Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN EMBRIO AVES

A. Tujuan Kegiatan
1. Mahasiswa memahami perkembangan embrio aves pada berbagai umur inkubasi.
2. Melalui pengamatan gambar preparat embrio, mahasiswa mampu menentukan stadium
perkembangan embrio aves.
3. Mahasiswa mampu menentukan ciri-ciri utama embrio dari setiap stadium umur inkubasi.
B. Teori Dasar
Hasil pembelahan pada ayam adalah suatu keping atau blastoderm yang berbentuk tudung di
atas yolk. Bagian tengah terpisah dari yolk oleh rongga subgerminal, sehingga tampak terang yang
disebut dengan area pelusida. Bagian tepi dari area pelusida tampak gelap karena berdekatan dengan
yolk yang disebut area opaka. Sebagian besar sel-sel blastoderm berada pada lapisan permukaan atas
membentuk epiblast, beberapa sel melepaskan diri dari epiblast ke dalam rongga subgerminal dan
membentuk hipoblast primer. Selanjutnya bermigrasi dari tepi posterior blastoderm dan bergabung
dengan hipoblast primermembentuk hipoblast sekunder. Blastoderm (epiblast dan hipoblast) pada
bagian tepi bersatu pada daerah opaka. Celah antara kedua lapisan itu disebut rongga blastula.
Pada embrio ayam, gastrulasi dicirikan dengan adanya daerah unsur primitif (primitive streak).
Pada daerah ini tampak sebagai suatu penebalan pada bagian tengah area pelusida posterior. Penebalan
ini tampak sebagai suatu penebalan area pelusida posterior. Penebalan ini terjadi karena adanya
migrasi sel-sel dari arah posterolateral ke bagian tengah area pelusida. Bagian penebalan menyempit,
bergerak ke anterior dan mengerut membentuk suatu parit yang disebut daerah unsur primitif.
Lekukannya disebut lekukan primitif dan berperan sebagai blastoporus, tempat migrasi sel ke dalam
rongga blastula. Pada ujung anterior terjadi penebalan yang disebut Nodus Hensen. Bagian tengah
nodus Hensen berbentuk sumur dan melalui tepinya akan dilalui oleh sel-sel yang masuk ke dalam
rongga blastula.
Gastrulasi dilaksanakan oleh sel-sel yang bergerak secara sendiri-sendiri serta berkoordinasi,
dari luar masuk ke dalam embrio, bukan melalui gerakan sel bersama dalam membentuk suatu
lempengan. Setelah endoderm dibentuk, yang menjadi arkenteron adalah rongga subgerminal yang
atapnya dibatasi oleh endoderm, sedangkan dasarnya adalah yolk.
Sel-sel yang pertama bermigrasi melalui daerah unsur primitif adalah sel yang akan menjadi
endoderm. Sel-sel ini bergerak ke arah anterior, bergabung dengan hipoblast dan akhirnya
menggantikan hipoblast pada bagian posterior embrio. Sel berikut yang masuk melalui nodus Hensen
juga bergerak ke anterior, tetapi tidak bergerak sejauh bakal endoderm. Sel-sel ini berada diantara
epiblast dan endoderm untuk membentuk mesoderm kepala dan notokord. Sel-sel yang masuk ini
semuanya bergerak ke anterior, mendorong epiblast bagian tengah ke atas sehingga akhirnya terbentuk
lipatan kepala. Sementara itu semakin banyak sel-sel bermigrasi masuk melalui daerah unsur primitif
yang setelah masuk ke dalam rongga mereka memisahkan diri menjadi dua arah. Satu masuk lebih
dalam dan bergabung dengan hipoblast serta mendorong hipoblast ke tepi. Sel-sel ini akan membentuk
semua organ endodermal dan sebagian besar selaput ekstra embrio. Kelompok kedua menyebar
membentuk bagian mesoderm dari embrio dan selaput ekstra embrio.
Sementara pembentukan mesoderm berlangsung, daerah unsur primitif mulai memendek
sehingga nodus Hensen berpindah letak dari di tengah area pelusida jadi berada di bagian posterior.
Dengan perkataan lain, nodus Hensen bergerak ke posterior dan notokord posterior terbentuk.
Akhirnya nodus bergeser mencapai sisinya yang paling posterior dan membentuk daerah anal. Pada
tahap ini, epiblast tubuh terdiri atas bakal sel-sel ektoderm yang berepiboli hingga mengelilingi tubuh.
Gastrulasi selesai dengan dibentuknya ektoderm, digantinya hipoblast dengan endoderm dan
terletaknya mesoderm diantara kedua lapisan ini. Perkembangan embrio ayam dapat dipelajari dari
berikut ini (Gambar 1)

