Oleh:
I. PENDAHULUAN................................................................................................................2
3.2 Pembahasan.............................................................................................................11
IV. KESIMPULAN................................................................................................................13
V. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14
LAMPIRAN...........................................................................................................................16
i
I. PENDAHULUAN
Menurut data FAO dan CABI (2019) Ulat frugiperda termasuk hama invasif berbahaya
karena siklus hidupnya pendek dan termasuk sulit dikendalikan. Perbedaan Spodoptera
frugiperda dengan ulat grayak lainnya adalah tingkat kerakusan dalam memakan tanaman.
Ulat frugiperda memiliki tingkat kerakusan makan tanaman hingga 10 kali lipat dibanding
spesies lokal. Selama ini untuk spesies lokal banyak makan diwaktu malam hari saja,
sedang pada siang harinya tidur dan sembunyi, sedangkan ulat frugiperda selalu makan
tanaman jagung di sepanjang waktu siang dan malam tak berhenti, hingga habis
tanamannya dan apabila makanannya sudah habis maka bersifat kanibal, yakni memakan
sesamanya.
Berdasarkan siklus hidupnya berkisar antara 32-46 hari dengan stadia telur 2-3 hari, larva
14-19 hari dan pupa 9-12 hari menurut Nonci et al (2019), larva instar 1 ulat frugiperda
dilaporkan dapat memakan jaringan daun hingga menyebabkan lapisan epidermis
transparan. Pada tahap selanjutnya, larva instar 2-3 bahkan mampu membuat lubang
gerekan pada daun dan memakan daun dari tepi hingga bagian belakang. Saat ulat
frugiperda telah mencapai larva instar akhir, hama ini dapat memakan bagian daun dan
batang hingga hanya menyisakan tulangnya saja. Ciri khas ulat frugiperda adalah kepala
ulat ini berwarna gelap dan terdapat bentuk Y terbalik berwarna terang di bagian depan
kepala. Jelaskan juga sejarah singkat hama ini, bagaimana nilai ekonominya (kerusakan
yang ditimbulkan dan kerugian yang ditimbulkannya).
S. frugiperda bersifat polifag, beberapa inang utamanya adalah tanaman pangan dari
kelompok Graminae seperti jagung, padi, gandum, sorgum, dan tebu sehingga keberadaan
dan perkembangan populasinya perlu diwaspadai. Adapun kerugian yang terjadi akibat
serangan hama ini pada tanaman jagung di negara Afrika dan Eropa antara 8,3 hingga 20,6
juta ton per tahun dengan nilai kerugian ekonomi antara US$ 2.5-6.2 milyar per tahun
(FAO & CABI 2019).
Oleh sebab itu, maka diperlukan tindakan pemantauan intensitas serangan hama jagung
Spodoptera frugiperda agar mengetahui cara dalam pencegahan serangan dari hama jagung
Spodoptera frugiperda pada suatu lahan dan dapat menentukan cara pengendalian yang
tepat.
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana hama Spodoptera
frugiperda menyerang tanaman jagung dan bagaimana cara pengendaliannya yang tepat
untuk menekan kerugian yang ditimbulkan oleh hama tersebut.
3
II. METODE PENELITIAN
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 30 Agustus 2021 di Desa Jatimulyo
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung.
Bahan yang digunakan yaitu tanaman jagung varietas jagung hibrida bisi 18 dengan umur
tanaman +_ 1.5 bulan. Peralatan yang digunakan alat tulis, handphone, dan tali rapia.
2
Gambar 1. Peta sub
plot pada hamparan.
4 4
Gambar 2. Tanaman yang dipilih dalam sub-plot.
3. Diamati gejala kerusakan dengan melihat skor 1 – 9 (mengikuti skala Davis, 1992) sesuai
dengan Gambar 3 atau 4.
4. Pengamatan dilakukan minimal 3 minggu (atau tiga pengamatan) dengan sampel yang
berbeda-beda.
5
2.4 Penetapan Intensitas Kerusakan Tanaman
Intensitas kerusakan tanaman jagung yang diakibatkan oleh hama S. frugiperda dihitung
menggunakan rumus sebagi berikut:
IS= [ ( ∑ ni x v i )
(Z x N ) ] x 100 %
Keterangan:
6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Intensitas kerusakan tanaman jagung varietas bisi 18 akibat serangan hama Spodoptera
frugiperda di Desa Jatilmulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan
Agustus 2021.
SKOR
Sub-Plot 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 0 1 1 1 0 0 0 1 1
2 1 1 2 0 0 0 1 0 0
3 2 0 1 1 0 0 0 1 0
4 0 0 0 3 1 1 0 0 0
5 1 0 0 1 0 0 0 1 1
Jumlah 4 2 4 6 1 1 1 3 2 24
Intensitas 4 4 12 24 5 6 7 24 18 46.2
7
Tabel 2. Intensitas kerusakan tanaman jagung varietas bisi 18 akibat serangan hama Spodoptera
frugiperda di Desa Sabah Balau, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan pada
bulan Agustus 2021.
SKOR
Sub-Plot 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 0 0 0 3 3 2 0 0 0
2 0 3 1 1 0 0 0 0 0
3 0 0 1 3 1 0 1 0 0
4 0 0 2 2 1 0 0 0 0
5 0 2 0 0 3 2 0 0 0
Jumlah 0 3 4 9 8 4 1 0 0 29
Intensitas 0 6 12 36 40 24 7 0 0 55.5556
8
3.2 Pembahasan
Berdasarkan data hasil pengamatan dan perhitungan, menunjukkan bahwa intensitas serangan
hama Spodoptera frugiperda tertinggi di Desa Desa Sabah Balau, Kecamatan Tanjung Bintang,
Kabupaten Lampung Selatan, dengan intensitas serangan mencapai 55% sedangkan di lahan di
Desa Jatilmulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan. Spodoptera frugiperda
termasuk serangga yang sulit dikendalikan karena perkembangan populasinya yang sangat tinggi
terutama di daerah tropis karena serangga ini termasuk yang mampu bertahan di musim dingin
(Ginting et al, 2020). Hama S. frugiperda menyerang seluruh stadia tanaman jagung mulai dari
fase vegetatif hingga fase generatif dan menyebabkan kerusakan tertinggi pada fase vegetatif
(Trisyono et al. 2019). Kehilangan hasil yang ditimbulkan oleh kerusakan yang ditimbulkan oleh
serangan S. frugiperda mencapai 40% (Wyckhuys dan O’Neil 2006).
Gejala serangan yang diakibatkan oleh stadia larva ulat grayak yang masih kecil merusak daun
dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis pada bagian atas dan hanya tinggal tulang daun saja.
Larva ulat grayak stadia akhir merusak daun muda yang masih menggulung pada tanaman
jagung, dimanan hama ini terlindungi dan berkembang. Daun yang dimakan larva akan terus
tumbuh menyebabkan lubang-lubang di daun tanaman yang merupakan ciri khas serangan
Spodoptera frugiperda pada jagung (Apriani dkk, 2021).
Serangan Spodoptera frugiperda di Desa Jatimulyo Kabupaten Jati Agung tergolong ringan
karena tidak terlalu banyak jagung yang terserang. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya tingkat
intensitas serangan pada jagung baik itu fase vegetatif muapun fase generatif. Meskipun secara
keseluruhan, intensitas serangan yang ditimbulkan tergolong rendah, namun bila ditinjau dari fase
pertumbuhannya, masih terdapat perbedaan angka persentase intensitas serangan, dimana pada
fase generatif terlihat tingkat serangannya lebih tinggi dibandingkan pada fase vegetatif. Pada
lahan jangung di Desa Jatimlyo Kabupaten Jati Agung di fase generatif terlihat ada beberapa
tanaman yang terserang pada bagian pucuk atau titik tumbuh tanaman yang membuat
pertumbuhan jagung menjadi terhambat bahkan dapat mengakibatkan kegagalan panen
(Maharani, 2019). Sedangkan pada fase vegetatifnya hanya terlihat gejala ringan seperti daun
yang rusak ataupun kotoran dari larva Spodoptera frugiperda, dan hanya ada beberapa gejala
seranagan saja dalam satu lahan.
