Tujuan: Mengetahu teknik pembuatan awetan hewan baik basah maupun kering
Prosedur Kerja
A. Teknik Awetan Basah
Ada tiga langkah pokok pada pembuatan preparat hewan, yakni : 1) mematikan objek , 2) fiksasi,
3) pengawetan.
1. Mematikan Hewan
Untuk hewan yang bergerak kuat perlu dilakukan anestesi dahulu. Ada banyak macam
larutan anestesi, contoh, magnesium chloride (MgCl2), eter (untuk membius) atau alkohol.
Untuk hewan yang tidak bergerak aktif, cukup dimasukkan dalam botol pembunuh.
2. Fiksasi
Fiksasi dimaksudkan untuk menstabilkan protein jaringan. Larutan fiksatif ada bermacam-
macam, di antaranya formalin (formaldehyde), larutan Viets, dan larutan Bouin.
3. Pengawetan
Beberapa larutan awetan basah:
a. Pengawet umum:
- Formalin 40 % : air = 1 : 10 ( formalin 4 % )
- Formalin 40 % 6 bagian; Asam asetat 40 % 1 bagian; Alkohol 95 %, 20 bagian;
Akuades 40 bagian
b. Pengawet Insekta:
Formalin 40 %, 40 bagian
Asam asetat 40 % 20 bagian
Gliserin 50 bagian
Akuades 280 bagian
Langkah-langkah pembuatan awetan basah:
1. Masukkan objek hewan yang telah diberi etiket gantung ke dalam botol
2. Aturlah posisinya dengan melekatkannya pada potongan kaca
3. Tutuplah dengan tutup yang rapat, dan berilah etiket pada botolnya.
4. Simpan pada tempat yang aman
Alat : Bak bedah, pinset, gunting, alat dan bahan bius (kloroform dan sungkup), kawat,
benang, kapas, jarum jahit, zat pengawet (boraks atau tepung tawas dan formalin),
air
Langkah-langkah pembuatan taksidermi:
1. Potong otot-otot paha dan pisahkan tulang paha dari persendian dan pangkal paha,
keluarkan bagian ini
2. Potong otot-otot pada tumit, keluarkan jaringan lunak pada telapak kaki dengan jalan
mengirisnya. Keluarkan semua bagian kaki lainnya yang masih tertinggal di dalam kulit.
3. Ulangi langkah pertama dan kedua di atas untuk bagian tangan, dan ekor
4. Untuk bagian kepala, lepaskan kulit secara hati-hati, sertakan telinga, kelopak mata pada
kulit. Jaga jangan sampai robek. Potonglah tulang rawan hidung dan biarkan melekat pada
kulit. Potonglah bagian kepala dan leher, bersihkan bekas-bekas otak dengan cara
menyemprotkan air
5. Balikkan kulit dan bersihkan dari sisa daging dan lemak
6. Basuh bagian permukaan dalam kulit tubuh dengan boraks, demikian pula untuk ekor, kaki,
tangan dan tengkorak kepala
7. Sebagai pengganti mata, gunakan bola mata tiruan. Bentuk tubuh hewan kembali dengan
menggunakan kapuk dan kawat, lalu jahit dengan rapi
8. Atur posisi hewan sebagaimana kebiasan hewan sewaktu masih hidup
9. Pajang taksidermi pada tempat-tempat yang aman dan terhindar dari serangan serangga,
bersih dan kering. Insektisida, atau kamper (naftalen) dapat ditambahkan untuk mencegah
serangan jamur. Ada baiknya taksidermi disimpan dalam boks kaca
Modul Praktikum Teknik Laboratorium 2020
A. Teknik Parafin
Bahan : Organ hewan (jantung, usus, ovarium dan sebagainya)
Cara kerja :
1. Hewan dibius dengan kloroform atau eter, bedah dan ambil organ yang diperlukan
2. Organ yang akan diproses dicuci dengan garam fisiologis
3. Potong dengan pisau tajam dengan ukuran kira-kira ½ cm
4. Fiksasi dengan larutan FAAAC atau Bouine minimal 24 jam (tergantung jenis organ dan
ukurannya
Komposisi FAAAC
Formalin 40% 100 mL
Asam asetat glasial 50 mL
Akuades 850 mL
CaCl2.H2O 13 gram
Komposisi Bouine
Formalin 40% 15 mL
Asam pikrat jenuh 5 mL
Asam asetat glasial 1 mL
Modul Praktikum Teknik Laboratorium 2020
5. Pencucian: larutan fiksatif dibuang dan dicuci beberapa kali dengan akuades
6. Dehidrasi: dengan etanol bertingkat 30%, 50%, 70%, 95%, 100% masing- masing 15-30 menit
tergantung organ yang diproses
7. Penjernihan: dengan xilol 30 menit. Apabila belum transparan, waktu penjernihan ditambah
8. Infiltrasi: jaringan dimasukkan ke dalam infiltran
Parafin:xilol (1:1) 30 menit
Parafin I 30 menit
Parafin II 30 menit
Parafin III 30 menit
Semua langkah infiltrasi dikerjakan di dalam oven. Parafin yang dipakai harus sama dengan titik
lebur parafin untuk embedding
9. Embedding: cetak blok parafin dalam kotak-kotak dan atur letak/posisi organ sesuai dengan tujuan
10. Penyayatan:
- Blok dipasang pada holder, rapikan, sisi atas sejajar dengan sisi bawah.
