Anda di halaman 1dari 11

KULTUR BIOFLOK

(Laporan Praktikum Enjinering Akuakultur)

Oleh

Rutmaida Boru Hombing


1914111012

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknologi bioflok (BFT) merupakan salah satu teknologi yang saat ini sedang
dikembangkan dalam akuakultur yang bertujuan untuk memperbaiki kualilas air dan
meningkatkan efisiensi pemanfaatan nutrient. Teknologi ini didasarkan pada konversi
nitrogen anorganik terutama ammonia oleh bakteri heterotrof menjadi biomassa
mikroba yang kemudian dapat dikonsumsi oleh organisme budidaya. Seiring dengan
perkembangan teknologi melalui pendekatan biologis, telah diterapkan teknologi
bioflok untuk menjaga kualitas perairan budi daya. Teknologi bioflok merupakan
teknologi penggunaan bakteri baik heterotrof maupun autotrof yang dapat
mengonversi limbah organik secara intensif menjadi kumpulan mikroorganisme yang
berbentuk flok, kemudian dapat dimanfaatkan oleh ikan sebagai sumber makanan. Di
dalam flok terdapat beberapa organisme pembentuk seperti bakteri, plankton, jamur,
alga, dan partikelpartikel tersuspensi yang memengaruhi struktur dan kandungan
nutrisi bioflok, namun komunitas bakteri merupakan mikroorganisme paling dominan
dalam pembentukan flok dalam bioflok.
Metode bioflok adalah salah satu metode alternatif dalam menyelesaikan masalah
kualitas air buangan dalam budidaya ikan. Bioflok berasal dari kata bios yang artinya
kehidupan dan flock yang bermakna gumpalan, sehingga bioflok adalah kumpulan
dari berbagai jenis organisme seperti jamur, bakteri, algae, protozoa, cacing, dan lain
lain, yang tergabung dalam gumpalan

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat menumbuhkan bioflok pada media
yang telah tersedia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bioflok


Biofloc atau flock artinya gumpalan. Jadi pengertian BIOFLOK adalah kumpulan
dari berbagai organisme (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing, dll.) yang tergabung
dalam gumpalan (flok). Teknologi bioflok pada awalnya merupakan adopsi dari
teknologi pengolahan limbah lumpur aktif secara biologi dengan melibatkan aktivitas
mikroorganisme (seperti bakteri). Teknologi bioflok atau lumpur aktif merupakan
adopsi dari teknologi pengolahan biologis air limbah lumpur aktif dengan
menggunakan aktivitas mikroorganisme untuk meningkatkan carbon dan nitrogen
(Suprapto, 2013). Mikroorganisme yang dilibatkan dalam sistem bioflok adalah
bakteri Salah satu bakteri yang ada dalam metode bioflok adalah jenis Bacillus
(Aiyushirota, 2009). Penambahan materi karbon bakteri heteretof dapat mengubah
nitrogen anorganik yang berasal dari feses dan pakan menjadi protein sel tunggal
sehingga dapat dimanfaatkan menjadi sumber pakan bagi ikan.

2.2 Prinsip Bioflok


Teknologi bioflok merupakan salah satu alternatif baru dalam mengalasi masalah
kualitas air dalam akuakultur yang diadaptasi dari teknik pcngolahan limbah
domestik secara konvensional (Avnimelech, 2007; de Schryver et al., 2008). Prinsip
utama yang diterapkan dalam teknologi ini adalah manajemen kualitas air yang
didasarkan pada kemampuan bakteri heterotrof untuk memanfaatkan N organik dan
anorganik yang terdapat di dalam air. Pada kondisi C dan N yang seimbang dalam air,
bakteri heterotrof yang merupakan akan memanfaatkan N, baik dalam bentuk organik
maupun anorganik, yang terdapat dalam air untuk pembentukan biomasa sehingga
konsentrasi N dalam air menjadi berkurang (de Schryver et al., 2008). Secara teoritis,
pemanfaatan N oleh bakteri heterotrof dalam sistem akuakultur disajikan dalam
reaksi kimia berikut (Ebeling et al., 2006): NH4 + + 1.18C6H12O6 + HC03 - +
2.06O2  C5H7O2N + 6.06H2O + 3.07CO2.
2.3 Aplikasi Bioflok dalam Akuakultur
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aplikasi teknologi bioflok berperan dalam
perbaikan kualitas air, peningkatan biosekuriti, peningkatan produktivitas.
peningkatan efisiensi pakan serta penurunan biaya produksi melalui penurunan biaya
pakan (Ekasari, 2008). Kemampuan bioflok dalam mengontrol konsentrasi ammonia
dalam sistem akuakultur secara teoritis maupun aplikasi telah terbukti sangat tinggi.
Secara teoritis Ebeling et al. (2006) menyatakan bahwa immobilisasi ammonia oleh
bakteri heterotrof 40 kali lebih cepat daripada oleh bakteri nitrifikasi. Hasil-hasil
penelitian mengenai aplikasi bioflok dalam kegiatan akuakultur secara langsung juga
menunjukkan bahwa kualitas media pemeliharaan, pertumbuhan dan efisiensi pakan
udang windu yang dipelihara dengan peningkatan rasio C/N secara signifikan lebih
baik daripada kontrol (Hari et al.2006).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 26 September 2021, pukul
13.00 WIB. Bertempat di Perumahan Kampus Hijau Residance.

3.3 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah wadah 10 liter, aerator 5 watt/10
watt. Sedangkan bahan yang digunakan adalah pakan udang/ikan : 50 gram , molase
22 gram, dan 10 ml air kolam atau probiotik berbasis Bacillus.

3.4 Prosedur Kerja


Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah:

Diisi wadah dengan 10 liter air bersih, aerasi dengan kuat

Ditambahkan pakan udang/ikan sebanyak 50 gram

Ditambahkan 22 gram molase

Ditambahkan 10 ml air kolam/probiotik

Pastikan aerasi mengaduk seluruh air yang ada di wadah selama pengamatan
Diamati perubahan air selama 7-10 hari

Jika memungkinkan, diamati di bawah mikroskop

Buat laporan hasil pengamatan

Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

No Gambar Keterangan
1 Hasil bioflok pada hari
pertama.

2 Hasil bioflok pada hari ke


empat. Warna air berubah
coklat pekat dan sedikit
berbau asam.

3 Hasil bioflok pada hari ke


delapan. Warna air berubah
kembali menjadi coklat terang
dan sedikit berbusa, pada
dasar wadah media terdapat
sedikit endapan.
4.2 Pembahasan

Menurut DJPB,2017 karakterisasi floc Biofloc sendiri terdiri dari partikel serat
organik yang kaya selulosa, partikel anorganik berupa kristal kalsium karbonat hidrat,
biopolimer (PHA), bakteri, protozoa, detritus, ragi, jamur, zooplankton. Mineral
seperti Ca, Mg, Si juga terdapat dalam floc. Flok itu sendiri ada dua jenis, flok yang
tersusun baik dari alga hijau dan/ diatom serta bakteri yang dominan adalah
nonpatogen. Sedangkan floc yang kurang baik tersusun dari blue green alga,
dinoflagellata, parasit, bakteri patogen. Semakin banyak flok yang terbentuk,
semakir besar memanfaatkan merombak limbah nitrogen. Floc baik yang terbentuk
dicirikan dengan:

1. Ketebalan bioflok berkisar antara 10 sampai dengan 12 cm


2. Kondisi air pada pH netral
3. Bioflok tidak berbusa
4. Air berwarna coklat muda atau krem
5. Tidak berbau

Bioflok gagal dicirikan dengan:

1. Bioflok Terlalu Pekat


2. Kondisi pH pada Air Terlalu Masam
3. Warna Air Terdapat Warna Putih Keruh
4. Adanya Endapan

Dari ciri-ciri diatas dapat dikatakan bahwa bioflok pada praktikum kali tidak
menunjukan adanya keberhasilan, dikarenakan hasil bioflok pada hari keempat
berwarna coklat pekat, berbusa, dan berbau asam. Dan pada hari ke delapan hasil
bioflok menunjukkan warna coklat terang dan sedikit berbusa jika diaduk terdapat
endapan di dasar wadah media.

4.3 Faktor Kegagalan

Salah satu faktor kegagalan dalam praktikum ini disebabkan oleh bahan organik
masih belum cukup, penyusun inti flok kurang, C/N rasio tidak sesuai (terlalu
rendah), aerasi kurang sehingga oksigen dalam air kurang, dan pH terlalu tinggi.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah praktikan mengalami kegagalan dalam
percobaan menumbuhkan bioflok. Ada beberapa kendala yang membuat hasil bioflok
tidak tercapai seperti kadar pH yang terlalu tinggi dan tingkat aerasi yang terlalu
rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Aiyushirota, (2009), Konsep Budidaya Udang Sistem Bakteri Heterotof dengan


Bioflocs. Aiyushirota Indonesia, Biotechnology Consulting and Trading,
Bandung

Avnimcleeh,Y., 2007, Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge


bio-flocs technology ponds. Aquaculture 264,140-147-

de Schryver, P. and Verstraete, W. 2009. Nitrogen removal from aquaculture pond


water by heterotrophic nitrogen assimilation in lab-scale sequencing batch
reaktors. Bioresource Technology 100, 1162-1167.

DJPB. 2017. Teknologi Bioflok. DJPB: Jakarta. Leaflet

Ebeling, J.M., Timmons, M,B,, Bisogni, J.J., 2006. Engineering analysis of the
stoichiometry of photoautotrophic, autotrophic and heterotrophic removal of
ammonia-nitrogen in aquaculture sistems. Aquaculture 257, 346—358.

Ekasari, J. 2008. Bioflocs technology: the effect of different carbon source, salinity
and the addition of probiotics on the primary nutritional value of the
bioflocs. Thesis. Faculty of Bioscience Engineering. Ghent University.
Belgium.

Hari, B., Kurup, B.M.,Varghese, J.T., Schrama, J.W., Verdegem,M.C.J., 2006. The
effect of carbohydrate addition on water quality and the nitrogen budget in
extensive shrimp culture sistems. Aquaculture 252, 248-263

Suprapto, Samtafsir SL, (2013), . Bioflok-165 Rahasia Sukses Teknologi Budidaya


Lele, Depok (ID): AGRO 165.
LAMPIRAN

Probiotik 10 ml Air 10 L di aerasi kuat

Pakan ikan 50 gr Molase 22 gr

Media pada hari pertama Media pada hari keempat

Media pada hari kedelapan

Anda mungkin juga menyukai