Anda di halaman 1dari 16

PEMBUATAN PREPARAT JARINGAN

KULIT KELINCI SEGAR

I. Tujuan Instrusional Umum


1. Mampu dan terampil dalam membuat preparat histologi dari jaringan
kulit
2. mampu dan terampil mewarnai preparat histologi dari jaringan kulit

II. Tujuan Instruksional Khusus


1. Mampu dan memahami urutan pembuatan preparat jaringan
2. Mampu dan terampil melakukan tahapan dalam pembuatan preparat
jaringan.
3. Mampu mengoperasikan mikrotom
4. Mampu merawat preparat jaringan dengan benar
5. Mahasiswa mampu dan memahami urutan pewarnaan Hematoxylin-
Eosin
6. Mahasiswa terampil melakukan tahapan dalam pewarnaan preparat
jaringan.
7. Mahasiswa mampu merawat preparat jaringan dengan benar

III. Dasar Teori


Histologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan
jaringan dengan irisan tipis. Irisan tersebut akan memperlihatkan bentuk,
ukuran dan lapisan yang beragam yang terdiri dari struktur seluler, fibrosa
dan tobuler (Jusuf, 2009).
Histologi diperlukan dalam mempelajari struktur jaringan normal suatu
organ atau alat tubuh lain baik struktur anatomi maupun fisiologi. Hal yang
sangat penting dalam mengenali suatu kondisi patologi sebagai akibat suatu
penyakit dan perubahan perubahan seluler juga membantu mendiagnosis
penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakkan diagnosis
melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu dengan
diambil sampel organ (Suntoro, 1983).
Kulit adalah hasil samping dari pemotongan ternak yang diperoleh
setelah hewan tersebut mati dan di kuliti. Kulit merupakan suatu kerangka
luar, tempat bulu tumbuh yang berfungsi sebagai indera perasa, pelindung
tubuh dari pengaruh luar, tempat pengeluaran hasil pembakaran, dan
penyaringan sinar matahari (Sunarto, 2001).
Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis
merupa-kan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis
berupa jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm. Di bawah
dermis terdapat selapis jaringan ikat longgar yaitu hipo-dermis, yang pada
beberapa tempat terutama terdiri dari jaringan lemak.
Kulit mentah dibedakan atas dua kelompok , yaitu kelompok kulit yang
berasal dari hewan besar sepert sapi, kerbau, dan lain lain yang dalam istilah
asing disebut hides dan kelompok kulit yang berasal dari hewan kecil
seperti kambing, kelinci, dan lain lain yang dalam istilah asing disebut
skins.
Kelinci adalah salah satu hewan percobaan yang sering di pakai dalam
suatu penelitian (Yudaniayanti dkk, 2010). Salah satunya penelitian tentang
pembuatan preparat kulit. Preparat merupakan sediaan berupa organ,
jaringan, sel, dana tau tubuh organisme yang di awetkan dalam suatu media
ntuk mempermudah seseorang untuk mempelajari, mengamati, atau
meneliti. Preparat dalam bidang pendidikan memiliki peranan yang penting
sebagai sarana pendukung pembelajaran. Preparat dapat membantu
menjelaskan tentang materi-materi yang terkesan abstrak dan sulit diamati.
Fungsi preparat dalam bidang biologi diberbagai jenjang pendidikan sangat
penting untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman langsung perihal
tubuh atau bagian organ tertentu pada hewan maupun tumbuhan. Preparat
dapat menjadi acuan ketika dalam proses pembelajaran materi yang
dipelajari mengharuskan siswa untuk mengamati langsung objek yang
sedang dipelajari (Holil et al., 2003).
Pada pembuatan sediaan histologi ada tiga sasaran yang harus
diperhatikan yaitu, menyerupai struktur aslinya, sediaan yang tipis dan
diproleh kontras antar bagian-bagian. Untuk mencapai sasaran tersebut
dilakukan beberapa langkah ialah : fiksasi, dehidrasi, penjernihan,
embedding (pemancangan), trimming, pemotongan, dan pewarnaan.