1
Gambar 1. Tahapan perkembangan embrio ayam

C. Panduan Kegiatan pada Kondisi Normal di Laboratoriun


Alat dan Bahan
1. Alat
a. inkubator d. pipet tetes
b. gelas arloji e. seperangkat alat bedah
c. beberapa petridish dan botol spesimen f. kaca objek dan kaca penutup
2. Bahan
a. telur ayam fertil
b. larutan fisiologis
c. vaselin
d. larutan fiksatif: Bouin
e. pewarna Picro Carmine, yang dibuat dari: carmine 0,5 gr; amoniak 0,5 ml; asam pikrat
0.005 gr dan aquades 100 ml.
f. Alkohol dengan konsentrasi berseri
g. Xylol
h. Albumen meyer dan Canada Balsam
i. Kertas saring
Cara Kerja
1. Masukkan telur ke dalam inkubator sesuai dengan waktu inkubasi pada suhu lebih kurang 38 o
C.
2. Beri tanda pada telur untuk menetukan bagian atas dan bagian bawah.
3. Telur dibalik dalam waktu 1 x 12 jam.
4. Setelah sampai waktu, sesuai dengan umur embrio yang akan diamati (misal: 24, 33, 56, dan
72 jam) lakukan pembuatan preparat/sediaan utuh dari embrio ayam tersebut dengan prosedur
sebagai berikut:
a. Ambil telur dari inkubator dengan tetap mempertahankan posisi telur (tidak boleh dibalik
atau diputar).
b. Buka cangkang dengan gunting yang tajam, kemudian masukkan embrio ke dalam larutan
fisiologis pada kaca arloji yang sudah diolesi vaselin setipis mungkin.
c. Pisahkan embrio dari kuning telur dengan cara menggunting membran vitelin di luar
pinggir terminal pembuluh darah (sinus terminalis).
d. Buang kuning telur dengan menggunakan pipet tetes dan cuci embrio dengan hati-hati
menggunakan larutan fisiologis sampai tidak ada lagi kuning telur yang melekat pada
embrio.
e. Rentangkan embrio pada kaca arloji sambil mengurangi larutan fiksatif dengan bantuan
kertas saring yang telah dipotong kecil-kecil, dan siapkan kertas saring yang ada lingkaran
(lobang berbentuk lingkaran) yang ukurannya lebih besar sedikit dari embrio, selanjutnya
dipasangkan pada embrio secara hati-hati agar embrio tepat berada di tengah lingkaran dan
tidak menempel pada bagian kertas saring yang tidak di lobangi.
f. Fiksasi dengan larutan Bouin dengan cara meneteskan larutan tersebut secara hati-hati pada
kertas saringnya, kemudian larutan fiksatif diteteskan pada embrio sehingga seluruh embrio
terendam dalam larutan fiksatif. Waktu fiksatif sekitar 1-4 jam.
g. Setelah selesai fiksasi, masukkan embrio yang masih melekat pada kertas saring ke dalam
larutan berikut:
. Alkohol 70% sampai lautan fiksatif Bouin yang melekat pada jaring hilang sama sekali,
dapat dipercepat dengan mengganti-ganti alkoholnya.
. Alkohol 50% selama 10 menit
. Alkohol 35% selama 10 menit
. Aquades selama 10 menit
. Picro carmine selama 1-2 malam
. Cuci dalam air sehingga kelebihan zat pewarna hilang
. Alkohol 35% selama 30 menit
. Alkohol 50% selama 30 menit
. Alkohol 70% selama 30 menit
. Alkohol 80% selama 30 menit
. Alkohol 90% selama 30 menit
. Alkohol 100% selama 15 menit
h. Lakukan penjernihan dalam larutan berikut:
. Xylol : alkohol 1: 3 selama 10 menit
. Xylol : alkohol 1: 1 selama 10 menit
. Xylol : alkohol 3 : 1 selama 5 menit
. Xylol selama 2 menit
Blastoderm dalam xylol akan menjadi kaku dan keras, usahakan agar blastoderm atau
kertas saring pada waktu berada dalam campuran xylol ataupun dalam xylol murni tetap
rata dan tidak melengkung. Hal ini dapat dicegah dengan cara memberi beban
(misalnya kaca penutup) di atas blastoderm.
j. Letakkan embrio di atas kaca objek yang sudah bersih, dan untuk embrio yang muda perlu
diberi canada balsam pada kaca objek yang memiliki cekungan.
k. Lepaskan kertas saring dari embrio dengan hati-hati (dapat digunakan ujung gunting yang
tajam atau jarum yang runcing).
l. Teteskan canada balsam atau entelen dan tutup dengan kaca penutup.
5. Lakukan pengamatan terhadap preparat embrio tersebut di bawah mikroskop dan bandingkan
menurut umur masing-masing embrio.
6. Catat hasil pengamatan anda pada lembar pengamatan.

D. Untuk Kondisi yang Tidak Bisa Menggunakan Laboratorium


1. Carilah gambar embrio ayam utuh di internet, untuk umur inkubasi 24, 33, 48, 56 dan 72 jam.
2. Masukkan gambar tersebut pada lembar kegiatan.
3. Pelajari masing-masing perubahan embrio pada setiap umur inkubasi tersebut.
4. Kemudian jawablah pertanyaan.

E. Pertanyaan
1. Apa tujuan membalikkan telur dalam inkubator 1 x 12 jam pada kegiatan praktikum normal?
2. Apa tujuan dilakukan fiksasi pada pembuatan preparat utuh embrio aves ini?
3. Mengapa pada praktikum ini embrio yang sudah difiksasi dan diwarnai dimasukkan pada
alkohol berseri?
4. Pada umur embrio 24 jam inkubasi, sudah berapa pasangkah somit kelihatan?
5. Pada umur inkubasi berapakah pasangan somit pertama muncul?
6. Siapakah ahli yang secara intensif meneliti stadium perkembangan aves ini?

Jawaban:

1. Tujuan membalikkan telur dalam inkubator 1 x 12 jam pada kegiatan praktikum normal yaitu
untuk meratakan panas yang diterima oleh telur. Tujuan lainnya adalah juga untuk mencegah agar
embrio tidak cacat ataupun tidak menempel pada salah satu sisi kerabang.

2. Adapun tujuan fiksasi pada pembuatan preparat utuh embrio aves ini adalah untuk mematikan sel-
sel dalam jaringan tanpa merusak bentuk dan struktur- strukturnya, melindungi kehancuran dari
larutan-larutan berikutnya dan menunjukkan perubahan yang disebabkan oleh diferensiasi optik
karena pengantian indeks bisa serta membuat sel- sel dalam jaringan menjadi keras.  Dengan
adanya proses fiksatif ini akan menudahkan kita untuk melakukan pewarnaan dan perlakuan lebih
lanjut karena organ tidak lunak lagi.

3. Selanjutnya setelah pewarnaan makan dilanjutkan dengan differensiasi untuk menampakkan


anatomi tubuh embrio lebih jelas. Setelah pencucian, proses selanjutnya yaitu dehidrasi. Dehidrasi
berarti pengambilan air dari dalam jaringan. Tahap ini merupakan tahap yang penting setelah
jaringan atau objek mengalami fiksasi atau pencucian, karena larutan fiksatif dan larutan untuk
pencucian banyak mengandung air. Pengambilan air ini perlu, karena masih adanya air dalam
jaringan merupakan suatu penghalang bagi proses- proses selanjutnya. Untuk keperluan dehidrasi
pada umumnya dipergunakan alkohol dengan kadar bertingkat dari konsentrasi yang lebih rendah
berturut turut ke konsentrasi yang lebih tinggi. Dalam pembuatan sediaan embrio ayam
menggunakan alkohol berseri. Jaringan embrio ayam bukan merupakan jaringan yang keras dan
berkayu sehingga waktu yang dibutuhkan untuk proses dehidrasi ini tidak terlalu lama.

