Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA UTAMA

“TEKNOLOGI BUDIDAYA BUAH DURIAN”

Oleh :

Nama : Syahrul Utama

NIM : 2010211022

Kelas : TPTHU Agro D

Dosen Pengasuh : Prof. Dr. Ir. Zulfadly Syarif, MP.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

JURUSAN BUDI DAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Durian (Durio zibethinus Murray) merupakan salah satu tanaman asli Asia
Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia
(Ashari, 1995). Durian yang terdapat di Indonesia memiliki berbagai varietas,
terdapat 21 kultivar durian unggul yang dirilis oleh Dinas Pertanian, yaitu : Petruk,
Sukun, Sitokong, Kani, Otong, Simas, Sunan, Sihijau, Sijapang, Siriwig, Bokor,
Perwira, Sidodol, Bantal Mas, Hepe, Matahari, Aspar, Sawah Mas, Raja Mabah,
Kalapet, dan Lai Mansau.

Durian (Durio zibethinus murr.) yang dijuluki The King of Fruit merupakan
salah satu buah cukup popular di Indonesia. Buah yang memiliki rasa dan aroma yang
khas ini sangat digemari oleh sebagian banyak orang. Rasa buahnya yang manis dan
aroma harum buahnya menjadi daya tarik tersendiri bagi pencinta durian. Warna
daging buahnya bervariasi, ada yang berwarna putih, kuning, dan oranye serta buah
ini dilengkapi dengan adanya kandungan kalori, vitamin, lemak, dan protein. Akan
tetapi kurang dalam hal pemanfaatannya. Selama ini, bagian buah durian yang lebih
umum dikonsumsi adalah bagian salut buah atau dagingnya. Jika dilihat kegunaan
durian ternyata bukan hanya daging buahnya yang dikonsumsi, tetapi jika digali lebih
dalam lagi dapat ditemukan berbagai manfaat dari semua bagian buah durian tersebut,
misalnya batang dari durian dapat digunakan sebagai bahan bangunan.

Durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga


berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yg diberi akhiran -an sehingga menjadi
durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yg kulitnya berduri
tajam.
B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui sejarah tanaman durian.


2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman durian.
3. Untuk mengetahui prospek dan tantangan buah durian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A . Sejarah Tanaman Durian

Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, & Kalimantan yg


berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma,
India & Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama
lain durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen
(Seram Timur) Petunjuk dari buah durian tersebut terdapat dalam beberapa relief di
candi Borobudur.

Dari 2672 panel kisah, beberapa di antaranya menampilkan buah durian yang
dijadikan sesembahan buat raja, diperjualbelikan, juga tampak orang-orang yang
membawanya bersama buah lain seperti mangga dan manggis. Dari relief ini kita bisa
tahu bahwa durian sudah dikonsumsi oleh penduduk Nusantara sejak 1300 tahun
yang lalu, kata pakar durian Mohamad Reza Tirtawinata dalam diskusi tentang durian
di Serang, Banten, seperti dikutip dari Historiacoid.

Catatan mengenai durian di masa lalu lainnya terdapat di dalam laporan


perjalanan para penjelajah Eropa abad ke-15. Dalam buku berjudul “Java Essay: The
History and Culture of Southern Country” karya Masatoshi Iguchi, mengisahkan
ekspedisi VOC di wilayah Batavia sampai Bogor pada 1687. Dalam ekspedisi yang
dipimpin oleh Pieter Scipio van Ostende itu diketahui telah banyak pohon durian
yang tumbuh di sekitar Bogor.

Pusat keanekaragaman durian adalah Pulau Kalimantan. Daerah-daerah


sekitarnya juga memilki beberapa plasma nutfah durian, seperti Mindanao, Sumatera,
dan Semenanjung Malaya meskipun tidak semelimpah Kalimantan. Meskipun
demikian, pengekspor utama durian adalah Thailand, yang mampu mengembangkan
kultivar dengan mutu tinggi dan sistem budidaya yang baik. Tempat lain yang
membudidayakan durian dengan orientasi ekspor adalah Mindanao di Filipina,
Queensland di Australia, Kamboja, Laos, Vietnam, India, dan Sri Lanka (2003,
Syahrani).

Permintaan pasar komoditas ini baik dalam maupun luar negeri terus
meningkat, beberapa negara di Eropa Timur, Belanda, Kanada, Saudi Arabia, Jepang
dan Singapura merupakan pasar potensial. Negara pengekspor durian saat ini adalah
Indonesia, Thailand dan Malaysia, namun demikian peluang pasar ini belum dapat
dimanfaatkan sepenuhnya karena belum memenuhi standar ekspor dan
produktivitasnya masih rendah (5 ton/ha), dibanding negara Thailand yang mencapai
35 ton per hektar (Uji, 2005).