IV. Alat dan Bahan


Alat
 Pinset
 Botol tempat preparasi
 Pengatur waktu
 Tempat untuk dehidrasi
 Tempat parafin cair
 Cetakan paraffin
 Oven
 Waterbath,
 Api Bunsen
 Serbet
 Kuas
 Mikrotom
 Kaki tiga
 loyang untuk pengeringan sediaan
 Staining jar
 Serbet
Bahan
 Sampel kulit
 Formaldehid
 Alkohol
 Toluene
 Etanol
 Parafin
 Putih telur
 Xylol
 Alkohol absolut,
 Acid Alkohol
 Aquades
 Hematocylin Haris
 Eosin
 DPX

V. Cara Kerja
PEMBUATAN SAMPEL
 Membersihkan kulit dari bulu, lalu kulit dicuci sampai bersih
 Memotong kulit dengan ukuran kecil kecil
FIKSASI
 Membuat larutan formaldehid 4%
 Meletakkan larutan formaldehid pada botol kaca lalu meletakkan
kulit dan dibiarkan selama 10 menit
 Setelah 10 menit kulit di angkat dan di tiriskan

DEHIDRASI
 Menyiapkan larutan alcohol dengan konsentrasi bertingkat 30 %; 50
%; 70 %; 80 %; 90 %; dan 96 %.
 Mengambil larutan alkhohol 30% lalu ditaruh dalam botol kaca lalu
kulit di masukkan dan di gojog selama 20 menit
 Setelah 20 menit alkhohol dibuang dan diganti dengan konsentrasi
alkhohol yang sama, diulangi sampai 3x
 Melakukan hal yang sama untuk alhohol konsentrasi 50%, 70%,
80%, 90%, dan 96%

CLEARING (PENJERNIHAN)
 Sampel dimasukkan dalam larutan Alkohol absolud : Toluen (1 : 1)
selama 25 menit
 Sampel dimasukkan ke dalam Toluen murni ± 1 – 2 jam
 Mengamati sampel sampai benar-benar transparan.
 Sampel dimasukkan dalam larutan Parafin Tolen selama 1 (satu)
malam.

EMBEDDING
 Menyiapkan 4 (empat) tempat untuk paraffin cair
 Sampel dimasukkan ke dalam paraffin cair secara berurutan
 Masing-masing pemasukan sample adalah 10 menit
 Sampel ditanam dalam cetakan paraffin untuk potongan melintang
PEMOTONGAN
 Melepas sampel dari cetakan
 Membentuk sampel seperti trapezium pada salah satu ujungnya
 Memasang sampel pada tempat di mikrotom dan di potong dengan
ketebalan 6 – 8 𝜇
 Apabila sampel agak keriting, parafin diapus dengan es batu yang
dimasukkan dalam serbet
 Mengambil hasil potongan dengan kuas
 Memasukkan sampel dalam waterbath 50° C
 Menempelkan potongan kulit pada Obyek glass yang telah diberi
putih telur
 Mengeringkan dalam loyang alumunium yang telah dipanaskan
dengan api bunsen
 Membersihkan sisa – sisa paraffin pada obyek glass

PEWARNAAN
 Melakukan parafinisasi Sampel dengan memasukkannya kedalam
:
a. Xylol 1 5 menit
b. Xylol 2 5 menit
c. Alkohol absolut 5 menit
d. Alkohol 95% 5 menit
e. Alkhohol 90% 5 menit
f. Alkhohol 80% 5 menit
g. Alkhohol 70% 5 menit

 Mencuci sampel dengan air mengalir

 Mencuci dengan aquades


 Melap dengan lap kering sampai benar – benar kering

 Memasukkan dalam hematocylin Haris selama 7 menit

 Mencuci sampel dengan aquades 3x

 Memasukkannya dalam acid alkohol selama 7 menit

 Mencuci sampel dengan air mengalir selama 10 menit

 Memasukkan sampel dalam aquades 3x

 Memasukkan sampel dalam Eosin selama 7 menit

 Mencuci sampel dengan aquades sebanyak 3x

 Memasukkan sampel dalam :

a. Alkohol 70%

b. Alkohol 80%

c. Alkohol 90%

d. Alkohol 95%

e. Alkohol Absolut, masing – masing 5 – 10 detik

 Menunggu sampel sampai agak kering


 Memasukkan sampel dalam xylol I 5 menit
 Memasukkan sample dalam xylol II 5 menit
 Menutup sample dengan DPX 4
 Mengamati sample dalam mikroskop.
VI. HASIL PENGAMATAN