Pengendalian secara kimia, mekanis, kultur teknis dan hayati. Insektisida kimia merupakan
pengendalian hama yang umum digunakan oleh para petani pada saat ini dengan alasan bahan
9
tersebut mudah diperoleh di pasaran. Dalam penelitian Willing et al (2020) bahwa insektisida
berbahan aktif klorantraniliprol dosis 2 cc/l mampu menekan populasi larva S. frugiperda dengan
mortalitas sebesar 100% pada 5 hari setelah aplikasi. Intensitas serangan di lapangan menurun
setelah diaplikasi dengan klorantraniliprol, dan bobot tongkol lebih tinggi dari yang lainnya.
Namun, bahaya yang ditimbulkan bila pemakaian insektisida kimia berlangsung dalam jangka
waktu lama ialah terjadinya resistensi dan resurgensi terhadap serangan hama. Dalam penelitian
Togola et al (2018) dampak penggunaan insektisida kimia menyebabkan biaya tinggi, potensi
kontaminasi lingkungan, pengembangan resistensi, dan seringkali resurgensi. Kerusakan pada
tanaman dan risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Pada aplikasi Sipermethrin,
Deltamethrin,Lambda-Cyhalothrin, Permethrin, dan Chorpyrifos terdeteksi residu pada tanah dan
merugikan organisme tanah/organisme non target.
10
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari karya tulis ini bahwa Spodoptera frugiperda itu menyerang
semua stadia pada tanaman jagung tetapi yang paling banyak atau paling tinggi tingkat
serangannya terdapat pada fase generatif tanaman jagung. Pengendalian dapat dilakukan secara
kimia, mekanis, kultur teknis dan hayati.
11
V. DAFTAR PUSTAKA
Apriani, D., Supeno, B., dan Haryanto, H. 2021. Uji Preferensi Inang Hama Spodoptera
frugiperda Pada Beberapa Tanaman Pangan. Prosoding Saintek LPPM Universitas
Mataram. Vol 3.
[FAO dan CABI] Food and Agriculture Organization. CABI. 2019. Community-Based Fall
Armyworm (Spodoptera frugiperda) Monitoring, Early Warning and Management. Training
of Trainers Manual. First Edition.
Ginting S, Zarkani A, Wibowo RH, & Sipriyadi. 2020. New Invasive Pest, Spodoptera frugiperda
(J. E. Smith) (Lepidoptera: Noctuidae) Attacking Corn in Bengkulu,Indonesia. Serangga
2020, 25(1): 105–117.
Hruska AJ, Gould F, 1997. Fall armyworm (Lepidoptera: Noctuidae) and Diatraea lineolata
(Lepidoptera: Pyralidae): impact of larval population level and temporal occurrence on
maize yield in Nicaragua. Journal of Economic Entomology, 90(2):611-622; 27
Seymour PR, Roberts H, Davis ME (Compilers), 1985. Insects and other invertebrates found in
plant material imported into England and Wales, 1984. Reference Book, Ministry of
Agriculture, Fisheries and Food, UK, 442/84
Willing, B., Enie, T., Umi, K., Tri, M. P., Hadi, S., Surono, dan Didah, M. 2020. Efektifitas
Insektisida Berbahan Klorantraniliprol Terhadap Spodoptera frugiperda (JE Karawang:
Jurnal Proteksi Tanaman Vol 4 No. 1 : 29-37.Aktif Larva Smith).
TABEL PENGAMATAN
Lokasi Lahan : Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan
Sub-plot Sampel (1 – 9)
1 1 3 Adanya sedikit gorokan pada salah satu daun
13
3 1 3 Adanya sedikit gorokan pada salah satu daun jagung
14
I. TABEL PENGAMATAN