tidak terlarut, berpindah, atau terdistorsi selama prosedur selanjutnya. Fiksasi yang benar adalah
dasar dari semua sajian histologi yang baik. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini tidak akan
pernah dapat diperbaiki lagi pada tahapan selanjutnya. Jadi, hasil akhir sajian histologi yang baik
sangat tergantung pada cara melakukan fiksasi dengan baik.
A. TUJUAN FIKSASI
1. Mengawetkan jaringan
Fiksasi akan mempertahankan susunan jaringan agar mendekati kondisi sewaktu hidup.
Tujuan fiksasi adalah mengawetkan jaringan secara permanen sedekat mungkin dengan keadaan
saat hidup. Fiksasi sebaiknya dikerjakan sesegera mungkin setelah pengambilan jaringan (pada
kasus patologi bedah) atau segera setelah kematian (dengan otopsi) untuk mencegah otolisis.
Tidak ada bahan pengawet yang sempurna; formalin mendekati kesempurnaan. Dengan
demikian, bahan pengawet yang digunakan bergantung pada jenis jaringan dan fitur yang akan
didemonstrasikan. Seringkali larutan pengawet merupakan campuran dari berbagai bahan
pengawet sehingga dapat memaksimalkan kemampuan masing-masing bahan atau mengurangi
kelemahan bahan lainnya.
2. Mengeraskan jaringan
Fiksasi bertujuan untuk mengeraskan jaringan terutama jaringan lunak sehingga
memudahkan pembuatan irisian yang tipis.
B. EFEK FIKSASI TERHADAP JARINGAN
1. Menghambat proses pembusukan dan autolysis
Fiksasi akan menghambat terjadinya pembusukan yang disebabkan oleh kuman
pembusuk dari dalam/luar tubuh. Waktu pembusukan untuk setiap jaringan/organ adalah berbeda
tergantung pada konsistensi dan kandungan unsur penyusun jaringan. Usus dan otak sangat
rentan terhadap proses pembusukan dibandingkan dengan jaringan tubuh lainnya. Pembusukan
sering disertai oleh pembentukan gas yang berbau.
Autolisis adalah proses kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan enzim-enzim
proteolitik yang terdapat pada sel/jaringan tersebut. Proses proteolitik ini akan lebih cepat terjadi
pada suhu tropik (24 36 oC). Proses proteolitik juga lebih mudah terjadi di negeri tropis
dibanding dengan negeri iklim sub tropik. Untuk menghindari proses pembusukan dan autolisis,
jaringan harus segera dimasukkan ke dalam cairan fiksasi segera setelah kematian atau diambil
dari tubuh. Bila keadaan ini tidak memungkinkan, jaringan dapat disimpan sementara dengan
dibekukan dalam ruang bertemperatur dingin (freezer, -20 oC) atau dengan nitrogen cair (-70
oC)
2. Pengawetan jaringan
3. Pengerasan jaringan
4. Pemadatan koloid
Fiksasi akan mengubah konsistensi sel yang setengah cair (sol) menjadi lebih padat (gel).
5. Diferensiasi optic
Fiksasi akan mengubah indeks refraksi berbagai unsur sel dan jaringan. Sebelum diwarnai,
struktur jaringan yang telah difiksasi akan lebih mudah dilihat dibandingkan dengan struktur
jaringan yang belum difiksasi.
C. PENGARUH FIKSASI TERHADAP PEWARNAAN
Cairan fiksasi dapat mempengaruhi reaksi histokimia karena mengikat bagian reaktif
jaringan. Ada sejumlah faktor yang akan mempengaruhi proses pengawetan:
1. Dapar
Pengawetan sebaiknya dikerjakan pada pH yang mendekati netral, 6 8. Jaringan hipoksia
menurunkan pH, sehingga harus terdapat kapasitas dapar pada pengawet untuk mencegah
keasaman yang berlebihan. Keasaman memudahkan terbentuknya pigmen heme-formalin yang
akan muncul sebagai deposit hitam yang dapat terpolarisasi di jaringan. Dapar umum terdiri atas
fosfat, bikarbonat, kakodilat, dan veronal.