Pengembangan tanaman durian secara intensif dan komersial selain


merupakan upaya pelestarian plasma nutfah buah tropis, juga bermanfaat bagi
peningkatan kualitas lingkungan dan tatanan kehidupan manusia. Batang pohon
durian yang sudah tidak produktif lagi dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan
atau kayu bakar. Bagian utama dari tanaman durian yang mempunyai nilai ekonomi
dan sosial yang cukup tinggi adalah buah (Rukmana, 1996).

Berdasarkan data BPS (2012) dengan luas wilayah 197 km2 kecamatan
Tigalingga memproduksi 9362 kwintal buah durian per tahun, jika dibandingkan
dengan beberapa tahun sebelumnya berdasarkan data BPS (2008) bahwa kecamatan
Tigalingga memproduksi 16.000 kwintal buah durian, angka tersebut menunjukkan
penurunan produktivitas durian di kecamatan tersebut (BPS, 2008).

B . Taksonomi Tanaman Durian

Klasifikasi tanaman durian

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping)


Ordo : Bombacales

Family : Bombacaceae

Genus : Durio

Spesies : Durio zibethinus Murr

Morfologi Tanaman Durian

A . Batang dan Cabang

Durian banyak disebutkan sebagai pohon hutan dan biasanya berukuran


sedang hingga besar yang tingginya mencapai 50 m dan umurnya dapat mencapai
puluhan hingga ratusan tahun. Bentuk pohonnya (tajuk) mirip segitiga dengan kulit
batangnya berwarna merah coklat gelap, kasar, dan kadang terkelupas. Cabang dari
tanaman durian tumbuh mendatar atau tegak dan membentuk sudut yang bervariasi
tergantung pada jenis dan varietas. Percabangannya banyak dan membentuk tajuk
mirip dengan kerucut atau segitiga (Benard et al, 2008).

B . Daun

Daun tanaman durian umumnya berbentuk bulat memanjang dengan bagian


ujung meruncing. Letaknya berselang-seling dan tumbuh hanya secara tunggal.
mengilap dan bagian bawah berwarna coklat atau kuning keemasan (Yuniarti. 2011).
Struktur daun agak tebal dengan permukaan daun sebelah atas berwarna hijau.

C . Bunga

Bunga durian muncul langsung dari batang (cauliflorous) atau cabang-cabang


yang tua dibagian yang tua (proximal) secara berkelompok. Bunga-bunga tersebut
berkelompok dalam karangan berisi 3-10 kuntum berbentuk tukal atau malai rata.
Kuncup bunganya membulat, diameternya sekitar 2 cm, dan bertangkai panjang
(Irawan at al., 2007 ). Kelopak bunga berbentuk tabung sepanjang kurang lebih 3cm.
Daun kelopak tambahan terpecah menjadi 2-3 cuping, berbentuk bundar telur.
Mahkota berbentuk sudip, panjangnya kira-kira 2 kali panjang kelopak, berjumlah 5
helai, dan berwarnah keputih-putian. Benang sarinya banyank, terbagi kedalam 5
berkas. Sementara kepala putiknya membentuk bongkol dengan tangkai yang berbulu
(Irawan at al., 2007 ).

D . Buah

Buah durian pada umumnya berbentuk bulat, bulat telur, hingga lonjong.
Panjang buah durian yang matang bisa mencapai 30-45 cm dengan lebar 20-25 cm,
dan berat antara 1,5-2,5 kg. Setiap buah berisi 5 juring yang di dalamnya terletak 1-5
biji yang diselimuti daging buah yang berwarna putih, krem, kuning, atau kuning tua.
Tiap varietas durian menentukan besar kecilnya ukuran buah, rasa, tekstur, dan
ketebalan daging. Buah akan berkembang setelah pembuahan dan memerlukan 4-6
bulan untuk pemasakan. Pada masa pemasakan terjadi persaingan antara buah pada
satu kelompok sehinnga hanya satu atau beberapa buah yang akan mencapai
kemasakan, sedangkan sisanya gugur. Buah jatuh sendiri apabila masak, berat buah
durian mencapai 1,5-5 kg (Irawan at al., 2007 ).

E . Biji

Biji pada durian ini berbentuk bulat dan memanjang yang dilengkapi dengan
serabut halus pada bagian ujungnya. Biji durian mempunyai warna bagian dalam
yang putih dan warna bagian pada permukaan yang kekuningan. Untuk biji yang ada
pada tanaman durian ini hanya terdiri dari beberapa lapisan saja. Lapisan pertama
mempunyai kulit bagian luar (epidermis) yang bentuknya tipis, sedangkan bagian
dalam dermis yang tebal.
C . Syarat Tumbuh Durian

a. Iklim.

