PENDAHULUAN
Virologi adalah ilmu yang mempelajari virus dan penyakit – penyakit yang
ditimbulkannya. Untuk menegakkan diagnose virus, biasanya ditunjang dari hasil
pemeriksaan Laboratorium.
Cara pemeriksaan virus yang umum dilakukan di Laboratorium antara lain meliputi :
1. Mikroskopis
2. Isolasi identifikasi
3. Serologi
B. Sterilisasi alat.
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat – alat atau bahan – bahan
dari segala macam bentuk kehidupan, terutama mikroba.
1
Seperti diketahui, penyelidikan suatu spesies mikroba selalu didasarkan atas
penyelidikan sifat biakan murni spesies, oleh karena itu untuk dapat memisahkan
kegiatan mikroba – mikroba satu dengan mikroba lainnya atau untuk memelihara suatu
mikroba secara biakan murni, perlu dipergunakan alat – alat dan medium yang steril.
Dalam praktek sterilisasi alat atau medium dapat dikerjakan secara mekanik
misalnya penyaringan dan secara kimia misalnya disinfektan atau secara fisik misalnya
dengan pemanasan, sinar ultra violet, sinar X, dan lain –lain.
Cara sterilisasi yang dipakai tergantung pada macamnya bahan dan sifat bahan
yang disterilkan (ketahanan terhadap panas bentuk bahan yang disterilkan : padat, cair
dan gas ).
Untuk sterilisasi dengan udara panas diperlukan alat yang disebut oven. Alat
sterilisasi ini dipakai untuk mensterilkan alat – alat gelas seperti erlenmeyer, tabung
reaksi, dan alat- alat gelas yang lain. Bahan – bahan seperti kapas, kain dan kertas
dapat disterilkan dengan alat ini tetapi dalam batas – batas tertentu. Pada umumnya
temperatur yang digunakan pada sterilisasi secara kering adalah 170oC – 180oC selama
2 jam.
Bahan – bahan yang mengandung cairan jarang disterilkan dengan udara panas
yang kering, untuk sterilisasinya yang paling baik adalah dengan menggunakan uap air
panas.
Alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan uap panas jenuh ialah autoclave. Alat
ini terdiri atas suatu bejana tahan tekanan tinggi yang dilengkapi dengan manometer,
termometer dan klep pengatur suhu. Sterilisasi dengan autoclave merupakan sterilisasi
yang paling baik, jika dibandingkan dengan cara – cara sterilisasi lainnya.
2
C. Bahan pemeriksaan untuk mendiagnosa penyakit virus.
Bahan pemeriksaan yang diterima di Laboratorium terutama untuk isolasi virus adalah
air cucian tenggorok, air ludah, faeces, nanah, keropeng, darah, serum dan otak.Bahan
– bahan pemeriksaan ini harus diolah dahulu sesuai dengan bahan pemeriksaan
sebelum disuntikan pada hewan percobaan, telur berembrio atau di tanam pada biakan
jaringan.
Pengambilan bahan pemeriksaan sebaiknya diambil pada waktu 1-3 hari dari
penyakitnya.
3
-Masukkan ke dalam botol steril tertutup rapat.
-Simpan dalam lemari es.
8). Jaringan otak
-Masukkan jaringan otak dalam larutan glyserin 50% atau dalam larutan NaCl
0,85%.
9). Darah
-Ambil darah dengan spuit.
-Masukkan kedalam botol steril.
Semua bahan pemeriksaan harus diterima dalam botol atau tabung yang steril.
Pada umumnya bahan pemeriksaan harus dikirim cepat dan dalam keadaan yang dingin
sedangkan bahan pemeriksaan yang berasal dari penderita cacar baik itu macula,
keropeng atau pun faeces tidak perlu dingin. Darah untuk pemeriksaan serologi tidak
boleh dikirim dalam keadaan beku dan sebaiknya tiba di Laboratorium dalam waktu 24
jam setelah pengambilan bahan atau serumnya dipisahkan terlebih dahulu dan dibubuhi
larutan merthiolate 1/2500 sebanyak 1 tetes pada 1 mL serum.
4
B A B II
CARA – CARA PEMERIKSAAN VIRUS
A. Pemeriksaan Mikroskopis.
Preparat untuk diagnosa virus ini harus baik dan dibuat tipis dan untuk fiksasi dalam
pembuatan coupes umumnya digunakan larutan Zenker, yang kemudian diwarnai
sesuai dengan jenis preparat.
Pewarnaan yang paling banyak digunakan dalam virologi ini antara lain :
1. Pewarnaan Giemsa.
2. Pewarnaan Gispen.
3. Pewarnaan Seller.
4. Pewarnaan Machiavello.
5. Pewarnaan Gastaneda.
1. Pewarnaan Giemsa
a. Alat – alat :
- Gelas sediaan
- Pipet Pasteur
- Ose
b. Bahan :
- Asam asetat glasial 7,5% dalam formalin 40%
- Larutan Giemsa
Isi larutan Giemsa :
- 8 tetes giemsa stock
- 5 mL Aquadest
5
c. Cara Kerja : - Buat preparat hapus tipis dan keringkan.
- Tetesi dengan asam asetat glacial 7,5%.
- Cuci dengan air.
- Tetesi dengan larutan giemsa.
- Panaskan hingga keluar uap biarkan 10 menit.
- Panaskan lagi dan biarkan selama 10 menit.
- Cuci dengan air dan keringkan di udara.
- Periksa di bawah mikroskop dengan memakai objektif 100
kali.
d. Hasil : Untuk virus Rikettsia berwarna ungu dengan warna dasar ungu
muda.
2. Pewarnaan Gispen
b). Larutan B
- Fenol 1 gram
- Tanin 5 gram
- Aquadest 100 mL
f). Xylol
6
Pembuatan Larutan Perak:
- Bersihkan Erlenmeyer 100 mL, lalu buang airnya maka akan ada sisa air yang
tertinggal.
- Tetesi NH4OH 25% sebanyak 1 ose.
- Masukkan AgNO3 10% dengan pipet 0,5 mL.
- Tambahkan aquadest sebanyak 20 mL.(maka akan ada endapan putih dari AgOH).
- Endapan tersebut encerkan dengan aquadest.
- Titrasi dengan NH4OH 1% (biasanya 1,4 – 1,8 mL).
- Hasil titrasi larutan berubah jadi jernih.
- Tetesi dengan AgNO3 10% tetes sehingga akan berbentuk warna perak.
c. Cara Kerja :
- Buat preparat hapus yang tipis kemudian keringkan.
- Tetesi dengan Larutan A, biarkan 1 menit.
- Cuci dengan air dan keringkan di udara.
- Masukkan preparat dalam coupling jar yang berisi xylol dan biarkan selama 5 menit.
- Keringkan di udara, bila perlu cuci dengan aquadest.
- Tetesi dengan larutan B, kemudian panaskan sampai keluar uap dan biarkan 1 menit.
- Cuci dengan air kran dan bilas dengan aquadest.
- Tetesi larutan perak kemudian panaskan sampai keluar uap dan biarkan selama 2
menit.
- Cuci dengan air kran lalu keringkan.
- Lihat di bawah mikroskop.
d. Hasil :
- Elementari bodies berwarna coklat tua dengan dasar kuning muda.
- Bentuk bulat, diameter 1/3 Staphylococcus.
3. Pewarnaan Seller
7
b. Bahan : - Larutan A Basic fuchsin 1% dalam alcohol.
- Larutan B Methylen Blue 1% dalam alcohol.
- Campuran larutan A dan larutan B (1 bagian larutan A
dan 2 bagian larutan B lalu disaring).
Atau Campuran lain :
- Larutan A Methylen Blue 2% dalam alcohol.
- Larutan B Basic Fuchsin 4% dalam alcohol.
- Campuran larutan A dan larutan B (3 bagian larutan A
dan 1 bagian larutan B lalu disaring).
Negri bodies
Sel syarat
Gambar 1.
Mikroskopis preparat
rabies
4. Pewarnaan Machiavello
8
- Asam sitrat 0,25 – 0,50% dalam aquadest.
- Methylen Blue 1% dalam aquadest.
5. Pewarnaan Castaneda
Isinya :
- 100 mL formalin
- Asam asetat glasial 7,5 mL.
9
c. Cara Kerja : - Buat preparat hapus tipis dan keringkan.
- Fiksasi dengan Mordan Lueis.
- Cuci dengan air.
- Warnai dengan larutan formal blue 10 menit.
- Cuci dengan air.
- Warnai dengan safranin 5 – 10 detik.
- Cuci dengan air dan keringkan di udara.
- Periksa di bawah mikroskop dengan menggunakan
objektif 100 kali.
B. Isolasi
Virus yang diisolasi dari penderita kadang – kadang bukan yang menyebabkan
penyakit, misalnya virus poliomyelitis dan enterovirus seringkali terdapat pada anak yang
sehat atau yang menderita penyakit lain. Virus Herpes yang diisolasi dari vesicel pada
bibir seorang penderita dengan gejala demam panas seringkali hanya sebagai gejala
penyerta penyakit lain saja. Oleh karena itu virus yang diisolasi dari seorang penderita
harus dibuktikan apakah betul penyebab penyakitnya yaitu dengan cara tes serologi
terhadap sera penderita. Adanya kenaikkan titer antibodi dalam darah penderita
terhadap virus yang baru diisolasi tadi adalah bukti bahwa virus itu penyebab
penyakitnya.
Isolasi dapat dilakukan dengan cara :
1. Menggunakan hewan percobaan (tikus, marmut, kelinci, kera).
2. Penanaman pada telur berembrio umur 5 – 7 hari : 11 – 13 hari dan 13 – 14 hari.
3. Menggunakan biakan jaringan ginjal kera, ginjal kelinci dan amnion manusia dari
berbagai cell lines.
Bahan pemeriksaan yang biasa diterima dalam Laboratorium untuk isolasi adalah :
10
- Ludah
- Nanah
- Darah
- Otak
Bahan – bahan pemeriksaan ini masing – masing harus diolah dahulu dengan cara
tersendiri sebelum disuntikkan pada hewan percobaan, telur atau ditanam pada biakan
jaringan seperti di bawah ini.
11
Pengolahan Nanah atau air kelembung.
- Tambahkan 1 mL air garam physiologis atau Hank’s solution yang mengandung
1.000 unit penicillin dan 2.500 ug. Streptomycin pada 0,1 – 0,2 mL nanah dan air
kelembung itu.
Pengolahan Otak dan jaringan lain.
- Buat emulsi 10-20% dengan Hank’s solution yang mengandung penstrep 1.000 –
2.500 ug/mL.
- Putar selama 15 menit dengan kecepatan 3.000 rpm.
- Pisahkan supernatantnya.
Pengolahan rectum dan hapus tenggorokan.
- Tambahkan 2 mL larutan Hank’s yang mengandung penstrep 1.000 – 2.500 ug/mL.
- Kocok dan buang hapusnya.
- Putar selama 1 jam dengan kecepatan 10.000 rpm.
- Pisahkan supernatant dengan pipet Pasteur.
- Tambah 0,1 mL larutan penstrep 100.000 – 250.000 ug/mL.
Pengolahan Bahan Nyamuk.
- Masukkan sekitar 50 nyamuk ke dalam mortir yang steril dan gerus baik – baik.
- Tambah 4 mL larutan 0,75% Bovin albumin dalam 1/100 M buffer phosfat – air
garam 0,85% pH 7,2 yang mengandung penstrep 500 ug/mL.
- Putar selama 15 menit dengan kecepatan 10.000 rpm.