PREPARAT KULIT KELINCI AWETAN POTONGAN MELINTANG

Preparat : Kulit kelinci awetan Preparat: Kulit kelinci


awetan
Perwarnaan : Hematocylin Eosin Pewarnaan: Hematocylin
Eosin
Perbesaran : 4 x 10 Perbesaran: 10 x 10
Keterangan : Keterangan:
a. Bekas folikel rambut a. Serabut kolagen
b. Epidermis b. Bekas folikel rambut
c. Serabut kolagen c. Epidermis

PREPARAT KULIT KELINCI AWETAN POTONGAN MELINTANG


Preparat: Kulit kelinci segar Preparat: Kulit kelinci
segar
Pewarnaan: Hemactocylin Eosin Pewarnaan: Hemactocylin
Eosin
Perbesaran: 10 x 10 Perbesaran: 40 x 10
Keterangan: Keterangan:
a. Folikel rambut a. Folikel rambut
b. Serabut kolagen b. Serabut kolagen
c. Kelenjar lemak

VII. PEMBAHASAN
Preparat merupakan sediaan berupa organ, jaringan, sel, dana tau tubuh
organisme yang di awetkan dalam suatu media ntuk mempermudah
seseorang untuk mempelajari, mengamati, atau meneliti. Untuk membuat
preparat harus melakukan cara kerja dengan urut dan teliti. Cara kerja untuk
membuat preparat antara lain: pembuatan sampel, fiksasi, dehidrasi,
penjernihan, embedding (pemancangan), trimming, pemotongan, dan
pewarnaan.
Pada proses pembuatan sampel mengambil bagian crupon karena pada
bagian itu merupakan bagian yang paling banyak mengandung kolagen dan
serat – seratnya juga rapat. Bulu hewan kulit kelinci juga harus dihilangkan
agar mempermudah proses selanjutnya.
Pada proses dehidrasi itu bertujuan untuk mengeluarkan kandungan air
yang ada di dalam kulit. Dehidrasi dilakukan bertingkat di mulai dari
konsentrasi paling kecil agar air dalam kulit dapat keluar dengan maksimal.
Proses penjernihan selesai dengan ditandai dengan kulit transparan atau
tembus cahaya. Pada proses ini dilakukan 2x yang pertama dengan larutan
etanol tulene dan yang kedua larutan toluene. Pada saat proses penjernihan
antara kulit kelinci awetan dengan kulit kelinci segar terdapat perbedaan
lama waktu penjernihan. Hal tersebut dikarenakan kulit segar tidak
mengandung zat kimia sehingga untuk mengeluarkan air dari dalam kulit
dan menjernihkan kulit juga mudah.
Proses embedding bertujuan agar kulit keras, hal tersebut dilakukan
dengan merendam kulit dalam paraffin cair. Pemotongan bentuk trapezium
bertujuan agar mempermudah saat pemotoongan pada mikrotom.
Proses pewarnaan bertujuan agar mempermudah membedakan antara
komponen penyususn kulit. Karena jika tidak diwarnai akan sulit di
bedakan.
Pada preparat kulit kelinci awetan terlihat epidermis, bekas folikel
rambut, dan serabut kolagen. Epidermis dari kulit kelinci awetan terlihat
sedikit rusak, hal ini disebabkan saat proses pengawetan. Pada kulit kelinci
awetan sudah tidak terlihat folikel rambut lagi, yang telihat hanya bekasnya
saja. Hal itu terjadi karena pada saat proses pengawetan sudah diberi zat
pengawet atau bahan bahan kimia yang merusak folikel rambut. Serabut
kolagen juga terlihat, walaupun sudah di awetkan namun prinsip
pengawetan adalah membuat kulit dapat bertahan lama tanpa merusak
komponen kulit.
Pada preparat kulit kelinci segar terlihat komponen epidermis, folikel
rambut, serabut kolagen, dan kelenjar lemak. Epidermis pada kulit kelinci
segar masih bagus dan folikel rambut juga terlihat karena kulit yang dipakai
merupakan kulit segar. Kelenjar lemak juga terlihat pada preparat kulit
kelinci segar karena kulit yan dipakai belum di bersihkan secara mendetail
pada bagian lemak.

