Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
pentingnya motoring Permasalahan yang muncul akibat serangan organisme
pengganggu tanaman (OPT) merupakan hambatan utama dalam meningkatkan produksi dan
ketahanan tanaman pangan. Dampaknya mencakup kerugian yang signifikan, seperti
kehilangan hasil, penurunan mutu, gangguan pada kelangsungan produksi, dan penurunan
pendapatan petani. Terutama pada tanaman padi, serangan OPT relatif tinggi setiap tahun dan
masih sulit dikendalikan secara optimal. Upaya pengamatan dan pengendalian hama
dilakukan di tingkat propinsi oleh Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura (BPTPH),
dengan pencatatan manual oleh petugas lapangan untuk analisis tindakan.

Deteksi dini terhadap serangan OPT menjadi langkah penting, memungkinkan pengambilan
tindakan teknis sebagai langkah preventif guna menghindari risiko kerusakan yang lebih
besar pada tanaman. Peringatan dini (early warning) menjadi instrumen berharga, mencakup
laporan mengenai kewaspadaan terhadap potensi serangan OPT, termasuk peningkatan
kepadatan populasi atau tingkat serangan.

Pentingnya sistem peringatan dini ini terutama dirasakan oleh masyarakat petani, mengingat
wilayah Indonesia secara klimatologis rentan terhadap serangan OPT. Diharapkan, dengan
implementasi sistem ini, dapat dikembangkan upaya yang tepat untuk mencegah atau
setidaknya mengurangi dampak serangan OPT. Keterlambatan dalam menangani serangan
OPT berpotensi menimbulkan kerugian yang semakin besar bagi petani, menggarisbawahi
urgensi perlunya respons yang cepat dan efektif.

1.2. Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat Mengidentifikasi secara cepat perkembangan populasi hama


pada tanaman padi

2. Mengukur Tingkat keparahan serangan hama pada tanaman padi

3. Mahasiswa mampu menganalisis perkembangan populasi hama dan potensi


serangan

di masa depan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. OPT penting padi

1. Belalang Kembara (Locusta migratoria L.), Belalang Kembara, atau Locusta


migratoria L., adalah spesies belalang yang biasanya muncul dan mendarat di daun tanaman
padi pada periode sore hingga malam hari, seperti yang dilaporkan oleh Nik dan rekan-rekan
(2017). Mereka memiliki kebiasaan konsumsi dan pendaratan pada daun selama waktu
tersebut, terbang pada pagi hari. Kemunculan besar populasi belalang kembara dapat
menyebabkan kerugian yang signifikan, terutama jika serangan parah, mengakibatkan daun
padi yang tersisa hanya tulang daunnya, yang pada gilirannya dapat menurunkan
produktivitas tanaman padi. Belalang ini diduga berasal dari populasi tanaman di sekitarnya,
terutama yang ditumbuhi oleh jenis gulma berdaun lebar, tanaman jagung, dan tanaman
sorghum, yang dianggap sebagai sumber makanan bagi belalang, menciptakan lingkungan
yang mendukung kelangsungan hidup mereka.

Pengendalian mekanik dilakukan dengan menangkap dan memusnahkan nimfa belalang di


sekitar rumpun tanaman serta melakukan sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma-
gulma di sekitar lokasi penelitian. Pengendalian kimia tidak dilakukan karena populasi nimfa
belalang masih dapat dikendalikan, mengingat kemampuan terbang terbatas mereka.

2. Penggerak Batang Padi Merah Jambu (Sesamia inferens Walker), Hama penggerak batang
padi merah jambu, atau yang dikenal sebagai pink borer, menyerang varietas Inpari 16 dan
Inpari 42 dengan persentase serangan masing-masing 12,35% dan 20,99%, sedangkan
varietas lokal Kamba memiliki persentase serangan terendah, yaitu 7,41%. Serangan terjadi
pada fase pertumbuhan vegetatif, dengan VUB lebih rentan dibandingkan padi lokal Kamba,
menunjukkan bahwa varietas lokal lebih tahan terhadap serangan hama ini. Gejala serangan
melibatkan larva yang memakan pucuk daun, menyebabkan daun kuning dan bagian tengah
daun mudah dicabut. Pupa dapat ditemukan di dalam batang.

