat digunakan. Spesimen
direndam dalam larutan ini selama 24-48 jam.
TUMOR
Kloroma
1. Prosedur. Spesimen harus difiksasi tanpa pembilasan sebelumnya dan
ditempatkan dalam larutan metil alkohol selama 24 jam. Kemudian
pindahkan ke dalam larutan: 0,5 g natrium hidrosulfit (Na2S2O4), 1 g
natrium hidrosikda (NaHO), 100 mL air keran selama 24 jam. Larutan
ini diisi sampai atas kontainer dan tutupnya disegel dengan jeli
petroleum.
2. Larutan penyimpanan: 0,1 g natrium hisdrosulfit (Na2S2O4), 30 mL
gliserin, 10 g natrium asetat, 0,5 mL formalin, 70 mL. Air keran.
Melanoma dan Jaringan Melanotik
1. Prosedur. Potongan jaringan yang difiksasi (ketebalan 6 mm)
ditempatkan dalam metil alkohol selama 12 jam. Kemudian pindakan
ke dalam aseton selama 12-18 jam. Selanjutnya ke dalam xylol selama
kira-kira 2 jam dan pindahkan ke larutan penyimpanan jika mulai
mengerut.
2. Larutan penyimpanan. Simpan dalam parafin cair.
Feokromasitoma
1. Prosedur. Teteskan beberapa larutan pabrik fiksasi Zenker tanpa glasial
atau asam formik pada potongan jaringan tumor yang masih segar.
Feokromasitoma mengandung adrenalin dan/atau noradrenalin akan
berwarna kurang dari 20 menit. Selanjutnya jaringan difiksasi didalam
larutan formalin netral 10%. Untuk demonstansi histologi dari granul
kromafin pada tumuor ini, jaringan difiksasi dalam larutan Orth.