2. Penetrasi
Penetrasi jaringan bergantung pada kemampuan difusi masing-masing fiksatif. Formalin dan
alkohol adalah yang terbaik sementara glutaraldehida adalah terjelek. Merkuri dan yang lainnya
berada di antaranya. Untuk mengatasi ini, jaringan diiris dengan ketipisan 35 mm. Jaringan
yang tipis akan lebih mudah dipenetrasi daripada jaringan tebal. Untuk pekerjaan rutin, jaringan
dapat dibuat dengan ketebalan hingga 1 cm. Dengan ketebalan ini, diharapkan cairan fiksasi
dapat dengan cepat memfiksasi seluruh jaringan. Bila irisannya terlalu tebal, maka permukaan
luarnya saja yang berhasil difiksasi sedangkan bagian tengahnya dapat membusuk sebelum
cairan fiksasi sempat merembes/menginfiltrasi ke sana. Untuk mikroskopi elektron, ketebalan
irisan jaringan adalah 1 mm.
3. Volume Pengawet
Volume pengawet adalah penting. Sebaiknya, volume pengawet adalah 10 x volume jaringan
yang difiksasi. Besarnya volume jaringan menentukan volume fiksasi yang diperlukan
sedangkan tebalnya jaringan menentukan lamanya fiksasi. Panjang dan lebar jaringan umumnya
ditentukan oleh jenis mikrotom yang digunakan.
4.
Konsentrasi
Konsentrasi pengawet sebaiknya diatur ke kadar terendah yang mungkin, karena pertimbangan
ekonomis. Konsentrasi formalin terbaik adalah 10%, sedangkan glutaraldehida pada 0,25% - 4%.
Konsentrasi yang terlalu tinggi dapat menimbulkan artefak yang sama dengan panas yang
berlebihan.
5. Interval Waktu
Jaringan yang didapat harus segera diawetkan. Artefak akan timbul bila jaringan mengering,
sehingga bila belum mendapat pengawet, rendamlah dalam larutan garam fisiologis. Semakin
lama jaringan menunggu untuk diawetkan, semakin banyak kehilangan organel sel dan
pengerutan nukleus sehingga banyak artefak terbentuk.
6. Suhu
Peningkatan suhu, seperti reaksi kimia lainnya, akan meningkatkan laju pengawetan. Ini tidak
berarti bahwa anda dibenarkan untuk merebus jaringan dalam bahan pengawet. Formalin yang
panas akan mengawetkan lebih cepat.
7. Jenis Larutan Pengawet
Jenis larutan fiksasi yang akan digunakan bergantung pada jenis unsur jaringan yang ingin
didemonstrasikan dan pewarnaan yang akan dilakukan.
D. KELOMPOK BAHAN PENGAWET
Ada 5 kelompok utama bahan pengawet yang dikelompokkan menurut mekanisme kerja,
yaitu aldehydes, mercurials, alcohols, oxidizing agents, dan picrates.
-
Aldehydes
Contoh bahan pengawet kelompok aldehida di antaranya adalah formaldehida (formalin)
dan glutaradehida. Jaringan terawetkan oleh cross-linkage yang terbentuk pada protein,
khususnya antara residu lysine. Ini tidak banyak mengganggu struktur protein, sehingga
antigenisitas tidak menghilang. Dengan demikian, formaldehida cocok untuk teknik
imunoperoksidase. Formalin menyusupi jaringan dengan baik, tetapi relatif lambat. Larutan
standar adalah formalin dapar netral 10%. Dapar mencegah suasan asam yang akan
meningkatkan autolisis dan menyebabkan presipitasi pigmen heme-formol di jaringan.
Formalin digunakan untuk semua jaringan otopsi dan patologi bedah rutin saat preparat
HE dibuat. Formalin adalah pengawet yang banyak digunakan untuk kondisi yang tak ideal dan
tak ada jaringan yang dirusaknya. Baunya yang menusuk hidung membuat formalin sangat
dikenal oleh banyak pihak sehingga cukup berhati-hati dalam mengurusnya. Glutaraldehida
menyebabkan deformasi struktur heliks-alfa protein sehingga tidak baik untuk pewarnaan
imunoperoksidase. Namun, ia mengawetkan dengan sangat cepat sehingga baik untuk
mikroskopi elektron. Ia mempenetrasi dengan lambat, tetapi member rincian sitoplasma dan
nukleus. Larutan standar adalah glutaraldehida dapar 2%. Glutaraldehida harus dalam keadaan
dingin dan dapar dan tak boleh berumur lebih dari 3 bulan. Jaringan haruslah sesegar mungkin
dan irisan jaringan untuk fiksasi glutaradehida adalah tidak boleh lebih tebal dari 1 mm untuk
meningkatkan pengawetan.
-
Mercurials
Belum diketahui bagaimana merkuri dapat mengawetkan jaringan. Pengawet Ini memiliki
kemampuan rendah dalam hal penetrasi dan menyebabkan beberapa jaringan mengeras, tetapi
bekerja cepat dan memberikan rincian nukleus yang sangat bagus. Penggunaan terbaiknya adalah
untuk pengawetan jaringan hematopoietik dan retikuloendotel. Karena mengandung merkuri,
larutan ini harus dibuang dengan berhati-hati. Pengawet zenker direkomendasikan untuk jaringan
retikuloendotel termasuk limfonodus, limpa, timus, dan sumsum tulang. Namun deposit merkuri
harus dihilangkan melalui langkah dezenkerisasi sebelum pewarnaan atau deposit hitam akan
terbentuk pada preparat.
Alcohols
Alkohol, termasuk metil alkohol (metanol) dan etil alkohol (etanol), adalah denaturan
protein dan tidak secara rutin digunakan untuk pengawetan jaringan karena menyebabkan terlalu
rapuh dan keras. Namun, kemampuannya sangat bagus untuk apusan sel karena kerjanya cepat
dan memberi rincian nukleus yang bagus. Alkohol, khususnya etanol, terutama digunakan untuk
apusan sel. Etanol (95%) beharga murah dan cepat bekerja. Karena apusan hanya setebal satu sel,
tidak ada masalah pengerutan dan kerapuhan (karena apusan sel tak diiris).
Oxidizing agents
Picrates
Pikrat terdiri dari pengawet dengan asam pikrat, yang terkenal adalah larutan Bouin.
Mekanisme aksinya belum diketahui. Hampir sama baiknya dengan merkuri dalam hal rinci
nukleus tetapi tidak banyak menimbulkan pengerasan jaringan. Larutan Bouin terkadang
direkomendasikan untuk pengawetan jaringan testis, saluran cerna, dan endokrin. Larutan ini
juga cukup baik untuk mengawetkan jaringan hematopoiesis. Berdasarkan tujuan pembutan
preparat atau keperluan praktis, cairan pengawet dapat dikelompokkan pula menjadi tiga
kelompok yaitu:
a.
Microanatomical Fixatives
Jenis ini digunakan apabila struktur histologis jaringan hendak dipertahankan dengan hubungan
yang benar antara lapisan jaringan dan kelompok sel. Larutan pengawet yang tergolong
kelompok ini adalah larutan formalin atau modifikasinya seperti larutan asam asetatalkohol-
c.
memfiksasi protein jaringan dengan menghasilkan suatu selaput gugus aldehida reaktif sehingga
menghasilkan reaksi PAS positif.
E. LARUTAN PENGAWET YANG SERING DIGUNAKAN
Larutan Formalin
Larutan formalin merupakan cairan fiksasi yang paling umum digunakan. Larutan
formalin yang digunakan adalah formalin 10%. Formula yang digunakan adalah
Formalin (Formaldehida 40%)..................................................... 10 ml
Air .............................................................................................. 90 ml
Formaldehida 40% adalah gas yang larut dalam air dengan volume 40% dari total berat larutan.
Larutan jenuh ini secara komersial diperdagangkan sebagai formalin atau formaldehyde 40%.
Telah disepakati bahwa yang dimaksud dengan formaldehyde 40% sama dengan larutan jenuh
gas formaldehida dalam akuades.
Formalin terutama terdapat dalam bentuk polimer dari formaldehida. Bentuk ini tak dapat
digunakan untuk fiksasi; yang dapat digunakan adalah bentuk monomernya. Untuk
menghasilkan formalin dalam bentuk monomer diperlukan waktu, kecuali bila pH larutan dibuat
netral atau sedikit alkalis, karena kecepatan depolarisasi tergantung pada pH. Jadi jangan
sekalikali menggunakan formalin 10% yang baru dibuat karena jaringan akan membusuk
sebelum terfiksasi dengan baik. Selain itu formalin bersifat asam karena mengandung asam
formiat akibat oksidasi formaldehida. Oleh sebab itu larutan formalin 10% harus dibuat netral
atau sedikit alkalis dengan menggunakan larutan dapar fosfat dengan pH 7,2 sebagai pelarut,
atau dengan menambahkan kalsium asetat. Larutan yang paling mudah dan murah adalah larutan
formalsaline dengan formula:
Formalin (40% formaldehyde) ................................................. 100 ml
Natrium klorida (NaCl).............................................................. 9 gram
Akuades.................................................................................... 900 ml
Larutan dapar formalin 10% yang sering digunakan adalah:
Jaringan yang difiksasi dengan cara rendam memerlukan waktu sedikitnya 24 jam baru dapat
diproses.