Pengendalian mekanik melibatkan pengumpulan telur yang ada di daun tanaman padi,
pemeriksaan batang yang terserang, dan pencabutan serta pemusnahan batang tersebut
bersama larva maupun pupanya. Pengendalian kimia tidak dilakukan karena hama berada di
dalam batang.
3. Hama Putih Palsu (Cnaphalocrosis medinalis Guenee), Cnaphalocrosis medinalis
menyerang tanaman padi varietas lokal Kamba, Inpari 16, dan Inpari 42 dengan persentase
serangan masing-masing sebesar 7,41%, 18,52%, dan 13,58%. Serangan terjadi pada fase
generatif, dan VUB menjadi yang pertama kali terserang. Gejala serangan melibatkan
terlipatnya daun dan ditemukannya larva di dalam daun, menyebabkan garis-garis putih
transparan. Teknik pengendalian melibatkan pemusnahan larva yang melekat pada daun yang
terlipat.

4. Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal), Wereng batang coklat (WBC), atau
Nilaparvata lugens, menyerang tanaman padi varietas Inpari 16 pada fase pertumbuhan
vegetatif dengan persentase serangan sebesar 12,35%. Gejala serangan melibatkan kerusakan
pada daun, yang tampak menguning dan mengering. Varietas Inpari 42 dan varietas lokal
Kamba yang diamati tidak menunjukkan gejala serangan atau populasi wereng pada batang
tanaman. Pengendalian yang dilakukan melibatkan pemisahan rumpun tanaman yang
terserang dari yang tidak.

5. Scirpophaga innotata Walker (Pyralidae), Imago dari Scirpophaga innotata Walker


memiliki bentuk ngengt, berwarna putih, dengan panjang tubuh mencapai 12,5 - 14 mm.
Serangan hama ini dapat menghasilkan gejala sundep pada tanaman padi sawah, di mana
larva menyerang pangkal daun muda dan menyebabkan layu serta kekeringan. Jika serangan
terjadi pada batang, gejala beluk dapat terjadi saat larva menyerang pada awal pembungaan,
menyebabkan bulir padi menjadi hampa dan tangkai bulir padi mudah dicabut.

6. Chilo suppressalis Walker (Lepidoptera: Pyralidae), Imago dari Chilo suppressalis Walker
berwarna seperti jerami, coklat mudah, dan memiliki sisik berwarna perak, dengan panjang
tubuh 4,5 - 5,5 mm. Larva menyerang daun, pelepah, dan batang tanaman padi. Serangan
pada daun dan pelepah menyebabkan bercak coklat serta kering seiring berjalannya waktu.
Serangan pada batang menyebabkan lubang, kerap patah, dan bulir tidak berisi atau bahkan
hampa.

7. Nymphula depunctalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae), Imago dari Nymphula depunctalis


berwarna putih krem, memiliki dua titik hitam dan bercak berwarna kecoklatan, dengan
ukuran tubuh mencapai 5,5 - 7 mm dan rentang sayap 14 - 16 mm. Serangan terjadi mulai
dari pesemaian hingga terbentuknya anakan maksimum. Larva memakan jaringan mesofil
daun dari permukaan bawah daun, menyisakan bagian epidermis dan membentuk garis-garis
memanjang berwarna keputihan, sehingga sering disebut sebagai hama putih.