4. Menurut Djuhanda (1981), Somit merupakan bagian dari mesoderma yang tertata rapi dalam
bentuk bersegmen-segmen sehingga disebut somite mesoderma. Somit-somit mesoderma adalah
tanda yang seksama dari tingkat pertumbuhan, embrio dengan jumlah somit yang sama,
merupakan tingkat pertumbuhan yang sama. Somites akan berkembang menjadi myotomy,
sklerotomy, dan dermotomy. Myotomy akan menginisiasi dan membentuk otot pada ayam,
sklerotomy akan menyusun tulang pada embrio ayam, dan dermotomy berperan dalam
pembentukkan lapisan kulit pada ayam. Pada umur embrio 24 jam inkubasi, somit-somit
mesoderm adalah tanda yang seksama dari tingkat pertumbuhan; janin-janin dengan jumlah somit
yang sama, merupakan tingkat pertumbuhan yang sama. Embrio ayam telah membentuk 4 – 5
pasang somit mesoderm yang keduanya di kiri dan kanan notochord di bagian tengah embrio.

5. Pada umur 20 jam somite pertama mulai terbentuk dan akan terus bertambah sepasang setiap jamnya
(Huettner, 1957).

6. Ahli yang secara intensif meneliti stadium perkembangan aves ini adalah Viktor Hamburger (9
Juli 1900 - 12 Juni 2001) adalah seorang profesor dan ahli embriologi Jerman-Amerika dan Howard L.
Hamilton. Telah ada upaya sebelumnya untuk membuat sistem morfologi untuk menentukan stadium
perkembangan anak ayam oleh ahli embriologi Jerman Keibel dan Abraham pada tahun 1900, tetapi
sistem ini kurang detail dan tidak digunakan secara luas, dengan sebagian besar peneliti mengandalkan
nomor somite atau usia untuk mengidentifikasi tahapan pengembangan. Hamburger dan Hamilton
bertujuan untuk memberikan gambaran rinci tentang peristiwa perkembangan, yang dimodelkan pada
sistem sebelumnya untuk Axolotl oleh Harrison.
Sistem Hamburger – Hamilton memberikan keunggulan dibandingkan sistem Carnegie karena
memungkinkan anak ayam yang sedang berkembang dikarakterisasi secara akurat selama semua tahap
embrionik , dan digunakan secara universal dalam embriologi anak ayam.
F. Lembar Kegiatan

Gambar embrio ayam 24 jam inkubasi Gambar embrio ayam 33 jam inkubasi

Gambar embrio ayam 48 jam inkubasi Gambar embrio ayam 56 jam inkubasi
Gambar embrio ayam 72 jam inkubasi

Kesimpulan
1. Hasil pembelahan pada ayam adalah suatu keping atau blastoderm yang berbentuk tudung di atas
yolk. Bagian tengah terpisah dari yolk oleh rongga subgerminal, sehingga tampak terang yang
disebut dengan area pelusida. Bagian tepi dari area pelusida tampak gelap karena berdekatan
dengan yolk yang disebut area opaka.
2. Pada embrio ayam, gastrulasi dicirikan dengan adanya daerah unsur primitif (primitive streak).
Pada daerah ini tampak sebagai suatu penebalan pada bagian tengah area pelusida posterior.
Penebalan ini tampak sebagai suatu penebalan area pelusida posterior. Penebalan ini terjadi karena
adanya migrasi sel-sel dari arah posterolateral ke bagian tengah area pelusida.
3. Gastrulasi dilaksanakan oleh sel-sel yang bergerak secara sendiri-sendiri serta berkoordinasi, dari
luar masuk ke dalam embrio, bukan melalui gerakan sel bersama dalam membentuk suatu
lempengan. Setelah endoderm dibentuk, yang menjadi arkenteron adalah rongga subgerminal yang
atapnya dibatasi oleh endoderm, sedangkan dasarnya adalah yolk.

Anda mungkin juga menyukai