Durian tumbuh dengan baik di daerah tropika basah dengan curah hujan > 2.000
mm/tahun dan tersebar merata sepanjang tahun dengan lama bulan basah 9-10
bulan/tahun dan 1-2 bulan kering sebelum berbunga. Intensitas cahaya 40-50%,
dengan suhu 22-30ºC.

b. Ketinggian Tempat.

Tanaman durian paling cocok pada ketinggian tempat 200-600 m dpl dan suhu
rata-rata 20°C-30°C. Meskipun demikian, ada juga varietas durian yang cocok
ditanam pada berbagai ketinggian. Misalnya durian kani dan otong bias tumbuh baik
didaerah yang memiliki 50-600 mdpl, bahkan kadang-kadang juga dijumpai durian
yang tumbuh baik di dataran tinggi 800 mdpl atau didatara randah dengan ketinggian
10 mdpl (Ashari, 2010).

c. Tanah.
1. Tanaman durian akan tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 5-7
dan optimum pada pH 6-6,5.
2. Kondisi drainase lahan harus baik, dengan kedalaman air tanah antara
50-150 cm dan 150-200 cm, karena akar durian sangat peka (busuk)
bila terendam air.
3. Tanah grumosol dan andosol cocok untuk tanaman durian.
4. Tanah subur dan kaya kandungan bahan organik.
D . Teknik Budi Daya Durian

A . Pembibitan

a) Persyaratan Benih
Biji untuk bibit dipilih dari biji yang memenuhi persyaratan :
 Asli dari induknya.
 Segar dan sudah tua.
 Tidak kisut.
 Tidak terserang hama dan penyakit.
b) Penyiapan Benih dan Bibit
Perbanyakan tanaman durian dapat dilakukan melalui cara generatif (dengan
biji) atau vegetatif (okulasi, cangkokan).
a) Pengadaan benih dengan cara generatif
Memilih biji-biji yang tulen/murni dilakukan dengan mencuci biji-biji
dahulu agar daging buah yang menempel terlepas. Biji yang dipilih
dikeringkan pada tempat terbuka, tidak terkena sinar matahari langsung.
Penyimpanan diusahakan agar tidak berkecambah/rusak dan merosot daya
tumbuhnya. Proses pemasakan biji dilakukan dengan baik (dengan cara
diistirahatkan beberapa saat), dalam kurun waktu 2-3 minggu sesudah
diambil dari buahnya. Setelah itu biji ditanam (Ashari, 2010).
b) Pengadaan bibit dengan cara okulasi
Persyaratan biji durian yang akan diokulasi berasal dari biji yang sehat dan
tua, dari tanaman induk yang sehat dan subur, sistem perakaran bagus dan
produktif. Biji yang ditumbuhkan, dipilih yang pertumbuhannya
sempurna. Setelah umur 8-10 bulan, dapat diokulasi, dengan cara :
 Kulit batang bawah disayat, tepat di atas matanya (± 1 cm). Dipilih
mata tunas yang berjarak 20 cm dari permukaan tanah.
 Sayatan dibuat melintang, kulit dikupas ke bawah sepanjang 2-3
cm sehingga mirip lidah.
 Kulit yang mirip lidah dipotong menjadi 2/3-nya.
 Sisipan “mata” yang diambil dari pohon induk untuk batang atas
(disayat dibentuk perisai) diantara kulit. Setelah selesai dilakukan
okulasi, 2 minggu kemudian di periksa apakah perisai mata tunas
berwarna hijau atau tidak. Bila berwarna hijau, berarti okulasi
berhasil, jika coklat, berarti okulasi gagal.
c) Cangkokan
Batang durian yang dicangkok harus dipilih dari cabang tanaman yang
sehat, subur, cukup usia, pernah berbuah, memiliki susunan percabangan
yang rimbun, besar cabang tidak lebih besar daripada ibu jari (diameter=2
– 2,5 cm), kulit masih hijau kecoklatan. Waktu mencangkok adalah awal
musim hujan sehingga terhindar dari kekeringan, atau pada musim kering,
tetapi harus disiram secara rutin (2 kali sehari), pagi dan sore hari
(Ambarawa. 1996). Adapun tata cara mencangkok adalah sebagai berikut :
 Pilih cabang durian sebesar ibu jari dan yang warna kulitnya masih
hijau kecoklatan.
 Sayap kulit cabang tersebut mengelilingi cabang sehingga kulitnya
terlepas.
 Bersihkan lendir dengan cara dikerok kemudian biarkan kering
angin sampai dua hari.
 Bagian bekas sayatan dibungkus dengan media cangkok (tanah,
serabut gambut, mos). Jika menggunakan tanah tambahkan pupuk
kandang/kompos perbandingan 1:1. Media cangkok dibungkus
dengan plastik/sabut kelapa/bahan lain, kedua ujungnya diikat agar
media tidak jatuh.
 Sekitar 2-5 bulan, akar cangkokan akan keluar menembus
pembungkus cangkokan. Jika akar sudah cukup banyak,
cangkokan bisa dipotong dan ditanam di keranjang persemaian
berisi media tanah yang subur.
c) Pengolahan Lahan
1. Lahan dibersihkan dari rerumputan, sisa tebangan, tanaman liar,
kemudian dibajak/dicangkul
2. Di sekitar kebun perlu dibuat saluran drainase guna menghindari
adanya genangan.
3. Kegiatan pengolahan lahan dilakukan sebelum musim hujan.
d) Penanaman.
1. Jarak tanam 10 x 10 m untuk jenis durian genjah, dan 12 x 12 m untuk
jenis durian sedang dan dalam.
2. Lubang tanam dengan ukuran 80 x 80 x 70 cm atau 70 x 70 x 60 cm
atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan, tanah galian
bagian atas (20cm) dipisahkan dengan tanah galian bagian bawah dan
dibiarkan selama 2-3 minggu.
3. Lubang tanam ditutup kembali, dengan tanah galian atas lebih dahulu
dimasukkan setelah dicampur dengan pupuk organik/pupuk kompos
sebanyak + 30 kg/lubang.
4. Penanaman dilakukan awal musim hujan pada sore hari agar bibit
yang sudah ditanam tidak langsung terkena matahari.
5. Bibit ditanam sekitar 5 cm di atas pangkal batang dan diikat pada
batang kayu/bamboo agar tanaman dapat tumbuh tegak lurus.
6. Bibit yang sudah ditanam sebaiknya diberi naungan untuk
menghindari sengatan matahari curah hujan yang lebat. Naungan dapat
dibongkar setelah tanaman berumur 3-5 bulan.
7. Tanah di sekitar tanaman sebaiknya ditutup rumput/jerami kering
sebagai mulsa, agar kelembaban tanah dapat stabil.
e) Pemeliharaan.
1) Penyiangan, dilakukan untuk membuang gulma yang tumbuh di
sekitar tanaman (1 m dari batang pohon) yang akan mengganggu
pertumbuhan tanaman.
2) Penyiraman, hal-hal yang perlu diperhatikan :
 Tahap awal pertumbuhan penyiraman dilakukan setiap hari
pagi dan sore hari, tetapi tanah tidak boleh tergenang terlalu
lama (terlalu basah).
 Kebutuhan air pada masa vegetatif 4-5 L/hari dan pada masa
produktif 10-12 L/hari.
 Setelah tanaman berumur satu bulan penyiraman dilakukan
3x/minggu. Jika tanaman sudah berbuah, penyiraman harus
diperhatikan karena kalau kekurangan air dapat mengakibatkan
kerontokan buah.
 Tanaman durian akan membutuhkan banyak air setelah panen
karena diperlukan untuk memulihkan kondisi tanaman menjadi
normal kembali.
3) Pemupukan

Pemupukan pada tanaman yang belum berbuah, dilakukan dengan


dosis sbb:

a. Pemupukan NPK (15:15:15) dilakukan 2 kali/tahun, dengan dosis


sbb:
 Tanaman umur 1 tahun, dosis pupuk NPK 40 - 80
gr/pohon/tahun.
 Tanaman umur 2 tahun, dosis pupuk NPK 150 - 300
gr/pohon/tahun.
 Tanaman umur 3 - 4 tahun, dosis pupuk NPK 400 - 600
gr/pohon/tahun.
b. Pupuk organic/kompos/pupuk kandang diberikan setahun sekali
pada akhir musim hujan dengan dosis minimal 15-20kg/pohon.

Pemupukan pada tanaman yang sudah menghasilkan/berbuah, dengan


dosis/pohon sbb :
a) Sesudah pemangkasan, pupuk organik 40-60 kg, urea 670 gr,
SP-36 890 gr, KCl 530 gr
b) Saat pucuk mulai menua, urea 335 gr, SP-36 445 gr, KCl 265gr
c) Dua bln setelah pemupukan kedua, urea 180 gr, SP-36 650 gr,
KCl 150 gr
d) Saat muncul bunga, urea 45 gr, SP-36 225 gr, KCl 100 gr
e) Satu bulan sbelum panen, urea 180 gr, SP-36 650 gr, KCl
150gr.

Cara memupuk, dibuat selokan melingkari tanaman dengan garis


tengah selokan disesuaikan dengan lebarnya tajuk pohon. Kedalaman
selokan dibuat 20-30 cm dan tanah cangkulan disisihkan di
pinggirnya. Sesudah pupuk disebarkan secara merata ke dalam
selokan, tanah tadi dikembalikan untuk menutup selokan dan
diratakan. Apabila tanah dalam keadaan kering segera lakukan
penyiraman.

4) Pemangkasan Akar
a) Pemangkasan akar akan menghambat pertumbuhan vegetatif
tanaman sampai 40% selama 1 musim. Selama itu pula
tanaman tidak dipangkas. Pemangkasan akar selain membuat
tanaman menjadi cepat berbuah juga meningkatkan kualitas
buah, buah lebih keras dan lebih tahan lama.
b) Waktu pemotongan akar paling baik pada saat tanaman mulai
berbunga, paling lambat 2 minggu setelah berbunga.
c) tanaman durian diiris sedalam 60-90 cm dan sejauh 1,5-2 meter
dari panen berkurang dan pertumbuhan terhambat.
d) Cara pemotongan: kedua sisi barisan pangkal batang.
5) Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan bentuk, dilakukan dengan :
a) Tanaman sudah berumur 1 tahun.
b) Pelihara satu batang utama, potong calon cabang primer yang
tidak diinginkan (cabang dengan pertumbuhan terlalu panjang,
tidak normal atau terserang hama & penyakit), cabang-cabang
primer terpilih diatur jaraknya sekitar 40-60 cm.
c) Pertumbuhan cabang diarahkan supayamendatar atau
membentuk sudut sekitar 90 derajat dengan batang utama,
dengan mengikat pucuk cabang dengan tali yang diberi
pemberat.
d) Tunas-tunas liar yang tumbuh di cabang terpilih harus
dipangkas dan sisakan 1-2 cm dari pangkal cabang.
e) Tinggi tanaman dipertahankan sekitar 4 m dari permukaan
tanah dan cabang terendah berjarak 0,7-1 m dari permukaan
tanah.
f) Oleskan pada bagian yang dipangkas dengan ter/meni/pestisida
6) Pemangkasan pemeliharaan, dilakukan dengan :
a) Tanaman sudah mulai berproduksi pertama
b) Memangkas cabang bersudut kecil, cabang dan ranting yang
terserang hama & penyakit. Pemangkasan ranting pada cabang
besar/produktif dibersihkan dengan menyisakan 1/3 bagian
ujung
c) Memangkas cabang/tunas liar yang tumbuh tidak pada
tempatnya
d) Memangkas dahan dan ranting yang rapat, bersilangan atau
tersembunyi/terlindung
e) Memangkas dahan dan rantingyang lemah serta tajuk bagian
atas yakni turun 1 ruas pada ujung ranting (terminal)
f) Memangkas dahan dan ranting yang pertumbuhannya ke arah
dalam tajuk atau ke arah bawah
g) Pertahankan ketinggian optimal 3-4 m atau 5-6 m
h) Oleskan pada bagian yang dipangkas dengan ter/meni/pestisida
f) Hama dan Penyakit
a) Penggerek buah (Jawa : Gala-gala), bagian yang diserang buah.
Gejala, buah yang diserang kadang-kadang jatuh sebelum tua.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
 Kultur teknis yaitu, membungkus/membrongsong buah terpilih
sejak dini pengasapan di bawah pohon pada sore hari untuk
mengusir imago.
 Mekanis yaitu, mengumpulkan buah yang terserang hama dan
gugur untuk dimusnahkan/dikubur
 Biologis yaitu, menggunakan semut rang-rang untuk mengusir
imago atau menggunakan musuh alami lain yaitu lalat
Tachinidea ( Argyroplax basifulfa), Ventura, sp.
 Kimiawi yaitu, penyemprotan insektisida, seperti Basudin,
Sumithion 50 AC, Thiodan 35 EC, dengan dosis 2-3 cc/liter
air.
b) Lebah mini, gejala, bagian yang diserang ranting dan daun. Gejala:
penggerekan ranting-ranting muda dan memakan daun- daun muda.
Pengendalian yaitu, menggunakan parvasida, seperti Hostathion 40 EC
(Triazofos 420 gram/liter), dan insektisida, seperti Supracide 40 EC
dosis 420 gram/liter dan Temik 106 (Aldikarl 10%).

c) Ulat penggerek bunga. Gejala : kuncup bunga terserang akan rusak


dan putiknya banyak yang berguguran, benang sari dan tajuk bunga
rusak semua, sedangkan kuncup dan putik patah karena luka digerek
ulat. Pengendalian yaitu, menyemprotkan obat-obatan seperti
Supracide 40 EC, Nuvacrom SWC, Perfekthion 400 EC (Eimetoat 400
gram/liter).

d) Kutu loncat durian, bagian yang diserang daun. Gejala : kutu loncat
bergerombol menyerang pucuk daun yang masih muda dengan cara
menghisap cairan pada tulang-tulang daun sehingga daun-daun akan
kerdil dan pertumbuhannya terhambat; setelah menghisap cairan, kutu
ini mengeluarkan cairan getah bening yang pekat rasanya manis dan
merata ke seluruh permukaan daun sehingga mengundang semut-
semut bergerombol. Pengendalian dilakukan dengan cara :

 Kultur teknis yaitu, dilakukan sanitasi kebun terutama daun


kering
 Mekanis yaitu, daun dan ranting-ranting yang terserang
dipangkas dan dimusnahkan
 Kimiawi yaitu, menyemprotkan insektisida Supracide 40 EC
dosis 100-150 gram/5 liter air.

e.) Penggerek batang dan cabang. Gejala : adanya lubang kecil bekas gerekan
pada batang, dahan atau ranting dan mengeluarkan cairan dan kotoran
berwarna kemerahan, akibatnya tanaman kering, daun layu/rontok dan
mati. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara :
 Kultur teknis, sanitasi kebun dari gulma dan tanaman inang seperti
tanaman jeruk, kopi, kakao, sirsak dll.
 Mekanis, memotong bagian tanaman yang terserang 5 cm di
bawah lubang gerek, kemudian membakarnya supaya larva mati
atau memasukkan kawat ke dalam lubang gerekan sehingga larva
mati karena tertusuk kawat.
 Biologis, menggunakan musuh alami yaitu Brazon zeuzerae (fam.
Tachinidea) dan cendawan Beauveria bassiana.
 Kimiawi, aplikasi parafin karbolinium plantarum dengan dosis 2
cc/L atau menginfus tanaman menggunakan insektisida sistemik
melalui batang atau ujung akar.
f.) Tupai, bagian yang terserang buah. Gejala : bagian permukaan kulit buah
rusak sampai bagian daging buah. Pengendalian dilakukan dengan cara :
 Mekanis yaitu, melakukan pembersihan tanaman terutama pada
bagian yang menjadi sarang tupai mengusir tupai dengan cara
gropyokan, perangkap,atau menembak dengan senapan angin
 Kimiawi yaitu, dengan umpan buah-buahan yang sudah diberi
racun, seperti Klerat atau Furadan.

Penyakit

1. Phytopthora parasitica dan Pythium complectens, bagian yang terserang buah.


Gejala : daun durian yang terserang menguning dan gugur mulai dari daun
yang tua; cabang pohon kelihatan sakit dan ujung- ujungnya mati, diikuti
dengan berkembangnya tunas-tunas dari cabang di bawahnya; kulit di atas
permukaan tanah menjadi coklat dan membusuk; pembusukan pada akar
hanya terbatas pada akar-akar sebelah bawah, tetapi dapat meluas dari ujung
akar lateral sampai ke akar tunggang; dilihat dari luar akar yang sakit tampak
normal, tetapi jaringan kulitnya menjadi colat tua dan jaringan pembuluh
menjadi merah jambu. Pengendalian dilakukan dengan cara :
 Kultur teknis yaitu, pilih bibit durian kerikil untuk batang bawah
karena jenis ini lebih tahan terhadap serangan jamur sehingga dapat
terhindar dari serangan penyakit busuk upayakan drainase yang baik
agar tanah tidak terlalu basah dan air tidak mengalir ke permukaan
tanah pada waktu hujan
 Mekanis yaitu, pohon yang sakit dibongkar sampai ke akarnya dan
dibakar.
2. Kanker batang
Gejala : kulit batang durian yang terserang mengeluarkan blendok (gum) yang
gelap; jaringan kulit berubah menjadi merah kelam, coklat tua atau hitam;
bagian yang sakit dapat meluas ke dalam sampai ke kayu; daun-daun rontok
dan ranting-ranting muda dari ujung mulai mati. Pengendalian dilakukan
dengan cara :
 Kultur teknis yaitu :
i. Perbaikan drainase agar air hujan tidak mengalir di permukaan
tanah
ii. menanam tanaman yang tahan terhadap penyakit tersebut
iii. memangkas daun yang tidak produktif untuk mengurangi
kelembaban kebun
iv. melakukan rotasi tanaman
v. melakukan pemupukan dengan pupuk organik/kandang yang
dicampur kapur dan mengupayakan pH tanah 6,5
 Mekanis yaitu, eradikasi tanaman sakit parah/mati, kulit yang sakit
dikerok/dibuang sampai bagian yang sehat kemudian dibakar. Luka
kerokan dibuat oval meruncing di bagian tas dan bawah sehingga luka
cepat tertutup. Luka kerokan kemudian diolesi fungisida dan ditutup
dengan karbolinum
 Biologis yaitu, aplikasi jamur antagonis, Trichoderma harzianum, ke
permukaan tanah
 Kimiawi yaitu, mengkored/mengupas kulit yang sakit sampai ke
kayunya yang sehat dan potongan tanaman yang sakit harus dibakar,
sedangkan bagian yang terluka diolesi fungisida, misalnya Difolatan 4
F 3%.
3. Jamur upas, bagian yang diserang cabang tanaman. Gejala : pada cabang-
cabang dan kulit kayu terdapat benang- benang jamur mengkilat seperti
sarang laba-laba pada cabang-cabang. Jamur berkembang menjadi kerak
berwarna merah jambu dan masuk ke dalam kulit dan kayu sehingga
menyebabkan matinya cabang. Pengendalian dilakukan dengan cara :
 Kultur teknis yaitu, memangkas bagian tanaman yang tidak produktif
untuk mengurangi kelembaban
 Mekanis yaitu, jika jamur sudah membentuk kerak merah jambu
sebaiknya dilakukan pemotongan cabang kira-kira lebih 30 cm ke
bawah ke bagian yang berjamur dan dimusnahkan
 Kimiawi, Melumasi cabang yang terserang dengan fungisida, misalnya
calizin RM menyemprotkan Antrocol 70 WP (propineb 70,5%), dosis
100-200 gram/liter air atau 1-1,5 kg/ha aplikasi.

g) Panen dan Pasca Panen


Ciri dan Umur Panen
Pada umur sekitar 8 tahun, tanaman durian sudah mulai berbunga.
Musim berbunga jatuh pada waktu kemarau, yakni bulan Juni-September
sehingga bulan Oktober-Februari buah sudah dewasa dan siap dipetik. Panen
durian diusahakan sebelum musim hujan tiba karena air hujan dapat merusak
kualitas buah. Warna durian yang hampir masak agak berbeda-beda
tergantung pada kultivarnya. Buah yang sudah masak umumnya ditandai
dengan bau harum yang menyengat. Pada durian yang sudah masak bila
diketuk duri atau buahnya akan terdengar dentang udara antara isi dan
kulitnya.

Cara Panen
Buah durian yang sudah matang akan jatuh sendiri. Untuk menjaga
agar buah tidak langsung jatuh, kira-kira sebulan sebelum matang buah dapat
diikat dengan tali plastik. Tujuan pengikatan tersebut agar tangkai buah yang
terlepas dari batang atau ranting pohon tetap menggantung pada tali sehingga
buah durian tersebut dapat diambil dalam keadaan utuh. Buah durian dari
pohon rendah dapat dipetik dengan menggunakan pisau tajam. Tangkai buah
dipotong mulai dari bagian paling atas, ± 1,5 cm dari dahan. Pemotongan
sebaiknya dilakukan dengan hati-hati karena di tempat ini terdapat bahan
tunas yang akan berbunga pada musim berikutnya. Buah durian yang terletak
pada bagian pohon yang tinggi sebaiknya dipetik dengan menggunakan alat
bantu yang sesuai agar tidak jatuh ke tanah. Durian yang jatuh ke tanah
biasanya retak, daging buahnya menjadi asam/pahit karena terjadi fermentasi
pembentukan alkohol dan asam.

Prakiraan Produksi
Jumlah durian yang dapat dipanen dalam satu pohon adalah 60-70
butir perpohon pertahun dengan bobot rata-rata 2,7 kg. Apabila diinginkan
jumlah buah yang lebih banyak lagi maka bobot buah akan turun.

PASCAPANEN
Pengumpulan
Di tempat pengumpulan setiap tangkai durian diberi label khusus atau
dicat dengan warna tertentu untuk menunjukkan kebun asal durian. Bila
kualitasnya kurang baik dapat diperbaiki pada tahun berikutnya.

Penyortiran dan Penggolongan


Hasil panen dikumpulkan, diseleksi dan dipilah-pilah berdasarkan ukuran.
Seleksi perlu dilakukan agar tidak ada buah cacat yang ikut terkirim, terutama
bila buah ini akan dijual atau diekspor.

Penyimpanan
Durian yang sudah terpilih dicuci dan disemprot dengan air agar kotoran yang
menempel pada kulitnya menjadi bersih. Selanjutnya buah dicelupkan ke
dalam air yang telah diberi fungisida Aliette 800 WP yang berbahan aktif
Aluminium tris (Oethy/phosphonate) 22 cc/liter. Tujuan pencelupan ini adalah
untuk menghindari serangan busuk buah yang disebabkan oleh jamur
Phytophtora sp selama pemeraman dan transportasi. Lalu buah
dikeringanginkan. Durian beserta petinya dimasukkan ke dalam gudang yang
cukup mendatangkan penerangan. Pengemasan dan Pengangkutan Buah
durian yang akan diekspor diberi perlakuan: setelah buah kering, buah
dibungkus kantong plastik dan diikat dengan tali rafia Setiap kantung plastic
berisi satu butir buah durian. Buah yang sudah dibungkus kantung plastic
dibungkus lagi dengan kantung kertas semen. Setelah itu, dimasukkan ke
dalam kotak karton setebal 3 mm. Setiap ungkus berisi 5-6 butir durian
sehingga setiap kotak karton berisi 10-15 kg durian. Kotak ini dilekat dengan
lakban (perekat plastik) tebal yang tidak mudah robek jika terkena gesekan.
Teknologi pengemasan ini memperhatikan adanya lubang udara agar ada
sirkulasi udara, tetapi juga ada lapisan plastik luar untuk menahan keluarnya
bau, sehingga tidak ada kontak antar udara di dalam kotak pengepakan dengan
udara luar maka jika di dalam ada durian yang matang baunya tidak tercium
menyengat sampai keluar.

Penanganan Lain
Bila ingin menghasilkan durian beku untuk dipasarkan ke tempat yang jauh,
maka dapat dilakukan cara pengepakan fakum udara, cara ini banyak dipakai
oleh petani Thailand. Setelah dikupas kulitnya, durian dimasukkan ke dalam
alat fakum udara selama 35-40 menit dengan suhu 40oC di bawah nol. Setelah
itu, buah durian dimasukkan ke dalam plastik berukuran 300 gram dan
diletakkan dalam kamar pendingin dengan suhu 18oC di bawah nol
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Durian (Durio zibethinus Murray) merupakan salah satu tanaman asli Asia
Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia.
Durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga berasal dari
istilah Melayu yaitu dari kata duri yg diberi akhiran -an sehingga menjadi durian.
Buah durian memiliki manfaat yang banyak diantaranya : tanamannya sebagai
pencegah erosi di lahan-lahan yang miring. Batangnya untuk bahan
bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setaraf dengan kayu sengon sebab
kayunya cenderung lurus. Kulit dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus, dengan.
cara dijemur sampai kering dan dibakar sampai hancur,dan sebagainya.

Prospek ekonomi bagi petani durian memiliki peluang yang cukup besar
dimasa yang akan datang, mengingat banyaknya permintaan pasar dan minat
konsumen terhadap buah durian cukup tinggi, hanya saja untuk produksi dan kualitas
buah yang dihasilkan perlu ditingkatkan lagi dengan melaksanakan aturan budidaya
yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarawa. 1996. Budidaya Durian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Ashari, S. dan Wahyuni, S. 2010. Kajian biologi reproduksi tanaman durian

(Durio zibethinus, Murray). Jurnal Hortikultura: 1-7

Benard, T. dan Wiryanta. 2008. Bertanam Durian. PT Agro Media Pustaka. Jakarta.

84 hal.

Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian

Pertanian, 2010. Standard Operating Procedure (SOP) Durian Kajang,


Kabupaten Tanggamus.

Irawan, B. Kusmoro, J dan Rahayuningsih, S.R. 2007. Kajian Taksonomi Kultivar

durian di Kabupaten Subang Jawa Barat. Laporan Penelitian. Jurusan


Biologi. FMIPA UNPAD.

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Durian

( Bombaceae sp).

Rukmana, R. 1996. Durian Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta.

Syahrani, H.A.H. 2003. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Kebun Hutan

Dengan Tanaman Buah Durian (Durio Zibethis Murr) di Kabupaten Kutai


Kertanegara Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Ekonomi Pembangunan. hal
137-149.
Uji, T. 2005. Keragaman jenis dan sumber plasma nutfah durio ( Durio spp.) di

Indonesia. Buletin Plasma Nutfah, 11 (1): 28-33

Yuniarti. 2011. Inventarisasi dan karakterisasi morfologis tanaman durian

( Durio zibethinus Murr.) di Kabupaten Tanah Datar. Jurnal Plasma Nutfah,


1: 1-6

Anda mungkin juga menyukai