Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN

HAYATI DAN PLASMA NUTFAH

MATERI 1

KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

Oleh : Kelompok 7

2010211022 Syahrul Utama

2010212019 Rahman Arief

Asisten Praktikum

Sarman

Oki Laras Tagi

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Di berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk


hidup yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk,
warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang
sama terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keankeragaman hayati
masing-masing. Keanekaragaman hayati sangat penting bagi kelangsungan dan
kelstarian makhluk hidup. Keanekaragaman dapat terjadi akibat proses evolusi dan
adaptasi. Evolusi adalah perubahan yang terjadi dalam waktu lama yang akan
membentuk makhluk hidup yang berbeda dengan asalnya sehingga akan
menimbulkan spesies baru. Sedangkan adaptasi adalah proses penyesuaian diri
terhadap linkungan yang berbeda akan menghasilkan makhluk hidup yang berbeda
pula.
Keanekaragaman hayati ialah suatu istilah yang mencakup semua bentuk
kehidupan yang mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi. Adanya arus
globalisasi dan efisiensi menuntut suatu keseragaman, mengakibatkan krisis
keragaman di berbagai bidang. Saat ini keragaman dianggap sebagai in-efisien dan
primitif, dimana keseragaman ialah efisien dan modern. Hal yang sama ini
juga terjadi pada keragaman hayati atau sering diistilahkan sebagai
keanekaragaman hayati. Pada saat ini proses penyeragaman sudah terjadi pada
semua aspek, sehingga terjadi penekanan pada perkembangan keragaman
genetik. (Endarwati, 2005).
Ekosistem yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuh-tumbuhan yang
tumbuh bersama-sama pada satu tempat dimana antara individu penyusunya
terdapat interaksi yang erat, baik diantara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-
hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata lain,
vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan
membentuk suatu kesatuan dimana individu-individunya saling tergantung satu
sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh- tumbuhan. Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan
suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono dalam Irwanto, 2007).
Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu
yang sangat berguna untuk kehidupan manusia. Masih banyak yang bisa dipelajari
tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya hayati secara lebih baik, bagaimana
menjaga dasar genetik dari sumber daya hayati yang terpakai, dan bagaimana untuk
merehabilitasi ekosistem yang terdegradasi. Daerah alami menyediakan laboratorium
yang baik sekali untuk studi seperti ini, sebagai perbandingan terhadap daerah lain
dengan penggunaan sistem yang berbeda, dan untuk penelitian yang berharga
mengenai ekologi dan evolusi. Habitat yang tidak dialih fungsikan seringkali penting
untuk beberapa pendekatan tertentu, menyediakan kontrol yang diakibatkan oleh
perubahan mengenai sistem pelelolaan yang berbeda dapat diukur dan dilakukan.

B . Tujuan Praktikum
1. Mengenal berbagai ekosistem yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggal.
2. Mempelajari komponen-komponen pembentuk ekosistem yang ditemui
dilingkungan sekitar tempat tinggal.
BAB II
BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat
Praktikum keanekaragaman ekosistem ini dilakukan pada tanggal 24
September 2021 pada pukul 07.00-09.00 WIB yang dilaksanakan pada dua tempat
yaitu pada tempat pertama pada kebun jagung di Jorong Ampang Gadang, Kecamatan
Panti, Sumatra Barat. Tempat kedua yaitu pada kebun sawit di Desa Kuala Beringin,
Kecamatan Kuala Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatra Utara.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini yaitu:

a) Bahan:

1. Ekosistem kebun jagung


2. Ekosistem kebun kelapa sawit

b) Alat
 Meteran
 Tali rafia
 Pancang
 Kompas
 Termometer
 Altimeter
 Data curah hujan dan suhu harian (sumber: data online BMKG)
C . Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pelaksanaan praktikum keanekaragaman ekosistem ini,
metodologi yang digunakan adalah observasi langsung yang dilakukan pada
ekosistem pilihan. Metodologi observasi melibatkan beberapa pengarahan
beberapa indra terutama indera penglihatan untuk menangkap fenomena disekitar
yang bisa dijadikan data. Berikut pelaksanaannya:
1. Buatlah satu petak berukuran 3x3 meter pada ekosistem kebun jagung dan
6x6 pada ekosistem kebun kwlapa sawit.
2. Untuk memudahkan penghitungan, bagi petakan atas petakan kecil (sub
petak) berukuran 1x1meter untuk ekosistem kebun cabai dan 2x2 meter untuk
ekosistem kebun talas. Sehingga didapati 9 sub petak dengan ukuran yang
sama.
3. Lakukan inventarisasi dan identifikasi semua sepecies (jenis) dan
jumlah komponen biotik (tumbuhan dan hewan)pada setiap sub
petak. Kemudian gabungkan data semua sub petak dengan
melakukan pencacahan (tally) sebagaimana pada Tabel 1 dan 2. Lakukan
juga pengukuran terhadap komponen abiotik pada kedua ekosistem
sebagaimana Tabel 3.
4. Tentukan struktur atau komponen ekosistem berdasarkan Tabel 2.
5. Buatlah jaring makanan yang menggambarkan siklus energi dalam
ekosistem tersebut
6. Terangkan perbedaan antara kedua ekosistem berdasarkan komponen dan
siklus energinya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A . Hasil
Berikut merupakan data yang disajikan dalam bentuk table yang diperoleh
dari dua jenis ekosistem yaitu ekosistem kebun jagung dan ekosistem kebun sawit.
1. Hasil Pengamatan Ekosistem Kebun Jagung
Tabel 1 : Komponen Biotik Pada Setiap Sub Plot (Kebun Jagung)

SPECIES 1 2 3 4 5 6 7 8 9 JUMLAH

1 Jagung 5 2 8 5 2 10 4 3 8 47

2 Pepaya 1 1

3 Singkong 1 1 2

Kacang
4 tanah 2 2 3 1 8

5 Ulat grayak 2 1 1 2 8 14

6 Belalang 1 3 4

7 Keong 2 1 3

8 Lalat 1 1
9 2 8 3 3 2 5 23
Rumput
Teki

10 Semut 2 14 16

11 Absesi 1 12 12

Table 2 : Komponen Biotik Total Ekosistem Kebun Jagung

TABEL 2. KOMPONEN BIOTIK TOTAL


EKOSISTEM KEBUN JAGUNG

No SPECIES JUMLAH INDIVIDU PERANAN

1 Jagung 47 Produsen

2 Pepaya 1 Produsen

3 Singkong 2 Produsen

4 Kacang tanah 8 Produsen

5 Ulat grayak 14 Konsumen

6 Belalang 4 Konsumen

7 Keong 3 Konsumen

8 Lalat 1 Konsumen
9 Rumput teki 23 Produsen

10 Semut 16 Konsumen

11 absesi 1 12 Produsen

Table 3 : Komponen Abiotik Ekosistem Kebun Jagung

Suhu Rata-rata Harian(C) 29°C

Curah Hujan Rata-Rata


Bulanan(mm) 240 mm

Kelembaban(%) 72 %

Kemiringan 5°

Jenis Tanah(ordo) Aluvial

Kesuburan Tanah Subur

Warna Tanah Topsil Abu-abu

pH Tanah 6
2. Hasil Pengamatan Ekosistem Kebun Sawit
Tabel 1 : Komponen Biotik Pada Setiap Sub Plot (Kebun Sawit)
TABEL 1. KOMPONEN BIOTIK PADA
SETIAP SUB
PLOT DI KEBUN
SAWIT
Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot
Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 Plot 9 Jumlah

Clidemia hirta 3 - 2 - 1 - - 2 - 8

Melastoma
malabathricum 2 - - - - - - 2 1 5

Plantago lanceolata 7 15 - - - - - - - 22

Elephantopus mollis 34 5 - - - 9 12 - - 148

Stachytarpheta
cayennensis 7 2 3 7 11 20 18 14 6 88

Asplenium
platyneuron 23 45 60 400 43 10 - 350 420 1351

Dianella ensifolia - 5 2 1 1 - - - - 10

Elaeis guineensis - 1 - - - - - - - 1

Asystasia gangetica - 2 - - - 12 23 1 - 38

Desmodium
triflorum - - - - 93 60 80 - - 233

Urena lobata - - - - - - - 1 - 1

Oxya serville - - 1 1 1 - - 2 1 6

Malacosoma
americanun - - - - - - 1 - - 1
Lasius niger 10 5 - - - 34 12 - - 61

Eurema - - - - - 1 - - -
1

Total
Individu 1974

Table 2 : Komponen Biotik Total Ekosistem Kebun Sawit

TABEL 2. KOMPONEN
BIOTIK DAN
PERANANNYA PADA
EKOSISTEM
KEBUN SAWIT
Jumlah Peranan
Ekosistem Spesies Individu Organisme

Kebun Sawit Clidemia hirta 8 produsen

Melastoma
malabathricum 5 produsen

Plantago
lanceolata 22 produsen

Elephantopus
mollis 148 produsen

Stachytarpheta
cayennensis 88 produsen

Asplenium
platyneuron 1351 produsen
Lasius niger 10 5 - - Dianella
- 34ensifolia
12 - 10 - 61
produsen
Elaeis guineensis 1 produsen

Asystasia
gangetica 38 produsen

Desmodium
triflorum 233 produsen

Urena lobata 1 produsen

Oxya serville 6 konsumen

Malacosoma
americanun 1 konsumen

Lasius niger 61 konsumen

Eurema 1 konsumen

Table 3 : Komponen Abiotik Ekosistem Kebun Sawit

TABEL 3. KOMPONEN ABIOTIK PADA EKOSISTEM


KEBUN SAWIT

Komponen Abiotik Keterangan

Suhu rata-rata harian (°C) 25-30°C

Curah hujan rata-rata bulanan (mm) 272 mm

kelembaban (%) 90 %

Kemiringan (°) 5°

Jenis tanah (ordo) Mollisols


Kesuburan tanah Subur

Warna tanah topsoil Hitam

Ph tanah 6,48

B. Pembahasan

Dari kegiatan praktikum yang pratikan telah laksanakan mengenai


keanekaragaman ekosistem di sekitar lingkungan tempat tinggal yaitu pada
ekosistem kebun jagung dan kebun sawit dapat diihat adanya perbedaan dari dua
jenis ekosistem yang diamati. Keanekaragaman tersebut berupa variasi
komponen biotik yang ditemukan pada setiap ekosistem. Ekosistem kebun
jagung terdiri dari 11 komponen biotik yang didominasi oleh tanaman jagung
dan komponen biotik lain seperti pepaya, singkong, kacang tanah, ulat grayak,
belalang, keong, lalat, rumput teki,semut dan absesi 1. Sedangkan ekosistem
kebun sawit terdiri dari 15 komponen biotik seperti sawit serta
komponen biotik lainnya seperti Melastoma malabathricum, Plantago
lanceolata, Elephantopus mollis, Stachytarpheta cayennensis, Asplenium
platyneuron, Dianella ensifolia, Elaeis guineensis, Asystasia gangetica,
Desmodium triflorum, Urena lobata, Oxya serville, Malacosoma americanun,
Lasius niger dan Eurema.
Pada kedua ekosistem ini didominasi oleh spesies yang berperan sebagai
produsen. Pada ekosistem kebun jagung terdapat 6 spesies yang berperan
sebagai produsen dan 5 spesies sebagai konsumen. Sedangkan pada kebun
sawit terdapat 11 spesies sebagai produsen dan 4 spesies sebagai konsumen.
Perbandingan jumlah spesies yang berperan sebagai produsen dan konsumen pada
kebun jagung yaitu 6 : 5. Sedangkan perbandingan jumlah spesies yang
berperan sebagai produsen dan konsumen pada kebun sawit yaitu 11 : 4.
Pada komponen abiotik ekosistem kebun jagung dan ekosistem kebun
sawit memiliki persamaan pada suhu rata-rata bulanan yang berkisar pada 25 -
Kesuburan tanah Subur
30°C dan kemiringan sebesar 5% . Perbedaan komponen abiotik pada kedua jenis
ekosistem ini yaitu pada ekosistem kebun jagung memiliki curah hujan rata-rata
bulanan (mm) sebesar 240 mm, kelembapan sebesar 72%, jenis tanah aluvial
yang berkarakter subur, berwarna abu-abu dan memiliki Ph tanah 6.
Sedangkan pada ekosistem kebun sawit memiliki curah hujan rata-rata
bulanan 272 mm, kelembapan sebesar 90 %, jenis tanah mollisols yang
berkarakter subur, berwarna hitam dan memiliki ph tanah 6,48
Keragamana hayati mencakup interaksi berbagai bentuk kehiduoan dengan
lingkungannya, sehingga bumi dapat menjadi tempat yang layak huni dan mampu
menyediakan jumlah besar barang dan jasa bagi kehidupan manusia (Anonymous,
2007).
Shah (2008) menjelaskan bahwa keanekaragaman ekosistem akan
menciptakan keberagaman bentuk kehidupan dan keragaman budaya. Pusat
keragaman hayati terkaya di dunia ada di Indonesia. Kepulauan Indonesia terdiri atas
17.000 pulau, sebagai tempata tinggal bagi flora dan fauna dari dua tipe yang
berebeda asal usulnya.
DAFTAR
PUSTAKA

Resosudarmo, R.S.; K. Kartawinata; A. Soegiarto. (1992). Pengantar ekologi.


Penerbit Remaja

Hastuti, E.D. 2012. Interaksi Struktur Komunitas Vegetasi dengan Kualitas


Lingkunga di Kawasan Sempadan Pantai Semarang Demak. Ge
Environmental Sciences. Universitas Diponegoro Semarang.

Endarwati. 2005. Keanekaragaman Hayati dan Konservasinya di


Indonesia. Andri, 2011. Laporan Tetap Ekologi Pertanian.

Campbell, Neil A. dkk., 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga.

Jakarta. Subardi, 2009. Biologi. Usaha Makmur. Jakarta.

Suwarno, 2009. Panduan Pembelajaran Biologi. Karya Mandiri Nusantara.

Jakarta. Zainal, Abidin, 2007. Ekologi


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai