Anda di halaman 1dari 50

PATOLOGI ANATOMI

Menurut PERMENKES RI Nomor 411/


MENKES/PER/III/2010 :
Laboratorium patologi anatomik
melaksanakan : O Pembuatan preparat
histopatologi,
O Pulasan khusus sederhana,
O Pembuatan preparat sitologik
O Pembuatan preparat dengan teknik potong
beku.
Laboratorium Patologi Anatomik
Penegakkan diagnosis :
• Perubahan morfologi sel dan jaringan
• Pemeriksaan imunologi dan molekuler
khusus yang bersumber dari sel /jaringan
• Mendeteksi kelainan, akibat perubahan
pada jaringan tubuh.
Spesimen untuk pemeriksaan :
1. spesimen sitologi (cairan)
ex. : cervical Pap Smear, aspirasi jarum halus
(FNA (Fine Needle Aspiration) urin, dahak,
cairan cerebrospinal,
2. spesimen Histopatologi (jaringan)
Ex : payudara (mammae), uterus, tiroid
berasal dari : biopsi jarum, endoskopi, eksisi,
ekstirpasi, operasi, dll.
PENANGANAN JARINGAN PASCA OPERASI/BIOPSI :
• Wadah yang besarnya sesuai dengan jaringan yang
akan disimpan.
• Jaringan tidak boleh dimasukkan dalam wadah yang
lebih kecil dari ukuran jaringan, karena akan
menyebabkan penekukan yang dapat merusak bentuk
dan jaringan serta susah dikeluarkan dari wadah.
• Isi wadah dengan formalin 10% bufer dengan volume
minimal 5 kali volume jaringan.
• Masukkan sesegera mungkin jaringan segar kedalam
wadah formalin (kurang dari 30 menit)
• Jika jaringan berukuran besar (mastektomi) agar
dilakukan irisan sejajar berjarak kira-kira 1cm agar
seluruh bagian jaringan terpapar formalin.
TAHAP PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
1) FIKSASI
Fiksasi adalah proses perendaman jaringan
menggunakan cairan fiksatif untuk mencegah
autolisis jaringan dan mengawetkan jaringan.
• Tujuan umum dari fiksasi jaringan adalah
menjaga komponen sel dan jaringan seperti
ketika sel itu masih dalam kondisi hidup.
Tujuan fiksasi :
1. Menjaga Stuktur dan Komponen Kimiawi.

2. Pencegahan Kerusakan dan Kematian.


Untuk mencegah perubahan postmortem seperti autolisis dan
pembusukan.
• Autolisis
suatu aktivitas menghancurkan diri sendiri. Autolisis dilakukan
pada mekanisme pencernaan jaringan yang dilakukan oleh enzim
intraselular yang dilepaskan saat membran organel lisosom pecah.
• Pembusukan dapat juga terjadi akibat organisme mikro yang
mungkin sudah ada dalam spesimen

3. Mengeraskan Sel dan Jaringan.


memudahkan pemotongan makroskopis (potong gross)
4. Pemadatan.

5. Opticaldiferensiasi.
dapat mengubah indeks bias dari berbagai komponen sel dan
jaringan sehingga komponen yang terfiksasi dengan baik lebih
mudah divisualisasikan.

6. Efek pewarnaan.
• dapat meningkatkan intensitas dari warna pada sel dan jaringan.
formalin dapat mengintensifkan karakter pewarnaan jaringan ketika
diwarnai dengan hematoksilin,
• Jika sediaan akan diwarnai dengan masson trichrome, maka
fiksasi yang digunakan adalah larutan fiksasi Bouin

7. Menempelkan sel.
sediaan sitologik, larutan fiksasi dapat juga digunakan sebagai
factor merekatkan sel dengan kaca objek
Faktor yang akan mempengaruhi tingkat efektivitas dan kecepatan fiksasi jaringan :
• Suhu
Suhu kecepatan penetrasi larutan fiksatif ke dalam jaringan. Suhu fiksasi yang baik ketika awal
pemberian akan baik jika dilakukan pada suhu kamar (20 ° C)

Fiksasi dengan peningkatan suhu Suhu optimal 45 °C.


Suhu maksimal 65 ° C
• Penetrasi larutan
a. Waktu penetrasi
pertimbangan dalam “mengejar” waktu autolysis dari sel atau jaringan
b. Tingkat penetrasi

• Dimensi spesimen
ukuran ketebalan jaringan / potongan jaringan 3- 4 mm.

• Rasio volume terhadap spesimen


Perbandingan yang telah teruji adalah 1 : 20 ( spesimen : larutan fiksasi).
Rasio yang disarankan adalah 1:50.

• Tingkat Keasaman (pH)


Larutan formalin pH 6,8-7,2.
Jika pH basa kemungkinan sel yang mengalami pembengkakan.
Jika pH asam dalam waktu yang lama, akan membuat sel mengkerut dan lebih rentan terhadap
kerusakan fisik
Jenis-jenis larutan fiksasi untuk jaringan :
1. FORMALIN
Formalin buffer 10 %/ netral buffered formalin
• Sampel Minimal 24 jam baru dapat diproses.

2. Larutan Bouin
• Sangat baik untuk memperlihatkan inti sel seperti
pada sel benih di testis dan ovum.
• Warna kuning pada jaringan akibat kelebihan pikrat.
jaringan harus dicelup dalam alkohol atau dengan
mencucinya dalam air kran semalam.
3. LARUTAN ZENKER FORMOL (CAIRAN
HELLY)
• Larutan fiksatif Zenker mengandung
Merkuri klorida untuk mempresipitasi
protein.
• Waktu fiksasi umunya 6-24 jam
• Fiksatif ini sangat baik untuk fiksasi
sumsum tulang dan limpa serta organ lain
yang banyak mengandung darah seperti
jantung dan otot
4. LARUTAN ASAM ASETAT-ALKOHOL-
FORMALIN (TELLYESNICZKY)
• Jaringan dengan ketebalan 5 mm selesai
difiksasi dalam 4 jam.

5. LARUTAN CARNOY
• selesai setelah 1-2jam,sedangkan potongan
kecil selesai difiksasi dalam 15 menit.
4. Fiksasi Khusus

a. Fiksasi Carnoy

b. Fiksasi Cair (FAA)


Fiksasi ini merupakan fiksasi yang baik ketika akan
membuat “cell block” ataupun dalam pengamatan sel
dalam kondisi segar (penggunaan di parasit, mikologi
dan lain sebagainya).

c. Larutan heidenhein’s susa


2) POTONG GROSS (SECTIONING) DAN PENCATATAN
MAKROSKOPIK

Tahap pemotongan dan pencatatan makroskopik :


• Untuk mengambil bagian jaringan yang representatif.
• Tidak melebihi tebal kaset . Setelah dimasukkan ke dalam kaset
dan ditutup, kaset dimasukkan kedalam wadah yang berisi
formalin 10% bufer fosfat
• Bahan yang tdari jaringan tulang, didekalsifikasi tambahan
dengan cara merendam tulang tersebut dalam cairan
HNO selama 1-2 malam untuk
3

menghilangkan kalsiumnya.

*Jika jaringan belum sempurna fiksasinya, kaset jaringan


dimasukkan dalam wadah berisi formalin 10% bufer
*jika sudah sempurna dimasukkan ke dalam wadah berisi alkohol
70%.
Melakukan pemotongan jaringan.

1. Menentukan bagian yang mengalami kelainan.

2. Melakukan pemotongan jaringan

3. Menentukan jumlah kup yang dianggap memadai (mewakili bagian yang


mengalami kelainan)

a. Colon.

· KGB/ omentum.
· Potong kedua ujung kolon.
· Sayat secara horizontal.
· Ambil masa.

b. Payudara.

· KGB/Omentum.
· Masa tumor, batas irisan, kedua ujung.
· Putting.
c. Appendiks.

· Potong cincin pada bagian yang tidak buntu .

· Potong horizontal untuk bagian yang buntu.

d. Mata.

· Dibelah dua, buang cairannya.

· Sebelum memotong perhatikan potongannya mengenai nervus.

· Yang perlu diambil : potongan retina, pupil, bila ada massa diambil,
nelphusnya diambil (untuk mengetahui penjalaran tumor).

e. Ginekologi (uterus)

· Bagian-bagian yang representative.


· Serviks, endometrium, tuba fallopi.
Syarat pemotongan jaringan uterus :
Dipotong secara vertikal
• https://voices.uchicago.edu/
grosspathology/breast/
Pencatatan makroskopik :
pengukuran, penimbangan, pemeriksaan
konsistensi dan warna jaringan
DEKALSIFIKASI
• Dekalsifikasi adalah proses menghilangkan mineral
dari tulang atau jaringan yang mengandung garam
kalsium lain
• Prinsip dekalsifikasi didasarkan pada penghilangan
kation kalsium melalui mekanisme anion.
• Larutan dekalsifikasi : larutan asam kuat (ex. HCL 10
%, asam nitrit (HNO3) 5 %, parenyi’s, larutan von
ebner’s) ,larutan asam lemah (asam format 10%,
evans krajian, kristensen, gooding stewart), larutan
chealting (asam EDTA).
• Teknik yang sering digunakan dari kedua
teknik tersebut :
1. potong makros-fiksasi-dekalsifikasi
2. fiksasi-potong makros-dekalsifikasi
PENENTUAN WAKTU ENDPOIN DEKALSIFIKASI :
1. X ray
2. Reaksi kimia
3. Tes fisik

(biasanya 1-2 malam)

TAHAP PEMBERSIHAN.
• Untuk menghilangkan sisa dari larutan dekalsifikasi
metode yang sering digunakan adalah dengan mencuci
jaringan tersebut menggunakan air keran yang dialiri
atau pemberian larutan basa.
3) PROCESSING JARINGAN
(PEMATANGAN JARINGAN)

Cairan Waktu

1 Alkohol 70% 1 Jam

2 Alkohol 80% 1 Jam

3 Alkohol 96% 1 Jam

4 Alkohol 96% 1 Jam

5 Etanol 1 Jam

6 Etanol 1 Jam

7 Xylol 1 ½ Jam

8 Xylol 1 ½ Jam

9 Xylol 1 ½ Jam

10 Parafin 3 Jam

11 Parafin 3 Jam
4). EMBEDDING/ PEMBUATAN BLOK
PARAFFIN
5) PENDINGINAN BLOK PARAFFIN DILANJUTKAN
PEMOTONGAN BLOK PARAFFIN DENGAN
MIKROTOM
Pemotongan blok parrafin dengan mikrotome
1. POTONG KASAR
• Proses potong kasar atau trimming merupakan proses
awal pemotongan blok jaringan yang bertujuan untuk
membuang kelebihan paraffin yang menutupi jaringan
• ketebalan pita jaringan yaitu pada 15-30μm

2. POTONG HALUS
• Proses potong halus ini bertujuan untuk menghasilkan
pita jaringan. Blok jaringan yang akan dipotong harus
didinginkan terlebih dahulu (pada cool plate suhu -20 C).
• Ketebalan pita ialah 3-4μm.
6) PROSES FLOATING ATAU PENEMPATAN PITA JARINGAN
PADA AIR HANGAT
Proses ini bertujuan untuk membantu mengurangi lipatan pada
pita jaringan (Gunakan waterbath suhu 50 C)

7) AFFIXING
Pita jaringan ditempelkan pada kaca objek.

8) MENGERINGKAN SEDIAAN UNTUK MENGHILANGKAN SISA


AIR YANG MASIH TERPERANGKAP DIBAWAH PITA JARINGAN.
Proses pengeringan bias dilakukan didalam oven atau diatas
hotplate. Suhu pemanasan harus dijaga tidak terlalu panas, cukup
pada titik leleh paraffin. Pengeringan untuk mberbagai jaringan
juga dianjurkan dilakukan pada 37°C.
9. Pewarnaan preparat jaringan :
1. PULASAN HISTOPATOLOGI RUTIN (HEMATOKSILIN EOSIN)

No Tahap Pengecatan Lama Perlakuan

1 Xylol 5 Menit

2 Xylol 5 Menit

3 Xylol 5 Menit

4 Ditiriskan sampai sediaan kering 5 – 10 Menit

5 Ethanol 3 Menit

6 Alkohol 96% 3 Menit

7 Alkohol 96% 3 Menit

8 Alkohol 96% 3 Menit

9 Dicuci dengan air mengalir 5 Menit

10 Lili Mayer 2 – 7 menit

11 Dicuci dengan air mengalir 3 Menit

12 Alkohol 80% 1 – 2 celup

13 Eosin 2 – 3 celup

14 Dicuci dengan air 5 celup

15 Alkohol 70% 3 celup

16 Alkohol 80% 2celup

17 Alkohol 96% 2 celup


Hasil :
• Nukleus berwarna biru/hitam,
• sitoplasma berwarna nuansa pink,
• serat otot berwarna pink lebih gelap,
• sel darah merah berwarna oranye/merah, fibrin
berwarna pink gelap.
• Struktur dan substansi selain nukleus mungkin
akan terwarnai oleh Hematoxyilin, seperti hifa
jamur, dan endapan kalsium yang sering kali
berwarna hitam/biru.
2. Pulasan Giemsa

3. Pulasan Ziehl Nielsen

4. Pulasan Biru Berlin (Iyzer)

5. Pulasan trhricrome
6. Pulasan Van Gieson

7. Pulasan Perak Impregnasi

8. Pulasan Fontana Masson

9. Pulasan Alcian blue pH 2,5


10. Pulasan PAS

11. Pulasan PAS Diastase


9. MOUNTING
proses penutupan jaringan diantara cover
glass dengan objek glass oleh entelan
Pemeriksaan Sitologi
1. Pemeriksaan Pasien Ginekolog (pap smear ) :
a. Persiapan pasien
• Pemeriksaan dilakukan idealnya 2 minggu setelah hari pertama menstruasi
terakhir.
• Jangan menggunakan obat vagina, alat kontrasepsi vagina, atau “douching”
(pencucian vagina menggunakan alat khusus) selama 48 jam sebelum
pengambilan spesimen.
• Tidak dianjurkan berhubungan badan sehari sebelum pengambilan spesimen.

b. Sumber spesimen
Sumber atau letak pengambilan spesimen (vagina, endoservik, gabungan atau
bagian servik)
c. Status homonal
dalam masa subur, menstruasi, atau menopause.

2. Pasien pemeriksaan non-ginekolog : sumber sediaan, waktu pengambilan, teknik


pengambilan dan fiksasi tambahan. (ex. FNAB)

3. Spesimen berupa bentuk sediaan siap warna


jenis fiksasi yang digunakan (fiksasi basah atau kering), waktu pengambilan
spesimen dan formulir dasar . (ex. Sputum, cairan pleura)
Prosedur pemeriksaan sampel berupa cairan :
• Cairan dinilai warna, konsentrasi, volumenya
• Diambil secukupnya dimasukkan kedalam
cytofunnel lalu disentrifuge selama 5 menit
1600 rpm dengan menggunakan cytospin
dibuat 4 slaid.
• 2 slaid difiksasi dengan alkohol 96% selama
15-45 menit untuk pewarnaan papaniculou dan
2 slaid lagi dikeringkan untuk pewarnaan MDT
Fiksasi dari sediaan sitologi terbagi menjadi beberapa
bagian yaitu :
1. Fiksasi basah
Fiksasi basah merupakan tindakan fiksasi dimana
sediaan sitologik masih dalam kondisi basah atau
lembab.
Larutan fiksasi basah dapat terdiri dari :

a. Alkohol 95-96%.

b. Methanol absolut.

c. Eter: alkohol 95%


d. Propanol dan isopropanol 80%
e. Denaturasi alkohol
f. Formalin Based
Formalin Based yang digunakan untuk
sediaan sitologik yang ditargetkan pada
pemeriksaan imunologi
2. Fiksasi “Coating“
• Fiksatif Coating merupakan fiksasi yang dilakukan untuk
pengganti fiksatif basah. Fiksasi ini dilakukan dengan
memberikan aerosol (penyemprotan) pada spesimen sitologi
• Fiksasi ini terdiri dari alkohol dan polietilen glicol yang berfungsi
sebagai pelapis dari sediaan sitologik
• fungsinya yaitu dengan menjaga sel dari kerusakan (fiksasi) dan
pada saat kering akan membentuk lapisan tipis
• sebagai pelindung di atas sediaan sitologik itu. Fiksatif ini
sangatlah praktis untuk situasi di mana sediaan sitologik harus
dikirim ke laboratorium sitologi yang berjarak jauh dari tempat
pengambilan spesimen.
• Jarak penyemprotan adalah 10 sampai 12 inci (25-30 cm).
• Fiksasi “coating” ini tidak dianjurkan untuk sediaan sitologik
yang banyak mengandung darah, hal ini dikarenakan akan terjadi
penggumpalan eritrosit. Lilin dan minyak dari larutan fiksasi itu
harus dibuang ketika hendak diwarnai dengan dengan cara
perendaman di larutan alkohol 95% selama semalam.
3. Fiksasi Kering
• Fiksasi kering merupakan fiksasi yang dilakukan
pada sediaan sitologik yang dilakukan dengan
mengeringkan sediaan tersebut di udara terbuka
(udara kering) atau dengan bantuan pemanasan
hingga kering (penggunaan hotplate dengan suhu
maksimum 50 C).
• Keuntungan dari fiksasi ini adalah pembuatan dan
pewarnaan yang cepat (2-3 menit).
• Untuk sediaan yang menargetkan koloid, mucin,
butiran sitoplasma endokrin dan lain-lain akan lebih
baik jika dilakukan fiksasi kering. Hal ini juga berguna
pada pasien dengan indikasi keganasan hematologi
seperti limfoma atau leukemia.
Pewarnaan sitologi
Pengecatan papanicolaou :
• Tahapan pengecatan Papanicolaou (Papsmear, Cairan, Sputum) :
–Alkohol 70% : 7 celup
–Alkohol 50% : 7 celup
–Aquades : 7 celup
–Haris : 4-7 menit
–Dicuci dengan air mengalir : 5 menit
–Litium : 2 celup
–Dicuci dengan air : 2 celup
–Alkohol 50% : 7 celup
–Alkohol 70% : 7 celup
–Alkohol 96% : 7 celup
–OG 6 : 4 menit
–Alkohol 96% : 7 celup
–Alkohol 96% : 7 celup
–Alkohol 965 : 7 celup
–EA 50 : 6 menit
–Alkohol 96% : 7 celup
–Alkohol 96% : 7 celup
–Alkohol 96% : 7 celup
–Ditiriskan sampai sediaan kering : 5 – 10 menit
–Xylol : 7 celup
–Xylol : 7 celup
Pemeriksaan FNAB
Sitologi aspirasi adalah pemeriksaan terhadap sel yang
didapat dengan cara aspirasi jaringan tubuh
menggunakan jarum halus.
• Tahapan pengecatan sediaan apus FNAb
– Metanol = 20 celup
– Eosin = 10 celup
– Methylen blue = 10 celup
– Cuci dengan air = 10 celup
Pemeriksaan imunohistokimia
Pemeriksaan imunohistokimia adalah
pemeriksaan khusus lanjutan yang
diperlukan untuk menentukan diagnosis dan
terapi suatu penyakit.
Prosedur Pemeriksaan Potong Beku
(Vriescoupe = VC)
Pemeriksaan VC adalah pemeriksaan jaringan tubuh
yang dilakukan pada saat operasi masih berjalan
dengan menggunakan system potong beku, sehingga
diagnosis dapat ditegakkan dengan segera dan hasil
pemeriksaan itu dipakai untuk menentukan tindakan
operasi selanjutnya.
Tujuan :
Membuat diagnosis yang cepat dan tepat pada saat
penderita masih di kamar operasi sebagai panduan
dalam menentukan tindakan operasi lebih lanjut.
Penyimpanan arsip
• Blok parrafin dan slide : 10 tahun
• Hasil px dalam bentuk dokumen : 10 tahun
• Arsip basah (jaringan) : min 1 bulan
(RSMH)

Anda mungkin juga menyukai