- Holder dipasang pada tempatnya di mikrotom putar.
- Sayat dengan ketebalan 6 μm.
11. Penempelan: tempelkan sayatan pada gelas objek dengan perekat entellan
12. Pewarnaan: pewarnaan ganda hematoksilin – eosin
- Deparafinasi dengan xilol 3x5 menit.
- Masukkan ke etanol 95%, 80%, 70%, 50% masing-masing beberapa celupan
- Masukkan ke zat warna hemaktosilin aquosa ±2 menit
- Cuci dengan air
- Masukkan ke etanol 30%, 50%, 70%
- Warnai dengan eosin 1% dalam etanol 70% 1-2 menit
- Dehidrasi dengan etanol bertingkat 70%. 80%, 95%, 100% beberapa celupan
- Penjernihan dengan xilol 2x5 menit
- Tutup dengan gelas penutup dengan perekat entellan
Kutu, Pinjal
1. Kutu, pinjal, difiksasi dengan etanol 70% minimal 2 x 24 jam
2. Pindahkan ke KOH 10%. Lama penyimpanan dalam KOH tergantung ketebalan kutin dari spesimen
(pinjal ±6 hari, kutu ±1 hari).
3. Cuci dengan akuades
4. Dehidrasi dengan etanol 50%, 70%, 95%, 100% masing-masing 10 menit
5. Pindahkan ke minyak cengkeh sampai tampak jernih (±15-30 menit).
6. Pindahkan ke xilol 1: 10 menit, lalu xilol II: 10 menit
7. Atur di atas gelas obyek, tutup dengan perekat entellan
Bentos
1. Bentos yang sudah bersih difiksasi dengan etanol 70% minimal 24 jam
2. Cuci dengan akuades
3. Warnai dengan eosin 1% dalam air 24 jam
4. Cuci dengan air
5. Dehidrasi dengan etanol bertingkat, masing-masing 10 menit
6. Penjenuhan dengan xilol 2x15 menit
7. Letakkan pada gelas benda dan ditutup dengan entellan
Semut
1. Fiksasi semut dengan etanol 70% minimal 2 x 24 jam
2. Dehidrasi dengan etanol bertingkat 80%, 95%, dan 100% masing masing selama 10 menit
3. Jernihkan dengan minyak cengkeh selama 5 menit
4. Pindahkan ke xilol selama 2x5 menit. Xilol berfungsi sebagai penjernih dan sebagai medium pelarut
entellan
5. Atur di atas gelas obyek, tetesi dengan entellan sebagai perekat
6. Tutup dengan gelas penutup, biarkan sampai kering
Embrio Ayam
1. Telur diteropong untuk melihat posisi titik embrio
2. Tandai bagian yang berembrio dengan pensil
3. Telur diinkubasi di dalam inkubator pada suhu 36°C selama 24 jam, 36 jam, dan 48 jam
4. Teropong telur untuk melihat apakah embrio berkembang
5. Gunting cangkang pada bagian yang telah ditandai
Modul Praktikum Teknik Laboratorium 2020
6. Tempelkan cincin kertas saring mengelilingi embrio
7. Gunting selaput embrio di sekeliling luar cincin kertas saring
8. Angkat embrio dengan pinset
9. Cuci dengan garam fisiologis
10. Fiksasi dengan larutan Bouine selama 30 menit
11. Cuci dengan etanol 70%.
12. Warnai dengan eosin 1% dalam etanol 70% selama lima menit
13. Cuci dengan etanol 70%, dehidrasi dengan etanol 80%, 95%, dan 100% selama masing-masing 10
menit
14. Jernihkan dengan xilol selama 2 x 10 menit