PENGIRIMAN MATERIAL AUTOPSI


KONTEINER UNTUK MATERIAL KERING. Objek glass dan parafin
blok yang sering dikirim. Parafin blok harus ditutup dengan parafin setelah
mikrotomi untuk mencagah jaringan dari kekeringan. Blok dapat dibungkus
dengan kertas atau plastik sedangkan penggunaan kapas tidak disarankan karena
serat kapas melekat pada parafin dan menyebabkan abrasi dari pisau mikrotom.
Objek glass sebaiknya dikirim di dalam konteiner yang tidak mudah pecah dan
dilapisi dengan kapas atau material. Paket yang mau dikirim sebaiknya dibalut
tengan plester.
KONTEINER UNTUK MATERIAL BASAH. Sebaiknya menggunakan
dua konteiner, satu untuk spesimen dan satunya lagi untuk konteiner spesimen.
Material yang menyerap diletakan di dalam dua konteiner. Wadah kertas, plastik,
kaca atau logam dapat digunakan. Biasanya, wadah plastik paling cocok untuk
pengiriman jaringan autopsi. Meskipun demikian, untuk pemeriksaan toksikologi,
bagian dalam konteiner harus kaca, terutama jaringan atau cairan tubuh yang
mudah menguap. Plastik bersifat permeabel terhadap gas dan korosi dari
konteiner logam dapat memperngaruhi hasil pemeriksaan toksikologi.
Untuk material yang mudah menyerap, jaringan dibalut dengan kapas yang
telah direndam dengan larutan formalin 10%. Handuk dan kain kasa
meninggalkan jejak pada permukaan jaringan dan tidak disarankan untuk
digunakan dalam membalut jaringan. Fiksasai seharusnya tidak digunakan jika
material dikirimkan untuk pemeriksaan toksikologi atau mikrobiologi. Kapas atau
kertas seharusnya ditempatkan di antara bagian (atau wadah plastik) dan bagian
luar konteiner. Hal ini bertujuan untuk menyerap cairan yang merembes ke luar.
Untuk pengiriman material beku, direkomendasikan untuk pemeriksaan
toksikologi dan biokimia. Biasanya, penggunaan es saja sudah cukup memadai
jika selama perjalanan esnya diperbaruhi. Es kering efektif selama 24 jam. Untuk
perjalanan jauh, diperlukan pengisian kembali es kering atau spesimen yang telah
dikirim dengan es kering ditempatkan pada termos atau botol aseton dengan
ukuran yang sesuai. Es kering ditempatkan di sekitar dan di atas spesimen dan di
dalam jika materialnya mudah menyerap. Pengiriman konteiner harus terisolasi.
Pengiriman konteiner dapat menggunakan karton yang tahan lama, kotak
kayu, atau konteiner logam. Untuk material beku, konteiner beku harus diisolasi
seperti menggunakan stirofom. Pengiriman menggunakan karton disegel dengan
plaster kayu.
Label atau pengantar ditempatkan pada bagian dalam konteiner pengiriman
meliputi: 1) nama dan alamat pengirim, 2) nama dan alamat penerima, 3: nama,
nomor klinik, dan nomor autopsi dan usia pasien dari spesimen tersebut, 4) jenis
pemeriksaan yang diminta. Jika terdapat surat yang telah dikirimkan sebelumnua,
salinannya harus diikut sertakan dalam konteiner. Hal ini membantu untuk
mengurangi kebingunan dan keterlambatan. Masalah yang paling sering dijumpai
dalam menerima potongan spesimen, blok, atau jaringan tidak terdapatnya
informasi. Jika seorang klinisi mengirim ke ahli patologi untuk meminta pendapat,
harus dituliskan permintaannya juga. Ahli patologis tidak selalu tahu asalan
pengiriman spesimen.
Label atau surat di bagian dalam konteiner harus terlindung dari rembesan
cairan dengan membungkus menggunakan plastik.
Konteiner pengiriman sebaiknya diberi tanda peringatan seperti “Biohazard,
handle with care, perishable material” di bagian luar. Label tambahan
direkomendasikan untuk material medikolegal atau mikrobiologi.
PENGIRIMAN DAN PELABELAN UNTUK MATERIAL
MEDIKOLEGAL. Material medikolegal dikirim oleh orang khusus, jasa
pengiriman yang terregister. Perhatian khusus diperlukan agar tidak terjadi
kehilangan material/sifatnya. Alamat pengirman untuk laboratorium FBI:
Director, Federal Bureau of Investigation
US Departement of Justice
Washington, DC 20012
Attention: FBI Laboratory
Label spesimen harus mengandung: 1) nama dan alamat pengirim, 2) nama
dan alamat penerima, 3) keterangan konteiner dan asal spesimen yang diambil, 4)
label yang bertuluskan “evidence”/ bukti, 5) permintaan pemeriksaan.
Konteiner material medikolegal harus disegel sebelum pengiriman sehingga
isi di dalam tidak rusak. Penyegelan dengan lilin cetak yang memiliki sidaik jarik
pengirim juga disarankan.
Konteiner pengiriman harus memiliki: 1) nama dan alamat pengirim, 2)
nama dan alamat penerima, 3) label peringatan seperti label “Biohazard, glass,
handle with care, perishable material, fragile rush, spesimen for toxicology
study”.
PENGIRIMAN DARAH DAN JARINGAN UNTUK PEMERIKSAAN
KARBON MONOKSIDA. Darah dengan volume 10 mL ditempatkan dalam 10
mg litium oksalat dalam tabung yang menggunakan tutup yang diputar. Tutup
tersebut disegel dengan parafin panas atau plester platik. Jaringan dapat
ditempatkan dalam wadah plastik dan pengiriman menggunakan es kering di
dalam konteiner pengirim.
PENGIRIMAN JARINGAN DAN CAIRAN TUBUH UNTUK
PEMERIKSAAN BIOLOGI. Pengiriman untuk pemeriksaan biologi harus
memerhatikan 3 berikut: 1) mempertahankan spesimen sepanjang perjalanan, 2)
memberikan informasi klinis agar diperlakukan hati-hati dan interpretasi, dan 3)
memberikan perlindungan selama pengiriman. The United States Postal Service
membuat regulasi pengiriman barang untuk publik yang direvisi setiap 1-2 tahun.
Layanan autopsi harus menyesuaikan dengan peraturan ini agar tujuannya
tercapai. Kantor pos di Amerika merekomendasikan hal di bawah ini:
Semua spesimen klinis yang dikirim harus diberi segel yang aman, bagian
konteiner spesimen anti pecah yang dikelilingi oleh bantalan redam. Jika
spesimen cair, material bantalan harus memiliki kemampuan menyerap yang
bagus. Sebagai tambahan, material cair harus ditempatkan pada konteiner yang
memiliki volume yang cukup untuk mengakomodasi perembesan akibat tekanan
rendah seperti saat di pesawat. Konteiner spesimen dan material bantalan harus
diletakan di konteiner pengiriman (dengan ukuran yang lebih besar) yang
memiliki label dan alamat pengiriman. Konteiner ini juga harus anti pecah dan
memiliki permukaan yang mudah ditempelkan label sehingga kuat melekat.
Spesimen klinis yang lebih dari 50 mL harus dibalut dengan papar fiber atau
material yang sama kuatnya. Konteiner spesimen tidak dibolehkan memiliki
kapasitas lebih dari 1 L . Konteiner pengiriman tidak dibolehkan memiliki
kapasitas lebih dari 4 L.
Keterangan untuk laboratorium penerima seperti informasi pasien dan surat
penyerta harus ditempatkan di konteiner pengirim. Dalam beberapa keadaan,
keterangan dan surat penyerta tersebut dapat dikirim terpisah ke pimpinan atau
kepala teknologi laboratorium penerima. Melakukan komunikasi dengan
laboratorium penerima lewat telepon saat pengiriman juga memberikan
kemudahan dan dapat memberikan intruksi lebih awal untuk perlakuan spesimen
saat telah diterima.

Anda mungkin juga menyukai