Terjadi pengerutan pada jaringan. Pengerutan ini tidak disebabkan fiksatif formalin (yang
Larutan Muller
Cairan fiksasi ini merupakan fiksatif sitologi yang dapat digunakan untuk memfiksasi
nucleus dan sitoplasma. Kalium dikromat yang terdapat dalam larutan Muller akan memfiksasi
protein tanpa mempresipitasikannya. Hal ini diduga terjadi karena ion krom membentuk
kompleks-kompleks dengan air yang mengikat bagian reaktif rantai protein di dekatnya. Kalium
dikromat terutama mengikat gugus karboksil dan hidroksil protein sehingga fiksatif yang
mengandung ion krom tidak dapat dipakai untuk histokimia. Kalium dikromat dapat digunakan
untuk reaksi kromafin. Setelah difiksasi dengan larutan Muller, jaringan harus dicuci dulu di
dalam air kran mengalir selama 24 jam sebelum dilakukan proses dehidrasi. Pemindahan
jaringan secara langsung ke dalam alkohol akan menghasilkan oksida yang tak dapat larut dan
tak dapat disingkirkaikan lagi dari jaringan.
Kelebihan dari larutan Muller adalah:
Mempunyai daya penetrasi yang cepat dan baik. Jaringan biasanya akan terfiksasi baik dalam
waktu 24 jam;
Memfiksasi nukleus dan sitoplasma dengan baik.
Kekurangan dari larutan Muller adalah:
Jaringan yang difiksasi dengan larutan Muller harus segera dilakukan proses dehidrasi setelah
24 jam. Bila jaringan direndam terlalu lama (>24 jam) dapat menyebabkan kerapuhan pada
jaringan sehingga tidak mungkin untuk dipotong dengan mikrotom secara baik.
Tidak dapat dipakai untuk pewarnaan dengan metoda histokimia/imunohistokimia;
Harus dicuci dulu dengan air kran mengalir sebelum dilakukan proses dehidrasi.
Formula larutan Muller adalah:
Kalium dikromat .................................................................. 12,5 gram
Natrium sulfat........................................................................ 5 gram
Akuades .................................................................................ad 500 ml
Larutan Bouin
Cairan fiksasi ini mengandung larutan asam pikrat jenuh. Asam pikrat merupakan zat
berbentuk serbuk bewarna kuning seperti kunyit. Asam pikrat mudah meledak dalam keadaan
kering sehingga harus disimpan dalam keadaan lembab. Asam pikrat jenuh dibuat dengan cara
melarutkan serbuk asam pikrat dalam air hingga jenuh (terdapat endapan serbuk pikrat di dasar
larutan). Asam pikrat mempresipitasikan protein dengan membentuk ikatan pikrat-protein. Asam
pikrat menyebabkan rusaknya eritrosit, karena menghilangkan Fe3+ terutama bila Fe3+ berada
dalam jumlah sedikit, namun dapat melindungi RNA dari proses perusakan oleh enzim
ribonuklease.
Kelebihan dari larutan Bouin adalah:
a.
Mempunyai daya penetrasi yang cepat dan merata, tetapi dapat menyebabkan terjadinya sedikit
pengerutan. Untuk mengatasi hal ini, ke dalam larutan Bouin biasanya ditambahkan asam asetat
glasial sesaat sebelum dipakai. Waktu fiksasi cepat yaitu 24 jam, tetapi potongan kecil dengan
ketebalan kurang dari 2-3 mm dapat selesai difiksasi dalam 2-3 jam. Jika jaringan difiksasi lebih
lama dari 24 jam, jaringan akan menjadi rapuh dan sulit diiris. Penyimpanan yang lama dalam
etanol 70% dapat mengakibatkan pengerutan jaringan. Asam asetat glasial sendiri mempunyai
kemampuan untuk fiksasi meskipun rendah. Asam asetat glasial biasanya digunakan bersamasama dengan larutan fiksatif lain dan berfungsi untuk meniadakan pengerutan yang disebabkan
oleh larutan lainnya. Nukleoprotein dipresipitasi oleh asam asetat dan sering ditambahkan pada
zat warna hematoksilin agar nukleus tampak jelas dan tajam. Jaringan yang telah difiksasi
sebaiknya dipindahkan ke etanol 70%. Penyimpanan yang lama dalam etanol 70% dapat
Jaringan yang difiksasi dengan larutan Bouin harus segera dilakukan proses dehidrasi setelah 24
jam. Bila jaringan direndam terlalu lama (>24 jam) dapat menyebabkan kerapuhan pada jaringan
fiksatif
Zenker
mengandung
merkuri
klorida
yang
berfungsi
untuk
mempresipitasi protein. Merkuri klorida akan mengikat gugus asam protein dan gugus asam
fosfat nukleoprotein, dan juga bereaksi secara khusus dengan gugus tiol (SH).
Kelebihan dari larutan fiksatif Zenker adalah:
a.
Daya fiksasinya cepat dan kuat, tetapi kecepatan penetrasinya berkurang setelah meresap sejauh
beberapa milimeter pertama dan potongan jaringan yang melebihi ketebalan 5 mm pada
umumnya cenderung untuk menjadi keras (rapuh), overfixed di bagian pinggir sementara di
bagian tengah menjadi lunak karena underfixed. Untuk mengatasi hal tersebut larutan fiksatif ini
biasanya dikombinasi dengan asam asetat, formalin, kalium dikromat, dan sebagainya. Waktu
a.
Pemaparan jaringan di dalam larutan fiksatif ini yang melebihi waktu yang ditentukan akan
mengakibatkan jaringan menjadi rapuh (keras), overfixed di bagian perifer dan underfixed di
tengahnya. Jaringan seperti ini tidak dapat dipotong dengan mikrotom.
Formula larutan Zenker adalah sebagai berikut
Merkuri klorida.......................................................................................... 5 gr
Kalium dikromat................................................................................. 2,5 gr
Natrium sulfat............................................................................................. 1 gr
Akuades................................................................................................ ad 100 ml
Tambahkan formalin segera sebelum pemakaian...................................... 5 ml
glikogen. Apabila fiksatif ini dicampur dengan reagen lainnya seperti larutan Carnoy, fiksasi
berlangsung cepat. Untuk keperluan imunositokimia, larutan metanol absolut dan aseton absolute
dengan perbandingan sama dalam suhu -20 oC sering digunakan.
-
Cocok untuk fragmen bedah yang kecil (biopsi) karena waktu fiksasi yang singkat dan jaringan
Hanya potongan tipis jaringan yang dapat digunakan karena penetrasinya jelek.
Larutan Carnoy
Larutan ini merupakan larutan fiksatif inti yang mempunyai daya penetrasi yang cepat.
Disamping itu, larutan fiksatif ini juga akan mengawetkan substansia Nissl dan glikogen.
Keuntungan dari larutan Carnoy adalah sangat cepat. Fiksasi ini sering digunakan apabila suatu
diagnosis perlu ditegakkan dengan cepat, misalnya untuk diagnosis kanker pada saat
pembedahan. Fiksasi umumnya selesai setelah 1-2 jam, sedangkan potongan kecil selesai
difiksasi dalam 15 menit. Kekurangan fiksatif ini adalah efek pengerutan yang kuat dan
menghancurkan sebagian besar unsur sitoplasma lainnya Efek pengerutan dapat dikurangi
dengan melakukan fiksasi pada suhu nol derajat Celsius selama 18 jam.
Formula larutan Carnoy adalah:
Alkohol absolut ............................ .......................................................... 60 ml
Kloroform ................................................................................................ 30 ml
Asam asetat glasial ................................................................................... 10 ml
Teknik ini memungkinkan fiksatif mencapai seluruh jaringan dengan lebih cepat karena
fiksatif dialirkan ke seluruh tubuh melalui perfusi dengan mesin perfusi. Alat yang digunakan
adalah mesin perfusi, wing needle, selang infus. Bahan yang digunakan adalah NaCl fisiologis
dan larutan pengawet.
Cara mengerjakannya adalah sebagai berikut: wing needle ditusuk ke ventrikel kiri.
Alirkan NaCl fisiologis secukupnya. Buat guntingan/lubang pada atrium kanan. NaCl fisiologis
dialirkan secukupnya lalu diganti dengan fiksatif yang sesuai. Mesin perfusi akan mengambil
alih fungsi jantung untuk mengalirkan fiksatif melalui pembuluh darah. Fiksasi dilakukan hingga
hewan menjadi kaku. Pada tikus (rat), hal tersebut ditandai dengan kakunya ekor tikus.
Selanjutnya jaringan yang diinginkan diambil dan difiksasi rendam. Jika anda tidak memiliki
mesin perfusi, gunakan tekanan hidrostatik dengan meninggikan botol berisi larutan fiksasi
dalam posisi cukup tinggi seperti melakukan infus.
2. Merendam dalam larutan fiksatif.