VIII. KESIMPULAN
 Histologi merupupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
tentang sel dan jaringan secara detail menggunakan mikroskop.
 Fiksasi adalah suatu usaha untuk mempertahankan elemen-elemen
sel atau jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami
perubahan bentuk maupun ukuran.
 Dehidrasi yaitu penarikan molekul air didalam jaringan dengan
menggunakan alkohol bertingkat.
 Clearing merupakan proses membuat jaringan menjadi jernih dan
transparan,
 Embedding menempatkan jaringan pada cetakan yang berisi parafin
cair, kemudian didinginkan agar parafinnya mengeras.
 Trimming proses membuang parafin yang berlebih untuk dibentuk
menjadi bentuk trapezium agar mudah dalam pemotongan.
 Pemotongan dilakukan dengan mikrotom dengan ketebalan 6 – 8 µ.
 Pewarnaan sampel bertujuan untuk mempermudah dalam
membedakan komponen – komponen kulit.
 Pada preparat kulit kelinci awetan folikel rambut hanya terlihat
bekasnya saja dan epidermisnya juga sudah rusak.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Jusuf, A.A. 2009. Histoteknik dasar. Bagian Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Suntoro, H. 1983. Metode pewarnaan : Histologi dan Histokimia. Bagian
Anatomi dan Mikroteknik Hewan. Fakultas Biologi UGM. Jakarta :
Bhiratara Karya Aksara
Rapika,Zulfikar,Dan Zumarni. 2016. Kualitas Fisik Gelatin Hasil Ekstraksi
Kulit Sapi Dengan Lama Perendaman Dan Konsentrasi Asam Klorida
(HCL)Yang Berbeda.Laboratorium Teknologi Pasca Panen Fakultas
Pertanian Dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.
N.et al.2003.Existence Of Optimum Space Between Electrodes On
Hydrogen Production By Water Electrolysis International Journal Of
Hydrogen Energy

X. PERTANYAAN
1. Apa yang akan terjadi apabila proses clearing tidak sempurna ?
Tujuan dari proses clearing adalah untuk membuat jaringan menjadi
jernih dan transparan sehingga zat pewarna dapat masuk dengan
sempurna.Apabila proses clearing tidak sempurna maka akan terjadi
kekurang jelasan preparat kulit yang di amati melalui mikroskop dan
terkadang terdapat beberapa bagian yang tidak terlihat

2. Apa penyebab irisan tidak terjadi dengan optimal ?


Penyebab irisan tidak terjadi dengan optimal adalah karena
ketidaktepatan penempatan sampel kulit pada proses pencetakkan
paraffin cair,dan juga dapat disebabkan karena ketika proses
pemotongan dengan mikrotom,paraffin tidak menempel dengan kuat
sehingga pada saat proses pemotongan di mikrotom bagian kulit
bergerak dan menyebabkan potongan tidak optimal.

XI. LAMPIRAN
Proses Fiksasi Proses Dehidrasi

Proses Clearing Membuat bubur parafin


Proses Embedding Proses Trimming
\

Proses pemotongan proses pewarnaan


LAPORAN PRAKTIKUM
HISTOLOGI KULIT
PEMBUATAN PREPARAT JARINGAN KULIT

Disusun Oleh:
Nama : Rini Tiyastuti
NIM : 2101007
Kelas : TPK A

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA
2022

Anda mungkin juga menyukai