- Pisahkan supernatan dengan pipet pasteur.
1. Hewan Percobaan
Hewan yang digunakan dalam isolasi biasanya berbeda – beda baik jenis hewan
yang digunakan, jenis kelamin, umur dan juga cara penyuntikannya. Hal ini tergantung
jenis virus yang akan diisolasi. Contoh hewan yang sering digunakan untuk percobaan
adalah kera, kelinci, marmot, dan tikus.
a. Cara penyuntikan hewan percobaan
Cara penyuntikan hewan percobaan ada beberapa cara tergantung jenis hewan
percobaan yang akan digunakan. Penyuntikan tersebut bisa dengan cara sub cutan,
intra cutan, intra muscular, intra peritonial, intra cerebral dan intra venus.
1). Penyuntikan tikus dewasa.
Cara sub cutan, intra muscular, intra peritonial.
- Pegang tikus dengan tangan kanan pada bagian ekornya.
12
- Tarik sedikit, lalu pegang batang lehernya dengan tangan kiri.
- Balikkan tikus hingga posisi ada di tangan kiri.
- Pegang ekornya dengan jari kelingking.
- Suntik :
Sub cutan:
Intramuscular :
Intraperitonial :
Lokasi penyuntikan di tengah perut antara pusat dan ujung tulang dada.
Bahan yang disuntikan sebanyak 0,2 mL.
Cara intracerebral.
13
Cara intravenus.
Sediakan kotak atau tabung dari plastik atau gelas yang sempit supaya tikus tidak
dapat bergerak banyak.
Tarik ekor tikus keluar dari kotak.
Suntik ke dalam vena di daerah ekor sebanyak 0,4 mL.
Cara intracerebral.
Pegang tikus dengan pinset atau dengan kertas saring (jangan dengan tangan
karena mungkin sekali ibu tikus – tikus bayi akan menunjukkan kanibalisme dan
makan anak – anaknya sendiri bila tikus – tikus bayi itu berbau tangan manusia).
14
Suntik sub cutan, intramuscular dibagian punggung dengan jarum yang kecil (no.
25-27) sebanyak 0,1 mL.
Suntik intraperitonial seperti tikus dewasa tempatnya sebanyak 0,1 – 0,2 mL.
Cara intracerebral.
Pegang dengan pinset perlahan – lahan kepala tikus bayi atau dengan jari – jari
yang dilapisi dengan kertas saring.
Suntik antara telingan dan mata sebanyak 0,01 – 0,02 mL.
Intra muscular.
Intra cerebral.
Intra cerebral.
15
Tarik kulit kepala yang telah dibelah itu ke samping hingga garis belahan terletak
di antara telinga dan mata.
Bor tulang kepalanya dengan alat pengebor kecil diameter 1-2 mm.
Suntik sebanyak 0,2 mL ke dalam otaknya.
Lepaskan kulit kepala dan tutup lukanya dengan plester.
Intra venus.
2. Telur Berembrio.
Telur berembrio yang dipakai untuk isolasi bisa digunakan telur ayam negeri, ayam
kampung dan bebek. Umur telur, cara penyuntikan, suhu pengeraman dan lamanya
pengeraman berbeda – beda tergantung jenis virus yang akan diisolasi.
Ada empat cara penyuntikan telur berembrio yaitu:
a. Intra Yolksac
b. Intra Alantois
c. Intra Amnion
d. Pada selaput chorio allantois (drooping chorio allantoismembrane).
Allantoic caity
Chorionallantoic Membrane
Albumin
16
Intra Yolksac.
- Bor telur
- disposible syringe 1 mL
- cellotipe
- gunting steril.
Gambar. 5.
17
- Isap kuning telurnya untuk diperiksa.
Intra Allantois.
- bor telur
- cellotipe
- gunting steril
- pipet pasteur
Lihat telur dalam ruangan gelap, beri tanda ruang udara dan daerah tampaknya
mata embrio.
Bor pada tempat 1-2 mm di atas batas ruang udara.
Suntikan bahan sebanyak 0,1 – 0,2 mL.
Tutup bekas penyuntikkan dengan cellotipe.
Eram pada suhu 37oC selama 3 hari dengan posisi berdiri.
Gambar 5.
Gambar 7.
Peyuntikkan intra allantois.
18
a b
Intra Amnion.
- bor telur
- disposible syringe 1 mL
- cellotipe
- gunting steril
19
Isap bahan dengan spuit kemudian tarik spuit yang sudah mengandung bahan
tersebut sehingga udara masuk ke dalam spuit.
Penyuntikan diarahkan ke mata embrio atau di bawah sayap embrio (ruang
amnion), yang disuntikan hanya udaranya saja, sehingga akan tampak
gelembung udara dan spuit jangan dicabut, (bila tidak ada gelembung udara
berarti penyuntikan salah).
Suntikan bahan 0,1-0,2 mL.
Tutup lubang dengan cellotipe.
Eram pada suhu 37oC selama 3 malam dengan posisi berdiri.
- bor telur
- disposible syringe 1 mL
- cellotipe
20
- gunting steril.
Lihat telur dalam rungan gelap, beri tanda pada ruang udara, pada embrio dan
pada tempat yang tidak ada pembuluh darah.
Bor bagian ruang udara sampai menusuk selaput kulit telur.
Bor pada bagian yang tidak ada pembuluh darahnya, jangan sampai selaput kulit
telur tertusuk.
Teteskan NaCl 0,85% steril di atas daerah yang tidak ada pembuluh darahnya.
Isap dengan pengisap karet dari lubang di tengah – tengah ruang udara, hingga
tetesan NaCl itu terhisap ke dalam.
Lihat telur di ruang gelap untuk mengetahui apakah selaput chorio allantonis telah
turun dan ruangan udaranya sudah tidak tampak lagi.
Ambil bahan dengan spuit sebanyak 0,1-0,2 mL.
Tusukkan pada luban lubang ke bagian CAM.
Tutup lubang – lubang dengan cellotipe.
Eramkan pada suhu 37oC selama 3 malam dengan posisi terbaring.
21
3. Biakan Jaringan
Biakan jaringan yang digunakan untuk isolasi bisa dari jaringan manusia atau jaringan
hewan. Jaringan normal manusia yang biasa dibuat adalah :
- preputinum
- otot
- selaput amnion
- otot
sedangkan jaringan yang berasal dari jaringan yang tidak normal adalah dari jaringan
tumor baik yang ganas maupun yang tidak ganas.
Cara pemeriksaan :
22
a.Tes penghambatan Aglutinasi
1). Menentukan kenaikan titer serum I (akut) terhadap titer serum II (Konvalescens).
Prinsip pemeriksaan :
1. Tes hemaglutinasi
Virus (antigen) + eritrosit terjadi hemaglutinasi. Makin tinggi pengenceran virus,
makin berkurang daya virus untuk menyebabkan terjadinya hemaglutinasi.
2. Tes penghambatan hemaglutinasi
Virus (antigen) + anti serum spesifik + eritrosit akan terjadi penghambatan
hemaglutinasi. Makin tinggi pengenceran serum, makin berkurang daya anti serum
untuk menghambat terjadinya hemaglutinasi.
Contoh pemeriksaan :
Cara kerja :
23
- Masukkan 2 mL Natrium sitrat3,8% ke dalam spuit.
- Isap darah vena ayam ( di bawah sayap) sampai 10 mL.
- Masukkan dalam tabung cetrifuge.
- Putar 2000 rpm selama 10 menit.
- Buang plasmanya, kemudian endapan eritrositnya dicuci dengan NaCl 0,85%
sebanyak 3 kali.
- Endapan eritrosit dibuat konsetrasi 10%.
- Kemudian buat eritrosit dengan konsetrasi 5%.
- Buat pengenceran antigen 2 kali lipat dengan NaCl 0,85% (1/2, 1/4, 1/8, 1/6,
1/32..........dst)
- Masukkan masing – masing pengenceran sebanyak 0,2 mL ke dalam tabung.
- Tambahkan pada tiap tabung 0,4 mL eritrosit ayam 0,5%.
- Kocok, diamkan selama 1 jam pada suhu kamar.
- Lakukan pula kontrol eritrosit sebagai berikut :Pada sebuah tabung isi dengan 0,4
mL NaCl 0,85% dan 0,4 mL eritrosit ayam 0,5%.
Pengamatan :
Setelah di diamkan selama 1 jam, baca pada pengenceran berapa terjadinya aglutinasi
total.
- Bila terjadi hemaglutinasi (-) Eritrosit berkumpul di tengah dasar tabung dan
bergerak bila digoyang.
Kontrol eritrosit harus negatif (-), berarti tidak terjadi hemaglutinasi sendiri.
Bila eritrosit hasilnya negatif, kemudian baca hasilnya pada deret pemeriksaan.
24
Contoh pembacaan :
+ + + + + - - -
25
Kontrol eritrosit : Isi tabung dengan 0,4 mL NaCl 0,85 % dan eritrosit ayam
0,5%.
Kontrol antigen : Buat pengenceran antigen 2 kali lipat dari antigen 4 U HA
dengan NaCl 0,85% (4 U HA, 2 U HA, 1 U HA, 0,5 U HA),
masukkan masing – masing sebanyak 0,2 mL. Tambah 0,2
mL NaCl 0,85% pada tiap tabung, tambah eritrosit ayam 0,5%
sebanyak 0,4 mL.
Pengamatan :
Contoh pembacaan :
Kontrol eritrosit : negative (-)
Kontrol serum I, II : negative (-)
Kontrol antigen : negative (-) atau ± pada pengenceran 0,5 UHA
Pembacaan serum I : 1/10, 1/20, 1/40, 1/80, 1/160, 1/320
- - + + + +
- - - - - +
Kesimpulan : Serum tersebut mengandung zat anti terhadap virus influenza. Dengan
kata lain influenza positif.
Catatan:
26
- Titer 1 U HA atau titer antigen adalah pengenceran antigen tertinggi yang masih
mampu menyebabkan hemaglutinasi secara total.
- Titer 4 U HA antigen adalah pengenceran antigen 4 kali lebih pekat dari cairan
antigen yang menyebabkan hemaglutinasi secara total.
- Titer serum adalah pengenceran serum tertinggi yang masih mampu menghambat
terjadinya hemaglutinasi secara total.
b. Tes Presipitasi
Tes ini berguna untuk mencari adanya antigen presipitin yang ada dalam bahan
pemeriksaan.
- Template plastik
- Karet pengikat
- Cawan petri
- Pipet pasteur
27
- Gelas sediaan lain ditutupkan pada gelas sediaan
pertama.
- Ikat dengan karet.
28
- Masukkan gelas sediaan tadi pada cawan petri yang di isi
dengan kertas saring basah.
- Cawan ditutup.
- Biarkan selama 24 jam pada suhu kamar.
Pembacaan :Setelah didiamkan selama 24 jam, baca ada tidaknya garis – garis
presipitasi.
Hasil (±) :
c. Tes Netralisasi
Tes netralisasi ini berguna untuk :
1). Menentukan titer zat anti netralisasi.
2). Menentukan tipe virus yang berasal diisolasi.
Prinsip : Virus bila di tanam pada biakan jaringan akan menimbulkan cpe
(cytopathogenic effect). Dicari pengenceran virus tertinggi yang
menyebabkan cpe 50% atau setengahnya dari biakan jaringan yang
ditanami virus yang disebut 1 TCD50 (tissue culture dose).
29
Bahan : - Biakan Jaringan ginjal kera
- Larutan Hank’s
- Suspensi Virus
- Rak tabung
- Mikroskop
Pembacaan :
Pembacan tes netralisasi ini dilihat ada tidaknya cpe, yaitu sel yang mula – mula
berbentuk kumparan, kemudian berubah menjadi bulat berkelompok. Inti menjadi besar,
struktur inti menjadi kasar dan sebagian inti kelihatan lebih gelap.
Cari nilai 1 TCD50 yaitu pengenceran virus tertinggi yang masih menyebabkan cpe 50%
pada tabung yang ditanami virus. Maka untuk mencari nilai 1 TDC50 nya dihitung dengan
cara Reed dan Muench.
30
Perhitungan Reed dan Muench:
Hasil pembacaan:
Jumlah
Pengenceran cpe (+) cpe (-) Persen (%)
Cpe (+) Cpe (-)
10-1 4 0 20 0 100 %
10-2 4 0 16 0 100 %
10-3 4 0 12 0 100 %
10-4 4 0 8 0 100 %
10-5 3 1 4 1 80 %
10-6 1 3 1 4 20 %
10-7 0 4 0 8 0%
80-50
= 10-5 + 10-0,5
= 10-5,5
Cara identifikasi virus yang baru di isolasi dalam biakan jaringan dengan tes netralisasi.
Prinsip : Mencampur antigen dan anti serum dengan kekuatan tertentu dalam
volume yang sama banyak. Dilihat daya anti serum untuk menetralisasi daya infeksi
virusnya.
31
Cara Kerja :
Pengamatan :
Bila cpe oleh virus yang baru diisolasi tidak dapat dicegah oleh serum yang
digunakan, maka virusnya harus dites lagi terhadap serum yang lainnya.
Bila cpe yang ditimbulkan oleh virus yang baru di isolasi dapat dicegah oleh serum
spesifik (anti serum polio), maka virus tersebut adalah virus polio.
Cara Fluorescensi Antibodi Test tidak memerlukan bahan dalam jumlah yang banyak
dan banyak dikatakan cara ini sensitive sekali.
Prinsip : Mereaksikan virus (antigen) dengan suatu antibodi yang telah dilabel atau
dikonjugasi terlebih dahulu dengan suatu zat flourencensi (misalnya
fluorenscein Isothiocyanate).
- Cara Langsung
- Cara Tidak Langsung
32
1). Cara Direct.
Pada cara direct, antiserum spesifik (antibodi) dilabel dengan zat fluorescen
Isothiocyanate dan digunakan untuk identifikasi adanya antigen.
bawahmikroskop.
Pada cara indirect, antiserum spesifik (antibodi) yang tidak dilabel dicampur dengan
virus (antigen) supaya terbentuk ikatan antigen antibodi. Kemudian direaksikan dengan
antibodi yang dilabel (anti human globulin), sehingga akan terbentuk fluorescensi hijau
(FAT positif).
Contoh : jaringan otak anjing (antigen) ditambah antibodi yang tidak dilabel (anti
human globulin) terjadi ikatan antigen – antibodi. Ikatan antigen –
antibodi tersebut direaksikan dengan antibodi yang dilabel (anti human
globulin) terbentuk fluorescensi hijau ( Rabies positif).
e. ELISA
Cara kerja :
- Pipet 10ul kontrol dan spesimen kedalam tray (2 negatif dan 3 positif ).
- Tambahkan 400 ul pengencer spesimen ke masing – masing kontrol dan
spesimen.
- Tambahkan bead ke dalam lubang yang berisi kontrol dan spesimen masing –
masing 1 buah.
33
- Ketuk – ketukan tray agar spesimen melekat dengan baik pada bead dan juga
untuk menghilangkan gelembung udara.
- Tutup tray dengan cover seal.
- Inkubasi 40ᴼC selama 30 menit.
- Buka cover seal lalu cuci bead 2-3 kali.
- Tambahkan 200 mL konjugat yang sudah diencerkan.
- Ketuk – ketukan tray untuk menghilangkan gelembung udara kemudian tutup
tray dengan cover seal yang baru.
- Inkubasi 40oC selama 30 menit.
- Cuci bead 2-3 hari.
- 10 menit sebelum inkubasi kedua selesai, siapkan larutan OPD berdasarkan
perbandingan 1 tablet berbanding 5 mL larutan.
- Pindahkan bead ke dalam tabung reaksi.
- Pipet 300 µl larutan OPD (substrat) ke dalam 2 tabung reaksi yang kosong
(blanko) dan juga ke dalam masing – masing tabung yang berisi bead.
- Tutup dengan plastik hitam dan inkubasi pada suhu kamar selama 30 menit.
- Tambahkan 1 mL asam sulfat 1N ke dalam masing – masing tabung untuk
menghentikan reaksi.
- Campur sampai homogen.
- Baca pada spectrophotometer.
34
LAMPIRAN
- Kocok
- KCl 4 gram
- CaCl2 2 gram
35
- MgSO4.7H2O 2 gram
a. Larutan Earle’s II :
- Timbang NaH2PO4.H2O 1,4 gram
- Larutkan dalam aquadest hingga 1 liter
- Bagi menjadi 10 botol masing – masing 100 mL.
- Sterilisasi pada 120oC selama 30 menit dalam autoclave.
- Simpan dalam lemari es.
36
PEMERIKSAAN IgG / IgM DENGUE
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk
dalam virus arbo. Manifestasi klinik dari penyakit ini amat bervariasi, mulai dari penyakit
yang paling ringan, demam dengue(DF), demam berdarah dengue (DHF). Dan dengue
shock syndrome (DSS), virus dengue terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4. Struktur antigen dari ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain,
namun antibody terhadap masing-masing serotype tidak dapat saling memberikan
perlindungan silang.
Infeksi primer ditandai dengan timbulnya antibody IgM terhadap dengue sekitar 3-
5 hari setelah timbulnya demam, menngkat tajam dalam satu sampai tiga minggu,
bertahan selama 30-90 hari, meskipun pada bebrapa kasus ada yang masih dapat
dideteksi hingga delapan bulan. Antibodi IgG terhadap dengue diproduksi sekitar dua
minggu sesudah infeksi.Titer IgG ini meningkat amat cepat, lalu menurun secara lambat
dalam waktu yang lama dan biasanya bertahan seumur hidup. Pada infeksi sekunder
kelas IgG dimana pada hari kedua saja, IgG ini sudah dapat meningkat tajam kemudian
akan diikuti dengan timbulnya IgM anti-dengue.
Pemeriksaan antibody IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis infeksi virus
dengue.Kedua antibody ini muncul 5 – 7 hari setelah infeksi.Hasil negative bisa saja
muncul mungkin karena pemeriksaan dilakukan pada awal terjadinya infeksi.IgM tidak
37
terdeteksi 30 – 90 hari setelah infeksi, sedangkan IgG dapat tetap terdeteksi seumur
hidup.IgM yang positif memiliki nilai diagnostic bila disertai dengan gejala yang
mendukung terjadinya demam berdarah.Pemeriksaan IgG dan IgM ini juga bisa
digunakan untuk membedakan infeksi dengue primer dan sekunder.
Prinsip :
Apabila tedapat antibody dengue baik IgM atau IgG didalam serum akan diikat
oleh anti-human IgM atau IgG yang dilapiskan pada dua garis silang distrip nitroselulosa.
Kemudian formasi ikatan konjugat antibody monoclonal berlabel dan koktail antigen
rekombinan dengue 1,2,3,4 yang juga ada dinitroselulose, ditangkap (captured) oleh
ikatan serum antibody dengue spesifik IgM atau IgG dengan anti-human pada garis
silang dan membentuk garis berwarna pink/ungu.
Alat
38
Pengumpulan sampel dan penyimpanan
Whole Blood :
Cara Kerja :
INTERPRETASI HASIL
39