2.2. Fase pertumbuhan

Fase-fase pertumbuhan padi ini disajikan berdasarkan informasi/data dan karakteristik


IR64, varietas unggul berdaya hasil tinggi, semidwarf (tinggi sedang), namun secara umum
berlaku juga untuk varietas lainnya.
Manfaat :
• Mengenali 3 fase pertumbuhan dasar tanaman padi dan tahapan perkembangan pada
setiap fase.
• Mengidentifikasi tahapan pertumbuhan tanaman padi menurut skala 0-9. Setiap angka
pada skala berkaitan dengan tahapan pertumbuhan spesifik.
• Menerangkan perubahan fisik spesifik dalam pertumbuhan tanaman padi
Fase Perkecambahan (0-10 HST):

0-3 HST: Setelah penanaman benih, tanaman padi memasuki fase perkecambahan. Benih
menyerap air dan memicu proses perkecambahan.
3-7 HST: Tunas padi mulai muncul dari tanah. Pada tahap ini, tanaman fokus pada
pertumbuhan akar dan daun.
Fase Vegetatif Awal (10-30 HST):

10-14 HST: Tanaman padi terus mengalami pertumbuhan vegetatif. Akar dan batang tanaman
terus berkembang, dan daun mulai membentuk struktur yang lebih kompleks.
14-21 HST: Proses pemanjangan batang terus berlanjut, dan tanaman mulai membentuk
daun-daun baru secara aktif.
21-30 HST: Tanaman padi tumbuh lebih besar dengan semakin banyaknya daun dan akar
yang berkembang. Fase ini mempersiapkan tanaman untuk memasuki fase pembentukan
malai.
Fase Pembentukan Malai (30-45 HST):

30-35 HST: Fase ini ditandai dengan mulainya pembentukan malai. Bunga padi muncul, dan
tanaman memasuki fase reproduksi. Pembentukan malai ini merupakan persiapan untuk
proses pembuahan yang akan terjadi.
35-45 HST: Malai padi terus berkembang dan menghasilkan bunga padi yang kemudian akan
menjadi bulir padi. Proses ini merupakan tahap awal dari pembentukan hasil panen.
Selama fase-fase ini, penting untuk memantau kondisi lingkungan dan memberikan
perawatan yang sesuai. Hal ini mencakup pengaturan air yang baik, pemupukan yang sesuai,
dan pengelolaan OPT.

BAB III
METODELOGI

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Tempat : Lahan milik Tpb di belakang Gedung pp
Waktu : Tanggal 31 Oktober dan 14 November 2023 , Jam 05.00-08.00

3.2. Alat dan Bahan


Alat: Bahan:
1. Meteran 1.
2. 2.
3. 3.

3.3. Prosedur Pelaksanaan


1. Monitoring Gulma
• Melakukan pembagian untuk setiap petak sawah terdiri dari 5 plot pengamatan
• Masing masing plot mengamati populasi gulma yang ada di sekitar tanaman padi
• Setelah itu, melakukan identifikasi terkait dengan jenis gulma yang ada (gulma
berdaun lebar, berdaun sempit, rumput, dll)
• Cata hasil pengamatan terkait jumlah, jenis gulma, dan nama gulma yang didapatkan
• Lakukan dokumentasi sebagai bukti pengamatan

2. Monitoring hama

• Melakukan pembagian untuk setiap petak sawah terdiri dari 5 plot yang akan di amati
• Masing masing plot mengamati populasi hama yang ada di sekitar tanaman padi
• Setiap hama serangga yang didapatkan lalu di ambil dan di simpan ke dalam wadah
• Lakukan identifikasi terkait dengan jenis serangga (apakah termasuk hama atau
musuh alami), jumlah, dan nama hama tersebut

3. Monitoring penyakit

• Melakukan pembagian untuk setiap petak sawah yang terdiri dari 5 plot pengamatan
• Masing masing plot mengamati penyakit tanaman padi dengan mengetahui gejala
serangan dan kerusakan yang ada pada tanaman padi.
• Melakukan dokumentasi dan identifikasi terkait nama penyakit , gejala, dan bagian
tanaman yang terserang.

4. Monitoring pertumbuhan

• Melakukan pembagian untuk setiap petaksawah yang terdiri dari 5 plot yang akan di
amati
• Masing masing plot melakukan pengamatan terkait jumlah tanaman dalam satu
rumpun padi, jumlah anakan, tinggi tanaman.
• Melakukan identifikasi fase tanaman padi (vegetative atau generative) dengan melihat
organ tanaman yang ada seperti adanya bunga, malai, atau bulir padi, dan
menyesuaikan dengan umur padi setelah tanam
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai