SENO AJI1
1
Dosen Fakultas Agro Teknologi, Universitas Prima Indonesia
Email: senoaji@unprimdn.ac.id
ABSTRAK
Kecamatan Medan Marelan merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai
luas sekitar 44,47 km2. Pada Pasar 7 di Kecamatan Medan Marelan terdapat banyak perkebunan
kelapa sawit mayarakat, dan pada perkebunan masyarakat banyak keanekaragaman jenis gulma
dan luas areal perkebunan kelapa sawit seluas 1 ha. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan
Juli 2022 dengan metode survey teknik pencuplikan sampel secara Purposive sampling. Tujuan
untuk mengetahui keanekaragaman jenis gulma yang terdapat di perkebunan sawit masyarakat,
Desa Lengau Seprang, Deli Serdang dengan pengamatan jenis gulma menggunakan metode
kuadrat dengan petak contoh seluas 1 x 1 m sebanyak 5 plot. Hasil keanekaragaman
gulmaditemukan16 jenis dengan total individu 633. Hasil keanekaragaman menunjukkan jenis
gulma Panicum repens jumlah individu 178 dalam semua plot dan Mimosa pudica jumlah individu
1 dalam semua plot. Indeks Keanekaragaman jenis Shannon-Wiener (H′) adalah 2,001 dan
menunjukkan keanekaragaman sedang; Indeks Kemerataan jenis (E) adalah 0,722 menunjukkan
kemerataan tinggi, serta Indeks Kekayaan Jenis (Dmg) adalah 2,325 menunjukkan kekayaan
rendah.
47
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
dan perlakuan kultur teknis yang diberikan. melalui kegiatan identifikasi dan penilaian
Produktivitas tanaman pada dasarnya gulma (weed assessment).
merupakan hasil interaksi langsung dari
faktor internal tanaman (genetik) dengan METODE PENELITIAN
faktor lingkungan. Dalam pengelolaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
budidaya tanaman faktor lingkungan yang Juli 2022, di Perkebunan sawit masyarakat
relatif mudah dikelola dan relatif sulit Pasar 7 Marelan, Kecamatan Medan
dikelola. Kelapa sawit mempunyai masalah Marelan, Kota Medan, Provinsi Sumatera
gulma yang sangat tinggi sebab salah satu Utara. Perkebunan sawit masyarakat yang
faktornya adalah jarak tanam ini lebih lebar, dijadikan luas areal kebun kelapa sawit
sehingga penutupan tanah oleh kanopi seluas 10 ha. Alat dan bahan yang
lambat membuat cahaya matahari leluasa diperlukan berupa alat tulis, kamera, tali
mencapai permukaan tanah yang kaya rafia, tally sheet, meteran, pacak.
sehingga potensi gulma atau sering kita Pengamatan jenis gulma
kenal dengan istilah (seed bank) (Hakim menggunakan metode kuadrat dengan petak
2007). Menurut (Rustamet.al., 2011) bahwa contoh seluas 1 x 1 m sebanyak 5 plot.
Gulma merupakan tumbuhan pengganggu Teknik penentuan plot dilakukan secara
yang memiliki dampak negatif terhadap Proposive sampling. Data yang diambil
pertumbuhan dan produksi tanaman. dalam setiap plot berupa data jenis gulma
Pengaruh gulma tidak terlihat secara serta jumlah individu setiap jenis. Deskripsi
langsung, dan umumnya berjalan lambat. kerja contoh pengambilan sampel
Gulma perkebunan termasuk perkebunan dilapangan.
kelapa sawit mampu menjadi kompetitor
utama dalam memperebutkan unsur hara, Adapun prosedur kerjanya adalah :
air, ruang tumbuh dan cahaya matahari. 1. Persiapan alat dan bahan yang
Kerugian yang diakibatkan oleh gulma tidak diperlukan.
terlihat secara langsung, namun dapat 2. Pembuatan plot secara diagonal di
menyebabkan terganggunya pertumbuhan lokasi penelitian.
tanaman budidaya yang berakibat 3. Pengambilan tumbuhan pada setiap
menurunkan produksi tanaman, selain itu jenis tumbuhan yang ditemukan di
gulma juga dapat menurunkan mutu hasil dalam plot.
tanaman akibat dari kontaminasi dengan 4. Sampel yang telah di amati lalu
bagian-bagian gulma, menjadi inang bagi dicabut dengan hati-hati, lalu
hama dan penyakit tanaman, mengganggu dimasukkan kedalam kantong plastik
tata guna air, mengeluarkan senyawa yang telah di beri label sesuai
alelopati, dan meningkatkan biaya usaha plotnya.
tani (Susilo, 2004). 5. Identifikasi sampel bedasarkan
Menurut Syahputra et al., (2011) cara teknik identifikasi tumbuhan atau
pengendalian gulma di perkebunan dapat literatur dari buku pkks 2005 yang
dilakukan dengan beberapa cara di memuat informasi tentang jenis-jenis
antaranya pengendalian secara mekanis, tumbuhan.
kultur teknis, fisiologis, biologis, kimia dan HASIL DAN PEMBAHASAN
terpadu. Sehingga situasi dan kondisi Indeks Keanekaragaman
perkebunan kelapa sawit yang pada Jenis gulma yang ditemukan dari 5 plot pada
umumnya sehingga pengendalian gulma di saat pengamatan dapat dilihat pada hasil
perkebunan kelapa sawit tersebut dilakukan pengamatan tersebut berdasarkan indeks
secara mekanis dan kimia. Setelah keanekaragaman yang dihasilkan sebesar
melakukan pengendalian gulma di 2,001 artinya keanekaragaman sedang.
perkebunan kelapa sawit perlu diketahui Indeks kemerataan sebesar 0,722 artinya
keadaan pertumbuhan gulma di lapangan
48
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
a. Indeks keanekaragaman
H'= -∑ Pi ln pi.
H'= 2,001
b. Indeks kemerataan
E= H’ LN S
S=0,722
c. Indeks kekayaan
D = S-I/In
N = 2,325
49
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
Cyperus rotundus
2. Asystasia intrusa
Asystasia intrusa
50
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
3. Ottochloa Nodosa
Ottochloa Nodosa
Gulma tahunan yang tumbuh menjalar, Spesies : Ottochloa nodosa
berjalin-jalin membentuk sheet. Setiap buku Gulma Ottochloa nodosa memiliki jumlah
membentuk akar dan tunas baru dan individu 7 terdapati pada nomor plot 1.
umumnya setiap tunas keluar bunga. Batang Ottochloa nodosa termasuk kedalam tipe
sebagian tumbuh tegak dengan tinggi 30- gulma golongan gulma kelas C gulma kelas
100 cm, berdaun banyak, bentuk bulat tidak C adalah jenis-jenis gulma atau tumbuhan
berbulu. Bunga merupakan malai dengan yang merugikan tanaman perkebunan dan
cabang-cabang “panicle” yang mirip kawat memerlukan tindakan pengendalian, namun
duri, bewarna ungu oleh karena itu rumput ini tindakan pengendalian tersebut tergantung
sering disebut rumput kawatan. Panjang pada ketersediaan biaya atau
cabang malai 2,5-25 cm dan tumbuh ke mempertimbangkan segi estetika
segala penjuru. Biji banyak berukuran kecil. (kebersihan kebun). Pengendalian Secara
Berkembang biak dengan biji dan stolon kimiawi (herbisida) dengan penyemprotan
yang menjalar dengan sangat cepat herbisida sistemik seperti glyphosate, dan
sehingga merupakan pesaing dalam glufosinate amonium. Pengendlian secara
pemanfaatan hara dan ruang tumbuh (Purba manual dengan menggulung gulma karena
et al., 2005) tunasnya membentuk sheet yang tebal,
Klasifikasi Ottochloa nodosa menurut sedangkan dengan cara pembabatan kurang
Arenberger dan Gielis (1988) sebagai berikut efektif (PPKS, 2005)
:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Famili : Gramineae
Genus : Ottochloa
51
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
4. Melastoma malabathricum
Melastoma malabathricu
Melastoma malabathricum merupakan Kingdom : Plantae
tumbuhan perdu, tegak, tinggi ½-4m, banyak Divisi : Magnoliophyta
bercabang, bersisik dan berambut. Daun Kelas : Magnoliopsida
tunggal, bertangkai, letak berhadapan Ordo : Myrtales
bersilang. Helai daun bundar telur Famili : Melastomataceae
memanjang sampai lonjong, ujung lancip, Genus : Melastoma
pangkal membulat, tepi rata, permukaan Spesies : Melastoma malabathricum
berambut pendekyang jarang dan kaku Gulma Melastoma malabathricum
sehingga teraba kasar dengan 3 lubang memiliki jumlah individu 1 terdapat pada
daun melengkung, panjang 2-20 cm, lebar nomor plot 2. Melastoma malabathricum
0,75-8,5cm, warnanya hijau. Perbungaan termasuk dalam jenis gulma kelas B,
majemuk keluar diujung cabang berupa jenisgulma ini merugikan tanaman
malai rata dengan jumlah bunga tiap malai 4- perkebunan sehingga perlu dilakukan
18 mahkota 5, warnanya ungu kemerahan. tindakan pemberantasan atau pengendalian.
Buah masak akan merekah dan berbagi Pengendalian dengan cara aplikasi herbisida
dalam beberapa bagian, warnanya ungu tua berdaun lebar seperti 2,4-D + Sodium
kemerahan. Biji kecil-kecil, warna coklet. Chorlate dan triclopyr dapat digunakan agar
Buahnya dapat dimakan, sedang daun pengendalian lebih efektif sebelum
mudanya bias dimakan sebagai lalap atau disemprot sebaiknya dipangkas, herbisida
disayur. Perbanyakan dengan biji yang digunakan sebaiknya bersifat sistemik
(Dalimartha, 2000). pengendaliannya secara manual yang efektif
adalah dengan cara mendongkel sampai ke
Klasifikasi Harendong (Melastoma akar-akarnya dilakukan secara rutin (PPKS,
malabratichum) menurut Backer dan 2005).
Bakhuizen (1968) dalam Liana (2010)
5. Ageratum conyzoides
Ageratum conyzoides ‘
Ageratum conyzoides adalah tumbuhan tropik, tumbuh pada tanah kering atau
15 tern a semusim yang berasal dari Amerika lembab di daerah terbuka atau sedikit
52
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
Paspalum conjugatum
53
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
7. Mimosa pudica
Mimosa pudica
Borreria alata
54
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
Borreria alata merupakan jenis herba, bunga Gulma Borreria alata memiliki jumlah
keputihan, tubular dan memiliki polimorfisme individu 137 terdapat pada nomor plot 2,3,4
dalam kaitannya dengan ukuran mereka. dan 5. Borreria alata termasuk dalam
Boreria alata termasuk ke dalam famili morfologi gulma berdaun lebar (broad
Rubiaceae dan merupakan tumbuhan leaves) dan jenis gulma kelas C gulma kelas
semusim (annual). Gulma ini berakar C adalah jenis-jenis gulma atau tumbuhan
tunggang, batang segiempat dan berambut, yang merugikan tanaman perkebunan dan
dan memiliki daun yang letaknya saling memerlukan tindakan pengendalian, namun
berketergantungan (Gorham dan Hosking, tindakan pengendalian tersebut tergantung
2007 dalam Palasta, 2007). pada ketersediaan biaya atau
mempertimbangkan segi estetika
Klasifikasi Borreria alata sebagai berikut : (kebersihan kebun). Pengendalian secara
Kingdom : Plantae mekanik, yaitu dilakukan dengan cara
Divisi : Magnoliophyta mencabut dan membenamkan dalam tanah
Kelas : Magnoliopsida dalam-dalam.Pengendalian secara kimiawi,
Ordo : Rubiales yaitu dengan penyemprotan herbisida
Famili : Rubiaceae glyphosat, paraquat dengan interval
Genus : Borreria penyemprotan 5 minggu (PPKS, 2005).
Spesies : Borreria alata
9. Elephantopus mollis
Elephantopus mollis
55
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
Gulma Elephantopus mollis memiliki jumlah dilakukan dengan cara mencabut dan
individu 103 populasi pada nomor plot 5. membenamkan dalam tanah dalam-
Elephantopus mollis termasuk dalam dalam.Pengendalian secara kimiawi, yaitu
morfologi gulma berdaun sempit. dengan penyemprotan herbisida glyphosat,
Pengendalian secara mekanik, yaitu paraquat (PPKS, 2005)
10. Paspalum scrobiculatum
Paspalum scrobculatum
Panicum repens
Panicum repens Rumput tahunan dengan sepanjang 8-22 cm. Senang tumbuh di
akar rimpang sepanjang 12-40 cm, menjalar tempat yang lembab dan tidak menyukai
di bawah permukaan tanah, tebal rimpang kekeringan. Menghasilkan daun yang
hingga 20 mm, p utih, berdaging. Daun sedikit, kebanyakan tumbuh sebagai gulma
berukuran 4-30 cm x 3-9 mm berbentuk garis yang mengganggu tanaman pertanian.
dengan kaki lebar dan ujung runcing. Bunga Tersebar di Nusantara, di Jawa, tumbuh
majemuk berupa malai agak jarang
56
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
sampai ketinggian sekitar 2.000 m dpl morfologi gulma berdaun sempit dan jenis
(Sembodo, 2010). gulma kelas C gulma kelas C adalah jenis-
jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan
Klasifikasi Panicum repens menurut tanaman perkebunan dan memerlukan
(Sembodo, 2010) sebagai berikut : tindakan pengendalian, namun tindakan
Kingdom : Plantae pengendalian tersebut tergantung pada
Divisi : Magnoliophyta ketersediaan biaya atau mempertimbangkan
Kelas : Liliopsida segi estetika (kebersihan kebun).
Ordo : Poales pengendalian secara kimia dengan
Famili : Poaceae menggunakan herbisid kontak seperti
Genus : Panicum paraguat atau sistemik seperti glyphosate,
Spesies : Panicum repens glufosinate dan sebagainya. Pengendalian
Gulma Panicum repensmmemiliki secara manual dengan mencabut dan
jumlah individu 178 terdapat pada nomor 4 menggaruk areal secara periodik (PPKS,
dan 5. Panicum repenstermasuk dalam 2005).
Chormolaena odorata
57
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
Conmmelina benghalensis
Asystasia gengetica
Asystasia gengeticamemiliki 4-6 urat daun bunga memiliki panjang hingga 3 mm dan
(vena lateralis) di setiap sisi pelepah. Bentuk kelopak bunga dengan panjang 4-10 mm.
perbungaan majemuk dan berderet Bunga biasanya berwarna putih atau putih
mengarah pada satu sisi dengan panjang dengan bintik-bintik keunguan (Grubben
deret bunga mencapai 25 cm. Tangkai G.J.H, 2004).
58
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
Crassocephalum crepidiode
59
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
Phymatosorus scolopendria
60
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
Beard, J.B. 1973. Turfgrass Science and Lubis, R. E., A. Widanarko. 2011. Buku
Culture. Prentice-Hall Inc. New Pintar Kelapa Sawit. Edisi I. Agomedia
Jersey.658p. Pustaka. Jakarta: 296.
BPS Kabupaten Deli Serdang 2015. Luas Liana, 2010. Aktivitas Antimikroba Fraksi
Desa dan Kepadatan Penduduk/Km 2 di dari Ekstrak Metanol Daun Senduduk
Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2015.. (Melastoma Malabathricum L)
Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Terhadap Staphylococcus aureus
Serdang, Lubuk Pakam. danSalmonella typhimurium Serta
Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Profil Kromatograi Lapis Tipis Fraksi
Classification of Flowering Plants. New Teraktif.Di akses 31 january 2014.
York: Columbia University Press. Magurran A.E. 1988. Ecological Diversity
Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat and its Measurement. New Jersey:
Indonesia. Jilid I. Jakarta: Trubus Princeton University Press.
Agriwidya. Hal: 130-132. Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma dalam
Effendi Rustam dan Widararho Agus. 2011. Sistem Pertanian. Edisi I. Raja
Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia Grafindo Persada. Jakarta: 176.
Pustaka. Jakarta Mackinnon, K., G. Hatta., H. Halim., A.
Faridah Nur Hasanah dan Nitya Setiari. Mangalik. 2000. Ekologi Kalimantan.
2007. Pembentukan akar pada stek Alih bahasa Gembong Tjitrosoepomo,
batang Prenhallindo, Jakarta: 315–152
Nilam (Pogostemon cablin Benth.) setelah Nasution, U. 1986. Gulma dan
direndam Iba (Indol Butyric Acid) pada Pengendalianya di Perkebunan Karet
konsentrasi berbeda. Buletin Anatomi Sumatera Utara dan Aceh. Pusat
dan Fisiologi 15 (2): 1-6. Penelitian dan Pengembangan
Fryer, J.D dan S. Matsunaka. 1988. Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM).
Penanggulangan Gulma Secara Medan
Terpadu. Bina Aksara. Jakarta: 297- Odum, Eugene P 1996. Dasar-dasar
299. Ekologi; Edisi Ketiga.Yogyakarta.
Grubben, G. J. H. dan O. A. Denton. 2004. Gadjah Mada University Press: 694.
Plant Resources of Tropical Africa 2. Penerjemah Samingan, Tjahjono
Backhuys Publisher. Wageningen. Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi:
Grubben, G.J.H. 2004. Plant Resources of Edisi Ke Tiga. Gajah Mada University
Tropical Africa 2 Vegetables. Belanda: Press. Yogyakarta: 694.
PROTA Foundation. Peet, R.K.1974. The Measurement of
Hakim, M. 2007. Agronomis dan Manajemen Species Diversity. Annual Review of
Kelapa Sawit Buku Pegangan Ecology and Systematics, Vol. 5 1974:
Agronomis dan Pengusaha Kelapa 285-307.
Sawit. Lembaga Pupuk Indonesia. Prawiradiputra, B.R. 2007. Bahan komposisi
Jakarta: 305. vegetasi padang rumput alam akibat
Herbarium Medanense 2015. Identifikasi pengendalian kirinyu (Chromolaena
Tumbuhan. Medan: Herbarium odorata (L) R.M. King and H.
Medanense Sumatera Utara Robinson) di Jonggol, Jawa Barat.
Holm, L.G., D.L. Plucknet, J. V. Pancho, and Thesis, Fakultas Pascasarjana Institut
J.P. Herberger. 1977. The World’s Pertanian Bogor: 79.
Worst Weed, Distribution and Biology. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
East-West Center, University Press of 2005. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat
Hawai. Honolulu: 609. Penelitian Kelapa Sawit. Medan
Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan
pengolalaannya . Graha Ilmu.
Yogyakarta: 166.
61
Agroprimatech
Vol. 6 No. 1, Oktober 2022 e-ISSN : 2599-3232
Sulistyo, Bambang DH, dkk. 2010. Budidaya Tjokrowardojo, A.S. dan Djauhariya, E.
Kelapa Sawit. Balai Pustaka. Jakarta: 2005. Gulma pada Budidaya Tanaman
69-70. Jahe. Penebar Swadaya: 80.
Susilo, E. 2004. Penerapan Sistem Budidaya Tjitrosoedirdjo, S., I.H. Utomo, dan J.
dan Cara Pengendalian gulma pada Wiroatmodjo (eds.). 1984.
Kacang kedelai (Glycine max (L) Merr) Pengelolaan Gulma di Perkebunan.
dan padi. Jurnal Agro. II (1): 49 Gramedia. Jakarta: 210.
Syahputra E, Sarbino & Dian S. 2011. Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi
Weeds Assessment Di Perkebunan Tumbuhan (Schozophyta, Thallophyta,
Kelapa Sawit Lahan Gambut. J. Tek. Bryophyta, Pteridophyta). Gadjah
Perkebunan & PSDL, 1 (2088-6381) : Mada University Press : Yogyakarta:
37-42. 116 –126
Syahputra, E.dan Sarbino. 2014. Gulma
Perkebunan dan Strategi
Pengendaliannya. Graha Ilmu: 150.
62